Anda di halaman 1dari 14

Benda Asing di Jalan Napas

Benda asing (corpus alienum) adalah benda yang berasal dari luar tubuh
atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Dengan demikian
benda asing di jalan napas adalah benda yang terdapat pada alat-alat pernapasan
yang normalnya tidak ada. Benda asing tersebut dapat terhisap mulai dari hidung
hingga traktus trakeo-bronkial.3,4,5
Benda asing terbagi menjadi benda asing eksogen dan endogen. Benda asing
eksogen adalah benda asing yang berasal dari luar tubuh, dan sebaliknya dengan
benda asing endogen. Benda asing eksogen biasanya masuk dari melalui hidung
atau mulut. Benda asing eksogen terdiri dari bentuk padat, cair, atau gas. Benda
asing eksogen padat terdiri dari organik, seperti kacang-kacangan, tulang, dan zat
anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu, dan lain-lain. Benda asing eksogen cair
dibagi menjadi benda yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan non-iritatif, yaitu
cairan dengan pH 7,4. 3,4,5
Benda asing endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah,
nanah, krusta, membran difteri, bronkolit, cairan amnion, mekonium yang masuk
ke dalam saluran pernapasan.

Etiologi dan Faktor Predisposisi


Terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya benda asing ke
dalam saluran pernapasan, yaitu sebagai berikut:4,5
a. Faktor personal, seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial,
tempat tinggal.
b. Faktor kegagalan mekanisme proteksi yang normal, misal keadaan tidur,
kesadaran menurun, alkoholisme, dan epilepsi.
c. Faktor fisik, yaiutu kelainan dan penyakit neurologik.
d. Proses menelan yang bel surgikal, misal pada tindakan bedah, ekstraksi gigi,
dan gigi molar yang belum tumbuh pada anak umur < 4 tahun.
e. Faktor kejiwaan, misal emosi dan gangguan psikis.
f. Faktor ukuran dan bentuk serta sifat benda asing.

1
g. Faktor kecerobohan, seperti meletakkan benda asing di mulut, persiapan
makan yang kurang baik, makan dan minum yang tergesa-gesa, makan
sambil bermain pada anak-anak, dan memberikan kacang atau permen pada
anak yang gigi molarnya belum lengkap.

Epidemiologi
Dari semua kasus benda asing yang masuk ke saluran pernapasan dan
saluran cerna, sepertiga dari benda asing yang teraspirasi tersangkut di saluran
napas. Kejadian aspirasi benda asing di saluran pernapasan paling sering dialami
oleh anak-anak. Lima puluh lima persen (55%) dari kasus benda asing di saluran
napas terjadi pada anak berumur kurang dari 4 tahun dengan insiden kematian
mendadak akibat aspirasi tinggi pada usia tersebut. Kacang atau biji tumbuhan
sering teraspirasi pada anak berumur 2-4 tahun, karena belum memiliki gigi molar
yang lengkap dan belum dapat mengunyah dengan baik. Enam sampai delapan
persen benda asing yang teraspirasi berupa plastik yang sukar didiagnosis secara
radiologik, karena bersifat non-iritatif dan radiolusen, sehingga dapat menetap
ditraktus trakeobronkial untuk periode yang lama. Benda asing di laring dan trakea
lebih sering terjadi pada anak kurang dari 1 tahun. Benda asing hidung lebih sering
terjadi pada anak-anak, karena anak usia 2-4 tahun cenderung memasukkan benda-
benda yang ditemukan dan dijangkaunya ke dalam lubang hidung, mulut, atau
dimasukkan oleh anak lain.4,5
Benda asing bronkus paling sering berada di bronkus kanan, karena bronkus
utama kanan lebih besar dan membentuk sudut lebih kecil terhadap trakea
dibandingkan dengan bronkus kiri. 4,5

Patogenesis
Tujuh puluh lima persen dari benda asing di bronkus sering ditemukan pada
anak di bawah usia 2 tahun, dengan riwayat yang khas yaitu pada saat benda atau
makanan ada di dalam mulut, anak sedang tertawa atau menjerit, sehingga saat
inspirasi, laring terbuka dan makanan atau benda asing masuk ke dalam laring.
Pada saat benda asing terjepit di sfingter laring, paenderita batuk berulang-ulang
2
(paroksismal). Bila benda asing masuk ke dalam trakea atau bronkus, kadang terjadi
fase asimptomatik selama 24 jam atau lebih, kemudian diikuti oleh fase pulmonum
dengan gejala tergantung pada derajat sumbatan bronkus. 4,5
Kerusakan yang terjadi akibat aspirasi benda asing di saluran napas
ditentukan oleh jenis benda yang terhisap. Benda asing mati (inanimate foreign
bodies) di hidup cenderung menyebabkan edema dan inflamasi mukosa hidung,
ulserasi, epistaksis, dan jaringan granulasi. Sedangkan benda asing hidup (animate
foreign bodies) dapat menyebabkan reaksi inflamasi dengan derajat bervariasi, dari
infeksi lokal sampai destruksi masif tulang rawan dan tulang hidung dengan
membentuk daerah supurasi yang dalam dan berbau, seperti pada kasus aspirasi
cacing askaris atau serangga. 4,5
Benda asing organik, seperti kacang-kacangan mempunyai sifat
higroskopis, mudah menjadi lunak dan mengembang dengan air, serta
menyebabkan iritasi pada mukosa, dan timbul jaringan granulasi di sekitar benda
asing sehingga memperberat gejala sumbatan saluran pernapasan. Benda asing
anorganik menimbulkan rekasi jaringan yang lebihringan dan lebih mudah
didiagnosis karena umumnya benda asing anorganik bersifat radioopak. 4,5

Diagnosis
Diagnosis klinis benda asing di saluran napas ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang. Anamnesis yang cermat pelu
ditegakkan tentang adanya riwayat tersedak sesuatu, tiba-tiba timbul rasa tercekik
(chocking), waktu terjadinya, dan jenis benda yang teraspirasi. Tanda dan gejala
lainnya akan dijelaskan pada bab berikutnya. Pemeriksaan fisik dengan auskultasi
dan palpasi perlu dilakukan. Serta pemeriksaan penunjang radiologik dan
endoskopi dapat dilakukan atas indikasi diagnostik dan terapi. 4,5
Komplikasi
Komplikasi yang terjadi akibat aspirasi benda asing di jalan napas dapat
bersifat akut dan kronik. Komplikasi akut yang dapat terjadi antara lain: sesak napas
dan hipoksia sampai henti jalan napas. Sedangkan komplikasi kronik yang dapat
terjadi antara lain: pneumonia yang berlanjut dengan pembentukan abses paru dan
3
kavitas, bronkiektasis, fistel bronkopleura, pembentukan jaringan granulasi atau
polip akibat inflamasi pada mukosa, pneumomediastinum dan pneumotoraks.
Sedangkan bila terjadi keterlambatan diagnosis lebih dari tiga hari dapat
mengakibatkan timbulnya emfisema obstruktif, pergeseran mediastinum,
pneumonia, dan atelektasis. 4,5

Apakah benda asing di jalan napas merupakan kasus kegawatan di bidang


THT?
Kedokteran gawat darurat mencakup diagnosis dan tindakan terhadap
semua pasien yang memerlukan perawatan yang tidak direncanakan dan mendadak,
atau terhadap pasien dengan penyakit atau cedera akut.1 Kasus kegawatan
merupakan keadaan yang dapat mengancam jiwa. Dalam hal ini keadaan yang
mengganggu jalan napas, pernapasan, dan atau sirkulasi dapat menyebabkan
kegawatan yang mengancam jiwa.2 Adanya benda asing di saluran napas dapat
menyebabkan obstruksi jalan napas, sehingga dapat mengganggu fisiologi sistem
pernapasan. Oleh karena itu, benda asing di saluran napas merupakan salah satu
kasus kegawatan di bidang THT sehingga diperlukan diagnosis dan tindakan yang
cepat dan tepat.

Bagaimana gejala dan tandanya?


Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi
benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan ukuran benda
asing. Benda asing yang masuk melalui hidung dapat tersangkut di hidung,
nasofaring, laring, trakea dan bronkus. Benda yang masuk melalui mulut dapat
terhenti di orofaring, hipofaring, tonsil, dasar lidah, sinus priformis, esofagus dan
dapat juga tersedak masuk ke laring, trakea dan bronkus.3
Gejala yang timbul bervariasi, dari tanpa gejala sampai kematian sebelum
diberi pertolongan, akibat sumbatan total. Gejala-gejala ini penting untuk diketahui
agar diagnosis dapat ditegakkan secepatnya untuk mencegah kerusakan saluran
napas yang lebih parah. Terdapat lima tanda klinis yang penting yaitu:4

4
1. Wheezy bronchitis (asma)
Batuk-batuk, wheeze dan demam adalah gejala yang umum pada
penderita terinhalasi benda asing. Diagnosis wheezy bronchitis haruslah
dipertanyakan lebih dalam pada anak-anak, bila hal ini terjadi tiba-tiba
tanpa didahului oleh gejala selesma, atau bila sebelumnya tidak ada
serangan seperti ini, atau tidak terdapat riwayat alergi serta bila rhonkhi
pada inspirasi dan ekspirasi yang tidak menyeluruh pada kedua paru.

2. Resolusi yang gagal dari infeksi akut


Apabila benda asing tidak segera diambil, maka infeksi saluran napas
yang akut terjadi di bagian distal dari obstruksi. Infeksi ini
manifestasinya seperti pneumonia, tetapi pada beberapa kasus dapat
sebagai infeksi saluran napas yang tidak spesifik. Resolusi yang lama
dan tidak sempurna dari suatu pneumonia, lebih-lebih bila disertai
dengan atelektasis paru, harus dicurigai disebabkan oleh benda asing.

3. Batuk kronis yang disertai dengan hemoptisis


Batuk kronis atau berulang dengan disertai hemoptisis pada anak-anak
tanpa penyakit paru suppurativa yang khronis, sangat mungkin
disebabkan oleh benda asing, lebih-lebih bila terdapat juga atelektasis
pada segmen atau lobus. Biji rumput-rumputan adalah penyebab utama
dari gambaran klinis ini dan biasanya biji-biji ini masuk ke bronchial
tree, sehingga tidak terlihat sewaktu pemeriksaan bronkhoskopi.

4. Batuk kronis disertai dengan gambaran atelektasis


Pada anak-anak dengan batuk khronis yang disertai gambaran
atelektasis segmen atau lobar, haruslah waspada terhadap adanya benda
asing. Bila perbaikan secara klinis maupun radiologis tidak nyata

5
sesudah pengobatan dengan antibiotika dan drainase postural, maka
pemeriksaan bronkhoskopi harus dilakukan.

5. Kegagalan pernapasan
Beberapa penderita keadaan penyakitnya berlanjut menyebabkan
kegagalan pernapasan akut. Secara anamnestis diperoleh keterangan
tentang kegagalan pengobatan infeksi saluran napas yang akut, di mana
terdapat juga benda asing di dalamnya. Pada pemeriksaan radiologis
tampak gambaran atelektasis dari salah satu lobus dan adanya
hiperinflasi pada paru lainnya. Kegagalan pernapasan terjadi karena
berkurangnya ventilasi secara akut.

Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing akan mengalami 3 stadium.


Stadium pertama merupakan gejala permulaan, yaitu batuk-batuk hebat secara tiba-
tiba (violent paroxysms if coughing), rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di
tenggorokan (gagging), bicara gagap (sputtering) dan obstruksi jalan napas yang
terjadi dengan segera. Pada stadium kedua, gejala stadium permulaan diikuti
interval asimtomatik. Hal ini karena benda asing tersebut tersangkut, refleks-refleks
akan melemah dan gejala rangsangan akut menghilang. Stadium ini berbahaya,
sering menyebabkan keterlambatan diagnosis atau cenderung mengabaikan
kemungkinan aspirasi benda asing karena gejala dan tanda tidak jelas. Pada stadium
tiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau infeksi sebagai
akibat reaksi terhadap benda asing, sehingga timbul batuk-batuk, hemoptisis, dan
abses paru.3
Bila seorang pasien, terutama anak, diketahui mengalami rasa tercekik atau
manifestasi lainnya, rasa tersumbat di tenggorokan, batuk-batuk sedang makan,
maka keadaan ini haruslah dianggap sebagai gejala aspirasi benda asing.3
Benda asing di laring dapat menutup laring, tersangkut diantara pita suara
atau berada di subglotis. Gejala sumbatan laring tergantung pada besar, bentuk dan
letak (posisi) benda asing. Sumbatan total di laring akan menimbulkan keadaan
yang gawat biasanya kematian mendadak karena terjadi asfiksia dalam waktu
6
singkat. Hal ini disebabkan oleh timbulnya spasme laring dengan gejala antara lain
disfonia sampe afonia, apne, dan sianosis. Sumbatan tidak total di laring dapat
menyebabkan gejala suara parau, disfonia sampai afonia, bentuk yang disertai sesak
(croupy cough), odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis dan rasa subyektif dari
benda asing (pasien akan menunjuk lehernya sesuai dengan letak benda asing itu
tersangkut) dan dispne dengan derajat bervariasi. Gejala dan tanda ini jelas bila
benda asing masih tersangkut di laring, dapat juga benda asing sudah turun ke
trakea, tetapi masih meninggalkan reaksi laring oleh karena edema laring.3
Beberapa benda asing bersifat radio-apaque, tetapi banyak yang tidak. Pada
penderita obstruksi bronkus dapat terlihat adanya gambaran hiper-inflasi atau
atelektasis. Walaupun pada pemeriksaan radiologis terdapat gambaran yang
normal, tetapi bila terdapat riwayat adanya inhalasi benda asing, maka pemeriksaan
brokhoskopi harus dilakukan. Manifestasi terdapatnya benda asing di saluran napas
dapat berbeda-beda seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.4

Gambar 2. Obstruksi saluran napas akibat benda asing.

Apa saja jenis benda asing tersebut?


7
Benda asing yang berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen,
biasanya masuk melalui hidung atau mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam
tubuh, disebut benda asing endogen. Benda asing eksogen terdiri dari benda padat,
cair atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik, seperti kacang-
kacangan (yang berasal dari tumbuh-tumbuhan), tulang (yang berasal dari kerangka
binatang) dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu dan lain-lain. Benda
asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia,
dan benda cair non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. Benda asing endogen dapat
berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta, pengkijuan, membran
difteri, bronkolit, cairan amnion, mekonium dapat masuk ke dalam saluran napas
bayi pada saat proses persalinan.
Bagaimana cara menanggulanginya?
Pada penderita gawat darurat menjaga jalan napas tetap bebas merupakan
prioritas utama. Kegagalan oksigenasi merupakan pembunuh tercepat. Kematian
dini karena masalah jalan napas disebabkan:
- Gagal mengetahui kebutuhan jalan napas tetap bebas
- Gagal membuka jalan napas
- Kekeliruan memasang alat bantu napas atau posisi berubah
- Aspirasi isi lambung

Kompetensi dalam mengelola jalan napas memerlukan :


- Pengetahuan anatomi dan fisiologi jalan napas
- Kemampuan menilai jalan napas pasien dari gambaran anatomi yang
berkorelasi dengan kesulitan mengelola jalan napas.
- Ketrampilan bermacam macam cara mengelola jalan napas. Untuk
menilai hambatan jalan napas harus menggunakan indra yang kita
miliki.

Kita lihat (look), kita dengar (listen) dan kita raba (feel).
- Look:
8
• Lihat gerak dada dan perut , ada tertinggal , paradoksal ?
• Lihat tanda tanda distress pernapasan
• Lihat warna kulit /mukosa : pucat , sianosis , kemerahan ?
• Lihat tingkat kesadaran penderita dengan skala GCS atau AVPU
- Listen:
• Dengarkan gerak udara napas dengan telinga
- Feel:
• Rasakan gerak udara dengan pipi

Gambar 3. Look - Listen – Feel

Secara klinis dapat dikenali tanda tanda adanya hambatan jalan napas. Suara
mendengkur (snoring) disebabkan obstruksi lidah, suara berkumur (gargling)
menunjukkan adanya sumbatan berupa cairan di faring, stridor karena odem di pita
suara atau laring.3
Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan
tepat perlu diketahui dengan sebaik-baiknya gejala di tiap lokasi tersangkutnya
benda asing tersebut. Secara prinsip benda asing di saluran napas diatasi dengan
pengangkatan segera secara endoskopik dalam kondisi yang apling aman, dengan
trauma yang minimum. Kebanyakan pasien dengan aspirasi benda asing yang
datang ke ahli THT telah melalui fase akut, sehingga pengangkatan secara
endoskopik harus dipersiapkan seoptimal mungkin, baik dari segi alat maupun
personal yang telah terlatih.3
9
Benda asing di hidung. Benda asing di hidung dapat berupa benda
hidup/organik atau benda mati/anorganik. Benda asing organik dapat disebabkan
oleh lalat dan lalat botol hijau yang bertelur di dalam kavum nasi. Gejala yang
terjadi mirip dengan gejala sinusitis akut dengan sekret mukopurulen, unilateral,
dan berbau busuk. Obstruksi hidung seringkali total pada sisi yang terkena. Larva
atau ulat atau lintah dapat ditemukan melekat erat pada jaringan, dan pada kasus
berat terjadi destruksi mukosa dan kartilago. Benda asing anorganik di hidung
adalah segala jenis substansi yang tidak bergerak yang cukup kecil dan dapat masuk
ke dalam rongga hidung. Benda asing di hidung dapat dikeluarkan lewat nares
anterior dengan atau tanpa anestesi umum. Cara mengeluarkan benda asing dari
dalam hidung ialah dengan memakai pengait (haak) yang dimasukkan ke dalam
hidung di bagian atas, menyusuri atap kavum nasi sampai menyentuh nasofaring.
Setelah itu pengait diturunkan sedikit dan ditarik ke depan. Dengan cara ini benda
asing itu akan ikut terbawa ke luar. Dapat pula menggunakan cunam Nortman atau
“wire loop”.3
Tidaklah bijaksana bila mendorong benda asing dari hidung ke arah
nasofaring dengan maksud supaya masuk ke dalam mulut. Dengan cara itu benda
asing dapat terus masuk ke laring dan saluran napas bagian bawah, yang
menyebabkan sesak napas, sehingga menimbulkan keadan yang gawat. 3
Pemberian antibiotika sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada kasus
benda asing hidung yang telah menimbulkan infeksi hidung maupun sinus. 3
Pada kasus benda asing organik seperti lintah dapat dilakukan dengan
meneteskan air tembakau ke dalam lubang hidung dan dibiarkan selama 3-5 menit.
Lintah akan terlepas dari mukosa hidung kemudian ditarik dengan pinset atau
aligator.
Benda asing di tonsil dapat diambil dengan memakai pinset atau cunam.
Biasanya yang tersangkut di tonsil ialah benda tajam, seperti tulang ikan, jarum atau
kail. 3
Benda asing di dasar lidah, dapat dilihat dengan kaca tenggorok yang besar.
Pasien diminta menarik lidahnya sendiri dan pemeriksa memegang kaca tenggorok
dengan tangan kiri, sedangkan tangan kasnan memegang cunam untuk mengambil
10
bemnda tersebut. Bila pasien sangat perasa sehingga menyukarkan tindakan,
sebelumnya dapat bdisemprotkan obat pelali (anastetikum), seperti xylocain atau
pantocain. 3
Benda asing di valekula dan sinus piriformis. Kadang-kadang untuk
mengeluarkannya dilakukan dengan cara laringoskopi langsung. 3
Benda asing di laring. Pasien dengan benda asing di laring harus diberi
pertolongan dengan segera, karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanya
beberapa menit. Paada anak dengan sumbatan tiotal pada laring, dapat dicoba
menolongnya dengan memegang anak dengan posisi terbalik, kepala ke bawah,
kemudian daerah punggung/tengkuk dipukul, sehingga diharapkan benda asing
dapat dibatukkan ke luar.3
Cara lain untuk menngeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara
total ialah dengan cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver), dapat dilakukan
pada anak maupun orang dewasa. Menurut teori Heimlich, benda asing masuk ke
dalam laring ialah pada waktu inspirasi. Dengan demikian paru penuh oleh udara,
diibaratkan sebagai botol plastic yang tertutup, dengan menekan botol itu, maka
sumbatannya akan terlempar ke luar.3
Dengan perasat Heimlich, dilakukan penekanan pada paru. Caranya ialah,
bila pasien masih dapat berdiri, maka penolong berdiri di belakang pasien, kepalan
tangan kanan penolong diletakkan di atas prisesus xifoid, sedangkan tangan kirinya
diletakkan di atasnya. Kemudian dilakukan penekanan ke belakan ke atas dan ke
arah paaru beberapa kali, sehingga diharapkan benda asing akan terlempar ke luar
dari mulut pasien.3
Bila pasien sudah terbaring karena pingsan, maka penolong bersetumpu
pada lututnya di kedua sisi pasien, kepalan tangan diletakkan di bawah prosesus
xifoid, kemudian dilakukan penekanan ke bawah dan ke arah paru pasien beberapa
kali, sehingga benda asing akan terlempar ke luar mulut. Pada tindakan ini posisi
muka harus lurus, leher jangan ditekuk ke samping, supaya jalsn napas merupakan
garis lurus.3

11
Gambar 4. Perasat Heilmich pada pasien yang masih sadar

Gambar 5. Perasat Heilmich pada pasien yang tidak sadar


12
Bila pasien sudah terbaring karena pingsan, maka penolong bersetumpu
pada lututnya di kedua sisi pasien, kepalan tangan diletakkan di bawah prosesus
xifoid, kemudian dilakukan penekanan ke bawah dan ke arah paru pasien beberapa
kali, sehingga benda asing akan terlempar ke luar mulut. Pada tindakan ini posisi
muka harus lurus, leher jangan ditekuk ke samping, supaya jalan napas merupakan
garis lurus.3
Komplikasi perasat Heimlich ialah kemungkinan terjadi rupture lambung
atau hati dan fraktur iga. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya
tidak dengan menggunakan kepalan tangan, tetapi cukup dengan dua buah jari kiri
dan kanan.3
Pada sumbatan benda asing tidask total di laring, perasat Heimlich tidak
dapat digunakan. Dalam hal ini pasien masih dapat di bawa ke rumah sakit terdekat
untuk diberi pertolongan dengan menggunakan laringoskop atau bronkoskop, atasu
kalau alat-alat itu tidak ada, dilakukan trakeostomi ssebelum merujuk. Pada waktu
tindakan trakeostomi, pasien tidur dengan posisi Trendelenburg, kepasla lebih
rendah dari badan, supaya benda asing tiudak turun ke trakea. Kemudian pasien
dapat dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas laringoskopi atau
bronkoskopi untuk mengeluarkan benda asing itu dengan cunam. Tindakan ini
dapat dilakukan dengan anastesi (umum) atau analgesia (lokal).3
Benda asing di trakea. Benda asing di trakea dikeluarkan dengan
bronkoskopi. Tindakan ini merupakan tindakan yang harus segera dilakukan,
dengan pasien tidur terlentang posisi Tendelenburg, supaya benda asing tidak turun
ke dalam bronkus. Pada waktu bronkoskopi, benda asing dipegang dengan cunam
yang sesuai dengan benda asing itu, dan ketika dikeluarkan melalui laring
diusahakan sumbu panjang benda asing segaris dengan sumbu panjang trakea, jadi
pada sumbu vertical, untuk memudahkan pengeluaran benda asing itu melalui rima
glottis.3
Bila fasilitas untuk melakukan bronkoskopi tidak ada, maka pada kasus
benda asing di trakea dapat dilakukan trakeostomi, dan bila mungkin benda asing
itu dikeluarkan dengan memakai cunam atau alat penghisap melalui trakeostomi.
13
Bila tidak berhasil pasien dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas endoskopi, ahli
dan personal yang tersedia optimal. 3
Benda asing di bronkus. Untuk mengeluarkan benda asing dari bronkus
dilakukan dengan bronkoskopi, menggunakan bronkoskop kaku atau serat optic
dengan memakai cunam yang sesuai dengan benda asing itu. Tindakan bronkoskopi
harus segera dilakukan, apalagi bila benda asing bersifat organik. 3
Benda asing yang tidak dapat di keluarkan dengan cara bronkoskopi, seperti
benda asing tajam, tidak rata dan tersangkut pada jaringan, dapat dilakukan
servikotomi atau torakotomi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. 3
Antibiotik dan kortikosteroid tidak rutin diberikan setelah tindakan
endoskopi pada ekstraksi benda asing. Fisioterapi dada dilakukan pada kasus
pneumonia, bronchitis purulenta dan atelektasis. 3
Pasien dipulangkan 24 jam setelah tindakan, jika paru bersih dan tidak
demam. Foto toraks pasca bronkoskopi dibuat hanya bila gejala pulmonum tidak
menghilang. Gejala-gejala persisten seperti batuk, demam, kongesti paru, obstruksi
jalan napas ataunodinofagia memerlukan penyelidikan lebih lanjut dan pengobatan
yang tepat dan adekuat. 3

14

Anda mungkin juga menyukai