SKRIPSI
TIA MONICA
1111102000025
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
TIA MONICA
1111102000025
NIM : 1111102000025
Tanda Tangan :
Disetujui oleh,
NIM : 1111102000025
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 70% HERBA
KEMANGI (Ocimum americanum L.) TERHADAP
KUALITAS SPERMA TIKUS SPRAGUE-DAWLEY JANTAN
YANG DIBERI PAPARAN TIMBAL
Ditetapkan di : Ciputat
Tanggal : 10 April 2015
Penulis
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Ciputat
Pada Tanggal : 10 April 2015
Tabel 2.1 Kandungan Timbal dalam Gas Buangan Kendaraan Bermotor ........ 14
Tabel 2.2 Data biologis tikus .......................................................................... 22
Tabel 3.1 Rancangan Percobaan Dosis ........................................................... 31
Tabel 3.2 Pengenceran yang dilakukan dan kotak yang dihitung .................... 36
Tabel 3.3 Cara Pengenceran ........................................................................... 36
Tabel 3.4 Rumus Konsentrasi Spermatozoa ................................................... 37
Tabel 4.1 Hasil Penapisan Fitokimia .............................................................. 38
Tabel 4.2 Hasil Uji Parameter Spesifik dan Parameter Non Spesifik .............. 39
Tabel 4.3 Rerata Berat Badan Tikus Tiap Kelompok ...................................... 40
Tabel 4.4 Rerata Berat Testis Tikus Tiap Kelompok ...................................... 41
Tabel 4.5 Rerata Konsentrasi Spermatozoa Tikus Tiap Kelompok ................. 42
Tabel 4.6 Rerata % Morfologi Sperma Abnormal Tikus Tiap Kelompok........ 44
Tabel 4.6 Rerata % Motilitas Sperma Tikus Tiap Kelompok .......................... 45
PENDAHULUAN
1.4. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini yaitu :
1. Ektrak etanol 70% herba kemangi (Ocimum americanum L.) dapat
meningkatkan perbaikan profil morfologi spermatozoa pada tikus putih (Ratus
novergicus) jantan galur Sprague Dawley yang diberi paparan timbal.
Bentuk daun sederhana dan saling berhadapan silang dengan ujung daun
berbentuk runcing serta panjang tangkai daun mencapai 2 cm. Helai daun
berbentuk bulat panjang dengan ukuran panjang daun mencapai 5 cm dan lebar
daun mencapai 2,5 cm (Hadipoentyanti dan Wahyuni, 2008).
Bunga kemangi merupakan bunga majemuk yang panjangnya dapat
mencapai 15 cm, tersusun berhadapan silang dengan 6 bunga membentuk
lingkaran (karangan semu) yang masing-masing terpisah dengan jarak mencapai
3cm, berbentuk sederhana atau bercabang. Ibu tangkai bunga dan porosnya
berbentuk segi empat. Panjang daun pelindung pada bunga adalah 2-3 mm
berbentuk bulat panjang serta berbulu. Panjang tangkai bunga mencapai 4 mm,
sangat bengkok pada bagian atas. Kelopak bunga berbelah dua dengan panjang 2-
2,5 cm dan berbulu putih pada bagian luarnya serta berwarna putih. Mahkota
bunga berbentuk tabung berbibir dua dengan ukuran 4 mm dan berwarna putih.
Terdapat 4 benang sari yang berbentuk ramping dengan 2 benang sari yang lebih
panjang.Putik dengan 4 bakal biji dan 4 bakal buah serta 2 kepala putik
(Siemonsma dan Piluek, 1994).
tapi tanaman ini banyak di tanam di sawah (Siemonsma dan Piluek, 1994).
Kemangi tumbuh secara liar dan dapat di budidayakan di seluruh Afrika dan Asia
yang beriklim tropis. Asal tanaman ini tidak diketahui secara pasti. Di Asia
tenggara telah dilaporkan terdapat kemangi di Indonesia dan Papua Nugini.
Adanya kemangi di Filipina masih diragukan, namun tanaman ini juga telah
dilaporkan terdapat di Amerika yang beriklim tropis dan beberapa kepulauan di
Hindia Barat (Siemonsma dan Piluek, 1994).
2.3. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (Depkes RI, 2000).
Ada beberapa jenis ekstrak yakni : ekstrak cair, ekstrak kental dan ekstrak
kering. Ekstrak cair adalah sediaan dari simplisia nabati yang mengandung etanol
sebagai pelarut atau sebagai pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada masing-
masing monografi tiap ml ekstrak mengandung senyawa aktif dari 1 g simplisia
yang memenuhi syarat. Ekstrak cair jika hasil ekstraksi masih bisa dituang
biasanya kadar air lebih 30%. Ekstrak kental jika memilki kadar air antara 5-30%.
Ekstrak kering jika mengandung kadar air kurang dari 5% (Saifudin dkk, 2011).
2.4. Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan bagian aktif sebagai obat dari jaringan
tumbuhan ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur
yang telah ditetapkan (Tiwari, et al., 2011). Selama proses ekstraksi, pelarut akan
berdifusi sampai ke material padat dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa
dengan polaritas yang sesuai dengan pelarutnya (Tiwari, et al., 2011). Efektifitas
ekstraksi senyawa kimia dari tumbuhan bergantung pada :
a) Bahan-bahan tumbuhan yang alami
b) Keaslian dari tumbuhan
c) Proses ekstraksi
d) Kadar air
e) Ukuran partikel
Macam-macam perbedaan metode ekstraksi yang akan mempengaruhi
kuantitas dan kandungan metabolit sekunder dari ekstrak, antara lain (Tiwari, et
al., 2011) :
a) Tipe ekstraksi
b) Waktu ekstraksi
c) Suhu ekstraksi
d) Konsentrasi pelarut
e) Polaritas pelarut
Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibagi menjadi
dua cara, yaitu cara panas dan cara dingin (Ditjen POM, 2000).
2.4.1. Cara Dingin
1. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperatur kamar (Ditjen POM, 2000). Maserasi adalah proses penyarian
2.5. Timbal
Timbal adalah suatu logam berat berwarna kelabu kebiruan dengan titik
leleh 3270⁰C dan titik didih 17400⁰C (Anies, 2005). Timbal menguap dan
bereaksi dengan oksigen dalam udara membentuk timbal oksida. Bentuk oksida
yang paling umum adalah timbal (II) dan senyawa organometalik yang terpenting
adalah timbal tetraetil, timbal tetrametil dan timbal stereat (WHO, 1995). Logam
ini termasuk ke dalam kelompok logam-logam golongan IV-A dengan nomor
atom 82 dan bobot 207,2 (Palar, 2004).
2.5.2. Absorpsi
Keracunan yang ditimbulkan oleh persenyawaan logam timbal dapat
terjadi karena masuknya persenyawaan logam tersebut ke dalam tubuh. Proses
masuknya timbal ke dalam tubuh dapat melalui beberapa jalur, yaitu melalui
makanan dan minuman, udara (pernafasan/inhalasi) serta perembesan atau
penetrasi pada selaput atau lapisan kulit. Bentuk-bentuk kimia dari senyawa-
pada plasma. Sebagian timbal disimpan pada jaringan lunak dan tulang. Ekskresi
timbal terutama melalui ginjal dan saluran pencernaan (Palar 2004).
2.5.4. Eksresi
Timbal diekskresi melalui beberapa cara, yaitu melalui urin (75-80%),
feses (sekitar 15%), keringat dan air susu ibu. Waktu paruh timbal dalam darah
kurang lebih 36 hari, pada jaringan lunak 40 hari, sedangkan pada tulang lebih
dari 25 tahun. Pada umumnya ekskresi timbal berjalan lambat, ini menyebabkan
timbal mudah terakumulasi dalam tubuh (WHO, 1995. Adnan, 2001). Tampaknya
tubuh telah mencapai suatu keseimbangan antara absorbsi dan ekskresi, dimana
jumlah timbal yang diekskresi dalam kemih, feses, empedu, keringat, rambut dan
kuku sesuai dengan jumlah yang diabsorbsi. Proses pembersihan timbal oleh
ginjal pada dasarnya adalah filtrasi glomerulus. Kecepatan ekskresi timbal melalui
empedu pada manusia tidak diketahui (Joko S, 1995).
aknalis inguinalis masuk ke dalam pelvis, tempat duktus ini berlanjut dengan
duktus ejakulatorius, suatu segmen terminal dari sistem duktus yang membuka ke
arah uretra prostatic. Berhubungan dengan sistem duktus adalah tiga kelenjar
asesorius, vesikula seminalis, prostat, dan kelenjar bulboureta. Spermatozoa dari
epididimis, bersama dengan hasil sekretorius kelenjar ini, merupakan semen yang
dikeluarkan melalui uretra penis (Fawcett & Bloom, 2002).
dari sel khusus (sel Leydig) yang terdapat di daerah interstitial antara tubulus-
tubulus seminiferus (Heffner & Schust, 2005).
Telah dilaporkan bahwa testosteron pada tikus dewasa yang terdapat dalam cairan
interstitial (lebih dari 50 ng/mL) jauh lebih tinggi dibanding yang terdapat dalam
testis (sekitar 30 ng/mL) maupun yang terdapat pada cairan vena perifer
(<10ng/mL), menunjukkan aksi parakrin atau autokrin dari testosteron pada
spermatogenesis di dalam testis. Adanya reseptor androgen pada sel germinal
masih kontroversial, sementara ini reseptor tersebut telah ditemukan dalam sel
Leydig, sel peritubular, sel Sertoli dan lapisan otot pembuluh darah pada sebagian
arteri dalam testis tikus. Hal ini menunjukkan bahwa peran testosteron pada
spermatogenesis adalah pada mediasi terakhir. Salah satu peran sel Sertoli adalah
memproduksi protein-pengikat androgen, yang dirangsang oleh FSH dan
testosteron (Krinke, 2000).
METODE PENELITIAN
Puslit Biologi, Cibinong Jawa Barat. Bahan kimia yang digunakan dalam
penelitian ini adalah aquades, timbal asetat, etanol 70%, eter, larutan buffer netral
formalin, larutan George, larutan Eosin Y1%, larutan NaCl, Na CMC, pereaksi
untuk penapisan fitokimia (HCl pekat, pereaksi Bouchard, pereaksi Mayer, serbuk
magnesium, NaOH, FeCl3 0,1%).
3. Identifikasi Flavonoid
a. Ekstrak 0,5 gram dalam cawan ditambahkan 2 mL etanol 70% kemudian
diaduk, ditambahkan serbuk magnesium 0,5 gram dan 3 tetes HCl pekat.
Terbentuknya warna jingga sampai merah menunjukkan adanya flavon, merah
sampai merah padam menunjukkan flavanol, merah padam sampai merah
keunguan menunjukkan flavanon (Mojab, Kamalinejad, Ghaderi, &
Vahidipour, 2003)
b. Ekstrak ditambahkan beberapa tetes larutan NaOH, terbentuk warna kuning
yang pekat. Warna kuning menghilang bila dilakukan penambahan beberapa
tetes asam encer menunjukkan adanya flavonoid (Tiwari et al., 2011).
2. Organoleptik.
Penggunaan pancaindera mendeskripsikan bentuk, warna,bau, rasa sebagai
berikut :
Bentuk : padat, serbuk - kering, kental, cair.
Warna : kuning, coklat, dll.
Bau : aromatik, tidak berbau, dll.
Rasa : pahit, manis, kelat, dll.
2. Susut pengeringan
Ekstrak ditimbang secara seksama sebanyak 1 g sampai 2 g dan
dimasukkan ke dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah
dipanaskan pada suhu 105ºC selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum
ditimbang, ekstrak diratakan dalam botol timbang dengan menggoyangkan
botol hingga merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm.
Jika ekstrak yang diuji berupa ekstrak kental, ratakan dengan batang pengaduk.
Kemudian dimasukkan ke dalam ruang pengering, buka tutupnya, keringkan
pada suhu 105ºC hingga berat tetap. Sebelum setiap pengeringan, biarkan botol
dalam keadaan tertutup mendingin dalam desikator hingga suhu kamar.Jika
ekstrak sulit kering dan mencair pada pemanasan, ditambahkan 1 g silika
pengering yang telah ditimbang secara seksama, setelah dikeringkan dan
disimpan dalam desikator pada suhu kamar. Campurkan silika tersebut secara
rata dengan ekstrak pada saat panas, kemudian keringkan kembali pada suhu
penetapan hingga berat tetap (Depkes RI, 2000).
serbuk yang telah halus dilarutkan ke dalam aquades hingga volume yang telah di
tentukan.
perlakuan dibandingkan dengan berat testis tikus kelompok normal dan kelompok
kontrol negatif.
Angka 25 = total kotak kecil yang terdapat dalam kamar hitung Neubauer
k = jumlah kotak kecil yang dihitung pada saat pengamatan.
vNaCl = volume NaCl (mL) fisiologis yang digunakan untuk membantu
mengeluarkan spermatozoa dari vas deferens.
Perhitungan konsentrasi spermatozoa (Juta/mL) dapat terlihat dari tabel 3.4
berikut.
Tabel 3.4 Rumus Konsentrasi Spermatozoa
No Jumlah kotak yang dihitung Rumus konsentrasi spermatozoa
1 5 n x 10.000 x 50 x 5 x 0,5
2 10 n x 10.000 x 20 x 2,5 x 0,5
3 25 n x 10.000 x 10 x 1 x 0,5
Tabel 4.2. Hasil Uji Parameter Spesifik dan Parameter Non Spesifik Ekstrak
Etanol 70% Herba Kemangi (Ocimum americanum L.)
Parameter Hasil Pengujian
Parameter Spesifik a. Identitas ekstrak
Nama lain tumbuhan Ocimum americanum L.
Bagian tumbuhan yang Herba
digunakan
Nama Indonesia Kemangi
b. Organoleptis
Warna Coklat
Bau Khas
Bentuk Kental padat
Rasa Pahit
Parameter a. Susut pengeringan 16,695 %
Nonspesifik b. Kadar abu 12,31 %
330
320
310
300 Normal
Kontrol negatif
290
Dosis rendah
280
Dosis Sedang
270 Dosis tinggi
260
09-Feb-15
10-Feb-15
11-Feb-15
12-Feb-15
13-Feb-15
14-Feb-15
15-Feb-15
16-Feb-15
17-Feb-15
18-Feb-15
19-Feb-15
20-Feb-15
21-Feb-15
22-Feb-15
23-Feb-15
Tanggal Penimbangan
1,2 1,12
1
0,8
0,6 Rerata Berat…
0,4
0,2
0
Normal Kontrol 50 100 200
Negatif
Gambar 4.2 Hasil rerata berat testis (gram) setelah pemberian ekstrak etanol 70%
herba kemangi selama 14 hari
terhadap rerata berat testis tikus menunjukkan nilai signifikan 0,000 (p≤0,05),
sehingga dilanjutkan dengan uji BNT jenis LSD dimana data yang diperoleh
menunjukkan berat testis pada seluruh kelompok dosis memberikan hasil berbeda
secara bermakna terhadap tikus kelompok normal dan kelompok kontrol negatif
(p≤0,05). Dari hasil uji ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 70% herba
kemangi dapat meningkatkan berat testis secara bermakna terhadap kelompok
normal maupun kelompok kontrol negatif.
100
80
60 53,75
Rerata Konsentrasi
40 33,63 34,81
Spermatozoa
18,69
20
0
Normal Kontrol 50 100 200
Negatif
Kelompok hewan uji
Data yang telah diperoleh dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Hasil
uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan homogenitas Levene konsentrasi
spermatozoa menunjukkan bahwa data konsentrasi sperma terdistribusi normal
(p≥0,05) dan homogen (p≥0,05). Data konsentrasi sperma selanjutnya diuji
menggunakan statistika parametric one way Anova (untuk data yang terdistribusi
normal (p≥0,05) dan homogen (p≥0,05). Hasil uji Anova yang dilakukan terhadap
rerata konsentrasi spermatozoa menunjukkan nilai signifikan 0,000 (p≤0,05),
sehingga dilanjutkan dengan uji BNT jenis LSD dimana data yang diperoleh
menunjukkan konsentrasi spermatozoa pada kelompok dosis sedang dan dosis
tinggi berbeda secara bermakna terhadap kelompok normal dan kelompok kontrol
negatif (p≤0,05). Dari hasil uji ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 70%
herba kemangi pada dosis 100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB dapat meningkatkan
konsentrasi spermatozoa secara bermakna terhadap kelompok normal dan kontrol
negatif.
Tabel 4.6. Rerata % morfologi spermatozoa yang abnormal tikus tiap kelompok
No. Kelompok Rerata morfologi spermatozoa abnormal (%)
1 Normal 18,53±10,57
2 Kontrol Negatif 20,55±9,16
3 Dosis 50 mg/kgBB 17,85±7,05
4 Dosis 100 mg/kgBB 17,2±3,76
5 Dosis 200 mg/kgB 16,28±2,71
25,00
20,55
Abnormalitas Morfologi Sperma (%)
5,00
0,00
Normal Kontrol 50 100 200
Negatif
Data yang telah diperoleh dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Hasil
uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan homogenitas Levene morfologi
spermatozoa menunjukkan bahwa data morfologi spermatozoa terdistribusi
normal (p≥0,05) dan homogen (p≥0,05). Data morfologi spermatozoa selanjutnya
diuji menggunakan statistika parametric one way Anova. Hasil uji Anova yang
dilakukan terhadap rerata morfologi spermatozoa menunjukkan nilai signifikan
0,444 (p≥0,05), sehingga tidak dilanjutkan dengan uji BNT jenis LSD dimana
data yang diperoleh menunjukkan morfologi spermatozoa tidak berbeda secara
bermakna. Dari hasil uji ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 70% herba
kemangi tidak dapat mengurangi % abnormal secara bermakna pada morfologi
spermatozoa terhadap kelompok normal dan kelompok kontrol negatif.
80
67,8
70 61,3 62,2
60
47,4
50
Prsentase motilitas spermatozoza
39,3
40
30
Rerata motilitas (%)
20
10
0
Normal Kontrol 50 100 200
Negatif
Data yang telah diperoleh dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Hasil
uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan homogenitas Levene motilitas
spermatozoa menunjukkan bahwa data motilitas spermatozoa terdistribusi normal
(p≥0,05) dan homogen (p≥0,05). Data motilitas spermatozoa selanjutnya diuji
menggunakan statistika parametric one way Anova (untuk data yang terdistribusi
normal (p≥0,05) dan homogen (p≥0,05)). Hasil uji Anova yang dilakukan terhadap
rerata motilitas spermatozoa menunjukkan nilai signifikan 0,000 (p≤0,05),
sehingga dilanjutkan dengan uji BNT jenis LSD dimana data yang diperoleh
menunjukkan motilitas spermatozoa pada dosis rendah, sedang dan tinggi berbeda
secara bermakna terhadap kelompok kontrol negatif dan kelompok normal. Dapat
disimpulkan bahwa ekstrak etanol 70% herba kemangi dapat meningkatkan %
motilitas spermatozoa secara bermakna.
4. 2. Pembahasan
Hasil determinasi tanaman yang dilakukan di Herbarium Bogoriense,
Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor, menunjukkan bahwa
tanaman kemangi yang diperoleh dari kebun kemangi Desa Grogol, Kecamatan
Limo, Depok pada Oktober 2014 merupakan spesies Ocimum americanum L. dari
famili Lamiaceae yang selanjutnya digunakan sebagai sampel di dalam penelitian.
Kemangi yang dipanen tidak menggunakan pestisida dan sistem pengairan
menggunakan air hujan dan air kali di dekat kebun.
Herba kemangi yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran,
selanjutnya dipotong untuk mempercepat proses pengeringan. Sampel tersebut
kemudian dikeringkan tanpa terkena sinar matahari secara langsung, namun
sirkulasi udaranya baik. Paparan sinar matahari secara langsung pada suhu tinggi
dapat merusak dan menyebabkan terdegradasinya senyawa kimia dalam sampel
yang dianalisis. Herba kemangi yang telah kering selanjutnya dihaluskan dengan
menggunakan blender hingga dihasilkan serbuk kemangi ±750 g. Sampel yang
berbentuk serbuk bertujuan untuk memperbesar luas permukaan sehingga
memudahkan tertariknya komponen-komponen kimia yang terdapat dalam bahan.
Serbuk herba kemangi (Ocimum americanum L.) sebanyak 420 gram
diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan etanol teknis 70%. Pemilihan
saponin dan tanin. Dari penelitian Nur Khoirani (2013), yang berjudul
“Karakterisasi Simplisia dan Standardisasi Ekstrak Etanol Herba Kemangi
(Ocimum americanum L.)”, diketahui bahwa pada ekstrak etanol 70% herba
kemangi mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid,
triterpenoid dan minyak atsiri.
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25 ekor tikus jantan
galur Sprague Dawley berusia 4 – 4,5 bulan yang diperoleh dari peternakan
Universitas Pakuan Bogor. Tikus yang digunakan merupakan tikus sehat dan fertil
dengan berat tikus yaitu sekitar 300 – 350 gram. Pemilihan galur Sprague Dawley
dikarenakan mayoritas penelitian mengenai reproduksi pada tikus menggunakan
galur ini. Galur ini juga memiliki tingkat kesuburan yang tinggi ditandai dengan
jumlah sperma dalam epididimis lebih banyak dibandingkan galur lain (Wilkinson
et al., 1999).
Tikus dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari kelompok normal,
kelompok kontrol negatif, dan 3 kelompok perlakuan dengan dosis masing-
masing 50 mg/kgBB, 100 mg/kgBB, dan 200 mg/kgBB. Hewan uji kemudian
diaklimatisasi agar dapat menyesuaikan diri dalam kondisi lingkungan yang baru.
Setiap kelompok tikus jantan ditempatkan pada kandang yang berbeda dengan
masing-masing kandang terdiri dari 5 ekor tikus. Selama aklimatisasi, dilakukan
pengamatan kondisi umum serta ditimbang berat badannya. Adanya peningkatan
berat badan menunjukkan bahwa tikus telah mampu menyesuaikan diri dengan
kondisi lingkungan. Tabel peningkatan berat badan tikus dapat terlihat pada tabel
4.3 dan grafik pada gambar 5.
Data berat badan menunjukkan perkembangan berat badan pada setiap
kelompok mengalami kenaikan tiap minggunya. Pertumbuhan yang baik
merupakan suatu proses pertambahan massa, sehingga hewan mengalami
pertambahan berat badan, pertambahan tinggi, pertambahan panjang atau
pertambahan kandungan kimiawi tubuhnya. Kenaikan berat badan yang terjadi
tiap kelompok tikus kemungkinan dikarenakan konsumsi pakan harian yang
diberikan memenuhi syarat untuk terjadinya pertumbuhan.
Setelah aklimatisasi, masing-masing tikus diberikan perlakuan sesuai
dengan kelompoknya menggunakan alat penyekok oral (sonde). Periode ini
atau memindahkan HP2 dari tempat pengikatannya dengan DNA. Hal tersebut
mengakibatkan gangguan pada kondensasi kromatin sperma dan meningkatkan
kerusakan DNA, dengan begitu kesuburan akan menurun (Panggabean et al.
2008).
Antioksidan merupakan substansi yang diperlukan tubuh untuk
menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal
bebas. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan
elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadi reaksi berantai dari
pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan stres oksidatif (Christijanti
dan Iswara, 2010).
Kemangi memiliki kandungan antioksidan tinggi. Kandungan senyawa
kimia dalam herba kemangi adalah 1,8 sineol, anethol, apigenin fenkhona,
stigmaasterol, triftofan, tannin, sterol, dan boron (Dharmayanti, 2003) serta
minyak atsiri, pati, lignin, fitosterol, alkaloid, senyawa fenolik, saponin,
flavonoid, terpenoid dan antrakuinon (Sarma dan Babu, 2011). Kandungan
kemangi yang berupa boron dan seng secara tidak langsung berperan dalam
meningkatkan konsentrasi spermatozoa. Boron dan seng mempunyai peran untuk
merangsang keluarnya hormon androgen (testosteron) (Gunawan, 2004).
Antioksidan berperan dalam melindungi DNA dan molekul penting lainnya dari
oksidasi dan kerusakan, dan dapat meningkatkan kualitas sperma sehingga dapat
meningkatkan kesuburan pria (Yang et al, 2006).
Parameter yang diamati selanjutnya adalah morfologi spermatozoa.
Morfologi spermatozoa merupakan salah satu faktor penentu fertilitas
spermatozoa. Menurut Rafiqa et al (2013), abnormalitas sprematozoa dibagi
menjadi dua, yaitu primer dan sekunder. Abnormalitas primer dari spermatozoa di
dalam testis dikarenakan kesalahan spermatogenesis ataupun spermiogenesis yang
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti keturunan, penyakit, dan pengaruh
lingkungan yang buruk (Salisbury dan Vandemark, 1985). Spermatozoa yang
abnormal meliputi kepala yang terlampau besar atau terlampau kecil, kepala
pendek, kepala pipih memanjang, kepala rangkap dan ekor ganda. Abnormalitas
sekunder merupakan spermatozoa yang mengalami kelainan setelah meninggalkan
tubulus seminiferus yang ditandai dengan ekor putus, kepala tanpa ekor dan
kepala pecah (Fitriani et al, 2010).
Data rerata morfologi spermatozoa abnormal didapat dengan cara melihat
preparat apusan sperma di bawah mikroskop dengan perbesaran 400x. Morfologi
abnormal yang diamati di antaranya adalah leher patah, tanpa kepala, kepala
pipih, kepala rangkap, tanpa ekor dan ekor patah. Dari data yang diperoleh
menunjukkan presentase morfologi spermatozoa abnormal mengalami
peningkatan pada kelompok kontrol negatif dibandingkan dengan kelompok
normal. Kelompok perlakuan dengan penambahan ekstrak herba kemangi
mengalami penurunan jumlah morfologi spermatozoa abnormal sesuai dengan
peningkatan dosis. Pemberian ekstrak herba kemangi sebagai antioksidan
berdasarkan analisis Post Hoc LSD menunjukkan tidak memiliki perbedaan
bermakna secara statistik (p≤ 0,05) terhadap penurunan abnormalitas morfologi
spermatozoa. Hal ini juga diperkuat dengan penelitian sebelumnya dengan
menggunakan penginduksi timbal terhadap kualitas spermatozoa selama 14 hari,
menunjukkan bahwa terjadi penurunan sperma normal pada kelompok yang
terpapar oleh timbal.
Motilitas merupakan suatu kemampuan spermatozoa untuk bergerak
secara progresif. Motilitas spermatozoa ini berasal dari gerakan mendorong
spermatozoa pada bagian ekor yang menyerupai gerakan cambuk. WHO dan
beberapa ahli berpendapat bahwa motilitas spermatozoa yang dianggap normal
adalah apabila 50% atau lebih bergerak maju dengan lambat atau 25 % bergerak
maju dengan cepat (Kuswondo, 2002).
Nilai persen motilitas dapat terlihat pada tabel 4.7, dimana dalam
penelitian ini motilitas yang diamati adalah spermatozoa gerak maju dengan
cepat. Nilai presentase motilitas untuk kelompok kontrol negatif mengalami
penurunan bila dibandingkan dengan nilai presentase motilitas sperma kelompok
normal dan kelompok yang meskipun diberikan paparan timbal namun juga
diberikan ekstrak etanol 70% herba kemangi. Nilai presentase motilitas
spermatozoa meningkat sesuai dengan peningkatan dosis. Nilai motilitas
spermatozoa terdistribusi normal (p≥0,05) berdasarkan uji normalitas
Kolmogorov-Smirnov dan homogenitas Levene. Berdasarkan hasil uji analisis Post
Hoc LSD, pemberian ekstrak herba kemangi berbeda bermakna secara statistik
(p≤0,05) terhadap nilai motilitas spermatozoa yang menunjukkan ada pengaruh
signifikan antara masing-masing perlakuan.
Energi untuk motilitas spermatozoa disuplai dalam bentuk adenosin
trifosfat yang disintesis oleh mitokondria pada bagian ekor, sehingga apabila
terjadi kerusakan pada membran mitokondria akan dapat mengganggu motilitas
spermatozoa (Faranita, 2009). Stres oksidatif berperan sebagai mediator
kerusakan pada membran plasma, sehingga mengurangi fungsi spermatozoa. D-
allethrin akan menyebabkan timbulnya radikal bebas yang akan memicu
terjadinya stres oksidatif, sehingga akan menyebabkan kerusakan membran
mithokondria dan menurunnya motilitas pada spermatozoa.
Parameter konsentrasi spermatozoa yang dihasilkan testis tidak cukup
untuk mendiagnosa fertil atau infertil. Oleh karena itu, konsentrasi pengembangan
sebaiknya ditekankan juga pada motilitas spermatozoa. Meskipun jumlah
spermatozoa banyak sekali tetapi tidak motil maka pembuahan tidak akan pernah
terjadi. Sebaliknya dengan jumlah spermatozoa yang sedikit tetapi memiliki
morfologi dan kecepatan yang normal maka masih bisa fertil.
Ekstrak etanol 70% herba kemangi dapat meningkatkan berat testis,
konsentrasi spermatozoa, morfologi spermatozoa yang normal, dan motilitas
spermatozoa, selain itu ekstrak etanol 70% herba kemangi juga mempengaruhi
spermatogenesis karena memiliki aktivitas antioksidan. Sistem antioksidan pada
semen berperan penting dalam melindungi membran spermatozoa terhadap efek
merusak dari radikal bebas (Surai, 2003). Dari penelitian Nurul Komariah (2013)
diketahui antioksidan pada kemangi yaitu stigmasterol.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Ekstrak etanol 70% herba kemangi (Ocimum americanum L.) pada tikus
jantan strain Sprague-Dawley dengan dosis 50 mg/KgBB, 100 mg/KgBB,
dan 200 mg/KgBB tidak memberikan perbedaan secara bermakna dalam
meningkatkan perbaikan profil morfologi spermatozoa yang diberi paparan
timbal.
2. Ekstrak etanol 70% herba kemangi (Ocimum americanum L.) pada tikus
jantan strain Sprague-Dawley dengan dosis 50 mg/KgBB, 100 mg/KgBB,
dan 200 mg/KgBB dapat memberikan peningkatan secara bermakna
terhadap konsentrasi dan motilitas spermatozoa yang diberi paparan timbal.
5.2. Saran
Adapun saran untuk penelitian lebih lanjut adalah :
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis yang sama untuk
mengetahui pengaruh ekstrak etanol 70% herba kemangi terhadap kadar
hormonal (FSH, LH dan testosteron dalam serum darah).
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai isolasi senyawa untuk
mengetahui struktur senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas
antifertilitas.
Adnan S. 2001. Pengaruh pajanan timbal terhadap kesehatan dan kualitas semen
pekerja laki-laki. Majalah Kedokteran Indonesia 51 (5):168-174.
Agency for Toxic Substances and Disease Registry (ATSDR). 2003. Lead toxicity.
Case Study in Environmental Medicine. US Department of Health and Human
Services. Toronto. p. 84-223.
Anies. 2005. Penyakit akibat kerja. Jakarta : Elex Media Komputindo.
Antonio G, Joao RS, & Maria LP. 2004. Effect of lead clorida on spermatogenesis
and sperm parameters in mice. Asian J. Androl 6 (3):237-241.
Benoff S, Jacob A, Hurley IR. 2000. Male infertility and environmental exposure to
lead and cadmium. Hum Repro; 6(2): 107-21.
Correia M.A, Becker C.E. 1998. Chelator and heavy metals intoxications. In Katzung
B.G. : Basic and Clinical Pharmacology, 7th Ed. London : Prentice Hall
International. p. 913-935Clermont, 1962.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran : Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta : UI-Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Materi Medika Indonesia Jilid VI.
Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, Dirjen POM.
Dhale, Birari, & Dhulgande. 2010. Premliminary Sreening of Antibacterial and
Phytochemical Studies of Ocimum americanum Linn. Journal of
Ecobiotechnology ISSN 2077-0464.
Ditjen POM, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta :
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan, Departemen Kesehatan
RI.
Faranita, O.V. 2009. Kualitas Spermatozoa Pada Tikus Wistar Jantan Diabetes
Melitus. Semarang : Laporan Akhir Penelitian Karya Tulis Ilmiah Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.
Farnsworth, N.R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plants. Journal
of Pharmaceutical Sciences, 55 (3), pp. 225-276.
Fawcett DW. 2002. Buku Ajar Histologi Bloom & Fawcetr. 12th ed Trans
Tambayong J. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. Hal : 687.
Joko Suyono. 1995. Deteksi dini penyakit akibat kerja (World Health Organization).
Jakarta : EGC EGC hal 86-92.
[KPBB] Komisi Penghapusan Bensin Bertimbal. 2006. Bahaya Bensin Bertimbal. On
line at http://www.kpbb.org/pengaruh-timbal-pada-jumlah-sperma/ [diakses
tanggal 18 Oktober 2014].
Krinke, G. J. 2000. The Laboratory Rat. San Diego. CA: Academic Press. Hal : 150-
152.
Kurniawan, Setyo. 2013. Daun kemangi, bawang merah, bawang putih & bengkuang,
terapi herbal kesehatan & kecantikan. Yogyakarta : DIVA press.
Mangoting, D., Irawan, L., Abdullah, S, 2005. Tanaman Lalal Berkhasiat Obat.
Jakarta : Penebar Swadaya, pp: 42-3
Maryati., dkk. 2007. Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Kemangi(Ocimum
basillicum L.) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichiacoli. Jurnal
Penelitian Sains dan Teknologi, Vol. 8, No. 1 : 30- 38.
Mayo. 2005. Diseases and Conditions; Infertility. Mayo Foundation for Medical
Education and Research (MFMER)
Nugraheni, Titisari., Astirin, Okid Prama., Widiyani, Tetri. 2003. Pengaruh Vitamin
C terhadap Perbaikan Spermatogenesis dan Kualitas Spermatozoa Mencit
(Mus musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Tembakau (Nicotiana tabacum
L.). Jurnal Biologi FMIPA, Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Nurcahyanti, Agustina. D. R., dkk. 2011. Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri
Ekstrak Polar dan Non Polar Biji Selasih (Ocimum sanctum Linn). Jurnal
Teknologi dan Industri Pangan, Vol. XXII, No.1
Palar H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta : Rineka Cipta
Panggabean PCT, Sylvia S, & July I. 2008. Efek Pajanan Timbal terhadap Infertilitas
Pria. Jkm. 8(1): 87 – 93
Pradipta Viensa, 2013. Pengaruh ekstrak daging biji karabenguk (Mucuna pruriens)
asal bantul terhadap fertilitas mencit albino jantan (Mus musculus). Bandung
: Universitas Pendidikan Indonesia.
Puspitasari, Juli Dwiandi. 2012. Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Air Campuran Daun
Sirih (Piper Betle L.), Gambir (Uncaria Gambir R.), Dan Kapur Sirih (Cao)
Secara In Vivo. Jakarta : Program Studi Farmasi, FKIK UIN Syarif
Hidayatullah.
Rafiqa, A., Ramadhan., Tureni, Dewi.. 2013. The Influence of The Extract of
Netherland Eggplant Fruit (Solanum bataceum) Towards Morphology and
Motility Of Spermatozoa of Mice (Mus musculus). Jurnal Biologi FMIPA,
Univesitas Tadulako. Sulawesi Tengah.
Ramya, B. Shiney dan P. Ganesh. 2012. Phytochemical Analysis and Comparative
Effect of Cinnamomum zeylanicum, piper nigrum and Pimpinella anisum with
Selected Antibiotics and Its Antibacterial Activity against Enterobacteriaceae
Family. India : Departement of Microbiolog, Annamalai University,
Annamalai Nagar.
Riyadina W. 1997. Pengaruh pencemaran plumbum terhadap kesehatan. Jakarta :
Media Litbangkes. Balitbang Departemen Kesehatan RI.
Richard, B. 1995. Environmental hazards and human health. Lewis Publisher. p. 126
Robbins et al. 1995. Buku Patologi I. Edisi 4. EGC Penerbit Buku Kedokteran. p.
304-305.
Saifudin, A., dkk., 2011. Standardisasi Bahan Obat Alam. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sarma, D. Sai Koteswar and Babu, A. Venkata Suresh. 2011. Pharmacognostic and
phytochemical studies of Ocimum americanum. Journal of Chemical and
Pharmaceutical Research., Volume 3, Nomor 3. Hal. 337 – 347.
Saryan LA, Zenz C. 1994. Lead and its compounds. In: Occupational Medicine. Edisi
3. New York. p. 506-539.
Setyo Kurniawan. 2013. Daun Kemangi, Bawang Merah, Bawang Putih dan
Bengkuang Terapi Herbal Kesehatan dan Kecantikan. Diva Press
Shukla, K. K, Mahdi, A. A., Ahmad, M. K., Shankhwar, S. N., Rajender, S., Jaiswar,
S. P., 2008. Fertil steril. Mucuna pruriens improves male fertility by its action
on the hypothalamus pituitarygonodal axis. Epub. 92(6):1934-40
Siemonsma, J. S., and Piluek, K. 1994. Plant Resources of South – East Asia No. 8
Vegetables. Bogor : Prosea Foundation.
Suckow, M.A., Weisbroth, S.H., Franklin, C.L. (2006).The Laboratory Rat (Second
Edition). USA : Elsevier Inc. Page: 113.
Telisman, S., Cvitkovic, P., Jurasovic, J., Pizent, A., Gavella, M., Rocic, B. 2000.
Semen quality and reproductive endocrine function in relation to biomarkers
of lead, cadmium, zinc, and copper in men. Environmental Health
Perspectives; 108:45-53.
Tiwari, Prashant., Kumar, Bimlesh., Kaur, Mandepp., Kaur, Gurpreet., Kaur, Harleen.
2011. Phytochemical screening and Extraction: A Review. Department of
Pharmaceutical Sciences, Lovely School of Pharmaceutical Sciences.
Phagwara : Punjab.
Venugopal B & Lukkey TD. 1978. Metal Toxicity in Mammals. New York Plenum
Pers 2:185-195.
World Health Organization. 1995. Environmental health criteria its inorganic lead.
Geneva : The United Nation Environment Programe.
Pzroses maserasi
Herba kemangi Proses pengeringan Etanol 70%
Pembuatan suspensi
Penyaringan maserat Pemekatan ekstrak Pembuatan suspensi ekstrak etanol 70%
dengan vacum rotary Na CMC 0.5% herba kemangi
evaporator
Proses Terminasi
Proses Terminasi Kauda epididimis
Hewan Uji
Penyondean Hewan Uji
Flavonoid
1) (+) Flavonid, ditambah serbuk
magnesium dan HCl pekat
membentuk warna jingga
merah kecoklatan.
2) (+)Flavonoid, ditambahkan
NaOH membentuk warna
kuning kecoklatan
Tanin (+) Tanin setelah ditambahkan
FeCl3 memberikan warna hijau
kecoklatan
a. Perhitungan Rendemen
Berat serbuk simplisia yang diekstraksi = 420 gram
Berat ekstrak yang didapat = 26 gram
% Rendemen =
= 6,19 %
b. Susut pengeringan
Berat botol kosong = 22,64681 gram
Berat ekstrak awal (W0) = 1,0842 gram
Berat botol kosong + ekstrak sebelum dikeringkan = 23,73101 gram
Berat botol kosng + ekstrak setelah dikeringkan = 23,550 gram
Berat ekstrak setelah dikeringkan (W1) = 0,90319 gram
% Susut Pengeringan =
=
=16,6952 %
c. Kadar abu
Berat cawan kosong (W0) = 25,2235 gram
Berat sampel (W1) = 1,6189 gram
Berat cawan kosong + ekstrak setelah diabukan (W2) = 25,4520 gram
% Kadar Abu =
=
= 14,11452 %
Ekstrak kental
Aklimatisasi
Pengukuran
berat testis
Motilitas Pengukuran Morfologi
spermatozoa konsentrasi spermatozoa
spermatozoa
Analisis Data
Konsentrasi = 15 mg/mL
Suspensi ekstrak dibuat secara berkala setiap 50 mL sekali, maka ekstrak yang
dibutuhkan sebanyak :
Ekstrak (mg) = volume (mL) x konsentrasi (mg/mL)
Ekstrak = 50 mL x 15 mg/mL
Ekstrak = 750 mg
Konsentrasi = 30 mg/mL
Suspensi ekstrak dibuat secara berkala setiap 50 mL sekali, maka ekstrak yang
dibutuhkan sebanyak :
Ekstrak (mg) = volume (mL) x konsentrasi (mg/mL)
Ekstrak = 50 mL x 30 mg/mL
Ekstrak = 1500 mg
Konsentrasi = 60 mg/mL
Suspensi ekstrak dibuat secara berkala setiap 50 mL sekali, maka ekstrak yang
dibutuhkan sebanyak :
Ekstrak (mg) = volume (mL) x konsentrasi (mg/mL)
Ekstrak = 50 mL x 60 mg/mL
Ekstrak = 3000 mg
Rata-rata
Beratt Testis Rata-rata
Berat Berat Testis
Standar
No Kelompok HewanUji Kanan Kiri Testis Tiap
deviasi
(gram) (gram) TiapTikus Kelompok
(gram) (gram)
Tikus 1 1,455 1,462 1,4585
Tikus 2 1,388 1,393 1,3905
1 Tikus 3 1,3905 0,0543
Normal 1,281 1,332 1,3065
Tikus 4 1,574 1,225 1,3995
Tikus 5 1,295 1,5 1,3975
Tikus 1 1,298 0,992 1,145
Tikus 2 1,112 0,98 1,046
2 Tikus 3 1,1231 0,0457
Kontrol 1,303 1,021 1,162
Negatif Tikus 4 1,142 1,097 1,1195
Tikus 5 1,012 1,274 1,143
Tikus 1 1,334 1,3 1,317
Tikus 2 1,414 1,373 1,3935
Dosis rendah
3 (50 mg/kgBB) Tikus 3 1,492 1,352 1,422
1,4055 0,0866
Tikus 4 1,518 1,568 1,543
Tikus 5 1,449 1,255 1,352
1 362,200 1,145
2 363,400 1,046
2 kontrol negatif 3 255,600 1,162
4 275,667 1,120
5 357,800 1,143
1 314,200 1,317
2 343,867 1,394
3 Dosis 50mg/kgBB 3 319,333 1,422
4 285,533 1,543
5 291,667 1,352
1 294,333 1,689
2 335,200 1,714
4 Dosis 100 mg/kgBB 3 314,000 1,762
4 304,667 1,609
5 258,267 1,565
1 305,867 1,760
2 369,933 1,697
5 Dosis 200 mg/kgBB 3 345,867 1,692
4 244,867 1,745
5 351,133 1,620
2 200 23 34 21 14 22 24 11 12 23
8,1 28,95 18,525 10,5673
1 Normal 3 200 15 102 16 70 15,5 86 7,75 43 50,75
5 200 2 80 6 64 4 72 2 36 38
5 200 5 66 3 62 4 64 2 32 34
bobot_testis
N 25
Normal Parametersa Mean 1.45788
Std. Deviation .223969
Most Extreme Differences Absolute .129
Positive .107
Negative -.129
Kolmogorov-Smirnov Z .645
Asymp. Sig. (2-tailed) .800
a. Test distribution is Normal.
Keputusan : Uji normalitas berat testis seluruh kelompok terdistribusi
normal (p≥ 0,05)
bobot_testis
.836 4 20 .518
Keputusan : Uji homogenitas berat testis seluruh kelompok homogen (p≥ 0,05)
sehingga bisa dilanjutkan dengan uji Anova.
2. Uji Analisis Varians (ANOVA) satu arah terhadap berat testis kelompok hewan uji
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data berat testis
Hipotesis : Ho: Data berat testis tidak berbeda secara bermakna
Ha: Data berat testis berbeda secara bermakna
Pengambilan keputusan
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
ANOVA
bobot_testis
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1.116 4 .279 63.777 .000
Within Groups .088 20 .004
Total 1.204 24
Keputusan : Berat testis berbeda secara bermakna (p≤ 0,05), lalu pengujian
dilanjutkan dengan uji BNT/LSD
3. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) terhadap berat testis kelompok hewan uji
Tujuan : Untuk menentukan data berat testis kelompok mana yang
memberikan nilai yang berbeda secara bermakna dengan data berat
testis kelompok lainnya.
Hipotesis : Ho : Data berat testis tidak berbeda secara bermakna
Ha : Data berat testis berbeda secara bermakna
Pengambilan keputusan
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Multiple Comparisons
bobot_testis
LSD
(I) (J) 95% Confidence Interval
VAR00 VAR00 Mean Difference
001 001 (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
0 1 .267400 .041838 .000 .18013 .35467
50 -.015000 .041838 .724 -.10227 .07227
*
100 -.277200 .041838 .000 -.36447 -.18993
*
200 -.312100 .041838 .000 -.39937 -.22483
1 0 -.267400* .041838 .000 -.35467 -.18013
*
50 -.282400 .041838 .000 -.36967 -.19513
100 -.544600* .041838 .000 -.63187 -.45733
*
200 -.579500 .041838 .000 -.66677 -.49223
50 0 .015000 .041838 .724 -.07227 .10227
*
1 .282400 .041838 .000 .19513 .36967
*
100 -.262200 .041838 .000 -.34947 -.17493
200 -.297100* .041838 .000 -.38437 -.20983
*
100 0 .277200 .041838 .000 .18993 .36447
*
1 .544600 .041838 .000 .45733 .63187
50 .262200* .041838 .000 .17493 .34947
200 -.034900 .041838 .414 -.12217 .05237
200 0 .312100* .041838 .000 .22483 .39937
*
1 .579500 .041838 .000 .49223 .66677
*
50 .297100 .041838 .000 .20983 .38437
100 .034900 .041838 .414 -.05237 .12217
konsentrasi_spermatozoa
N 25
Normal Parametersa Mean 50.67480
Std. Deviation 36.065253
Most Extreme Differences Absolute .248
Positive .248
Negative -.135
Kolmogorov-Smirnov Z 1.242
Asymp. Sig. (2-tailed) .091
konsentrasi_spermatozoa
1.458 4 19 .254
Keputusan : Uji homogenitas konsentrasi spermatozoa seluruh kelompok
homogen (p≥ 0,05) sehingga bisa dilanjutkan dengan uji
Anova.
ANOVA
konsentrasi_spermatozoa
Multiple Comparisons
konsentrasi_spermatozoa
LSD
(I) (J) 95% Confidence Interval
VAR00 VAR00 Mean Difference
001 001 (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
0 1 14.937800 9.198159 .120 -4.24922 34.12482
50 -1.187200 9.198159 .899 -20.37422 17.99982
*
100 -20.124800 9.198159 .041 -39.31182 -.93778
*
200 -78.874800 9.198159 .000 -98.06182 -59.68778
1 0 -14.937800 9.198159 .120 -34.12482 4.24922
50 -16.125000 9.198159 .095 -35.31202 3.06202
*
100 -35.062600 9.198159 .001 -54.24962 -15.87558
200 -93.812600* 9.198159 .000 -112.99962 -74.62558
50 0 1.187200 9.198159 .899 -17.99982 20.37422
1 16.125000 9.198159 .095 -3.06202 35.31202
100 -18.937600 9.198159 .053 -38.12462 .24942
200 -77.687600* 9.198159 .000 -96.87462 -58.50058
100 0 20.124800* 9.198159 .041 .93778 39.31182
*
1 35.062600 9.198159 .001 15.87558 54.24962
50 18.937600 9.198159 .053 -.24942 38.12462
*
200 -58.750000 9.198159 .000 -77.93702 -39.56298
*
200 0 78.874800 9.198159 .000 59.68778 98.06182
*
1 93.812600 9.198159 .000 74.62558 112.99962
*
50 77.687600 9.198159 .000 58.50058 96.87462
*
100 58.750000 9.198159 .000 39.56298 77.93702
morfologi_abnormal
N 25
Normal Parametersa Mean 36.16000
Std. Deviation 7.289362
Most Extreme Differences Absolute .136
Positive .136
Negative -.075
Kolmogorov-Smirnov Z .679
Asymp. Sig. (2-tailed) .746
morfologi_abnormal
1.606 4 20 .212
Keputusan: Uji homogenitas morfologi spermatozoa seluruh kelompok
homogen (p≥ 0,05) sehingga bisa dilanjutkan dengan uji Anova.
ANOVA
morfologi_abnormal
MOTILITAS
N 25
Normal Parametersa Mean 53.40000
Std. Deviation 16.463343
Most Extreme Differences Absolute .187
Positive .121
Negative -.187
Kolmogorov-Smirnov Z .934
Asymp. Sig. (2-tailed) .347
MOTILITAS
1.752 4 20 .178
Keputusan: Uji homogenitas motilitas spermatozoa seluruh kelompok
homogen (p≥ 0,05) sehingga bisa dilanjutkan dengan uji Anova.
ANOVA
MOTILITAS
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2789.100 4 697.275 10.598 .000
Within Groups 1315.900 20 65.795
Total 4105.000 24
4. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) terhadap motilitas spermatozoa kelompok hewan
uji
Tujuan : Untuk menentukan data motilitas spermatozoa kelompok mana yang
memberikan nilai yang berbeda secara bermakna dengan data
motilitas spermatozoa kelompok lainnya.
Multiple Comparisons
MOTILITAS
LSD
(I) (J) 95% Confidence Interval
VAR00 VAR00 Mean Difference
001 001 (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
0 1 8.100000 5.130107 .130 -2.60122 18.80122
50 -13.900000* 5.130107 .013 -24.60122 -3.19878
*
100 -14.800000 5.130107 .009 -25.50122 -4.09878
*
200 -20.400000 5.130107 .001 -31.10122 -9.69878
1 0 -8.100000 5.130107 .130 -18.80122 2.60122
50 -22.000000* 5.130107 .000 -32.70122 -11.29878
*
100 -22.900000 5.130107 .000 -33.60122 -12.19878
200 -28.500000* 5.130107 .000 -39.20122 -17.79878
*
50 0 13.900000 5.130107 .013 3.19878 24.60122
*
1 22.000000 5.130107 .000 11.29878 32.70122
100 -.900000 5.130107 .863 -11.60122 9.80122
200 -6.500000 5.130107 .220 -17.20122 4.20122
*
100 0 14.800000 5.130107 .009 4.09878 25.50122
1 22.900000* 5.130107 .000 12.19878 33.60122
50 .900000 5.130107 .863 -9.80122 11.60122
200 -5.600000 5.130107 .288 -16.30122 5.10122
*
200 0 20.400000 5.130107 .001 9.69878 31.10122
*
1 28.500000 5.130107 .000 17.79878 39.20122
50 6.500000 5.130107 .220 -4.20122 17.20122
100 5.600000 5.130107 .288 -5.10122 16.30122
Multiple Comparisons
MOTILITAS
LSD
(I) (J) 95% Confidence Interval
VAR00 VAR00 Mean Difference
001 001 (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
0 1 8.100000 5.130107 .130 -2.60122 18.80122
*
50 -13.900000 5.130107 .013 -24.60122 -3.19878
*
100 -14.800000 5.130107 .009 -25.50122 -4.09878
*
200 -20.400000 5.130107 .001 -31.10122 -9.69878
1 0 -8.100000 5.130107 .130 -18.80122 2.60122
*
50 -22.000000 5.130107 .000 -32.70122 -11.29878
100 -22.900000* 5.130107 .000 -33.60122 -12.19878
*
200 -28.500000 5.130107 .000 -39.20122 -17.79878
*
50 0 13.900000 5.130107 .013 3.19878 24.60122
1 22.000000* 5.130107 .000 11.29878 32.70122
100 -.900000 5.130107 .863 -11.60122 9.80122
200 -6.500000 5.130107 .220 -17.20122 4.20122
*
100 0 14.800000 5.130107 .009 4.09878 25.50122
*
1 22.900000 5.130107 .000 12.19878 33.60122
50 .900000 5.130107 .863 -9.80122 11.60122
200 -5.600000 5.130107 .288 -16.30122 5.10122
200 0 20.400000* 5.130107 .001 9.69878 31.10122
1 28.500000* 5.130107 .000 17.79878 39.20122
50 6.500000 5.130107 .220 -4.20122 17.20122
100 5.600000 5.130107 .288 -5.10122 16.30122