Oleh:
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh
dimana saha dan jenisnya bermacam-macam. Kista adalah suatu bentukan yang kurang
lebih bulat dengan dinding tipis, berisi cairan atau bahan setengah cair. Kista ovarium
merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau ovarium.
Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan
terluar dari ovarium. Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal
pada ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah
kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi
(Lowdermilk, dll, 2005).
Kista fungsional
Kistoma ovarii simpleks adalah sutu jenis kista deroma serosum yang
kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses pathogenesis.
3. Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel
de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan
melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat
matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi
fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara
progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian
secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu
jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-
lutein.Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG.Kista
fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCg
menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas,
induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang
clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai
dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam
ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak.Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua
jenis sel dan jaringan ovarium.Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel
permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial.Jenis kista jinak yang serupa
dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain
dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel
dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang
berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik.Pada sindroma ovari
pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5
mm, seperti terlihat dalam sonogram.Kista-kista itu sendiri bukan menjadi problem utama
dan diskusi tentang penyakit tersebut diluar cakupan artikel ini.
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang nantinya
menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium, tipe folikuler merupakan
tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan
folikel ovarium yang tidak terkontrol. Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal
terdapat dalam ovarium.
Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka saat siklus menstruasi
untuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingg
menimbulkan bendungan cairan yang nantinya akan menjadi kista. Cairan yang mengisi kista
sebagian besar berupa darah yang keluar akibat dari perlukaan yang terjadi pada pembuluh
darah kecil ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jarngan abnormal tubuh
seperti rambut dan gigi, kista jenis ini disebut dengan kista dermoid
5. Manifestasi Klinis
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri yang
tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar dan menimbulkan
nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak nisa dilihat dari gejala-gejala saja karena
mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul,
kehamilan ektopik, atau kanker ovarium.
e. Nyeri senggama.
f. Mual, ingin muntah,atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.
Gejala-gejala memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan segera:
a. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba.
b. Nyeri bersamaan dengan demam.
c. Rasa ingin muntah.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Ultrasonografi (USG)
Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk mengirim
dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian
panggul, dan menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor. Gambaran
ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan keberadaan kista,
membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau padat.
Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut.
c. Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui pembedahan
kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap cairan dari kista atau
mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
d. Hitung darah lengkap
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan
tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan
tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan ovarium,
bisanya disertai dengan pengangkatan tuba (Salpingo-oovorektomi). (Wiknjosastro, et.all,
1999).
10. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Asuhan keperawatan perioperatif terdiri dari 3 tahap yaitu mempunyai pra, intra dan
pasca operative, dimana perawat mempunyai peran integral dalam rencana asuhan
kolaboratif dengan pembedahan.
1. Perawatan Preoperatif
Perawatan preoperatif meliputi:
Kelengkapan rekam medis dan status
Memeriksa kembali persiapan pasien
Informed concent
Menilai keadaan umum dan TTV
Memastikan pasien dalam keadaan puasa
Pada fase preoperatif ini perawat akan mengkaji kesehatan fisik dan emosional klien,
mengetahui tingkat resiko pembedahan, mengkoordinasi berbagai pemeriksaan
diagnostik, mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang mengambarkan kebutuhan
klien dan keluarga, mempersiapkan kondisi fisik dan mental klien untuk pembedahan.
2. Perawatan Intraoperatif
Perawatan intraoperatif meliputi:
Melaksanakan orientasi pada pasien
Melakukan fiksasi
Mengatur posisi pasien
Menyiapkan bahan dan alat
Drapping
Membantu melaksanakan tindakan pembedahan
Memeriksa persiapan instrument
Pada fase intraoperatif perawat melakukan 1 dari 2 peran selama pembedahan
berlangsung,yaitu perawat sebagai instrumentator atau perawat sirkulator. Perawat
instrumentator memberi bahan-bahan yang dibutuhkan selama pembedahan berlangsung
dengan menggunakan teknik aseptic pembedahan yang ketat dan terbiasa dengan
instrumen pembedahan.Sedangkan perawat sirkulator adalah asisten instrumentator atau
dokter bedah.
3. Perawatan Post Operasi
Pada fase postoperasi setelah pembedahan,perawatan klien dapat menjadi komplek
akibat fisiologis yang mungkin terjadi.klien yang mendapat anastesi umum cenderung
mendapat komplikasi yang lebih besar dari pada klien yang mendapat anastesi lokal.
Perawatan post operative meliputi :
Mempertahankan jalan napas dengan mengatur posisi
kepala.
Melaksanakan perawatan pasien yang terpasang infus di bantu dengan
perawat anastesi
Mengukur dan mencatat produksi urine
Mengatur posisi sesuai dengan keadaan.
Mengawasi adanya perdarahan pada luka operasi
Mengukur TTV setiap 15 menit sekali
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada keperawatan pre operatif, intra operatif, dan
post operatif antara lain:
1. Pre Operasi :
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur
tindakan operasi
Resiko injuri berhubungan dengan perpindahan pasien dari brancart ke
meja operasi
2. Intra Operasi :
Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan
Resiko tinggi cedera berhubungan dengan pemajaan peralatan, hipoksia
jaringan, perubahaan posisi, faktor pembekuan, perubahaan kulit
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit dan pemajaan
lingkungan.
c. Intervensi Keperawatan
1. Pre Operasi
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur
tindakan operasi
Tujuan: Pasien mengerti tentang prosedur tindakan operasi
Kriteria Hasil:
Pasien tidak cemas
Pasien dapat menjelaskan tentang prosedur tindakan operasi yang akan
dilakukan
INTERVENSI RASIONAL
Bantu pasien mengekspresikan perasaan marah Ansietas berkelanjutan memberikan
kehilangan dan takut dampak serangan jantung
Kaji tanda – tanda ansietas verbal dan non verbal Reaksi verbal / non verbal dapat
menujukan rasa agitasi, marah dan
gelisah
Jelaskan tentang prosedur pembedahan sesuai jenis Pasien dapat beradaptasi dengan
operasi prosedur pembedahan yang akan
dilaluinya dan akan merasa nyaman
Beri dukungan pra bedah Hubungan emosional yang baik antara
perawat dan pasien akan
mempengaruhi penerimaan pasien
terhadap pembedahan.
Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningkatkan rasa
marah, menurunkan kerjasama dan
mungkin memperlambat
penyembuhan
Orientasikan pasien terhadap prosedur rutin dan Orientasi dapat menurunkan
aktifitas yang diharapkan kecemasan
Berikan kesempatan kepada pasien untuk Dapat menghilangkan ketegangan
mengungkapkan kecemasannya terhadap kekewatiran yang tidak di
ekspresikan
Berikan privasi untuk pasien dengan orang terdekat Kehadiran keluarga dan teman –
teman yang dipilih pasien untuk
menemani aktivitas pengalihan akan
menurunkan perasaaan terisolasi
Kolaborasi pemberian anti cemas sesuai indikasi Meningkatkan relaksasi dan
seperti diazepam menurunkan kecemasan
INTERVENSI RASIONAL
Jelaskan prosedur rutin prabedah Untuk dapat mempersiapkan pasien yang
menjalani pembedahan dengan baik
Pemeriksaan tanda – tanda vital pra bedah Prosedur standar untuk membandingkan
hasil TTV sewaktu diruangan
Siapkan sarana kateter IV dan obat – obat Untuk pemberian cairan dan pemberian
premedikasi dan lakukan pemasangan kateter IV premedikasi sebelum dilakukan tindakan
dan pertimbangkan pemeberian agen premedikasi operasi
Lakukan pemindahan dan pengaturan posisi saat Untuk menghindari cedera atau trauma
pemindahan pasien dari barngkar ke meja operasi yang diakibatkan penempatan posisi yang
salah
2. Intra Operasi
1) Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : Tidak terjadinya kekurangan cairan tubuh selama pembedahan
Kriteria Hasil :
TTV dalam batas normal
Akaral hangat
Pengisian kapiler < 3 detik
Produksi urine 0,5 cc/kgBB/Jam
INTERVENSI RASIONAL
Monitoring tanda – tanda vital Untuk mengevaluasi terjadinya
kekurangan cairan tubuh dan untuk
menetukan intervensi selanjutnya
Mengobservasi kelancaran IV line yang terpasang Untuk memastikan kebutuhan cairan tubuh
tetap terpenuhi
Memonitoring produksi urine selama pembedahan Sebagai indikator akan pemenuhan
( 0,5 cc/kg BB/Jam ), warna urine kebutuhan caiaran tubuh
Monitoring perdarahan dan menghitung jumlah Untuk mengetahui jumlah perdarahan
pemakaian kasa adan sebagai data untuk menentukan
intervensi selanjutnya
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian Dengan pemberian Transfusi darah akan
transfusi darah sesuai dengan kebutuhan mempercepat proses pengantian cairan
tubuh yang hilang
INTERVENSI RASIONAL
Kaji ulang identitas pasien dan jadwal prosedur Untuk mencegah kesalahan pasien dan
operasi sesuai dengan jadwal kesalahan dalam prosedur operasi
Lepaskan gigi palsu/ kawat gigi, kontak lensa, Menghindari cedera akibat penggunaan
perhiasan sesuai dengan protokol operasi alat – alat penunjang operasi
Pastikan brangkar ataupun meja operasi terkunci Untuk mencegah pasien jatuh sehingga
pada waktu memindahkan pasien menimbulkan cedera
Pastikan penggunaan sabuk pengaman pada saat Untuk menghindari pergerakan dari
operasi berlangsung pasien pada saat operasi dan
menghindari pasien jatuh
Untuk menghindari cedera akibat
Persiapkan bantal dan peralatan pengaman untuk penekanan pada posisi operasi pasien
pengaturan posisi pasien yang lama
Mencegah cedera pada daerah
Pastikan keamanan elektrikal selama selama sekitarnya yang tidak mengalami
pembedahan proses pembedahan
Letakan plate diatermi sesuai dengan prosedur Jika tidak diletak dengan benar dapat
menimbulkan cedera pada daerah
sekitar penempatan diatermi plate dan
mengganggu kelancaran operasi
Pastikan untuk mencatat jumlah pemakaian kasa, Untuk mencegah tertinggalnya alat atau
instrument, jarum dan pisau operasi bahan habis pakai dalam anggota tubuh
pasien yang dioperasi
3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit dan pemajaan
lingkungan
Tujuan : tidak terjadinya infeksi pasca pembedahan
Kriteria :
Tidak adanya tanda – tanda infeksi pasca operasi di ruangan
Luka bersih tertutup
Area sekitar luka bersih
INTERVENSI RASIONAL
Pastikan semua tim bedah telah melakukan Sebagai langkah awal dalam pencegahan
pencucian tangan sesuia dengan prosedur yang infeksi
benar
Lakukan desinfeksi area pembedahan dan Untuk menjaga area operasi tetap dalam
pemasangan doek steril pada daerah pembedahan keadaan steril
Cek kadaluarsa alkes yang akan dipergunakan Untuk mencegah infeksi akibat
penggunaan alat kesehatan yang sudah
tidak dapat dipergunakan
Pertahankan sterilitas selama pembedahan Dengan mempertahankan steriltas resiko
infeksi dapat dicegah
Tutup luka dengan dengan pembalut atau kasa Untuk mencegah terpaparnya luka dengan
steril lingkungan yang beresiko menyebabkan
infeksi silang
INTERVENSI RASIONAL
Kaji suhu pasien pra bedah Sebagai data untuk menentukan intervensi
selnjutnya
Kaji suhu lingkungan dan modifikasi sesuai Dengan pengaturan suhu lingkungan
lingkungan ( selimut penghangat, meningkatkan membuat pasien merasa nyaman selama
suhu ruangan) pembedahan
DAFTAR PUSTAKA