3 BAB I Sosial Budaya PDF
3 BAB I Sosial Budaya PDF
Sosial Budaya
PERADABAN MARITIM
sudah kitd miliki, tapi karena tidak dicatat akhimya diklaim orang lain.
Itu yang biasa dilakukan orang-orang Eropa. Kalau bicara pra sejaralr,
bangsa Eropa tidak memiliki bukti yang kuat bahwa mereka pandai
melaut. Karena gambar-gambar yang ditemukan hanya perburuan.
Berbeda dengan hrdonesia yang gambamya ada perburuan dan laut.
Bicara 140-an masehi ada yang namanya perang salib. Jauh sebelum-
nya, perang dilakukan urtuk menunjukkan eksistensi bahwa mereka
bangsa yang hebat. Thk heran, dalarn sejarah tercatat kerajaan-kerajaan
di benua biru kerap melakukan perebutan kekuasaan dan wilayah.
Bahkan, karena seringgrya mereka kehabisan sumber daya kehidupan.
Pada sekitar awal abad pertama Masehi diduga telah ada jaringan
perdagangan antata Nusantara dan India. Bukti-bukti tersebut be-
rupa barang-barang tembikar dari India (Arikamedu, Karaikadu
dan Anuradha-pura) yang ditemukan di Jawa Barat (Patenggang)
dan Bali (Sembiran). Keberadaan barang-barang tembikar terse-
but diangkut menggunakan perahu atau kapal yang mampu me-
ngarungi samudra.
Pada masa yang sama, dalam relief Candi Borobudur (abad ke 7-8
Masehi) dipahatkan beberapa maciun bentuk kapal dan perahu.
Dari relief ini dapat direkonstruksi dugaan bentuk-bentuk perahu
atau kapal yang sisanya banyak ditemukan di beberapa tempat
Nusantara, misalrrya di Sumatera.
Bukti Arkeologis
Dari lahan rawa basah ini pada Agustus 1987 ditemukan sisa-sisa pe-
rahu kayu. Sisa perahu yang ditemukan terdiri dari sembilan bilah
papan dan sebuah kemudi. Dari sembilan bilah papan tersebut, dua
bilah di antaranya berasal dari sebuah perahu, dan tujuh bilah lain-
nya berasal dari perahu lain.
Jangan sampai badan perahu mudah pecah atau bocor apabila ter-
antuk karang atau kandas di pantai yang keras. Apabila bentuk
dasar sudah selesai, kemudian diberi cadik di sisi kiri dan kanan
badan perahu. Perahu jenis ini dinamakan perahu lesung atau sam-
pan. Ukuran panjangnya sekitar 3-5 meter dan lebar sekitar 1 meter.
Contoh membangun perahu dengan teknologi yang masih sederhana
ini dapat dilihat pada suku-suku bangsa yang masih sederhana yang
bermata pencaharian dari menangkap ikan di laut dangkal.
.,
Di bagian dalam terdapat bagian yang menoniol dan berbentuk
cincin untuk tempat memasukkan tali ijuk pengikat. Papan-papan
disambung dengan pena (pasak) kayu atau bambu yang dimasukkan
pada lubang kecil di ujung depan. Sebelumnya, pada bagian
sambungan papan diolesi 'bar1l'(semacam damar) agar air tidak
dapat masuk. Kemudian paPan disarnbung berapit-apit dengan ke-
mahiran tirgg,, sehingga orang yang melihat akan mengira bahwa
bentuk itu terbuat dari satu bilah papan. Pada bagian haluan kapal
dibuat hiasan ular naga bertanduk.
Tenaga Ahli Bidang SDM Bahari dan Iptek Kelautan, Dewan Kelautan
Indonesia, Bonar Simangunsong mengatakan, Indonesia tidak bisa
hanya mengandalkankemajuaniptekharus ada sumber daya manusia
yang mengelolanya dengan baik. SDM kelautan berorientasi global
diperlukan karena laut menganut hukum nasional dan intemasionaf
human heritage, dan masa depzm dunia ada di laut.
Menurut Riza data yang dihimpun Kiara dan Kesatuan Nelayan Tra-
disional Indonesia (ICrIfD menyatakan bahwa hanya untuk daerah
sekitar Kabupaten Langkat, Sumatera Utara saja telah terdapat
sebanyak 52 nelayan tradisional yang pernah ditangkap dan
ditahan aparat Malaysia sejak April2009 hingga September 2011.
Selain itu, masih berdasarkan data yang dihimpun tersebut,
terdapat hingga sebanyak 47 nelayan tradisional lainnya mengaku
pemah menjadi korban perompakan dan penganiayaan oleh poli-
si laut negara jiran tersebut.