TATA TERTIB
MUSYAWARAH AMBALAN ( MUBAL )
K.H. MUSTAFA KAMIL - R.A LASMININGRAT
SMK AL – GHIFARI BANYURESMI
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
KELENGKAPAN SIDANG DAN KETENTUAN SIDANG
Pasal 2
KELENGKAPAN SIDANG
1. Pimpinan Sidang
Pimpinan sidang adalah orang yang bertindak memimpin persidangan, ia wajib
mengatur jalannya persidangan. Seorang pemimpin sidang dituntut untuk bersikap
adil dan bijaksana dalam menyikapi pendapat-pendapat yang berkembang dalam
persidangan. Ditangannyalah kesepakatan-kesepakatan dalam persidangan
ditetapkan.
Jumlah pimpinan sidang haruslah berjumlah ganjil, karena adakalanya forum
membutuhkan suara pimpinan sidang dalam pengambilan keputusan, jumlah
minimal 3 orang dan maksimal berapapun asalkan ganjil dan sesuai kesepakatan
peserta sidang. Pimpinan sidang memiliki hak yang sama dengan peserta sidang.
2. Peserta Sidang
Peserta sidang adalah orang yang memiliki kepentingan untuk bersidang,
berkewajiban untuk mengikuti dan menjaga kelancaran jalannya persidangan
(mentaati tata tertib). Peserta sidang berhak mengajukan pertanyaan, pernyataan,
penolakan dan meminta penjelasan, klarifikasi mengenai suatu hal. Selain itu
peserta sidang berhak pula untuk menggunakan suaranya dalam pengambilan
keputusan. Dengan kata lain segala sesuatu dapat terjadi dalam persidangan
asalkan atas kesepakatan peserta sidang, karena segala keputusan ada ditangan
peserta sidang.
3. Peninjau
Peninjau adalah orang yang hadir dalam persidangan kecuali peserta dan pimpinan
sidang. Peninjau memiliki kewajiban yang sama dengan peserta sidang. Peninjau
memiliki hak yang sama dengan peserta sidang. Tetapi peninjau tidak dapat
menggunakan hak suaranya dalam pengambilan keputusan.
4. Palu Sidang
Palu sidang adalah palu yang digunakan untuk menetapkan suatu keputusan, palu
sidang merupakan nyawa dari persidangan, karena walaupun keputusan telah
disepakati, tidak akan sah apabila tidak ada palu sidang untuk menetapkannya.
5. Draft Sidang
Draft sidang adalah draft yang berisi permasalahan-permasalahan yang akan
dibahas dalam persidangan.
6. Lembar Konsideran
Lembar konsideran adalah kertas yang berisi lembaran keputusan-keputusan apa
saja yang akan diambil dalam persidangan.
Pasal 3
KETENTUAN SIDANG
Dalam persidangan ada beberapa ketentuan mendasar yang harus dipahami oleh
pimpinan, peserta dan peninjau sidang, diantaranya :
b. Jumlah ketukan
1) 1 (satu) kali ketukan :
a) serah terima pimpinan sidang
b) Mensahkan keputusan sementara,
c) pencabutan skorsing sidang (jangka pendek),
d) tinjauan kembali
3. Interupsi
Interupsi adalah menyela atau meminta waktu kepada pimpinan sidang untuk
berbicara dan menemukakan pendapat. Dalam persidangan, umumnya terdapat
beberapa jenis tingkatan interupsi, yaitu :
a. Interupsi point of order : digunakan untuk berbicara (mengemukakan
pendapat) bersifat umum mengenai suatu hal, juga dapat digunakan untuk bertanya
dan meminta kejelasan atau jika terdapat disfungsi peserta sidang (termasuk
petugas” sidang) yang dianggap mengganggu jalannya persidangan.
4. Skorsing
Skorsing adalah pengambilan waktu rehat dalam persidangan untuk keperluan
tertentu, misalkan terjadi dead lock (kebuntuan) dalam persidangan dan untuk
meencairkan suasana diamblilah langkah skorsing. Lamanya skorsing ditentukan
oleh pimpinan sidang atas persetujuan peserta sidang dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Skorsing terbatas,
Skorsing yang lama waktunya ditentukan, contohnya 2×2,5 menit, 2×5, 2×10
menit, dan seterusnya tergantung kebutuhannya. Untuk skorsing terbatas ini
lazimnya diawali dengan perkataan “skorsing 2x…menit dibuka” atau apabila
waktu skorsing yang disepakati terhitung lama boleh juga menggunakan “skorsing
sampai…dibuka”.
5. Pembekuan Sidang
Langkah yang diambil apabila sidang, dikarenakan suatu hal terus menerus
mengalami kebuntuan ( dead lock terus-menerus) dan setelah melalui jalan
skorsing tak terbataspun tetap saja mengalami kebuntuan. Bila hal ini terjadi,
pimpinan sidang atas persetujuan peserta sidang berhak membekukan sidang,
dengan catatan ini adalah langkah terakhir yang diambil setelah semua usaha yang
dilakukan tetap tidak membuahkan hasil. Apabila hal ini dilaksanakan (sidang
dibekukan), maka secara otomatis organisasi yang bersangkutan pun akan ikut
membeku.
BAB III
PIMPINAN, TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 4
PIMPINAN
BAB IV
QUORUM, PESERTA DAN PENINJAU
Pasal 6
QUORUM
1. MUBAL ini dianggap sah apabila dihadiri oleh setengah lebih satu dari
jumlah peserta yang sah
2. Sidang komisi dianggap sah apabila dihadiri oleh setengah lebih satu dari
jumlah peserta yang sah.
3. Apabila point 1 dan 2 tidak tercapai maka sidang di Skorsing selama 1 X 5
Menit dan sidang dibuka kembali tanpa memperhatikan quorum dengan
kesepakatan bersama.
Pasal 7
PESERTA DAN PENINJAU
1. Setiap peserta dan peninjau diberikan tanda pengenal MUBAL dan Wajib
dipakai selama MUBAL berlangsung.
2. Panitia / Sangga Kerja dan Petugas Keamanan yang ditunjuk oleh panitia
berhak mencegah kehadiran peserta, peninjau dan atau orang perorangan yang
masuk dalam sidang apabila tidak termasuk sebagai peserta atau peninjau yang
sah.
Pasal 9
Pasal 10
Sanksi-sanksi
1. Sanksi diberikan kepada peserta yang melanggar tata tertib
2. Sanksi berupa peringatan, pencabutan hak suara atau dikeluarkan dari
sidang oleh pimpinan sidang atas persetujuan quorum.
BAB V
TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 11
Pasal 12
Seluruh pelaksanaan sidang harus dicatat dalam berita acara persidangan yang
berisi :
1. Waktu, tempat dan tanggal persidangan
2. Jenis persidangan (pleno, komisi, sub. Komisi atau rapat pimpinan
MUBAL)
3. Presidium / Pimpinan sidang
4. Jumlah peserta yang menanda tangani daftar hadir
5. Kesimpulan keputusan Sidang
BAB VI
PERSIDANGAN DAN MUSYAWARAH
Pasal 13
BAB VII
PRESIDIUM / PIMPINAN SIDANG
Pasal 14
1. Presidium / Pimpinan sidang pleno terdiri dari 3 (Tiga) orang, yaitu seorang
ketua berada ditengah yang didampingi oleh seorang sekretaris samping kanan dan
seorang anggota samping kiri.
2. Sidang pleno pertama dipimpin oleh presidium sidang sementara yaitu
panitia pengarah.
3. Sidang pleno selanjutnya dipimpin oleh presidium sidang yang dipilih
peserta MUBAL
4. Peserta utusan MUBAL berhak dipilih menjadi presidium sidang
5. Sidang komisi dipimpin oleh pimpian sidang komisi yang dipilih oleh
anggota komisi yang terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota.
6. Pimpinan sidang komisi berhak mengatur jalannya sidang komisi dengan
tidak menyimpang dari peraturan dan ketentuan yang telah disepakati dan disahkan
dalam sidang pleno.
Pasal 15
Pasal 16
Apabila oleh karena sesuatu dan hal lain pimpinan sidang memandang perlu untuk
membicarakan masalah-masalah yang perlu dirundingkan atau harus berkonsultasi
maka sidang di skorsing / di pending.
BAB VIII
KETENTUAN TAMBAHAN
Pasal 17
1. Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan ditentukan kemudian
oleh pimpinan MUBAL atau presidium sidang berdasarkan musyawarah mufakat
2. Tata tertib ini berlaku sejak waktu dan tanggal ditetapkan
Ditetapkan di : Banyuresmi
Pada tanggal: 20 Oktober 2012
Waktu : Pukul 11.55 WIB
PIMPINAN SIDANG
Sekretaris,
Ketua, ttd Anggota,
ttd ttd
(Syarif
(Suminar) firmansyah (Indriyani)
hudaya)