Anda di halaman 1dari 21

PRE PLANNING PENYULUHAN

Pokok Bahasan :Kesehatan Reproduksi Remaja


Sub pokok bahasan :Remaja dan Seks pra nikah
Sasaran :Remaja yang ada di RT 37 Talang bakung kota jambi
Waktu :30 menit (jam19.30WIB)
Hari/tanggal :Kamis /19-10-2017
Tempat : Dirumah Warga

A. Latar Belakang
Statistik di dunia menunjukkan antara 1/3-2/3 korban perkosaan di seluruh
dunia berumur antara 15 tahun atau kurang. Tiap tahun 15 juta anak remaja
berumur 15 sampai 19 tahun melahirkan. Ini 1/5 dari jumlah kelahiran di dunia.
Di negara berkembang, rata-rata 40% dari perempuan yang melahirkan sebelum
berumur 20 tahun, antara 8% persen di Asia Timur dan 56% dari Afrika. Di
negara maju, hanya sekisar 10% dari anak remaja melahirkan. Tiap tahun 1 juta
sampai 4,4 juta anak remaja di negara berkembang mengalami pengguguran dan
kebayakan prosedur dilakukan di bawah kondisi-kondisi yang tidak aman
(Sarwono, 2005).
Data kesehatan remaja, Amerika Serikat tahun 1997, menampilkan gambaran
yang menakjubkan. Jumlah remaja usia (15-19 tahun) yang mengalami kehamilan
mencapai 840.000 atau 79% dari seluruh kehamilan. Proporsi hubungan seksual
(40%) dan kehamilan remaja yang tidak diinginkan (19%) terlihat tinggi. Sekitar
13% persalinan berasal dari remaja putri dan sekitrar (31%) diantaranya tanpa
pernikahan. Di indonesia fertilitas dikalangan remaja yang mempunyai anak
sebelum mencapai usia 20 tahun (10%) terlihat cukup tinggi. Persalinan pada usia
remaja (11%) dan 43 % diantaranya melahirkan anak pertama periode kurang 9
bulan dari pernikahan mereka. Remaja putri terbukti melakukan hubungan seksual
(30%) yang berakibat kehamilan yang tidak terencana (57%) dan diselesaikan
dengan aborsi (40%) (Kodim, 2008).
Remaja adalah generasi penerus yang merupakan tulang punggung dan aset
bangsa. Banyaknya permasalahan dan fenomena pada usia ini perlu menjadi
perhatian kita bersama. Apalagi pada masa ini merupakan masa transisi yang
penuh gejolak. Pendidikan kesehatan tentang seks pada remaja masih dianggap
tabu oleh masyarakat sehingga pemahaman pendidikan seks pada remaja masih
kurang dan membuat mereka semakin binggung untuk bertanya dan berdiskusi
tentang seks. Tak jarang remaja akhirnya mendapat informasi yang salah yang
akhirnya dapat merugikan dirinya sendiri dan masyarakat.
Berdasarkan data yang diperoleh di RT 37 (Lingkungan I) Kelurahan Talang
Bakung Kecamatan Paal Merah Kota Jambi diperoleh data sebagai berikut jumlah
remaja sebanyak (17,14%), kegiatan yang dilakukan remaja (90,38%) adalah
bersekolah dan remaja yang bekerja sebanyak (9,62%). Data remaja yang
merokok sebanyak (10%) dengan alasan akibat pengaruh lingkungan sebanyak
(40%) dan ketagihan sebanyak (40%) dan lain – lain sebanyak (20%).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan remaja di RT 37 Talang Bakung
Kota Jambi dapat meningkatkan pengetahuan tentang seks pra nikah
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan remaja di RT 37 Talang Bakung
Kota Jambi:
a. Mengisi waktu dengan kegiatan positif
b. Menjauhi seks bebas
c. Menjaga pergaulan
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Pokok Bahasan
Kesehatan Reproduksi Remaja
2. Sasaran dan Target
a. Sasaran
Remaja di RT 37 Talang Bakung Kota Jambi
b. Target
Semua Remaja di RT 37 Talang Bakung Kota Jambi
3. Metode
a. Ceramah (penyampaian materi melalui power point)
b. Tanya Jawab dan diskusi
4. Media dan alat
a. Laptop
b. Infokus
c. Leaflet
d. Layar

5. Waktu dan Tempat


a. Waktu
09.30-10.15 Wib (± 45 menit)
b. Tempat
Belum Tau
6. Pengorganisasian dan Fungsinya / uraian tugas
a Moderator (Tiara Edyalita Sari, S.Kep)
Tugas :
1) Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
4) Menyebutkan materi yang akan di berikan
5) Memimpin jalannya penyuluhan dan menjelaskan waktu
penyuluhan (kontrak waktu)
6) Menuliskan pertanyaan yang diajukan peserta penyuluhan
7) Menjadi penengah komunikasi antara peserta dan pemberi materi
8) Mengatur waktu penyuluhan
b Penyaji (Ahmad Syaripi, S.Kep)
Tugas
1) Menggali pengetahuan peserta tentang Kesehatan Reproduksi
Remaja
2) Mendorong dan meningkatkan kesadaran serta partisipasi peserta
dalam upaya mendorong dirinya sendiri dalam menjaga kesehatan
reproduksi remaja
3) Menyampaikan atau menyajikan materi penyuluhan
4) Menjawab pertanyaan peserta penyuluhan
c Fasilitator (Indah Permata Sari, S.Kep, Tri Kusumawati, S.Kep, Dewi
Partila, S.kep, Samsudin, S.Kep, Irwansyah S.Kep)
Tugas
1) Menyiapkan tempat dan media sebelum mulai penyuluhan.
2) Mengatur teknik acara sebelum penyuluhan.
3) Menyiapkan tempat dan media sebelum memulai penyuluhan.
4) Mengatur teknik acara sebelum dimulainya penyuluhan.
5) Memotivasi sasaran agar berpartisipasi dalam penyuluhan.
6) Membantu pembicara menjawab pertanyaan dari peserta.
7) Membagikan leaflet kepada peserta di akhir penyuluhan.
d Observer (Widy Prastyo, S.Kep)
Tugas
1) Mengobservasi jalannya proses kegiatan.
2) Mencatat perilaku verbal dan nonverbal peserta diskusi selama
kegiatan penyuluhan berlangsung.
3) Melaporkan kepada pembimbing tentang evaluasi dari hasil
penyuluhan.

a. Setting Tempat

Layar Infokus

Keterangan :

: Pembimbing :Observer

: Moderator : Fasilitator

: Penyaji : Remaja

b. Kegiatan Penyuluhan Kesehatan


No Kegiatan Penyuluh Remaja Waktu
materi
1. Pembukaan 1.Mengucap salam dan Menjawab 2 menit
. perkenalan salam
2.Menyampaikan pokok Menyimak
bahasan dan tujuan
3.Memberikan Menjawab
pertanyaan: apersepsi
2. Penyampaian 1.Menjelaskan Mendengarkan 10
Materi pengertian remaja dan Memperhatikan menit
perubahan pada masa
pubertas
2.Menjelaskan Defenisi Mendengarkan
seks pra nikah, Memperhatikan
penyebab, akibat dan
cara menghindari seks
pra nikah serta menjadi
3. Penutup remaja yang sehat Menjawab
1.Menanyakan tentang 3 menit
materi yang telah
disampaikan. Menjawab
2.Mengucap salam salam

7. Materi (terlampir)
8. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a. Setting waktu dan tempat sesuai rencana.
b. Ketersediaan media dan alat sesuai rencana.
c. Peserta hadir sesuai dengan yang diharapkan.
d. Setting tempat yang aman, nyaman, dan tenang.

2. Proses
a. Kegiatan penyuluhan berlangsung tepat waktu
b. Peserta mengikuti jalannya penyuluhan sampai selesai.
c. Selama penyuluhan peserta tidak ada keluar masuk.
d. Peserta mengikuti penyuluhan secara aktif.
3. Hasil
Peserta mampu :
a. Memahami Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja dan Seks Bebas Pra
Nikah
b. Memahami penyebab Terganggunya Kesehatan Reproduksi Remaja dan
Seks bebas Pra Nikah
c. Memahami Pencegahan Seks Bebas Pra Nikah

LAMPIRAN MATERI
A. Definisi remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa. Batasan usia Remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya
setempat. Remaja menurut BKKBN adalah penduduk laki-laki atau perempuan
yang berusia 10-19 tahun dan belum menikah. Sedangkan menurut WHO adalah
penduduk laki-laki atau perempuan yang berusia 15- 24 tahun ( BKKBN, 2003).
Remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi
pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas dan terjadi
perubahan perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2004).
Batasan remaja menurut WHO: Dalam tumbuh kembangnya menuju
dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan
melewati sebagai berikut:
a. Masa remaja awal /dini (Early adolescence) umur 11–13 tahun.
b. Masa remaja pertengahan (Middle adolescence) umur 14-16 tahun.
c. Masa remaja lanjut (Late adolescence) umur 17–20 tahun.
(Soetjiningsih, 2004).

Tabel 2.1 Tahapan perkembangan remaja


Tahapan Remaja Laki-laki perempuan
Umur (tahun) Umur (tahun)
Pra remaja <11 < 11
Remaja Awal 9-13 11-14
Remaja Menangah 13-16 14-17
Remaja Akhir > 16 > 17
Sumber : Dikutip dari PPFA, Adolescence Sexuality, 2001.

Ciri-cirperkembangan remaja. Dalam lingkungan sosial tertentu, masa


remaja bagi pria merupakan saat diperolehnya kebebasan. Sementara untuk
remaja wanita merupakan saat mulainya segala bentuk pembatasan. Menurut ciri
perkembangannya masa remaja dibagi menjadi tiga periode:
1. Masa Remaja Awal ( 10-12 tahun), Ciri khasnya :
a. Lebih dekat dengan teman sebaya.
b. Ingin Bebas
c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstra

2. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun), ciri khasnya :


a. Mencari identitas diri.
b. Timbulnya keinginan untuk kencan.
c. Punya rasa cinta yang mendalam
d. Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.
e. Berkhayal tentang aktivitas seks.

3. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun), ciri khasnya :


a. Pengungkapan kebebasan diri
b. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya.
c. Punya citra jasmani diri.
d. Dapat mewujudkan rasa cinta.
e. Mampu berfikir abstrak.
Menurut (BKKBN, 2003)

B. Perubahan yang terjadi pada remaja


1. Perubahan Fisik
Selama pertumbuhan pesat masa puber, terjadi empat perubahan fisik
penting dimana tubuh anak dewasa: perubahan ukuran tubuh, perubahan
proporsi tubuh, perkembangan ciri-ciri seks primer dan perkembangan ciri-
ciri seks sekunder (Hurlock, 2004: 188).
Perubahan primer Perubahan sekunder Perubahan primer pada
masa puber Perubahan primer pada masa pubertas adalah tanda-
tanda/perubahan yang menentukan sudah mulai berfungsi optimalnya organ
reproduksi pada manusia.
Pada pria – Gonad atau testis yang terletak di skrotum, di luar tubuh,
pada usia 14 tahun baru sekitar 10% dari ukuran matang. Kemudian terjadi
pertumbuhan pesat selama 1 atau 2 tahun, setelah itu pertumbuhan menurun,
testis sudah berkembang penuh pada usia 20 atau 21 tahun. Kalau fungsi
organ-organ pria sudah matang, maka biasanya mulai terjadi mimpi basah.
Pada wanita – Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa
puber, meskipun dalam tingkat kecepatan yang berbeda. Berat uterus anak
usia 11 atau 12 tahun berkisar 5,3 gram, pada usia 16 rata-rata beratnya 43
gram. Tuba falopi, telur-telur, dan vagina juga tumbuh pesat pada saat ini.
Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan menjadi
matang adalah datangnya menstruasi.(Hurlock, 2004: 210).
2. Perubahan sekunder pada masa pubertas
Perubahan sekunder pada masa pubertas adalah perubahan-perubahan
yang menyertai perubahan primer yang terlihat dari luar.
a. Pada perempuan:
lengan dan tungkai kaki bertambah panjang; pertumbuhan payudara;
tumbuh bulu-bulu halus disekitar ketiak dan vagina; panggul mulai
melebar; tangan dan kaki bertambah besar; tulang-tulang wajah mulai
memanjang dan membesar; vagina mengeluarkan cairan; keringat
bertambah banyak; kulit dan rambut mulai berminyak; pantat bertambah
lebih besar.
b. Pada pria:
lengan dan tungkai kaki bertambah panjang; tangan dan kaki bertambah
besar; pundak dan dada bertambah besar dan membidang; otot menguat;
tulang wajah memanjang dan membesar tidak tampak seperti anak kecil
lagi; tumbuh jakun; tumbuh rambut-rambut di ketiak, sekitar muka dan
sekitar kemaluan; penis dan buah zakar membesar; suara menjadi besar;
keringat bertambah banyak; kulit dan rambut mulai berminyak.(Sarlito,
2009: 1).
c. Perubahan Emosional/Psikologis
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “Badai dan
Tekanan”, sesuatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai
akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Pertumbuhan yang terjadi
terutama bersifat melengkapi pola yang sudah terbentuk pada masa
puber. Adapun meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan
perempuan berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru,
sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri
untuk menghadapi keadaan-keadaan itu (Hurlock, 2004: 212-213).
Masa remaja merupakan “badai dan tekanan”, masa stress full karena ada
perubahan fisik dan biologis serta perubahan tuntutan dari lingkungan,
sehingga diperlukan suatu proses penyesuaian diri dari remaja.

D. Definisi seks pra nikah


Pengertian perilaku seks pranikah adalah sebuah bentuk hubungan badan
yang dilakukan oleh sepasang individu tanpa ada ikatan resmi baik hukum
maupun agama. Perilaku seks pranikah di Indonesia saat ini sangat
mengkhawatirkan, khususnya pada remaja, pelajar, dan mahasiswa di beberapa
perkotaan.
Perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh
hasrat seksual yang dilakukan oleh dua orang, pria dan wanita diluar perkawinan
yang sah (Sarwono, 2005). Mu’tadin (2002) mengatakan bahwa perilaku seksual
pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses
pernikahan resmi menurut agama dan kepercayaan masing – masing.
Semantara Luthfie (dalam Amrillah dkk, 2001) mengungkapkan bahwa
perilaku seksual pranikah adalah prilaku seks yang dilakukan tanpa melalui
proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan
kepercayaan masing-masing individu. Simanjuntak (dalam prastawa &
Lailatushifah, 2009) menyatakan bahwa perilaku seksual pranikah adalah segala
macam tindakan seperti bergandengan tangan, berciuman sampai dengan
bersenggama yang dilakukan dengan adanya dorongan hasrat seksual yang
dilakukan sebelum ada ikatan pernikahan yang sah.
Berdasarkan definisi – definisi yang dikemukakan diatas, dapat
disimpulkan bahwa perilaku seksual pranikah adalah segala perilaku yang
didorong oleh hasrat seksual seperti bergandengan tangan, berciuman, bercumbu
dan bersenggama yang dilakukan oleh pria dan wanita tanpa melalui proses
pernikahan yang resmi menurut hukum dan agama.
E. Penyebab seks pranikah
Seks pranikah yang terjadi saat ini semakin menjadi suatu hal yang biasa,
para pelaku seks pranikah juga meluas hingga ke remaja yang usianya masih
tergolong sangat muda yaitu usia sekolah tingkat menengah pertama atau SMP.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya seks pranikah, misalnya:
1. Faktor lingkungan
Jika disuatu lingkungan yang sebagian besar orang-orangnya
melakukan seks pranikah maka hal tersebut sedikit banyak mempengaruhi
seseorang untuk ikut melakukan seks pranikah juga, karena secara sengaja
atau tidak sengaja hal tersebut sudah menjadi bagian dikehidupan seseorang.
Maka kemungkinan untuk melakukan seks pranikah semakin besar.
2. Faktor keluarga
Faktor ini juga bisa menjadi penyebab terjadinya seks pranikah yang
dilakukan oleh salah satu anggota keluarga tersebut, bisa terjadi pada anak
atau orang tuanya, hal ini dikarenakan adanya permasalahan keluarga yang
menimbulkan ketidak nyamanan didalam rumah dan ketidak nyamanan pada
satu sama lain, sehingga menyebabkan kurangnya perhatian, ketidak
perdulian atau kontrol atas prilaku dari anak dan orang tua tersebut sehingga
mereka mencari kenyamanan diluar tanpa adanya pihak yang mengikat atau
pun kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi hanya mencari kepuasan
semata.
3. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi termasuk faktor yang paling kuat atas terjadinya
beberapa peristiwa yang bisa dikatakan melenceng dari norma-norma yang
ada dimasyarakat, termasuk peristiwa seks pranikah ini, para pelaku seks
pranikah melakukan hal ini untuk mencari nafkah menghidupi keluarganya
yang berada dalam kondisi miskin atau pelaku tersebut melakukan seks
pranikah untuk membiayai kehidupannya yang glamor, yang membutuhkan
biaya hidup tinggi.

4. Faktor budaya
Ada beberapa negara yang mempunyai budaya dimana masyarakatnya
melakukan seks pranikah tanpa adanya norma-norma yang
mempermasalahkannya, sehingga hal tersebut sudah biasa terjadi di
kehidupan sehari-harinya.
5. Faktor kurangnya pendidikan agama
Kurangnya ajaran agama juga menjadi faktor yang menyebabkan
terjadinya seks pranikah, karena mereka tidak terlalu mengetahui atau bahkan
tidak mengetahui sama sekali, bahwa ajaran agama tidak menyarankan untuk
melakukan seks sebelum menikah karena adanya sanksi dosa bagi yang
menyakininya dan ada juga konsekuensi yang merugikan baik psikologi
maupun material, jika didukung oleh pendidikan agama sedikit banyak sudah
memiliki dasar keyakinan yang dapat mengurangi keinginan untuk
melakukan seks pranikah, maka jika ingin melakukan hubungan seksual
sebaiknya sudah menikah karena pernikahan didukung oleh hukum agama
dan hukum negara yang legal sehingga dapat melindungi hak-haknya jika
terjadi suatu hal yang merugikan.
Dari faktor-faktor diatas kembali lagi pada manusianya masing-
masing, jika mereka merasa siap dengan segala konsekuensi yang akan
terjadi, baik konsekuensi pada diri sendiri atau konsekuesi sosial yang ada
dimasyarakat maka mereka harus siap dengan segala dampak buruknya,
seperti tindak kekerasan hingga kemungkinan terburuknya ialah kematian.
Resiko tersebut harus dapat ditanggung oleh pelakunya masing-
masing karena untuk seks pranikah belum ada hukum yang mengaturnya,
contohnya jika terjadi kehamilan, pihak laki-laki dapat pergi meninggalkan
wanitanya begitu saja, tetapi jika ada kekerasan atau pencemaran nama baik,
hal tersebut bisa saja dipidanakan.
Maka seks pranikah sebaiknya tidak dilakukan karena ada beberapa
dampak yangsangat merugikan, di sini pihak yang akan sangat dirugikan
adalah pihak wanita. Maka sebaiknya para wanita harus pintar menjaga diri
dengan tidak mudah percaya dengan orang lain terutama pria dan harus punya
sikap agar pria menghormati wanita tersebut. dan bagi yang sudah melakukan
seks pranikah tidak usah merasa tidak berharga atau berputus asa karena
adanya penilaian norma-norma dimata masyarakat. dengan mempunyai
pekerjaan yang baik, tidak bergantung pada orang lain dan mempunyai
prilaku yang positif maka pria/orang lain tidak bisa mensepelekan wanita.
Karena tidak semua pria/orang lain itu baik dan sempurna sehingga bisa
menilai baik atau buruknya seseorang.
Fenomena sosialini sebenarnya adalah tanggung jawab bersama yang
seharusnya dapat dicegah melalui pendidikan didalam keluarga ataupun
pendidikan agama. tetapihal ini bisa saja tetap terjadimaka dari itu dari pada
saling menyalahkan lebih baik ikut memperbaiki keadaan agar tidak terjadi
hal-hal yang merugikan.

F. Cara menghindari seks pranikah


Apakah tips yang paling ampuh untuk mencegah seks bebas? Belakangan
ini, aktivitas seks bebas sudah mulai merebak di kalangan remaja Indonesia,
apalagi jika dibandingkan dengan keadaan 10-15 tahun yang lalu. Fenomena ini
adalah salah satu dampak negatif dari globalisasi yang ditelan mentah-mentah
oleh remaja Indonesia.
Mengapa seks bebas perlu dicegah? Yang pertama adalah ketidaksesuaian
hal ini dengan budaya ketimuran dan nilai-nilai bangsa Indonesia. Alasan lain
adalah seks bebas sangat berpotensi memicu kehamilan di luar nikah, penyakit
seksual menular, aborsi, serta berbagai dampak negatif lainnya. Tanpa perlu
berpanjang lebar lagi, berikut 10 cara mencegah seks bebas:
1. Pahami dampak negatif seks bebas
Satu hal yang bisa membuat anda atau anak anda menjauhi seks bebas
adalah dengan memahami dampak negatifnya. Pahamilah bahwa seks bebas
bisa membawa konsekuensi yang sangat fatal bagi masa depan anda, bahkan
berujung kematian. Seks bebas bisa meningkatkan resiko terjangkit AIDS,
salah satu penyakit yang hingga saat ini belum ada obatnya.
Selain itu secara psikologis seks bebas juga membawa dampak yang
buruk. Kita akan seolah-olah dihantui oleh perasaan berdosa dan
bersalah. Hal ini dalam jangka panjang bisa mengakibatkan turunnya rasa
percaya diri, stress, bahkan depresi.
2. Memberi batasan jam malam
Menurut penelitian sosiolog Universitas Cambridge, aktivitas seks
bebas 80 persen terjadi setelah jam 9 malam. Memang, jika menilik
kehidupan malam yang erat kaitannya dengan diskotik, klub,pub, bahkan
prostitusi; seks bebas sangat mungkin terjadi pada waktu-waktu
tersebut. Apalagi di malam hari suasana jauh lebih sejuk, sehingga secara
psikologis kita menjadi lebih berani untuk mencoba hal-hal baru.
Setelah memahami fenomena ini, cobalah untuk membatasi jam-jam
malam anda. Jangan terlalu sering keluar malam, karena hal ini memperbesar
kemungkinan terjadinya seks bebas. Kehidupan malam juga erat kaitannya
dengan kriminalitas, drugs, dan penyakit.; oleh karena itu tidak ada ruginya
dihindari.
3. Memilih lingkungan yang positif
Lingkungan sangat berperan dalam membentuk karakter serta perilaku
keseharian kita. Jika kita ingin menjauhkan diri sendiri atau anak-anak kita
dari seks bebas, masuklah ke dalam lingkungan yang kondusif. Pilihlah
tempat belajar seperti kampus atau sekolah yang memiliki disiplin tinggi,
berprestasi, dan membina murid-muridnya untuk tidak hanya sekedar menjadi
pandai, namun juga menjadi manusia yang baik.
Sekolah, kampus, dan tempat kerja sangat berperan penting dalam
menentukan kebiasaan kita. Jika masuk ke dalam lingkungan yang negatif,
diperlukan usaha yang lebih berat untuk menjauhkan diri dari hal-hal negatif
seperti seks bebas. Oleh karena itu, pastikan untuk sebisa mungkin masuk ke
lingkungan yang bagus.
4. Memantau pergaulan
Setelah faktor lingkungan, faktor selanjutnya yang harus dipantau
untuk mencegah seks bebas adalah pergaulan. Perhatikan dengan siapa anak-
anak anda bergaul. Perhatikan sikap teman-temannya, dan seberapa besar
sikapnya ikut berubah setelah bergaul dengan mereka. Jika anda menyadari
perilaku negatif mulai muncul pada anak-anak anda, jangan ragu untuk
langsung memberinya nasihat.
Pergaulan sangat berperan dalam mencegah seks bebas. Jika anda
masuk ke dalam kalangan yang rajin belajar, taat, dan agamis, kemungkinan
untuk terhindar dari pengaruh negatif kehidupan malam jauh lebih
besar. Oleh karena itu, jagalah baik-baik lingkungan pergaulan anda.
5. Menjalin hubungan akrab antara orang tua dan anak
Salah satu faktor penting yang sering dilupakan untuk mengurangi
risiko seks bebas adalah dengan cara menjaga hubungan baik orangtua dan
anak. Berdasarkan penelitian, anak yang kurang diperhatikan dan memiliki
hubungan yang renggang dengan orangtuanya cenderung terjerumus ke
perilaku free sex. Begitu juga anak yang berasal dari keluarga yang tidak
harmonis.
Jika hubungan orangtua-anak terjaga dengan baik, akan lebih mudah
bagi anda untuk memantau dan mencegah sang anak masuk ke pergaulan
yang negatif. Jika anda perlu melakukan campur tangan dan menasihati sang
anak, ia pun akan lebih mudah menerima dan menuruti nasihat anda.
6. Pikirkan masa depan
Pola pikir yang harus anda tanamkan untuk mencegah diri sendiri atau
anak untuk melakukan seks bebas adalah dengan memikirkan masa
depan. Kembali pada poin nomor 10, anda harus lebih dahulu menyadari
dampak negatif dari seks bebas. Jangan sampai anda tergiur dengan
kenikmatan sesaat, namun pada akhirnya mengalami kesengsaraan dalam
waktu yang lama.
Bagi para remaja, poin ini harus ditanamkan dengan baik. Bayangkan
nasib mereka jika ternyata sudah harus menjadi orang tua, padahal masih
bersekolah dan belum mampu secara ekonomi. Ingatkan bahwa keluarga
mereka menaruh harapan pada para remaja tersebut untuk menjadi orang
yang sukses.
7. Menikah
Ditinjau dari segi sosial dan biologis, menikah adalah solusi yang
sangat tepat untuk menghindari seks bebas, tentu apabila anda sudah memiliki
tabungan yang cukup serta mampu membiayai hidup anda dan
pasangan. Dengan menikah, anda bebas melakukan hubungan seks dengan
suami/ istri anda tanpa khawatir mendapat cap negatif dari masyarakat.
Jika anda melihat diri anda atau anak-anak anda sudah mapan secara
finansial dan kebutuhan untuk berhubungan badan tidak dapat lagi ditahan,
jangan tunda-tunda untuk menikah. Percayalah, dengan menikah anda akan
menjadi lebih bertanggung jawab, dan kehidupan anda akan terasa lebih indah
dilalui bersama orang yang anda cintai.
8. Mendekatkan diri kepada Tuhan
Jika penjelasan secara rasional masih dirasa kurang efektif untuk
menjauhkan diri dari seks bebas, cobalah untuk memahaminya dari sudut
pandang agama. Tidak ada agama apapun di dunia ini yang membolehkan
perilaku hubungan badan selain dengan suami istri. Jika anda orang yang
religius, cobalah untuk memahami berbagai ajaran agama untuk mencegah
berbagai perilaku negative.
Agar lebih yakin, anda bisa mendengarkan ceramah-ceramah agama
atau meminta nasihat dari tokoh agama setempat. Perbanyaklah juga
beribadah, karena aktivitas ini bisa mendekatkan diri anda pada Tuhan dan
membuat anda lebih takut berbuat dosa.
9. Beraktivitas Positif
Perilaku seks bebas terjadi karena terlalu banyak waktu yang
dilewatkan dalam lingkungan yang tidak sehat. Oleh karena itu, untuk
mencegahnya anda perlu mengisi hari-hari anda atau anak anda dengan hal-
hal yang positif. Jangan biarkan ada terlalu banyak waktu kosong. Cobalah
untuk mengisi waktu-waktu tersebut dengan mengikuti kursus, belajar,
memulai usaha baru, berbisnis, atau menciptakan berbagai karya.
Hal-hal positif tersebut juga membuat anda sibuk sehingga tidak
memiliki waktu untuk sekedar keluyuran atau nongkrong-nongkrong tidak
jelas. Selain terhindar dari hal-hal buruk, aktivitas positif juga sangat
bermanfaat untuk mengembangkan kepribadian seseorang ke arah yang lebih
baik.

10. Memberi pendidikan seks yang benar


Pendidikan seks adalah langkah yang tidak boleh dilupakan dan
merupakan salah satu cara mencegah seks bebas paling penting. Ada
banyak kasus di mana pergaulan bebas terjadi karena ketidaktahuan
seseorang terhadap berbagai risiko seks bebas, seperti kehamilan dan
penyakit menular. Oleh karena itu, pastikan untuk memberi pendidikan
seks pada anak-anak anda begitu mereka memasuki usia remaja.
Memang di Indonesia, pembicaraan tentang seks antara orang tua dan
anak masih sering dianggap tabu. Namun seiring dengan berkembangnya
zaman di mana informasi begitu melimpah dan mudah diakses.
DAFTAR PUSTAKA

Warih Andan .P,Kesehatan Reproduksi Remaja, Training Pendidikan,Pengurus


DPD PKS, Bantul
DepKes RI,Remaja dan Seks Pra Nikah, 2000
DAFTAR HADIR

PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DAN SEKS PRA


NIKAH
1. Peserta
No. Nama Paraf
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.

Anda mungkin juga menyukai