Pre Planning Penyuluhan (Revisi)
Pre Planning Penyuluhan (Revisi)
A. Latar Belakang
Statistik di dunia menunjukkan antara 1/3-2/3 korban perkosaan di seluruh
dunia berumur antara 15 tahun atau kurang. Tiap tahun 15 juta anak remaja
berumur 15 sampai 19 tahun melahirkan. Ini 1/5 dari jumlah kelahiran di dunia.
Di negara berkembang, rata-rata 40% dari perempuan yang melahirkan sebelum
berumur 20 tahun, antara 8% persen di Asia Timur dan 56% dari Afrika. Di
negara maju, hanya sekisar 10% dari anak remaja melahirkan. Tiap tahun 1 juta
sampai 4,4 juta anak remaja di negara berkembang mengalami pengguguran dan
kebayakan prosedur dilakukan di bawah kondisi-kondisi yang tidak aman
(Sarwono, 2005).
Data kesehatan remaja, Amerika Serikat tahun 1997, menampilkan gambaran
yang menakjubkan. Jumlah remaja usia (15-19 tahun) yang mengalami kehamilan
mencapai 840.000 atau 79% dari seluruh kehamilan. Proporsi hubungan seksual
(40%) dan kehamilan remaja yang tidak diinginkan (19%) terlihat tinggi. Sekitar
13% persalinan berasal dari remaja putri dan sekitrar (31%) diantaranya tanpa
pernikahan. Di indonesia fertilitas dikalangan remaja yang mempunyai anak
sebelum mencapai usia 20 tahun (10%) terlihat cukup tinggi. Persalinan pada usia
remaja (11%) dan 43 % diantaranya melahirkan anak pertama periode kurang 9
bulan dari pernikahan mereka. Remaja putri terbukti melakukan hubungan seksual
(30%) yang berakibat kehamilan yang tidak terencana (57%) dan diselesaikan
dengan aborsi (40%) (Kodim, 2008).
Remaja adalah generasi penerus yang merupakan tulang punggung dan aset
bangsa. Banyaknya permasalahan dan fenomena pada usia ini perlu menjadi
perhatian kita bersama. Apalagi pada masa ini merupakan masa transisi yang
penuh gejolak. Pendidikan kesehatan tentang seks pada remaja masih dianggap
tabu oleh masyarakat sehingga pemahaman pendidikan seks pada remaja masih
kurang dan membuat mereka semakin binggung untuk bertanya dan berdiskusi
tentang seks. Tak jarang remaja akhirnya mendapat informasi yang salah yang
akhirnya dapat merugikan dirinya sendiri dan masyarakat.
Berdasarkan data yang diperoleh di RT 37 (Lingkungan I) Kelurahan Talang
Bakung Kecamatan Paal Merah Kota Jambi diperoleh data sebagai berikut jumlah
remaja sebanyak (17,14%), kegiatan yang dilakukan remaja (90,38%) adalah
bersekolah dan remaja yang bekerja sebanyak (9,62%). Data remaja yang
merokok sebanyak (10%) dengan alasan akibat pengaruh lingkungan sebanyak
(40%) dan ketagihan sebanyak (40%) dan lain – lain sebanyak (20%).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan remaja di RT 37 Talang Bakung
Kota Jambi dapat meningkatkan pengetahuan tentang seks pra nikah
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan remaja di RT 37 Talang Bakung
Kota Jambi:
a. Mengisi waktu dengan kegiatan positif
b. Menjauhi seks bebas
c. Menjaga pergaulan
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Pokok Bahasan
Kesehatan Reproduksi Remaja
2. Sasaran dan Target
a. Sasaran
Remaja di RT 37 Talang Bakung Kota Jambi
b. Target
Semua Remaja di RT 37 Talang Bakung Kota Jambi
3. Metode
a. Ceramah (penyampaian materi melalui power point)
b. Tanya Jawab dan diskusi
4. Media dan alat
a. Laptop
b. Infokus
c. Leaflet
d. Layar
a. Setting Tempat
Layar Infokus
Keterangan :
: Pembimbing :Observer
: Moderator : Fasilitator
: Penyaji : Remaja
7. Materi (terlampir)
8. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a. Setting waktu dan tempat sesuai rencana.
b. Ketersediaan media dan alat sesuai rencana.
c. Peserta hadir sesuai dengan yang diharapkan.
d. Setting tempat yang aman, nyaman, dan tenang.
2. Proses
a. Kegiatan penyuluhan berlangsung tepat waktu
b. Peserta mengikuti jalannya penyuluhan sampai selesai.
c. Selama penyuluhan peserta tidak ada keluar masuk.
d. Peserta mengikuti penyuluhan secara aktif.
3. Hasil
Peserta mampu :
a. Memahami Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja dan Seks Bebas Pra
Nikah
b. Memahami penyebab Terganggunya Kesehatan Reproduksi Remaja dan
Seks bebas Pra Nikah
c. Memahami Pencegahan Seks Bebas Pra Nikah
LAMPIRAN MATERI
A. Definisi remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa. Batasan usia Remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya
setempat. Remaja menurut BKKBN adalah penduduk laki-laki atau perempuan
yang berusia 10-19 tahun dan belum menikah. Sedangkan menurut WHO adalah
penduduk laki-laki atau perempuan yang berusia 15- 24 tahun ( BKKBN, 2003).
Remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi
pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas dan terjadi
perubahan perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2004).
Batasan remaja menurut WHO: Dalam tumbuh kembangnya menuju
dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan
melewati sebagai berikut:
a. Masa remaja awal /dini (Early adolescence) umur 11–13 tahun.
b. Masa remaja pertengahan (Middle adolescence) umur 14-16 tahun.
c. Masa remaja lanjut (Late adolescence) umur 17–20 tahun.
(Soetjiningsih, 2004).
4. Faktor budaya
Ada beberapa negara yang mempunyai budaya dimana masyarakatnya
melakukan seks pranikah tanpa adanya norma-norma yang
mempermasalahkannya, sehingga hal tersebut sudah biasa terjadi di
kehidupan sehari-harinya.
5. Faktor kurangnya pendidikan agama
Kurangnya ajaran agama juga menjadi faktor yang menyebabkan
terjadinya seks pranikah, karena mereka tidak terlalu mengetahui atau bahkan
tidak mengetahui sama sekali, bahwa ajaran agama tidak menyarankan untuk
melakukan seks sebelum menikah karena adanya sanksi dosa bagi yang
menyakininya dan ada juga konsekuensi yang merugikan baik psikologi
maupun material, jika didukung oleh pendidikan agama sedikit banyak sudah
memiliki dasar keyakinan yang dapat mengurangi keinginan untuk
melakukan seks pranikah, maka jika ingin melakukan hubungan seksual
sebaiknya sudah menikah karena pernikahan didukung oleh hukum agama
dan hukum negara yang legal sehingga dapat melindungi hak-haknya jika
terjadi suatu hal yang merugikan.
Dari faktor-faktor diatas kembali lagi pada manusianya masing-
masing, jika mereka merasa siap dengan segala konsekuensi yang akan
terjadi, baik konsekuensi pada diri sendiri atau konsekuesi sosial yang ada
dimasyarakat maka mereka harus siap dengan segala dampak buruknya,
seperti tindak kekerasan hingga kemungkinan terburuknya ialah kematian.
Resiko tersebut harus dapat ditanggung oleh pelakunya masing-
masing karena untuk seks pranikah belum ada hukum yang mengaturnya,
contohnya jika terjadi kehamilan, pihak laki-laki dapat pergi meninggalkan
wanitanya begitu saja, tetapi jika ada kekerasan atau pencemaran nama baik,
hal tersebut bisa saja dipidanakan.
Maka seks pranikah sebaiknya tidak dilakukan karena ada beberapa
dampak yangsangat merugikan, di sini pihak yang akan sangat dirugikan
adalah pihak wanita. Maka sebaiknya para wanita harus pintar menjaga diri
dengan tidak mudah percaya dengan orang lain terutama pria dan harus punya
sikap agar pria menghormati wanita tersebut. dan bagi yang sudah melakukan
seks pranikah tidak usah merasa tidak berharga atau berputus asa karena
adanya penilaian norma-norma dimata masyarakat. dengan mempunyai
pekerjaan yang baik, tidak bergantung pada orang lain dan mempunyai
prilaku yang positif maka pria/orang lain tidak bisa mensepelekan wanita.
Karena tidak semua pria/orang lain itu baik dan sempurna sehingga bisa
menilai baik atau buruknya seseorang.
Fenomena sosialini sebenarnya adalah tanggung jawab bersama yang
seharusnya dapat dicegah melalui pendidikan didalam keluarga ataupun
pendidikan agama. tetapihal ini bisa saja tetap terjadimaka dari itu dari pada
saling menyalahkan lebih baik ikut memperbaiki keadaan agar tidak terjadi
hal-hal yang merugikan.