Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN ELEMINASI

A. PENGERTIAN
Eleminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh (
Tarwoto Wartonah, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 3, hal
58, 2006).
Eleminasi merupakan pengeluaran racun atau produk limbah dari dalam tubuh (
Christine Brooker, Kamus Saku Keperawatan Edisi 31, hal 144, 2001)
1. Gangguan Eleminasi urine
Gangguan eleminasi urine merupakan suatu kehilangan urine involunter yang
dikaitkan dengan distensi berlebih pada kandung kemih ( Nanda International,
Diagnosis Keperawatan 2012-2014, hal 271, 2011).
2. Gangguan Eleminasi Fekal
Gangguan eleminasi fekal adalah penurunan pada frekuensi normal defekasi
yang disertai oleh kesulitan atau pengeluaran tidak lengkap feses dan/ atau
pengelaran feses yang keras, kering dan banyak ( Nanda International, Diagnosis
Keperawatan 2012-2014, hal 281, 2011)

B. TANDA DAN GEJALA ( DATA MAYOR DAN MINOR)


Gangguan Eliminasi Urine
1. Retensi Urine
a. Data mayor (harus terdapat, satu atau lebih)
- Distensi kandung kemih
- Distensi kandung kemih
- Distensi kandung kemih dengan sering berkemih atau menetes
- Residu urine 100 cc atau lebih
b. Data Minor (mungkin terdapat)
- Individu menyatakan bahwa kandung kemihnya tidak kosong setelah
berkemih.
2. Inkontinensia urine
a. Ketidakmampuan pasien dalam menahan BAK sebelum mencapai toilet tepat
waktu.
b. Ketidakmampuan pasien untuk mengontrol ekskresi urine

Gangguan Eliminasi Fekal

1. Konstipasi
a. Data mayor (harus terdapat)
- Nyeri pada saat defekassi
- Feses keras dan berbentuk
- Kesulitan dalam defekasi
- Defekasi dilakukan kurang dari tiga kali seminggu
b. Data minor ( mungkin terdapat)
- Mengenjan pada saat defekasi
- Darah merah pada feses
- Massa rektal yang dapat diraba
- Mengeluh rektal terasa penuh
- Bising usus
2. Diare
a. Data mayor ( harus terdapat)
- Pengeluaran feses yang cair dan tidak berbentuk
- Peningkatan frekuensi defekasi
- Ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses
b. Data minor ( mungkin terdapat )
- Peningkatan bising usus
- Peningkatan dalam volume feses
C. PATOFISIOLOGI
1. Gangguan Eliminasi Urine
Inkontinensia Urine

Kerusakan Bersin, batuk Obat anastesi


persyarafan

Kotraksi otot Penekanan Kelemahan


kandung pada abdomen otot sfingter
kemih ureter

Tidak mampu Keluarnya urin


menahan

INKONTINENSIA
URIN

Retensi Urine

Supravesikal (Diabetes Vesikal (Batu Kandung Intravesikal (Obstruksi


Melitus) Kemih) kandung kemih)

Kerusakan Medula
spinalis TH12-L1,
kerusakan saraf simpatis
dan parasimpatis

Otot detrusor melemah Penyumbatan/penyempi


tan uretra
Neuropati (otot tidak
mau berkontraksi)

Distensi kandung kemih

Retensi urin
2. Gangguan Eliminasi Fekal
Diare

Faktor infeksi Faktor Faktor Faktor


malabsorpsi makanan psikologi
karbohidrat,
protein, lemak

Masuk dan Tekanan Toksin tak cemas


berkembang osmotik dapat diserap
dalam usus meningkat

Hipersekresi Pergeseran air Hiperperistalti


air dan dan elektrolit k menurun
elektrolit ke rongga usus kesempatan
(meningkat isi usus menyerap
rongga usus) makanan

DIARE
Konstipasi

Diet rendah serat, asupan cairan kurang, Penggunaan obat-obatan tertentu (seperti,
kondisi psikis, kondisi metabolik, dan gol. Opiat)dan mengandung AL dan Ca
penyakit yang di derita

Absorbsi cairan dan elektrolit Memperpanjang waktu transit di kolon

Memperpanjang waktu transit di kolon Memberi efek pada segmen usus


karena absorbsi terus berlangsung

Feses mengeras Kontraksi tidak mendorong

Gangguan defekasi
KONSTIPASI

Rangsangan refleks
Membran mukorektal dan penyebab rekto anal
muskulatur tidak peka
terhadap rangsangan fekal
Relaksasi sfingter interna
dan eksterna
Diperlukan rangsangan
yang lebih kuat untuk Tekanan intra abdomen
mendorong feses meningkat

Spasme setelah makan


nyeri kolik pada abdomen
bawah

Tidak responsif terhadap KONSTIPASI


Kolon kehilangan tonus rangsangan normal
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Gangguan eleminasi urine
Adapun pemeriksaan diagnostik yang dilakukan sebagai berikut :
a. Pemeriksaan urine ( urinalisis)
b. Pemeriksaan darah meliputi : HB, SDM, kalium, natrium, pencitraan
radionulida, klorida, fosfat dan magnesium meingkat.
c. Pemeriksaaan ultrasound ginjal
d. Arteriogram ginjal
e. EKG
f. CT scan
g. Enduorologi
h. Urografi
i. Ekstretorius
j. Sistouretrogram berkemih

2. Gangguan eleminasi fekal


Adapun pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada gangguan eleminasi fekal
yaitu :
a. Anuskopi
b. Prosktosigmoidoskopi
c. Rontgen dengan kontras
d. Pemeriksaan laboratorium feses
e. Pemeriksaan fisik

E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Gangguan eleminasi urine
1. Penatalaksanaan medis inkontinensia urine yaitu:
a. Pemanfaatan kartu berkemih
b. Terapi non famakologi
c. Terapi farmakologi
d. Terapi pembedahan
e. Modalitas lain
2. Penatalaksanaan medis retensio urine yaitu
a. Kateterisasi urethra.
b. Dilatasi urethra dengan boudy.
c. Drainage suprapubik.

Gangguan Eliminasi Fekal

1. Penatalaksanaan medis konstipasi


a. Pengobatan non-farmakologis
b. Pengobatan farmakologis
2. Penatalaksanaan medis diare
a. Pemberian cairan
b. Pengobatan dietetik (cara pemberian makanan)
c. Obat- obatan

F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian pada kebutuhan eleminasi urine meliputi :
1. Riwayat keperawatan
Riwayat keperawatan mencakup tinjauan ulang pola eleminasi dan gejala-gejala
perubahan urinarius serta mengkaji faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
klien untuk berkemih secara normal.
a. Pola perkemihan
Perawat menanyakan pada klien mengenai pola berkemih hariannya,
tremasuk frekuensi dan waktunya, volume normal urine yang dikeluarkan
setiap kali berkemih.
b. Gejala perubahan perkemihan
Gejala tertentu yang khusus terkait dengan perubahan perkemihan, dapat
timbul dalam lebih dari satu jenis gangguan. Selama pengkajian, perawat
menanyakan klien tentang gejala-gejala yang tertera. Perawat juag
mengkaji pengetahuan klien mengenai kondisi atau faktor-faktor yang
mempresipitasi atau memperburuk gejala tersebut.
c. Faktor yang mempengaruhi perkemihan
Perawat merangkum faktor-faktor dalam riwayat klien, yang dalam
kondisi normal mempengaruhi perkemihannya, seperti usia, faktor-faktor
lingkungan dan riwayat pengobatan.
2. Pengkajian fisik
Pengkajian fisik memungkinkan perawat untuk menentukan keberadaan dan
tingkat keparahan masalah eleminasi urine.organ utama yang ditinjau kembali
meliputi kulit, ginjal, kandung kemih, dan uretra.
3. Pengkajian urine
Pengkajian urine dilakukan dengan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
serta mengobservasi karakteristik urine klien.
1. Asupan dan haluaran
2. Karatekristik urine
3. Pemeriksaan urine

Pengkajian pada kebutuhan eleminasi eleminasi meliputi :

a. Riwayat keperawatan
1. Pola defekasi : frekuensi, pernah berubah
2. Perilaku defekasi : penggunaan laksatif, cara mempertahankan pola.
3. Deskripsi feses : warna, bau, dan tekstur.
4. Diet : makanamempengaruhi defekasi, makanan yang biasa dimakan,
makanan yang dihindari, dan pola makan yang teratur atau tidak.
5. Cairan : jumlah dan jenis minuman/hari
6. Aktivitas : kegiatan sehari-hari
7. Kegiatan yang spesifik.
8. Sters : stres berkepanjangan atau pendek, koping untuk menghadapi atau
bagaimana menerima.
9. Pembedahan/penyakit menetap.
b. Pengkajian fisik
Perawat melakukan pengkajian fisik sistem dan fungsi tubuh yang kemungkinan
dipengaruhi oleh adanya masalah eleminasi. Ada beberapa pemeriksaan fisik pada
seorang klien yaitu :
1. Mulut : inspeksi gigi, lidah, dan gusi klien.
2. Abdomen : perawat menginspeksi keempat kuadaran abdomen untuk
melihat warna, bentuk, kesimetrisan, dan warna kulit..
3. Rektum : perawat menginspeksi daerah sekitar anus untuk melihat adanya
lesi, perubahan warna, inflamasi dan hemoroid.
c. Karakteristik feses
1. Warna yang normal : kuning (bayi), cokelat (dewasa)
2. Bau yang normal : menyengat yang dipengaruhi oleh tipe makanan
3. Konsistensi yang normal : lunak, berbentuk
4. Frekuensi yang normal : bervariasi ; bayi 4-6 kali sehari ( jika
mengonsumsi ASI) atau 1-3 kali sehari ( jika mengonsumsi susu botol ) ;
orang dewasa setiap hari atau 2-3 kali seminggu
5. Jumlah yang normal : 150 gr per hari ( orang dewasa)
6. Bentuk yang normal : menyerupai diameter rektum
7. Unsur-unsur yang normal : makanan tidak dicerna, bakteri mati, lemak,
pigmen empedu, sel-sel yang melapisi mukosa usus, air
d. Pemeriksaan Laboratorium
1. Analisis kandungan feses : untuk mengetahui kondisi patologis seperti :
tumor, perdarahan dan infeksi.
2. Tes Guaiak : pemeriksaan darah samar di feses yang mengitung jumlah
darah mikroskopik di dalam feses.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan Eliminasi Urine
1. Retensi urine

Definisi : pengosongan kandung kemih tidak komplet.

Batasan karakteristik

 Tidak ada haluaran urine


 Distensi kandung kemih
 Menetes
 Disuria
 Sering berkemih
 Inkotinensia aliran berlebih
 Residu urine
 Sensasi kandung kemih penuh
 Berkemih sedikit

Faktor yang berhubungan


 Sumbatan
 Tekanan ureter tinggi
 Inhibisi arkus refleks
 Sfingter kuat

2. Gangguan pola eliminasi urine: inkontinensia berhubungan dengan:


a. Gangguan neuromuskuler
b. Spasme bladder
c. Trauma pelvic
d. Infeksi saluran kemih
e. Trauma medulla spinalis

Gangguan Eliminasi fekal


1. Konstipasi
2. Diare

F. INTERVENSI KEPERAWATAN

Gangguan Eliminasi Urine

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan yang
mungkin muncul

1 Gangguan pola Setelah diberikan 1. Monitor keadaan 1. Membantu


eliminasi urine: asuhan keperawatan bladder setiap 2 mencegah distensi
inkontinensia ...x24 jam diharapkan jam atau komplikasi
kemungkinan pola eliminasi urine 2. Tingkatkan 2. Meningkatkan
berhubungan pasien normal dengan aktivitas dengan kekuatan otot
dengan.... kriteria hasil: kolaborasi ginjal dan fungsi
dokter/fisioterapi bladder
 Pasien dapat
3. Kolaborasi dalam 3. Menguatkan otot
mengontrol
bladder training dasar pelvis
pengeluaran urine
4. Hindari factor 4. Mengurangi atau
setiap 4 jam
 Tidak ada tanda- pencetus menghindari
tanda retensi dan inkontinensia inkontinensia
inkontinensia urine seperti
urine cemas
 Pasien berkemih 5. Kolaborasi dengan
dalam keadaan dokter dalam 5. Mengatasi faktor
rileks pengobatan dan penyebab
kateterisasi
6. Jelaskan tentang
 Pengobatan
 Kateter 6. Meningkatkan

 Penyebab pengetahuan dan

 Tindakan diharapkan pasien

lainnya lebih kooperatif

2 Retensi urine Setelah diberikan 1. Monitor keadaan 1. Menentukan


kemungkinan asuhan keperawatan bladder setiap 2 masalah
berhubungan 3x24 jam diharapkan jam
dengan... tanda dan gejala 2. Ukur intake dan
2. Memonitor
retensi urine pasien output cairan
keseimbangan
tidak ada dengan setiap 4 jam
cairan
kriteria hasil: 3. Berikan cairan
3. Menjaga defisit
2000 ml/hari
 Pasien dapat cairan
dengan kolaborasi
mengontrol 4. Mencegah
4. Kurangi minum
pengeluaran nokturia
setelah jam 6
bladder setiap 4 5. Membantu
malam
jam. memonitor
5. Kaji dan monitor
keseimbangan
analisis urine
cairan
elektrolit dan berat
6. Meningkatkan
badan
fungsi ginjal dan
6. Lakukan latihan
bladder
pergerakan
7. Relaksasi pikiran
7. Lakukan relaksasi
ketika duduk dapat
berkemih meningkatkan
8. Ajarkan teknik kemampuan
latihan dengan berkemih
kolaborasi 8. Menguatkan otot
dokter/fisioterapi pelvis
9. Kolaborasi dalam 9. Mengeluarkan
pemasangan urine
kateter

Gangguan Eliminasi Fekal

NO Diagnosa Tindakan dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil
1. Gangguan pola Setelah diberikan NIC : Konstipation atau a. Mencegah dan
eliminasi fekal : asuhan impaction management mengatasi konstipasi
konstipasi keperawatan a. Monitor tanda dan b. Mengetahui penyebab
berhubungan selama ...x 24 jam gejala konstipasi dini terjadinya
dengan... diharapkan pola b. Monitor frekuensi, konstipasi
eliminasi fekal warna, dan c. Meningkatkan
pasien normal konsistensi. pergerakan usus.
dengan kriteria c. Anjurkan pada d. Untuk merangsang
hasil : NOC : pasien untuk makan eliminasi defekasi
Bowel elimination buah-buahan dan pasien.
- Buang air besar serat tinggi dengan e. Meningkatkan
/ BAB dengan konsultasi bagian eliminasi
konsistensi gizi. f. Mengurangi atau
lembek d. Mobilisasi bertahap menghindari
- Pasien e. Kolaborasikan inkontinensia
menyatakan dengan tenaga medis g. Untuk mencegah

mampu mengenai pemberian perubahan pada tanda


mengontrol laksatif, enema dan vital, limbung atau
pola BAB pengobatan perdarahan.
- Mempertahank f. Berikan pendidikan
an pola kesehatan tentang :
eliminasi usus kebiasaan diet,
tanpa ileus cairan dan makanan
yang mengandung
gas, aktivitas dan
kebiasaan BAB
g. Intruksikan agar
pasien tidak
mengejan saat
defekasi
2. Gangguan pola Setelah diberikan a. Timbang berat a. Untuk mengetahui
eliminasi fekal : asuhan badan pasien berat badan pasien dan
diare keperawatan b. Ajarkan pasien untuk melakukan
berhubungan tindakan selanjutnya.
selama ...x 24 jam untuk menggunakan
dengan... b. Agar tidak
diharapkan feses obat antidiare yang
menimbulkan
pasien berbentuk benar
masalah/diare yang
dan lembek c. Instruksikan
berlanjut
dengan kriteria pasien/keluarga c. Mengetahui
hasil : untuk mencatat perkembangan pasien
NOC: warna, jumlah, tentang diarenya.
- Bowel frekuensi dan d. Mengetahui penyebab
elimination konsistensi dari diare.
- Fluid Balance feses e. Menghindari

- Hydration d. Evaluasi intake terjadinya diare yang


lebih parah.
- Electrolyte makanan yang
f. Stres meningkatkan
and Acid base masuk
stimulus bowel.
Balance e. Anjurkan pasien
g. Mempertahankan
Kriteria Hasil : untuk menghindari
status hidrasi
- Feses susu, kopi, makanan
berbentuk, BAB pedas, dan makanan
sehari sekali- yang mengiritasi
tiga hari saluran cerna.
- Menjaga daerah f. Ajarkan tehnik
sekitar rectal menurunkan stress
dari iritasi g. Kolaborasi
- Tidak pemberian obat
mengalami diare antidiare
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet, Lynda Juall.2013.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta:EGC


Nanda.2012-2014.Panduan Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.Jakarta: EGC
Potter &Perry.2010.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2.Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Wilkinson,Judith M.2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan,Diagnosis NANDA, Intervensi
NIC, Kriteria Hasil NOC Edisi 9.Jakarta: EGC
Wartonah, tarwoto.2006.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan.Jakarta:Salemba Medik
Brooker,Christine.2001.Kamus Saku Keperawatan.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai