Anda di halaman 1dari 23

Konstruksi

Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam sebuah
bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai bangunan atau satuan
infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area. Secara ringkas konstruksi didefinisikan
sebagai objek keseluruhan bangun(an) yang terdiri dari bagian-bagian struktur. Misal, Konstruksi
Struktur Bangunan adalah bentuk/bangun secara keseluruhan dari struktur bangunan. contoh
lain: Konstruksi Jalan Raya, Konstruksi Jembatan, Konstruksi Kapal, dan lain lain.

Konstruksi dapat juga didefinisikan sebagai susunan (model, tata letak) suatu bangunan
(jembatan, rumah, dan lain sebagainya)[1] Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai satu
pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan satuan kegiatan yang terdiri dari
beberapa pekerjaan lain yang berbeda.

Pada umumnya kegiatan konstruksi diawasi oleh manajer proyek, insinyur disain, atau arsitek
proyek. Orang-orang ini bekerja di dalam kantor, sedangkan pengawasan lapangan biasanya
diserahkan kepada mandor proyek yang mengawasi buruh bangunan, tukang kayu, dan ahli
bangunan lainnya untuk menyelesaikan fisik sebuah konstruksi.

Untuk keberhasilan pelaksanaan proyek konstruksi, perencanaan yang efektif sangatlah penting.
Hal ini terkait dengan rancang-bangun (desain dan pelaksanaan) infrastruktur yang
mempertimbangkan mengenai dampak pada lingkungan / AMDAL, metode penentukan besarnya
biaya yang diperlukan / anggaran, disertai dengan jadwal perencanaan yang baik,keselamatan
lingkungan kerja, ketersediaan material bangunan, logistik, ketidaknyamanan publik terkait
dengan yang disebabkan oleh keterlambatan persiapan tender dan penawaran, dll
Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian area darat, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.

Jalan khusus adalah jalan yang di bangun oleh instasi, badan usaha, perseorangan, atau
kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.

Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan
nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol.

Tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk penggunaan jalan tol.

Penyelenggaraan jalan adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan,


dan pengawasan jalan.

Pengaturan jalan kegiatan perumusan kebijakan perencanaan, penyusunan perencanaan umum,


dan penyusunan peraturan perundang-undangan jalan.

Pembinaan jalan adalah kegiatan penyusunan pedoman dan standar teknis, pelayanan,
pemberdayaan sumber daya manusia, serta penelitian dan pengembangan jalan.

Pengembangan jalan adalah kegiatan pemrograman dan penganggaran, perencanaan teknis,


pelaksanaan konstruksi, serta pengoperasian dan pemeliharaan jalan

Pengawasan jalan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan tertib pengaturan,
pembinaan, dan pengembangan jalan.

Penyelenggara jalan adalah pihak yang melakukan peraturan, pembinaan, pembangunan, dan
pengawasan jalan sesuai dengan kewenangannya.

Jalan bebas hambatan adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan pengendalian jalan
masuk secara penuh dan tanpa adanya persimpangan sebanding serta dilengkapai dengan pagar
ruang milik jalan.
Jembatan

Jembatan Golden Gate menghubungkan San Francisco ke Marin County.

Jenis bangunan bentangan air: 1. Jembatan suspensi, 2. Jembatan Archimedes, 3. Tabung terbenam
(Immersed tube), 4: Terowongan bawah air

Saudi Bahrain Bridge, King Fahd Causeway sepanjang 25 km(16 mi).


Kereta Maglev Shanghai di atas jembatan yang menghubungkan Bandar Udara Internasional Pudong
Shanghai dengan kota.

Jembatan Oresund, kombinasi jembatan dan terowongan kereta api rel kembar dan jalan raya
kembar yang melintasi Selat Øresund. Jembatan ini menghubungkan Swedia dan Denmark.

Jembatan gorong gorong beton pracetak.


Box culvert /gorong gorong beton pracetak di Jepang.

Jembatan merupakan struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang atau rintangan seperti
sungai, rel kereta api ataupun jalan raya. Jembatan dibangun untuk penyeberangan pejalan kaki,
kendaraan atau kereta api di atas halangan.Jembatan juga merupakan bagian dari infrastruktur
transportasi darat yang sangat vital dalam aliran perjalanan (traffic flows). Jembatan sering
menjadi komponen kritis dari suatu ruas jalan, karena sebagai penentu beban maksimum
kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut.

Sejarah

Fremont Bridge (Portland)

Jembatan pertama yang dibuat dengan titian kayu untuk menyeberangi sungai. Ada juga orang
yang menggunakan dua utas tali atau rotan, yang diikat pada bebatuan di tepi sungai. Seterusnya,
batu digunakan, tetapi cuma sebagai rangka. Jembatan gerbang berbentuk melengkung yang
pertama dibuat semasa zaman Emperor Roma, dan masih banyak jembatan dan saluran air orang
Roma yang kenal hingga hari ini. Orang-orang Roma juga mempunyai pengetahuan, yang
mengurangkan perbedaan kekuatan batu2 yang berbeda. Jembatan bata dan mortar dibuat pada
zaman kaisar Romawi, karena sesudah zaman tersebut, teknologi pengetahuan telah hilang. Pada
Zaman Pertengahan, tiang-tiang jembatan batu biasanya lebih besar sehingga menyebabkan
kesulitan kepada kapal-kapal yang lalu-lalang di sungai tersebut.

Pada abad ke-18, mulai banyak pembaruan dalam pembuatan jembatan kayu oleh Hans Ulrich,
Johannes Grubenmann dan lain-lain. Dengan kedatangan Revolusi Industri pada abad ke-19,
sistem rangka (truss system) menggunakan besi untuk memajukan untuk pembuatan jembatan
yang lebih besar, tetapi besi tidak mempunyai kekuatan ketegangan (tensile strength) yang cukup
untuk beban yang besar. Apabila mempunyai kekuatan ketegangan yang tinggi, jembatan yang
lebih besar akan dibuat, kebanyakannya menggunakan idea Gustave Eiffel, yang pertama kali
dipertunjukkan di Menara Eiffel di Paris, Prancis. Yang sesuai digunakan untuk pembuatan
jembatan yang panjang karena ia mempunyai kekuatan-kepada-berat yang tinggi, tetapi konkrit
pula mempunyai kos penjagaan yang lebih murah. Jadi, selalunya "konkrit diperkuat"
(reinforced concrete) digunakan - kekuatan ketegangan konkrit yang lemah diisi oleh kabel
tembaga yang ditanam di dalam konkrit itu.

Jenis-jenis jembatan

The Lake Champlain Bridge

Jembatan sementara
Perakitan dan pembangunan jembatan darurat

Putar media
Jembatan darurat

Jenis-jenis jembatan bisa dikategorikan berdasarkan kegunaannya ataupun struktur penopangnya.

Dari segi kegunaan

Jembatan kereta api di daerah Priangan pada masa Hindia Belanda

Suatu jembatan biasanya dirancang sama untuk kereta api, untuk pemandu jalan raya atau untuk
pejalan kaki. Ada juga jembatan yang dibangun untuk pipa-pipa besar dan saluran air yang bisa
digunakan untuk membawa barang. Kadang-kadang, terdapat batasan dalam penggunaan
jembatan; contohnya, ada jembatan yang dikususkan untuk jalan raya dan tidak boleh digunakan
oleh pejalan kaki atau penunggang sepeda. Ada juga jembatan yang dibangun untuk pejalan kaki
(jembatan penyeberangan), dan boleh digunakan untuk penunggang sepeda.

Jembatan upacara dan hiasan

Setengah jembatan dibuat lebih tinggi daripada yang diperlukan, agar pantulan jembatan itu akan
melengkapkan sebuah bulatan. Jembatan seperti ini, yang selalunya dijumpai di taman oriental,
dipanggil "Jembatan Bulan", kerana jambatan itu dan pantulannya menyerupai sebuah bulan
purnama.

Adalah biasa di istana2 jembatan dibuat sungai tiruan sebagai simbol perjalanan ke tempat
ataupun keadaan minda yang penting. Ada satu set yang terdiri daripada lima jambatan yang
merentasi satu sungai yang berbelit-belit di salah sebuah laman penting di Bandar Terlarang
(Forbidden City) di Beijing, Cina. Jambatan yang tengah hanya boleh dilalui oleh Maharaja,
Permaisuri dan dayang-dayang mereka.

Dari segi struktur

Perancangan dan bahan asas pembinaan jambatan bergantung kepada lokasi dan juga jenis
muatan yang akan ditanggungnya. Berikut adalah beberapa jenis jembatan yang utama:
Jembatan batang kayu (log bridge)

Jembatan kayu di Desa Betao, Kecamatan Pituriawa, Kabupaten Sidenreng Rappang

Jembatan yang terawal adalah apabila manusia mengambil kesempatan dari pohon kayu yang
tumbang merentasi sungai. Jadi, tak heranlah jika jembatan yang pertama dibuat ialah pokok
yang sengaja ditumbangkan meintasi sungai. Kini, jambatan seperti itu hanya digunakan secara
sementara, contohnya di tempat2 pembalakan, yang mana jalan yang dibuat hanyalah untuk
sementara dan kemudian ditinggalkan. Ini karena jembatan seperti ini mempunyai jangka waktu
yang pendek disebabkan oleh pohon menyentuh tanah (yang basah) hingga menyebabkannya
mereput, serta serangan anai-anai dan serangga-serangga lain. Jembatan batang kayu yang tahan
lama boleh dibuat dengan menggunakan tapak konkrit yang tidak ditakungi air dan dijaga
dengan baik.

Jembatan lengkung (arch bridge)

Jembatan lengkung di jalan dari Sukaraja ke Purbalingga (1900-1905)

Jembatan lengkung memiliki abutment pada setiap ujungnya. Beban jembatan didorong ke
abutment pada kedua sisi. Jembatan lengkung tertua di dunia dibuangun oleh orang Yunanu,
termasuk Jembatan Arkadiko.

Dengan rentang sejauh 220 meter, Jembatan Solkan di atas Sungai Soča di Solkan, Slovenia,
adalah jembatan batu kedua terbesar di dunia dan jembatan batu trek kereta terpanjang. Selesai
dibangun pada tahun 1905. Lengkungannya yang terdiri dari 5,000 ton blok batu diselesaikan
hanya dalam 18 hari, merupakan lengkungan baru kedua terbesar di dunia, dikalahkan hanya
oleh Friedensbrücke (Syratalviadukt) di Plauen, dan lengkungan batu trek kereta terbesar.
Lengkungan Friedensbrücke, yang dibangun pada tahun yang sama, merentang sepanjang 90m
dan melewati lembah Sungai Syrabach. Perbedaan keduanya adalah Jembatan Solkan dibuat dari
blok batu, sedangkan Friedensbrücke dibuat dari batu yang dihancurkan dicampur dengan semen
mortar.
Jembatan lengkung terbesar saat ini adalah Jembatan Chaotianmen di atas Sungai Yangtze
dengan panjang 1,741m dan rentangan sejauh 552 m. Jembatan ini dibuka pada tanggal 20 April
2009 di Chongqing, China.

Jembatan alang (Beam bridge)

Jembatan ini juga bisa disebut keturunan langsung jambatan batang kayu, jambatan alang
biasanya dibuat dari alang keluli "I", konkrit diperkuat atau konkrit telah-tertegang (post-
tensioned concrete) yang panjang. Ia kurang digunakan sekarang kecuali untuk jarak yang dekat.
Jembatan ini selalu digunakan untuk jembatan pejalan kaki dan juga jembatan-jembatan yang
merintangi hutan.

Jembatan kerangka (Truss bridge)

Jika alang2 itu disusun dalam bentuk kekisi, contohnya segitiga, supaya setiap alang hanya
menampung sebagian berat struktur itu, maka ia dinamakan jembatan kerangka. Jika
dibandingkan dengan jembatan alang, jembatan kerangka adalah lebih hemat dalam penggunaan
bahan. Kerangka bisa menahan beban yang lebih berat untuk jarak yang lebih jauh menggunakan
elemen yang lebih pendek daripada jambatan alang. Ada berbagai jenis cara untuk membuat
kerangka ini, namun begitu, semuanya menggunakan prinsip penggiliran elemen tegangan dan
tekanan. Sekiranya satu-satu elemen itu telah diketahui - melalui analisis kejuruteraan - hanya
akan mengalami ketegangan tanpa tekanan atau kenduran, maka ia bisa dibuat dari batang keluli
yang lebih langsing. Bagian atas kerangka selalunya mengalami tekanan, manakala bagian
bawahnya mengalami tegangan.

Jembatan ini selalu dibuat dengan menggunakan dua kerangka yang dihubungkan dengan
elemen-elemen penjuru yang mendatar untuk membentuk sebuah struktur berbentuk kotak. Jalan
yang akan dilalui boleh terjadi daripada sebagian elemen-elemen atas atau bawah, atau juga
boleh digantung di tengah-tengah. Jika jambatan itu harus menyeberangi jurang yang sangat
dalam, kerangka itu boleh diimbangi. Ini selalunya terjadi jika tebing yang betul-betul
bertentangan membuatkan kerja-kerja pembuatan lebih sukar.

Jambatan kerangka boleh dibuat dari hampir semua bahan yang keras dan kuat, termasuk batang
kayu, keluli ataupun konkrit diperkuat. Konsep kerangka ini juga digunakan dalam jembatan-
jembatan yang lain ataupun komponen-komponen jembatan seperti struktur geladak jambatan
gantung.

Jembatan gerbang tertekan (Compression arch bridge)

Jembatan berbentuk ini adalah antara jambatan yang paling awal yang dapat merintangi jarak
yang jauh menggunakan batu bata ataupun konkrit. Bahan-bahan ini boleh menerima tekanan
yang tinggi tetapi tidak boleh menahan tegangan yang kuat. Jambatan ini berbentuk pintu
gerbang - maka sebarang tekanan menegak akan turut menghasilkan tekanan mendatar di puncak
gerbang itu.
Di kebanyakan jembatan gerbang, jalan diletakkan di atas struktur gerbang itu. Saluran air orang-
orang Roma dahulu menggunakan kaidah untuk menyusun beberapa jembatan gerbang -
daripada jembatan panjang kepada jembatan pendek apabila ketinggian ditambahkan - untuk
mencapai ketinggian sambil mengekalkan ketegaran struktur itu, dengan mengelakkan
pembinaan elemen menegak yang tinggi dan langsing. Jembatan gerbang ini masih digunakan di
terusan-terusan air dan jalan raya kerana ia mempunyai bentuk yang menarik, terutamanya
apabila ia menyeberangi air kerana pantulan gerbang itu membentuk kesan visual berbentuk
bulatan dan bujur.

Kebanyakan jembatan gerbang tertekan moden dibuat daripada konkrit diperkuat. Untuk
pembuatannya, pendukung sementara bisa didirikan untuk mendukung bentuk jembatan itu.
Apabila konkrit telah mengeras, barulah pendukung sementara itu dibuang.

Salah satu variasi kepada jembatan jenis ini adalah apabila gerbang jembatan itu naik lebih tinggi
daripada jalan. Dalam kes ini, kabel tembaga menghubungkan jalan dengan gerbang itu.

Jembatan gantung (Suspension bridge)

Jembatan gantung di atas sungai Bila, Pituriase, Sidenreng Rappang

Jembatan gantung adalah satu lagi jenis jembatan yang pertama, dan masih lagi dibuat
menggunakan bahan asli, seperti tali jerami di setengah daerah di Amerika Selatan. Sudah
semestinya jembatan ini diperbarui secara berkala kerana bahan ini tidak tahan lama, dan di sana,
bahan-bahan ini dibuat oleh keluarga-keluarga sebagai sumbangan masyarakat. Sejenis variasi
yang lebih kekal, sesuai untuk pejalan kaki dan kadang kala penunggang kuda boleh dibuat
daripada tali biasa. Puak Inca di Peru juga pernah menggunakan jembatan ini pada abad ke-16
untuk jarak sejauh 60 meter. Bagi jembatan ini, laluan jalan akan mengikut lengkungan menurun
dan menaik kabel yang membawa beban. Tali tambahan juga diletakkan pada paras yang lebih
tinggi sebagai tempat berpegang. Untuk berjalan di jembatan seperti ini, dengan cara berjalan
seperti meluncur, karena cara berjalan yang biasa akan menghasilkan gelombang bergerak yang
akan menyebabkan jembatan dan pejalan kaki bergoyang atas-ke-bawah atau kiri-ke-kanan.
Jembatan gantung modern yang mampu membawa kendaraan menggunakan dua menara
menggantikan pokok. Kabel yang merentangi jembatan ini perlu ditambat dengan kuat di kedua
belah ujung jembatan, karena sebagian besar beban di atas jembatan akan dipikul oleh tegangan
di dalam kabel utama ini. Sebagai jalannya dihubungkan ke kabel utama dengan menggunakan
jaringan kabel-kabel lain yang digantung menegak. Jembatan seperti ini hanya cocok digunakan
untuk jarak yang jauh, atau tidak memungkinkan didirikan tiang penahan karena arus deras dan
berbahaya. Jembatan seperti ini juga selalu menjadi suatu pemandangan yang bagus. jembatan
ini tidak sesuai untuk digunakan oleh kereta api karena akan melentur disebabkan oleh beban
kereta.

Jembatan kabel-penahan (Cable-stayed R bridge)

Jembatan kabel-penahan adalah jambatan yang menggunakan beberapa kabel yang berasingan
yang menghubungkan jalan dengan menara. Kabel2 pepenjuru ini diikat dengan tegang dan lurus
(tidak melentur kecuali disebabkan oleh berat sendiri) ke beberapa tempat yang berlainan di
sepanjang jalan. Kabel2 itu boleh diikat di tengah-tengah jalan (satu jaringan) atau di tepi jalan
(dua jaringan). Biasanya dua menara digunakan, dan kabel-kabel disusun dalam bentuk kipas.

Kelebihan jembatan ini dibanding jembatan gantung adalah tambatan yang kukuh di ujung
jembatan untuk menahan tarikan kabel tidak diperlukan. Ini disebabkan oleh geladak jambatan
itu senantiasa berada di dalam keadaan tekanan. Ini menjadikan jambatan ini sebagai jambatan
pilihan di tempat2 yang keadaan tanahnya kurang baik, asalkan menara-menaranya boleh dipasak
dengan baik.

Antara contoh jambatan kabel penahan yang terkenal di Malaysia termasuklah Jambatan Pulau
Pinang, Jembatan Kedua Muar dan Jambatan Sungai Johor (yang bakal dibuka pada tahun 2010).

Jembatan penyangga (Cantilever bridge)

Jembatan penyangga biasanya digunakan untuk mengatasi masalah pembuatan apabila keadaan
tidak praktikal untuk menahan beban jembatan dari bawah semasa pembuatan. Disebabkan ia
agak keras/tidak mudah bergoyang, ia sesuai digunakan untuk membawa landasan kereta api.
Walaupun dari segi seni bina penyangga selalunya mempunyai cuma satu bagian, untuk
jembatan biasanya dua bahagian (sepasang) yang serupa dibuat.

Satu kelebihan jambatan ini ialah ia boleh dibina dengan cuma bekerja menggunakan caisson
sementara – ini dilakukan dengan membuat kedua-dua bagian sekaligus untuk memastikan
keseimbangan jembatan itu. Kebanyakan jembatan penyangga menggunakan sepasang struktur
yang serupa, setiap satu dengan satu menara dan dua penyangga yang terjulur keluar. Kemudian,
apabila siap, jembatan itu biasanya akan ditambat di ujungnya, untuk mengelakkan penyangga
tadi terjungkit, dan menghasilkan celah yang lebar di antara kedua-dua penyangga tadi. Setelah
itu, satu jalan yang telah siap dibina awal-awal diangkat dan diletakkan di tengah-tengah
jambatan itu menggunakan kabel untuk meyambung kedua-dua bagian. Jika tidak, bagian tengah
jalan itu bisa dibuat ketika itu juga daripada bagian-bagiannya.
Prinsip penyangga ini biasa digunakan dalam pembuatan jembatan gerbang tertekan. Dalam
kebanyakan pembuatan jembatan jarak jauh moden, menara dan kabel sementara digunakan
untuk menahan bagian-bagian gerbang yang dibuat secara bertingkat. Cara ini agak sama dengan
cara pembuatan jembatan kabel-penahan. Penggunaan menara sementara ini mengurangi jumlah
bahan yang diperlukan dan memudahkan perancangan.

Jembatan angkat (bascule bridge)

Jembatan angkat di Gunung Sahari (awal abad ke-20)

Jembatan movable

Jembatan gerak (movable bridge) membolehkan benda-benda yang tinggi seperti layar kapal
melaluinya, ataupun ia boleh digunakan untuk merentasi jarak yang tinggi atau jaraknya boleh
berubah. Jembatan ini biasanya boleh diputarkan ke atas (drawbridge) atau ke tepi (swing
bridge). Bagi setengah jembatan pula, bagian tengahnya boleh diangkat menegak ke atas (lift
bridge). Ada juga jembatan yang digelar jembatan pengangkut (transporter bridge), ia cuma
digunakan di tempat-tempat yang tidak banyak kendaraan.

Untuk jembatan-jembatan yang kecil, pergerakan ini mungkin boleh dilakukan tanpa
menggunakan dinamo. Setengah jembatan boleh dikawal oleh pengguna, terutamanya yang
mempunyai bot, sesetengah yang lain dikawal oleh pengawal jambatan, kadang-kadang dari jauh
dengan menggunakan kamera video dan pembesar suara. Selalunya terdapat lampu isyarat untuk
pengguna2 jalan dan air, dan tambahan pengadang jalan untuk para pemandu.

Jembatan gerak yang lebih kecil yang dipanggil jetway, juga digunakan di lapangan terbang,
untuk memperbolehkan penumpang menaiki kapal terbang yang berbagai2 saiz dan jarak dari
bangunan terminal.
KONSTRUKSI JALAN

JALAN

A. Pengertian Jalan

Jalan adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari satu tempat ke tempat
yang lain. Lintasan disini dapat diartikan sebagai tanah yang diperkeras atau jalan tanah tanpa
perkerasan, sedangkan lalu lintas adalah semua benda dan makhluk hidup yang melewati jalan
tersebut baik kendaraan bermotor, tidak bermotor, manusia, ataupun hewan.

B. Klasifikasi Jalan

Menurut fungsi

1. Jalan Arteri, jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri – ciri perjalanan jarak jauh,
kecepatan rata – rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
2. Jalan Kolektor, jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri – ciri
perjalanan jarak sedang, kecepatan rata – rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Arteri Primer, kendaraan angkutan barang berat dan kendaraan umum bus dapat diizinkan
melalui jalan ini. Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan seharusnya tidak diizinkan.
4. Kolektor Primer, jalan kolektor primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 40 km/jam.
5. Jalan Lokal Primer, jalan lokal primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan
primer lainnya. Jalan lokal primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 20 km/jam.
6. Jalan Arteri Sekunder, Jalan arteri sekunder dirancang berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 30 km/jam. Kendaraan angkutan barang ringan dan bus untuk pelayanan
kota dapat diizinkan melalui jalan ini.
7. Jalan Kolektor Sekunder, Jalan kolektor sekunder dirancang berdasarken kecepatan
rencana paling rendah 20 km/jam. Kendaraan angkutan barang berat dan bus tidak
diizinkan melalui fungsi jaIan ini di daerah pemukiman.
8. Jalan Lokal Sekunder, Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 10 km/jam. Lebar badan jalan lokal sekunder tidak kurang dari 5 meter.
9. Jalan Lokal, Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak
dekat,
kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
Menurut Kelas Jalan

Klasifikasi menurut kelas jalan & ketentuannya serta kaitannya dengan kasifikasi menurut fungsi
jalan dapat dilihat dalam Tabel (Pasal 11, PP. No.43/1993).

Muatan Sumbu Terberat


Fungsi Kelas
MST (ton)
I >10
Arteri II 10
IIIA 8
IIIA
Kolektor 8
IIIB

Menurut Medan Jalan

Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan medan yang diukur
tegak lurus garis kontur. Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan geometrik dapat
dilihat dalam Tabel.

No Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan (%)


1. Datar D <3
2. Perbukitan B 3-25
3. Pegunungan G >25

C. Struktur (Konstruksi) Jalan


1. Struktur Macadam

Lapisan Penetrasi Macadam (lapen), merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok
dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal dengan cara
disemprotkan di atasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Di atas lapen ini biasanya diberi
laburan aspal dengan agregat penutup. Tebal lapisan bervariasi dari 4-10 cm.

2. Struktur Telford

Konstruksi Telford yaitu susunan batu pecah berukuran besar (10/15 dan 15/20) disusun berdiri
dengan batu pecah yang lebih kecil mengisi rongga diatasnya sehingga rata, kemudian
dipadatkan/digilas dengan mesin gilas, selanjutnya ditabur sirtu diseluruh permukaan untuk
dibabar basah.

3. Struktur Jalan Beton (Rigid Pavement)

Rigid Pavement atau Perkerasan Kaku adalah suatu susunan konstruksi perkerasan di mana
sebagai lapisan atas digunakan pelat beton yang terletak di atas pondasi atau di atas tanah dasar
pondasi atau langsung di atas tanah dasar (subgrade).

D. Perancangan (Design) Jalan

1. Perancangan ruang lalu lintas

 Peramalan volume dan pola lalu lintas


 Penentuan alinyemen vertikal (elevasi) jalan
 Penentuan trase dan alinyemen horizontal

2. Perancangan struktur jalan

 Perhitungan beban lalu lintas


 Perhitungan kondisi tanah
 Perancangan struktur jalan (tanah dasar, pondasi, dan perkerasan).\

KONSTRUKSI JEMBATAN

JEMBATAN

A. Pengertian Jembatan

Jembatan secara umum diartikan sebagai suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan
dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan – rintangan seperti lembah yang dalam,
alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya yang melintang tidak sebidang
dan lain – lain.

B. Jenis – Jenis Jembatan

1. Berdasarkan fungsinya

 Jembatan jalan raya (highway bridge),


 Jembatan jalan kereta api (railway bridge),
 Jembatan pejalan kaki/penyebrangan (pedestrian bridge),

2. Berdasarkan lokasinya

 Jembatan di atas sungai atau danau,


 Jembatan di atas lembah,
 Jembatan di atas jalan yang ada (fly over),
 Jembatan di atas saluran irigasi/drainase (culvert),
 Jembatan di dermaga (jetty).

3. Berdasarkan bahan konstruksinya

 Jembatan kayu (log bridge),


 Jembatan beton (concrete bridge),
 Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge),
 Jembatan baja (steel bridge),
 Jembatan komposit (compossite bridge).

4. Berdasarkan tipe strukturnya

 Jembatan plat (slab bridge),


 Jembatan plat berongga (voided slab bridge),
 Jembatan gelagar (girder bridge),
 Jembatan rangka (truss bridge),
 Jembatan pelengkung (arch bridge),
 Jembatan gantung (suspension bridge),
 Jembatan kabel (cable stayed bridge),
 Jembatan cantilever (cantilever bridge),

C. Struktur Jembatan

Struktur Atas (Superstructures)

Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang meliputi berat
sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan, gaya rem, beban pejalan
kaki, dll.

Struktur atas jembatan umumnya meliputi :

1. Trotoar :

 Sandaran dan tiang sandaran,


 Peninggian trotoar (Kerb),
 Slab lantai trotoar.

2. Slab lantai kendaraan,


3. Gelagar (Girder),
4. Balok diafragma,
5. Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang),
6. Tumpuan (Bearing).

Struktur Bawah (Substructures)

Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan beban lain yang
ditumbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan, tumbukan, gesekan pada tumpuan dsb.
untuk kemudian disalurkan ke fondasi. Selanjutnya beban-beban tersebut disalurkan oleh fondasi
ke tanah dasar.

Struktur bawah jembatan umumnya meliuputi :

1. Pangkal jembatan (Abutment),

 Dinding belakang (Back wall),


 Dinding penahan (Breast wall),
 Dinding sayap (Wing wall),
 Oprit, plat injak (Approach slab)
 Konsol pendek untuk jacking(Corbel),
 Tumpuan (Bearing).

2. Pilar jembatan (Pier),

 Kepala pilar (Pier Head),


 Pilar (Pier), yg berupa dinding, kolom, atau portal,
 Konsol pendek untuk jacking(Corbel),
 Tumpuan (Bearing).

Fondasi

Fondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah dasar. Berdasarkan
sistimnya, fondasi abutment atau pier jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam jenis,
antara lain :

1. Fondasi telapak (spread footing)


2. Fondasi sumuran (caisson)
3. Fondasi tiang (pile foundation)

 Tiang pancang kayu (Log Pile),


 Tiang pancang baja (Steel Pile),
 Tiang pancang beton (Reinforced Concrete Pile),
 Tiang pancang beton prategang pracetak (Precast Prestressed Concrete Pile),
 Tiang beton cetak di tempat (Concrete Cast in Place),
 Tiang pancang komposit (Compossite Pile),
Pengelompokan jalan
Pengelompokan jalan atau hierarki jalan adalah pengelompokan jalan berdasarkan fungsi
jalan, berdasarkan administrasi pemerintahan dan berdasarkan muatan sumbu yang menyangkut
dimensi dan berat kendaraan. Penentuan klasifikasi jalan terkait dengan besarnya volume lalu
lintas yang menggunakan jalan tersebut, besarnya kapasitas jalan, keekonomian dari jalan
tersebut serta pembiayaan pembangunan dan perawatan jalan.

Klasifikasi berdasarkan fungsi jalan

Jalan umum menurut fungsinya di Indonesia dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor,
jalan lokal, dan jalan lingkungan. Klasifikasi fungsional seperti ini diangkat dari klasifikasi di
Amerika Serikat [1] dan Canada.[2] Di atas arteri masih ada Freeway dan Highway.

Klasifikasi jalan fungsional di Indonesia berdasarkan peraturan perundangan[3][4] yang berlaku


adalah:

1. Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani [angkutan]] utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk (akses) dibatasi secara
berdaya guna.
2. Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau
pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan
masuk dibatasi.
3. Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
4. Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan
ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

Indonesia

Di Indonesia pengelompokan jalan diatur di UU No. 22 Tahun 2009.

Klasifikasi berdasarkan administrasi pemerintahan

Pengelompokan jalan dimaksudkan untuk mewujudkan kepastian hukum penyelenggaraan jalan


sesuai dengan kewenangan Pemerintah dan pemerintah daerah. Jalan umum menurut statusnya
dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan
desa.

1. Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan antaribu kota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.
2. Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibu kota provinsi dengan ibu kota kabupaten/kota, atau antaribu kota
kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibu kota kabupaten dengan ibu kota kecamatan, antaribu kota kecamatan, ibu
kota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam
sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
4. Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan
antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil,
menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di
dalam kota.
5. Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman
di dalam desa, serta jalan lingkungan.

Klasifikasi berdasarkan beban muatan sumbu

Distribusi beban muatan sumbu ke badan jalan

Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan angkutan, jalan dibagi
dalam beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan transportasi, pemilihan moda secara tepat
dengan mempertimbangkan keunggulan karakteristik masing-masing moda, perkembangan
teknologi kendaraan bermotor, muatan sumbu terberat kendaraan bermotor serta konstruksi jalan.
Pengelompokkan jalan[5] menurut muatan sumbu yang disebut juga kelas jalan, terdiri dari:

1. Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter,
dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton, yang saat ini masih belum
digunakan di Indonesia, namun sudah mulai dikembangkan diberbagai negara maju seperti di
Prancis telah mencapai muatan sumbu terberat sebesar 13 ton;
2. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter,
dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas ini merupakan jalan yang sesuai
untuk angkutan peti kemas;
3. Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;
4. Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000
milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;
5. Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 9.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

Anda mungkin juga menyukai