Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMMAE

Oleh :

Chusnul Nur Fatmawati

1501460011

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN MALANG
2019
1. PENGERTIAN CA MAMMAE
Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar,
saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Ca
mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai
tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada
payudara. (Medicastore, 2011)
Kanker payudara adalah terjadinya gangguan pertumbuhan yang ganas yang terjadi pada
jaringan payudara. Kanker biasanya terdiri dari gumpalan yang keras dan kenyal tanpa
adanya batas. Mungkin adanya garis asimetris antara kedua payudara.Bila kanker sudah
berkembang, tanda-tanda akan lebih nyata sepeti jaringan menjadi merah,borok,membengkak
dan kanker terlihat dengan jelas.
2. ETIOLOGI CA MAMMAE
Sebab-sebab keganasan pada mammae masih belum diketahui secara pasti (Price &
Wilson, 1995), namun ada beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab terjadinya Ca
mammae, yaitu:
 Mekanisme hormonal
Steroid endogen (estradiol & progesterone) apabila mengalami perubahan dalam lingkungan
seluler dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi ca mammae (Smeltzer & Bare, 2002:
1589).
 Virus
Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya massa abnormal pada
sel yang sedang mengalami proliferasi.
 Genetik
Ca mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya “linkage genetic” autosomal
dominan (Reeder, Martin, 1997).
 Defisiensi imun
Defesiensi imun terutama limfosit T menyebabkan penurunan produksi interferon yang
berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan jaringan kanker dan meningkatkan
aktivitas antitumor .
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko pada
pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :
a. Tinggi melebihi 170 cm
b. Masa reproduksi yang relatif panjang.
c. Faktor Genetik
d. Ca Payudara yang terdahulu
e. Keluarga
f. Kelainan payudara ( benigna )
g. Makanan, berat badan dan faktor resiko lain
h. Faktor endokrin dan reproduksi
i. Obat anti konseptiva oral
3. PATOFISIOLOGI CA MAMMAE
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi:
a. Fase Inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel
menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang
disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar
matahari. tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen.
kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel
lebih rentan terhadap suatu karsinogen. bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat
sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
b. Fase Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas.
Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. karena itu
diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan
suatu karsinogen).
Pathway CA MAMMAE
4. MANIFESTASI KLINIS CA MAMMAE
Gejala umum Ca mamae adalah :
 Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
 Payudara tidak simetris / mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai timbul
pembengkakan
 Ada perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar puting susu, mengkerut
seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus pada payudara
 Ada perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan , panas
 Ada cairan yang keluar dari puting susu
 Ada perubahan pada puting susu : gatal, ada rasa seperti terbakar, erosi dan terjadi
retraksi
 Ada rasa sakit
 Penyebaran ke tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan kadar kalsium darah meningkat
 Ada pembengkakan didaerah lengan
 Adanya rasa nyeri atau sakit pada payudara.
 Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin besar.
 Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah diobati, serta
puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam.
 Kulit payudara menjadi berkerut seperti kulit jeruk (Peau d' Orange).
 Benjolan menyerupai bunga kobis dan mudah berdarah.
 Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain

5. PENTAHAPAN CA MAMMAE
Kanker payudara mempunyai 4 stadium, yaitu:
a. Stadium I
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan
tanpa penyebaran jauh. Tumor terbatas pada payudara dan tidak terfiksasi pada kulit dan
otot pektoralis.
b. Stadium Iia
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan
tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter kurang 5 cm tanpa keterlibatan
limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.
c. Stadium Iib
Tumor yang berdiameter kurang 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan
tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter lebih 5 cm tanpa keterlibatan
limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.
d. Stadium IIIa
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) tanpa
penyebaran jauh.
e. Stadium IIIb
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan
terdapat penyebaran jauh berupa metastasis ke supraklavikula dengan keterlibatan
limfonodus (LN) supraklavikula atau metastasis ke infraklavikula atau menginfiltrasi /
menyebar ke kulit atau dinding toraks atau tumor dengan edema pada tangan.
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa
juga luka bernanah di payudara. Didiagnosis sebagai Inflamatory Breast Cancer. Bisa
sudah atau bisa juga belum menyebar ke pembuluh getah bening di ketiak dan lengan
atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh
f. Stadium IIIc
Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe
infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar
limfe mammaria interna dan metastase kelenjar limfe aksilar, atau metastasis kelenjar
limfe supraklavikular ipsilateral
g. Stadium IV
Tumor yang mengalami metastasis jauh, yaitu : tulang, paru-paru, liver atau
tulang rusuk.
6. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK CA MAMMAE
a. Pemeriksaan labortorium meliputi: Morfologi sel darah, LED, Test fal marker (CEA)
dalam serum/plasma, Pemeriksaan sitologis
b. Test diagnostik lain:
- Non invasive: Mamografi, Ro thorak, USG, MRI, PET
- Invasif : Biopsi, Aspirasi biopsy (FNAB), True cut / Care biopsy, Incisi
biopsy, Eksisi biopsy
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan :
1. Pemeriksaan payudara sendiri
2. Pemeriksaan payudara secara klinis
3. Pemeriksaan manografi
4. Biopsi aspirasi
5. True cut
6. Biopsi terbuka
7. USG Payudara, pemeriksaan darah lengkap, X-ray dada, therapy medis, pembedahan,
terapi radiasi dan kemoterapi.
7. KOMPLIKASI
Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe (limfogen) ke paru,pleura, tulang dan
hati.
Selain itu Komplikasi Ca Mammae yaitu:
a. metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe dan pembuluh darahkapiler (
penyebaran limfogen dan hematogen0, penyebarab hematogen dan limfogen dapat
mengenai hati, paru, tulang, sum-sum tulang ,otak ,syaraf.
b. gangguan neuro varkuler
c. Faktor patologi
d. Fibrosis payudara
e. kematian
8. PENATALAKSANAAN MEDIS CA MAMMAE
1) Pembedahan
a. Mastectomy radikal yang dimodifikasi
Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot pectoralis mayor.
Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun otot pectoralis minor bisa jadi
diangkat atau tidak diangkat.
b. Mastectomy total
Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot pectoralis
mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot dinding dada tidak
diangkat.
c. Lumpectomy/tumor
Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak turut diangkat.
Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara normal yang berada di
sekitar tumor tersebut.
d. Wide excision/mastektomy parsial.
Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal.
e. Ouadranectomy.
Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot pectoralis
mayor.
2) Radiotherapy
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit di sekitarnya,
kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorokan.
3) Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran darah.
Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah
terserang penyakit.
4) Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah bermetastase.
Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat juga digabung dengan
therapi endokrin lainnya.
ASUHAN KEPERAWATAN CA MAMMAE
1) PENGKAJIAN CA MAMMAE
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yang
menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak dan
nyeri.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada mammae,
kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada sehingga
pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada, ataupun mengidap penyakit kanker
lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada kemungkinan
klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker
lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat dengan
tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.
b. Rambut : biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu berminyak.
c. Mata : biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata anemis, tidak
ikterik, tidak ada nyeri tekan.
d. Telinga : normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan
tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
e. Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.
f. Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
g. Leher : biasanya terjadi pembesaran KGB.
h. Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling, ulserasi atau
tanda-tanda radang.
i. Hepar : biasanya tidak ada pembesaran hepar.
j. Ekstremitas: biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.

5. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon


a. Persepsi dan Manajemen
Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada
payudaranya kerumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan biasa.
b. Nutrisi – Metabolik
Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia, muntah dan
terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat mengkonsumsi makanan
mengandung MSG.
c. Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami melena, nyeri
saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.
d. Aktivitas dan Latihan
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan klien terganggu
karena terjadi kelemahan dan nyeri.
e. Kognitif dan Persepsi
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan ada
komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.
f. Istirahat dan Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.
g. Persepsi dan Konsep Diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan akibat
operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan kehilangan haknya sebagai
wanita normal.
h. Peran dan Hubungan
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam melakukan
perannya dalam berinteraksi social.
i. Koping dan Toleransi Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan keputus asaan.
j. Nilai dan Keyakinan
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya dengan lapang
dada.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Scan (mis, MRI, CT, gallium) dan ultrasound. Dilakukan untuk diagnostik,
identifikasi metastatik dan evaluasi.
2. biopsi : untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2
3. Penanda tumor
4. Mammografi
5. sinar X dada
2. Diagnosa Keperawatan
 Pre Operasi
1. Cemas b.d kurang pengetahuan tentang prosedur tindakan operasi
Tujuan : Pasien tidak cemas, pasien mengerti tentang tentang prosedur operasi.
Kriteria Hasil :
- Pasien mengatakan paham dengan penjelasan petugas
- Pasien mengerti serta mau berbicara dan mengungkapkan perasaannya kepada
petugas.
- Pasien tampak tenang
Intervensi :
- Jelaskan tentang prosedur operasi secara singkat dan mudah dimengerti
- Berikan dukungan nyata pada emosional pasien dengan rasa simpati dan empati
- Anjurkan pasien untuk tenang dan rileks dan nafas panjang
2. Resiko injury berhubungan dengan perpindahan pasien dari brankar ke meja operasi
Tujuan : Tidak terjadi injury saat perpindahan emosi
Kriteria Hasil
- Pasien tidak merasa nyeri saat dipindah ke meja operasi
- Pasien tidak jatuh dari brankar saat perpindahan
- Tidak ada tanda – tanda luka
Intervensi
- Bantu pasien untuk pindah dari brankar ke meja operasi dengan bantuan 4 orang
dengan menggunakan pat slide
 Intra Operasi
1. Resiko kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan luka akibat insisi
Tujuan : tidak terjadi gangguan terhadap sirkulasi
Kriteria Hasil :
- Diharapkan keseimbangan cairan dan elektrolit pasien tetap stabil antara pemasukan
dan pengeluaran
- TTV dalam batas normal
- Tidak ada penambahan jumlah kassa
Intervensi :
- Rawat perdarahan dengan baik untuk meminimalkan bleeding dengan membantu
operator menekan perdarahan dengan kassa dan couter
- Melaporkan jumlah kassa basah darah yang telah digunakan kepada tim anastesi
- Kolaborasi dengan tim anastesi untuk memonitor urine
- Kolaborasi dengan tim anastesi untuk observasi tanda – tanda vital
- Kolaborasi dengan tim anastesi untuk mempertahankan jumlah , tipe pemasukkan dan
pengeluaran cairan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi luka operasi
Tujuan : tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil :
- Diharapkan tanda – tanda infeksi tidak ada
- Area operasi dan peralatan tetap dalam keadaan steril
Intervensi :
- Kaji lokasi dan luas luka
- Jaga tingkat kesterilan alat yang digunakan untuk operasi
- Lakukan teknik handling instrumen dengan benar
- Setelah penutupan luka operasi selesai, lakukan pembersihan luka operasi dengan
kassa basah NS 0,9% keringka dengan kassa kering tutup sufratule dan kassa kering
kemudian fiksasi dengan hypafix
 Pasca Operasi
1. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan efek anastesi
Tujuan : Tidak terjadi gangguan pernafasan
Kriteria Hasil :
- Sekret tidak menumpuk di jalan nafas dan tidak ditemukan tanda sianosis
- Tidak ada tanda – tanda sianosis, pola nafas teratur
Intervensi :
- Kaji pola nafas klien
- Kaji perubahan tanda – tanda vital
- Kaji adanya sianosis
- Bantu bersihkan sekret dijalan nafas
- Ciptakan lingkungan yang nyaman
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan lunak, kerusakan
neuromuskuler pasca bedah
Tujuan : Nyeri dapar berkurang sampai hilang
Kriteria Hasil :
- Pasien tampak tenang
- Skala nyeri tidak bertambah
- TTV dalam batas normal
Intervensi :
- Kaji rasa nyeri yang dialami pasien
- Kaji tingkat intensitas dan frekuensi nyeri
- Observasi tanda – tanda vital
- Jelaskan pada pasien penyebab nyeri
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian komulatif, jumlah dan tipe
pemasukkan cairan
- Monitor status mental
- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
Marilyan, Doenges E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatyan px) Jakarta : EGC
Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.(1996). Nursing Interventions Classification (NIC).
St. Louis :Mosby Year-Book.
Johnson,Marion, dkk. (2000). Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby Year-
Book
Juall,Lynda,Carpenito Moyet. (2003).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 10.Jakarta:EGC
Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4.
Jakarta. EGC
Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC : Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner Suddarth, Vol. 2. EGC : Jakarta.
Sjamsuhidajat. R (1997), Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta
Wiley dan Blacwell. (2009). Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011,
NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd
LAPORAN TEKNIK INSTRUMENTASI
MODIFIED RADICAL MASTECTOMY (MRM)
ATAS INDIKASI CARCINOMA MAMMAE

Oleh
Chusnul Nur Fatmawati
1501460011

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN MALANG
2019
A. DEFINISI
Radikal Mastektomi adalah suatu tindakan pembedahan pada tumor ganas payudara
dengan mengangkat seluruh jaringan payudara yang terdiri dari seluruh stroma dan parenkhim
payudara, areola, puting susu dan kulit diatas tumornya disertai diseksi kelenjar getah bening
aksila ipsilateral serta otot pektoralis mayor dan minor secara enbloc, yang abnormal yang
menggangu pertumbuhan jaringan tubuh terutama pada sel epitel di mammae (Nurarif, A.H,
2015).
Tumor mammae adalah adanya ketidakseimbangan yang dapat terjadi pada suatu
sel/jaringan di dalam mammae dimana ia tumbuh secara liar dan tidak bisa dikontrol
(Dr.Iskandar, 2007).

B. INDIKASI
1. Kanker payudara yang mengenai otot pektoralis mayor
2. Keganasan jaringan lunak pada payudara

C. KONTRA INDIKASI
1. Tumor melekat dinding dada
2. Edema lengan
3. Nodul satelit yang luas
4. Mastitis inflamatoar

D. PERSIAPAN OPERASI
1. PASIEN
a. Serah terima pasien dari premedikasi ke perawat instrument
b. Mengisi dan mengecek kembali lembar chek lish yang meliputi :
1) Identitas pasien meliputi pasien memakai gelang identitas
2) KU pasien: kesadaran, TTV, riwayat penyakit,
3) Area yang akan dioperasi
4) Puasa kurang lebih 6-8 jam
5) Kelengkapan pemeriksaan penunjang (lab, foto, usg ,dll)
6) Jenis profilaksis, apabila belum dimasukan skin tes sudah / belum
7) Surat persetujuan tindakan operasi dan anastesi
8) Pastikan pasien tidak memakai gigi palsu dan perhiasan
9) Persiapan persediaan darah apabila memerlukan transfusi darah

2. LINGKUNGAN
a. Memastikan lampu operasi, mesin suction, electro couter dan meja operasi dapat
digunakan dengan baik dan di tempatkan pada posisinya,
b. Meja instrument, troli waskom dan meja mayo pada posisinya
c. Memberi alas perlak, linen, dan underpad on steril pada meja operasi di daerah kepala.
d. Menempatkan tempat sampah yang sesuai, agar mudah dijangkau
2222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222
222222222222222222222222222222222222222
3. ALAT
a. Bahan habis pakai
1) Hand scoon steril : 6 pasang
2) Mess no. 23 : 1 buah
3) Cairan Nacl 0,9% : 4 x 500 ml
4) Kassa besar steril : 5 buah
5) Kassa kecil steril : 10 buah
6) Spuit 10 cc : 2 buah
7) Cutgut plain Absorble 0-0 : 1 buah
8) Silk 1-0 : 1 buah
9) Polysorb 1-0 : 1 buah
10) Vicryl 2-0 : 1 buah
11) Monofilamen 3-0 : 2 buah
12) Underpad steril : 2 buah
13) Povidon iodine 10% : sesuai kebutuhan
14) Hipafix : sesuai kebutuhan
15) Redon drain no.12 : 1 buah
16) Elastis banded : 1 buah
b. Alat on steril
1) Meja instrument : 1 buah
2) Meja mayo : 1 buah
3) Meja operasi : 1 buah
4) Mesin couter : 1 buah
5) Mesin suction : 1 buah
6) Lampu operasi : 1 buah
7) Plat diatermi : 1 buah
8) Trolly waskom : 2 buah
9) Viewer Rontgen : 1 buah
10) Tempat sampah : 2 buah

c. Meja mayo
1) Handle mess no.3/4 : 1/1 buah
2) Gunting jaringan kasar : 1 buah
3) Gunting metzemboum : 1 buah
4) Pinset chirurgis : 2 buah
5) Pinset anatomis : 2 buah
6) Desinfeksi klem : 1 buah
7) Doek klem : 5 buah
8) Mosquito klem : 1 buah
9) Klem pean manis : 1 buah
10) Klem pean bengkok : 4 buah
11) Klem kockher : 4 buah
12) Nald voeder : 2 buah
13) Pinset anatomis panjang : 1 buah
14) Canule suction : 1 buah
15) Langenbeck : 2 buah
16) Timan : 2 buah
17) Peritonium klem : 4 buah
d. Meja instrumen
1) Duk Besar : 3 buah
2) Duk Sedang : 4 buah
3) Duk Kecil : 5 buah
4) Baju (Gown Steril) : 4 buah
5) Sarung meja mayo : 1 buah
6) Kom : 1 buah
7) Bengkok : 1 buah
8) Cucing : 1 buah
9) Handuk steril : 5 buah
10) Suction : 1 buah
11) Couter monopolar : 1 buah

E. TEKNIK INSTRUMENTASI
1. Pasien datang ke ruang premedikasi, melakukan Sign in yang meliputi:
a. Identitas pasien, umur, jenis kelamin, asal ruangan dan register.
b. Apakah pasien sudah dikonfirmasikan identitas, area operasi, tindakan operasi,
dan lembar persetujuan
c. Penandaan area operasi
d. Persiapan mesin dan obat anesthesi
e. Fungsi pulse oksimeter
f. Riwayat alergi pasien
2. Menulis identitas pasien di buku register dan membuat askep, lembar depo, SSC
dan catatan operasi.
3. Tim anesthesi melakukan induksi dengan general anastesi.
4. Perawat sirkuler memasang catheter no. 16.
5. Mengatur posisi pasien supine dan posisikan tangan kiri 90º menghadap keatas.
6. Perawat sirkuler kemudian mencuci lapang operasi dengan chlorhexidine dan
keringkan dengan duk steril.
7. Perawat instrumen melakukan cuci tangan, memakai gaun operasi dan sarung
tangan steril.
8. Perawat instrumen memakaikan gaun operasi dan sarung tangan steril kepada tim
operator dan asisten operator.
9. Perawat instrumen berikan pada operator desinfeksi klem dan cucing yang berisi
deppers savlon untuk disinfeksi area operasi.
10. Melakukan drapping pada area operasi
a. Berikan 1 duk besar untuk menutup area tubuh pasien bagian bawah.
b. Berikan 1 duk besar untuk menutup area kepala pasien.
c. Berikan 2 duk kecil untuk menutup samping kanan dan kiri.
11. Dekatkan selang suction dan ESU kemudian cek fungsi, ikat dengan kasa dan
fiksasi pada drapping dengan duk klem, dekatkan meja mayo dan meja instrument
ke dekat meja operasi.
12. Time out (konfirmasi nama klien, umur, ruangan/bangsal, diagnosa, rencana
tindakan, antibiotik profilaksis, antisipasi kehilangan darah, perhatian khusus
selama pembiusan, sterilisasi instrumen bedah, jumlah instrumen, jumlah kasa,
jumlah deppers dan jumlah jarum), berdo’a dipimpin operator
13. Setelah itu berikan kepada operator kassa basah untuk membersihkan area insisi
kemudian kassa kering.
14. Operator diberikan pen marker untuk marking operasi.
15. Operator melakukan insisi, berikan hanvad mess no. 23, double pincet chirurgis
dan asisten diberikan klem mosquito dan kassa untuk rawat perdarahan.
16. Insisi diperdalam sampai lemak dengan couter, rawat perdarahan dengan kassa /
bigkass, couter dan suction.
17. Berikan 5 klem kocker pada operator untuk mengklem subkutis dibawah insisi
(untuk memperluas lapang pandang operasi) asisten membantu
mengangkat/menegakkan kocker untuk mempermudah operator melakukan
flapping kulit untuk memisahkan antara fasia dan fat.
18. Lakukan insisi melingkar pada mamae, rawat perdarahan. Operator melakukan
insisi dengan couter pada mamae sampai terlihat adanya otot. dilakukan sampai
tidak ada lemak yang tertinggal.
19. Lakukan pengikatan pada pembuluh darah vena/arteri bila diperlukan dengan
menggunakan plain 0-0. Kemudian mengeksplor vena axilaris dan nervus-nervus
penting yang meliputi nervus motorik (torakalis longus dan torako dorsalis) dan
nervus sensorik (intercoste brachialis).
20. Setelah mamae / TU terangkat dan tidak ada perdarahan, berikan aquadest 1 liter
untuk cuci area operasi sampai bersih.
21. Pasang redon drain no 12 dan fikasai dengan vicryl 2-0 cutting.
22. Sign out (Jenis tindakan yang dilakukan, Kecocokan jumlah instrumen, kasa, dan
jarum sebelum dan sesudah operasi, Perhatian khusus pada masa pemulihan, Ada
atau tidaknya permasalahan pada alat-alat yang digunakan)
23. Operator melakukan penutupan luka operasi, jahit lapis demi lapis, berikan nald
voeder dan benang plain 0-0 untuk lemak dan vicryl 2-0 untuk kulit, asisten
diberikan klem pean dan gunting kasar.
24. Bersihkan luka operasi dengan kassa basah dan kemudian kassa kering.
25. Kemudian tutup luka jahitan menggunakan kassa yang telah diberikan larutan
antibiotik, kemudian pasang hypafix dan elastis banded.
26. Masukkan jaringan pada tabung PA, lakukan PA jaringan sertakan formulir PA.
27. Operasi selesai, pasien di rapikan. Rapikan pasien, bersihkan bagian tubuh pasien
dari bekas darah yang masih menempel dengan menggunakan kassa basah atau
towel dan keringkan.
28. Pindahkan pasien ke brankart, dorong ke ruang recovery.
29. Semua instrument didekontaminasi, rendam lalu cuci, bersihkan dan keringkan,
kemudian alat diinventaris dan diset kembali bungkus dengan kain siap untuk
disterilkan.
30. Bersihkan ruangan dan lingkungan kamar operasi, rapikan dan kembalikan alat-
alat yang dipakai pada tempatnya.
31. Inventaris bahan habis pakai pada depo farmasi.

Anda mungkin juga menyukai