ahmad.agus.susanto@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini membahas tentang analisis risiko pada proses Percutaneous Coronary Intervention (PCI) di
Rumah Sakit Jantung Binawaluya Tahun 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui risiko dan tingkat
risiko pada proses kegiatan tersebut. Metode identifikasi risiko menggunakan Task Risk Assesment, sedangkan
untuk analisis risiko dilakukan dengan menggunakan metode analisis risiko semikuantitatif dengan kriteria
penilaian risiko (consequence, likelihood, dan exposure). Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik
dengan menggunakan metode semi kuantitatif AS/NZS 4360:2004. Hasil analisis tingkat risiko yang didapatkan,
yaitu risiko dengan tingkat risiko very high sebanyak 37, substantial sebanyak 2, priority 3 sebanyak 6. Saran
yang dapat diberikan yaitu diperlukannya manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di Rumah Sakit Jantung
Binawaluya khususnya ruang Cathlab untuk membuat program keselamatan dan kesehatan kerja.
Abstract
This study discusses about risk analysis in Percutaneous Coronary Intervention (PCI) Process at Rumah Sakit
Jantung Binawaluya in 2014. The purpose of this study was to determine the risk and level of risk in the PCI
process. Risk identification method using the Task Risk Assesment, while for risk analysis is undertaken by
semi-quantitative method that uses risk assessment criteria (consequence, likelihood, exposure). This study was a
descriptive analytical study using semi-quantitative method AS/NZS 4360:2004. The results of the analysis of
the obtained level of risk, is 37 risks to very high risk levels, 2 substantially risks, and 6 risks priority 3.
Recommendation above this studi is to build safety and health management in Rumah Sakit Jantung Binawaluya,
especially at Cathlab, by creating health and safety program.
Key word: AS/NZS 4360:2004; Percutaneous Coronary Intervention (PCI); semi-quantitative risk analysis,
Pendahuluan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan jaminan
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan
dan Penyakit Akibat Kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan,
pengobatan, dan rehabilitasi. Kesehatan kerja (Occupational Health) merupakan bagian dari
keselamatan dan kesehatan kerja (occupational safety and health) yang bertujuan agar pekerja
selamat, sehat, produktif, sejahtera, dan berdaya saing kuat, dengan demikian produksi dapat
Tinjauan Teoritis
Bahaya
Menurut OHSAS 18001, bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan
yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan
lainnya. Bahaya juga merupakan sifat yang melekat yang menjadi bagian dari suatu zat,
sistem, kondisi atau peralatan. Oleh sebab itu, diperlukan tindakan pengendalian agar bahaya
tersebut tidak menimbulkan akibat yang merugikan.
Menurut AS/NZS 4360:2004, risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan
mempunyai dampak terhadap sasaran, diukur dengan hukum sebab akibat. Risiko juga selalu
dihubungkan dengan terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan dan bersifat merugikan. Risiko
diukur berdasarkan nilai likelihood dan consequences.
Manajemen Risiko
Menurut AS/NZS 4360:2004, manajemen risiko adalah “Manajemen risiko merupakan
bagian integral dari praktek manajemen yang baik dan merupakan elemen yang penting dalam
tata kelola perusahaan yang baik. Ini merupakan suatu proses berulang yang bertahap. Ketika
dilakukan secara berurutan, memungkinkan adanya peningkatan yang berkelanjutan dalam
pengambilan keputusan dan memfasilitasi perbaikan yang berkelanjutan dalam kinerja”.
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Proses Percutaneous Coronary Intervention (PCI) dibagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap
awal, tahap pelaksanaan dan tahap akhir.
Tahap Pelaksanaan
1. Desinfeksi radialis/femoralis 8. Keluarkan angio kateter
2. Anastesi radialis/femoralis 9. Masukkan guide wire
3. Puncture arteri radialis/femoralis 10. Masukkan predilatasi balloon
4. Masukkan sheath 11. Kembangkan balloon
5. Masukkan angiografi kateter 12. Masukkan stent
6. Kanulasi arteri koroner 13. Kembangkan stent
7. Expose arteri koroner 14. Keluarkan angio kateter
Hasil identifikasi dan penilaian risiko pada proses Percutaneous Coronary Intervention
(PCI) diantaranya terdapat :
1. Tingkat risiko Very High sebanyak 37, yang berasal dari risiko terpajan radiasi sinar x,
terkena darah pasien, tertusuk, tergores dan trauma benda tajam.
2. Tingkat risiko Substansial sebanyak 2, yang berasal dari risiko muskuloskeletal disorder
(MSDs)
3. Tingkat risiko priority 3 sebanyak 6, yang berasal dari risiko terjepi, trauma benda tajam,
terkena dan terhirup alkohol/ betadine, terlindas roda dan kelelahan otot
2 6
Very High
Substantial
Priority 3
37
Berikut ini merupakan analisis dan pembahasan mengenai nilai consequence, exposure,
dan likelihood pada setiap jenis risiko pada proses PCI serta rekomendasi pengendalian risiko
yang penulis sarankan berdasarkan standar AS/NZS 4360:2004, yaitu mengurangi
kemungkinan terjadi (reduce likelihood), mengurangi konsekuensi kejadian (reduce
consequences), dan pengalihan risiko kepada pihak lain (risk transfer).
1. Risiko muskuloskeletal disorder (MSDs)
Risiko muskuloskeletal disorder (MSDs) memiliki tingkat risiko 150 dengan keterangan
substansial dengan alasan penilaian sebagai berikut:
• Faktor consequence dikategorikan important (5) karena jika terjadi dapat
mengakibatkan efek yang serius yaitu low back pain atau HNP yang memerlukan
perawatan.
• Faktor exposure dikategorikan continuosly (10) karena pekerjaan tersebut bisa
dilakukan lebih dari sekali dalam sehari.
• Faktor likelihood dikategorikan likely (3), karena kejadian muskuloskeletal disorder
(MSDs) tidak biasa terjadi, tetapi mungkin terjadi jika dilakukan berulang.
• Pengendalian bahaya yang sudah dilakukan adalah dengan menyediakan adjustable
brankar dan kursi roda, namun saat observasi beberapa petugas membungkuk saat
membuka pijakan kursi roda dan mengatur ketinggian brankar saat memindahkan
pasien. Berdasarkan hal tersebut pada existing level diperoleh nilai consequence 5,
exposure 10, likelihood 1, sehingga dapat menurunkan risiko sebesar 33,3% dengan
nilai 50 (priority 3).
2. Risiko terlindas roda
Risiko terlindas roda memiliki tingkat risiko 60 dengan keterangan Priority 3 dengan
alasan penilaian sebagai berikut:
• Faktor consequence dikategorikan noticeable (1) karena jika terjadi dapat
mengakibatkan luka-luka dan sakit ringan.
• Faktor exposure dikategorikan continuosly (10) karena kegiatan memindahkan pasien
dilakukan lebih dari satu kali dalam satu hari.
• Faktor likelihood dikategorikan unusual but possible (6) karena risiko terlindas roda
dapat terjadi sebesar 50% jika petugas tidak mengunci kursi roda/ brankar atau kunci
tidak berfungsi.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis risiko pada proses Percutaneous Coronary
Intervention (PCI) di Rumah Sakit Jantung Binawaluya dapat disimpulkan bahwa secara
umum dari seluruh kegiatan, risiko yang paling tinggi berasal dari bahaya fisik, yaitu risiko
terpajan radiasi sinar x, risiko yang berasal dari bahaya biologi, yaitu terkena darah atau
cairan tubuh pasien dan risiko yang berasal dari bahaya mekanik, yaitu tertusuk atau tergores.
Potensi bahaya dan risiko lainnya yang terdapat pada proses PCI adalah bahaya
ergonomi dengan risiko muskuloskeletal disorder, bahaya mekanik dengan risiko terjepit dan
bahaya kimia dengan risiko terkena atau terhirup alkohol/betadine.
Pengendalian yang sudah ada berupa upaya untuk mengurangi mengurangi kemungkinan
terjadi (reduce likelihood) dengan melakukan engineering control, yaitu menggunakan x-ray
radiasi rendah, memasang barrier atau tabir timbal (pb) penghalang radiasi sinar x dan
pengggunan brankar adjustable.
Saran
Pengendalian utama yang sudah dilakukan untuk mengurangi risiko tinggi pada proses
PCI salah satunya adalah dengan menyediakan dan menggunakan alat pelindung diri. Namun
akan lebih baik jika beberapa pengendalian lain dapat diterapkan pada proses tersebut. Oleh
karena itu, saran yang penulis berikan untuk dapat mengelola risiko yang ada pada proses
Percutaneous Coronary Intervention (PCI) adalah sebagai berikut:
1. Perlu dibuat manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di Rumah Sakit Jantung
Binawaluya sesuai ketentuan KEPMENKES RI No. 1087/MENKES/SK/VIII/2010
mengenai Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit, agar lebih
normatif, serta dapat dijalankan secara konsisten dan berkelanjutan.
2. Melakukan assessmen pemahaman pegawai mengenai keselamatan dan kesehatan
kerja.
3. Peningkatan pengetahuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja melalui
pemberian materi terkait K3 di Rumah Sakit guna meningkatkan pemahaman para
pekerja mengenai pentingnya pelaksanaan K3.
4. Melakukan analisis risiko pekerjaan oleh beberapa orang atau tim sehingga hasil
analisis yang didapatkan tepat dan efektif dalam pengendaliannya.
5. Melakukan pelatihan-pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja terkait proses PCI.
6. Melengkapi setiap bahan kimia yang ada di ruang cathlab dengan MSDS (Material
Safety Data Sheets).
7. Menambahkan pemeriksaan laboratorium Hepatitis B dan HIV pada pasien sebelum
tindakan PCI.
8. Melakukan studi mendalam dan assessmen postur dalam bekerja sehingga risiko
ergonomi dapat dihindari.
9. Pengawasan terhadap penggunaan alat pelindung diri pada petugas yang terlibat dalam
proses PCI.
Elsasser A., Hnum C.W.(2005). Percutaneous coronary intervention guidelines new aspects
for the the interventional treatment of acute coronary syndrome. European Heart
Journal Supplements (2005) 7 (Supplement K), K5–K9
Ramli, Soehatman. (2009). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS
180001. Jakarta: PT Dian Rakyat.