Anda di halaman 1dari 13

LAMPIRAN

PERATURAN DIREKTUR RSUD NUNUKAN


NOMOR : 08.01/PER/DIR/RSBM/III/2018
TENTANG
PEDOMAN ASESMEN GIZI

BAB I
DEFINISI
A. Pengertian
1. Asesmen pasien adalah tahapan dari proses dimana dokter,
perawat, dietesien mengevaluasi data pasien baik subyektif
maupun obyektif untuk membuat keputusan terkait :
a. Status kesehatan pasien.
b. Kebutuhan perawatan.
c. Intervensi.
d. Evaluasi.
2. Asesmen awal (skrining gizi) adalah suatu sistem dari nutritional
assessment untuk mendeteksi dini pada perseorang atau
sekelompok orang yang memiliki resiko terkena malnutrisi,
beresiko malnutrisi atau tidak terkena malnutrisi sehingga dapat
diberikan intervensi dengan cepat dan dalam skala yg banyak.
(Principle of Nutrition Assessment,Gibson.2005)
3. Asesmen gizi adalah kegiatan untuk menentukan status gizi
pasien, meliputi : anamnesis gizi, pemeriksaan antropometri,
pemeriksaan laboratorium yang berhubungan dengan gizi,
pemeriksaan fisik dan klinik yang berhubungan dengan gizi,
riwayat personal pasien.
4. Asesmen ulang adalah bagian dari monitoring. Asesmen ulang
dilakukan untuk mengetahui respon intervensi diet.

B. Tujuan
1. Mengidentifikasi secara cepat individu yang beresiko dan tidak
beresiko malnutrisi.

1
2. Memprediksi kemungkinan membaik atau memburuknya keadaan
pasien untuk intervensi lebih lanjut.
3. Menentukan siapa yang membutuhkan dukungan nutrisi dan
dukungan nutrisi apa yang sesuai

2
BAB II
RUANG LINGKUP

Kegiatan pelayanan gizi Rumah Sakit meliputi pelayanan rawat inap


maupun rawat jalan. Komponen utama dari proses pelayanan rawat inap
dan rawat jalan adalah asesmen pasien untuk memperoleh informasi
terkait stasus medis pasien. Kegiatan pelayanan gizi diawali dengan
asesmen awal gizi yaitu :
1. Asesmen Awal Gizi Rawat Jalan
a. Identitas Pasien
b. Antropometri
c. Riwayat Gizi : Pola Makan, Alergi, Asupan Makanan
d. Biokimia
e. Diagnosis gizi
f. Intervensi
2. Asesmen Awal Gizi Rawat Inap
e. Identitas Pasien
f. Skrining Gizi
g. Antropometri
h. Biokimia
i. Fisik/klinis
j. Riwayat Gizi : Pola Makan, Alergi, Total Asupan
k. Riwayat Personal
l. Diagnosis
m. Intervensi
n. Monitoring evaluasi

3
BAB III
TATA LAKSANA

A. Asesmen Gizi Rawat Jalan


1. Identitas Pasien: Dietisien menanyakan dan mencatat identitas
pasien
2. Antropometri : Dietisien mengukur antropometri pasien meliputi
BB, TB, bila belum ada, kemudian menentukan status gizi (IMT).
3. Riwayat Gizi : Pola Makan, Alergi, Asupan Makanan : Dietisien
menanyakan pola makan pasien sebelum sakit, ada atau tidak
mempunyai alergi terhadap makanan tertentu, dan jumlah asupan
makanan sehari sebelum datang ke RS yang meliputi jumlah dan
jenis makanan yang dikonsumsi.
4. Biokimia: Dietisien mencatat hasil pemeriksaan laboratorium yang
berhubungan dengan gizi, apabila ada.
5. Fisik/Klinis: Dietisien mencatat hasil pemeriksaan fisik/klinis yang
berhubungan dengan gizi, apabila ada.
6. Riwayat Personal: Dietisien menanyakan riwayat penyakit yang
pernah diderita dan keluarga pasien, status sosial, riwayat obat
dan suplemen yang dikonsumsi .
7. Diagnosis Gizi: Dietisien menetapkan diagnosis gizi dari data-data
yang diperoleh. Diagnosis gizi diuraikan atas komponen masalah
gizi (problem), penyebab masalah (Etiologi) dan tanda-tanda atau
gejala adanya masalah (Signs dan Symptoms).
8. Intervensi : Dietisien memberikan intervensi gizi berupa edukasi
dan konseling gizi yang meliputi makanan yang boleh dan tidak
boleh dikonsumsi sesuai dengan diagnosis yang telah ditetapkan.

B. Asesmen Gizi Rawat Inap


1. Identitas Pasien: Dietisien menanyakan dan mencatat identitas
pasien.

4
2. Antropometri : Dietisien mengukur antropometri pasien meliputi
BB, TB, bila belum ada, kemudian menentukan status gizi (IMT).
3. Skrining gizi dilakukan berdasarkan kriteria Malnutrition Universal
Screening Tools ( MUST ). Langkah – langkahnya adalah sebagai
berikut :
a. Langkah pertama : hitung Indeks Massa Tubuh ( IMT ) pasien
dengan menggunakan kurva terlampir dan berikan skor.

5
Pengukuran Alternatif :
1) Jika tinggi badan tidak dapat diukur, gunakan pengukuran
panjang lengan bawah (ulna) untuk memperkirakan tinggi
badan dengan menggunakan tabel di bawah ini.

6
2) Untuk memperkirakan IMT, dapat menggunakan pengukuran
lingkar lengan atas (LLA).
a) Lengan bawah sisi kiri pasien harus ditekuk 90o terhadap
siku, dengan lengan atas paralel di sisi tubuh. Ukur jarak
antara tonjolan tulangbahu (akromion) dengan siku
(olekranon). Tandai titik tengahnya.
b) Perintahkan pasien untuk merelaksasikan lengan atasnya,
ukur lingkar lengan atas di titik tengah, pastikan pita
pengukur menempel tidak terlalu ketat.

7
a) LLA < 23,5 cm = perkiraan IMT < 20 kg/m2
b) LLA > 32 cm = perkiraan IMT > 30 kg/m2

b. Langkah kedua : nilai persentase kehilangan berat badan


yang tak direncanakan menggunakan tabel di bawah ini, dan
berikanlah skor.

8
c. Langkah ke tiga: nilai efek / pengaruh akut dari penyakit yang
diderita pasien dan berikan skor ( rentang antara 0 – 2 ).
Sebagai contoh, jika pasien sedang mengalami penyakit akut
dan sangat sedikit / tidak terdapat asupan makanan > 5 hari,
berikan skor 2.
d. Langkah ke empat : tambahkan skor yang diperoleh dari
langkah 1, 2, dan 3 untuk menilai adanya resiko malnutrisi.
1) Skor 0 = resiko rendah
2) Skor 1 = resiko sedang
3) Skor > 2 = resiko tinggi

9
e. Langkah ke lima : gunakan panduan tatalaksana untuk
merencanakan strategi keperawatan berikut ini :
1) Risiko rendah
Perawatan rutin: ulangi skrining pada pasien di rumah sakit
setiap minggu
2) Risiko sedang
Melakukan observasi, mencatan asupan makanan selama 3
hari. Bila adekuat, ulangi skrining setiap minggu selama
dirawat di rumah sakit. Jika tidak adekuat, rencanakan
strategi untuk perbaikan dan peningkatan asupan gizi,
pantau, dan kaji ulang progran pemberian makanan secara
teratur
3) Risiko tinggi
a) Rujuk ke ahli gizi
b) Perbaiki dan tingkatkan asupan nutrisi
c) Pantau dan kaji ulang program pemberian nutrisi: pada
pasien di rumah sakit (tiap minggu), pada pasien rawat
jalan (tiap bulan), masyarakat umum (tiap bulan).
4) untuk semua kategori:
a) Atasi penyakit yang mendasari dan berikan saran dalam
pemilihan jenis makanan.
b) Catat kategori risiko malnutrisi.
c) Catat kebutuhan akan diet khusus dan ikuti kebijakan
setempat.

Pasien yang berisiko masalah gizi dilakukan pengkajian gizi lebih


lanjut dengan mengisi formulir asuhan gizi. Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
1. Melakukan assessment gizi berupa :
a. Antropometri

10
Mengukur berat badan dan tinggi badan, atau LILA dan
tinggi lutut kemudian disimpulkan status gizinya. Bisa
menggunakan data dari skrining gizi.
b. Biokimia
Mencatat hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi dari
rekam medis dan menyimpulkannya sesuai cut off yang
digunakan, dan mencantumkan tanggal pemeriksaan lab
c. Fisik dan klinis
Mencatat hasil pemeriksaan fisik maupun klinis terkait gizi
dari rekam medis dan menyimpulkan hasilnya
d. Dietary atau riwayat gizi dahulu dan sekarang
Melakukan wawancara singkat mengenai kebiasaan makan
pasien sebelum masuk Rumah Sakit berupa:
- berapa kali makan dalam sehari
- makanan pokok yang biasa dikonsumsi dan porsinya
- lauk hewani yang sering dikonsumsi dan cara
pengolahannya
- lauk nabati yang sering dikonsumsi dan cara
pengolahannya
- sayuran yang sering dikonsumsi dan cara
pengolahannya
- kebiasaan konsumsi buah dan buah yang sering
dikonsumsi
- kebiasaan minum dan porsinya
- kebiasaan jajan atau ngemil serta aktifitas/ kebiasaan
olahraga
e. Menyimpulkan riwayat gizi dahulu
2. Membuat diagnosa gizi pasien terkait masalah yang ditemukan,
menggunakan NCP (problem-etiologi-sign/symptom), misalnya
..(problem)... disebabkan oleh ..(etiologi)... ditandai dengan
...(sign/symptom)...

11
3. Menghitung kebutuhan energi untuk anak menggunakan RDA x BBI
+ (BEE x FS), sedangkan untuk dewasa nondiabetes menggunakan
rumus Harris Benedict. Pasien dewasa dengan diabetes
menggunakan rumus Perkeni, kemudian diisikan pada kolom
rencana intervensi gizi
4. Menentukan intervensi gizi yang dilakukan (modifikasi diet,
konsultasi gizi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya)
5. Asessmen ulang
Setelah dilakukan asessmen awal / skrining gizi dan asessmen gizi
/ asessmen lanjut, maka dilakukan asessmen gizi ulang berupa :
a. Melakukan monitoring dan evaluasi
b. Ahli gizi menuliskan nama, mengisikan tanggal melakukan
pengkajian gizi, dan menandatangani Formulir Asuhan Gizi
pasien.

12
BAB IV
DOKUMENTASI

Mendokumentasikan pemeriksaan pasien merupakan langkah kritikal


dan penting dalam proses asuhan pasien. Hal ini umumnya dipahami
pelaksana praktek kedokteran bahwa “ jika anda tidak
mendokumentasikannya, anda tidak melakukannya”. Dokumentasi adalah
alat komunikasi berharga untuk pertemuan di masa mendatang dengan
pasien tersebut dan dengan tenaga ahli asuhan kesehatan lainnya. Saat
ini, beberapa metode berbeda digunakan untuk mendokumentasikan
asuhan pasien dan PCP, dan beragam format cetakan dan perangkat
lunak komputer tersedia untuk membantu farmasis dalam proses ini.
Dokumentasi yang baik adalah lebih dari sekedar mengisi formulir; akan
tetapi, harus memfasilitasi asuhan pasien yang baik. Ciri-ciri yang harus
dimiliki suatu dokumentasi agar bermanfaat untuk pertemuan dengan
pasien meliputi: Informasi tersusun rapi, terorganisir dan dapat
ditemukan dengan cepat

Asessmen awal (skrining gizi) dalam rekam medik pasien


didokumentasikan di dalam RM.

13

Anda mungkin juga menyukai