Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Trakea merupakan suatu tabung berongga yang disokong oleh cincin
kartilago (elastin) yang tidak penuh dibagian posterior. Trakea berawal dibawah
kartilago krikoid yang berbentuk cincin stempel dan meluas ke anterior
esophagus, turun kedalam toraks dimana ia membelah menjadi dua bronkus utama
pada karina. Pembuluh besar pada leher berjalan sejajar dengan trakea disebelah
lateraldan terbungkus dalam selubung karotis. Kelenjar tiroid terletak diatas trakea
disebelah depan dan lateral. Ismus melintas trakea disebelah anterior, biasanya
setinggi cincin trakea kedua hingga kelima. Saraf laringeus rekurens terletak pada
sulkus trakeosofagus. Dibawah jaringan subkutan dan menutupi trakea bagian
depan adalah otot-otot ;eher suprasternal yang melekat padakartilago tiroid dan
hyoid.8
Trakeostomi merupakan suatu tindakan membuat lubang terbuka yang
menghubungkan kulit dengan trakea. Trakeostomi pertama kali dilakukan sekitar
5000 tahun yang lalu. Tahun 1909 Chevalier Jackson menyebutkan suatu teknik
trakeostomi yang mirip dengan teknik trakeostomi surgikal (TS) yang modern.
Tahun 1955 Shelden dkk melaporkan suatu teknik trakeostomi yang disebut
trakeostomi dilatasional perkutan (TDP), yang dianggap lebih mudah, sebagai
alternatif dan peralatan TDP disempurnakan dalam perkembangan tindakan ini.1
Menurut letak stoma, trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yang
rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ketiga. Jika dibagi menurut waktu
dilakukannya tindakan, maka trakeostomi dibagi kepada trakeostomi darurat dan
segera dengan persiapan sarana sangat kurang dan trakeostomi elektif dengan
persiapan sarana cukup yang dapat dilakukan secara baik.2
Terdapat berbagai indikasi untuk melakukan tindakan trakeostomi untuk
melakukan tindakan trakeostomi mulai dari yang bersifat darurat maupun elektif.
Sejumlah referensi menjelaskan prosedur trakeostomi namun pada dasarnya
semua mengharuskan adanya persiapan pasien dan alat yang baik. Tindakan
trakeostomi dapat menimbulkan berbagai komplikasi baik akut maupun kronik.3

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Trakea
Trakea merupakan organ sistem pernafasan bagian bawah yang terletak di
bawah laring, bentuknya menyerupai pipa yang tersusun memanjang ke bawah
dan berbatasan dengan percabangan bronkus. Pada manusia, panjang trakea
mencapai 4 inchi (10-12 cm) dengan ukuran diameter ±2 cm. Dinding trakea
tersusun atas tulang rawan yang menyerupai huruf C C-shape terdiri dari 16-20
cincin tulang rawan. Bagian belakang dari tulang rawan berbatasan dengan
esofagus yang dihubungkan oleh serabut otot polos trakea. Ujung bawah trakea
terdapat didalam toraks setinggi angulus sternalis (pinggir bawah vertebra
thoracica IV) membelah menjadi bronkus prinsipalis (utama) dextra dan sinistra.8

Gambar 1. Anatomi Trakea

2
Hubungan trakea dengan organ sekitar pada leher:
 Anterior : Kulit, fasia, itsmus tiroid, di depan cincin kartilago ke 2,3
dan 4, bagian inferior vena tiroid, arkus jugularis, arteri tiroidea ima (jika
ada), dan vena brachiochepalica kiri pada anak-anak, otot sthernohyoid
dan otot stenothyroid.
 Posterior : Nervus laryngeal reccurent kiri dan kanan esophagus.
 Lateral : Lobus glandula tiroid dan selubung karotis.8
2.2 Vaskularisasai Trakea
Perdarahan trakea berasal dari cabang-cabang yang berasal dari a.tyroid
superior, a.bronkial dan a.torakalis interna. Drainase melalui v.tyroid inferior dan
dialirkan menuju ke salah satu atau kedua vena brakhiosefalik. Aliran limfe
melalui kelenjar limfe servial, trakea dan tracheobrachial. Pada bagian posterior
terdapat nervus laringeus recuren dextra dan sinistra, esophagus dan columna
vertebralis. Pada bagian lateral terdapat galndula thyroidea (kebawah sampai
cincin kelima dan keenam) serta selubung karotis.8

Gambar 2. Vaskularisasi Trakea8


2.3 Persarafan Trakea
Trakea dipersarafi pleh cabang-cabang nervus vagus, nervus laringeus
reccurens, dan truncus simpatikus, saraf-saraf ini mempersarafi otot-otot trake dan
membrane mukosa yang melapisi trakea. Persarafan simpatik berasal dari cabang-
cabang kardial trunkus simpatikus dan n. visceral toraks, serat post

3
gangglioniknya ke otot trakea untuk fungsi bronkodilator. Serabut parasimpatis
berasal dari n. vagus dan n. laringeus rekuren menyebabkan bronkokontriksi.1,2,5
Serabut parasimpatik eferen berasal dari bagian nucleus dorsal nervus
vaguskearah cabang laryngeal rekuren untuk mensuplai impuls motor ke otot
polos trakea. Serabut eferen lainnya menyampaikan sinyal sekresi menuju ke
kelnjar-kelenjar disepanjang trakea. Jaras simpatis vasokontriktor berjalan
sepanjang arteri tiroid inferior dan cabang-cabangnya banyak terdapat ditrakea
dengan terdapatnya badan selpada ganglion cervical medial.10
2.4 Fisiologi Trakea
Trakea bersifat fleksibel, sehingga mampu mengalami kontraksi dan
kembali mengalami relaksasi keukuran semula. Kontraksi otot polos trakea akan
mengurangi ukuran diameter rongga trakea, dan pada keadaan ini dibutuhkan
tenaga yang cukup besar untuk mengeluarkan udara dari paru-paru. Tulang rawan
berfungsi mencegah terjadinya penyumbatan dan menjamin keberlangsungan
jalannya udara, walaupun terjadi perubahan tekanan selama pernapasan. Trakea
berfungsi sebagai tempat perlintasan udara setelah melewati pernapasan bagian
atas yang membawa udara bersih, hangat dan lembab.
Berbagai reseptor banyak terdistribusi pada membran sel otot polos trakea,
diantaranya adalah reseptor β2-adrenergik, asetilkolin maskarinik ( Ach-M1, Ach-
M2, Ach-M3 dan Ach-M4 ) dan reseptor histamin ( H1 ). Semua reseptor ini
memiliki peranan penting dalam regulasi sistem pernafasan dan terlibat pada
beberapa keadaan patologi penyakit, seperti pada gangguan saluran pernafasan
yang berhubungan dengan penyumbatan saluran pernafasan karena alergi dan
asma.
2.5 Definisi Trakeostomi
Trakeostomi berasal dari bahasa yunani dari kata trachea dan tome yang
artinya memotong.Istilah trakeotomi (tracheotomy) lebih mengacu pada tindakan
pembedahan pada trakea untuk fungsi ventilasi. Trakeostomi juga berasal dari
kata stome (membuka) jadi istilah trakeostomi menunjukan lobang atau stoma
permanen yang dibuat pada kulit dekat trakea.10

4
Trakeostomi adalah tindakan membuat lubang pada dinding depan/anterior
trakea untuk bernapas. Pertama kali ditemukan oleh Aretaeus dan Galen pada
abad pertama dan kedua sesudah masehi. Walaupun teknik ini dikemukakan
berulang tindakan ini adalah Antonio Brasavola pada tahun 1546. Prosedur ini
disebut dengan berbagai istilah, antara lain laringotomi dan bronkotomi sampai
istilah trakeostomi diperkenalkan oleh Heister pada tahun 1718. Pipa trakeostomi
yang pertama dengan kanul dalam diperkenalkan oleh George Martine di Inggris
kira-kira tahun 1730 untuk menghindari sumbatan pipa pasca bedah.2
Pasien yang sadar dan menderita obstruksi saluran napas bagaian atas,
biasanya menunjukkan tanda hipoksia akut. Pada umumnya pasien yang
menderita sumbatan jalan napas dengan hipoksia yang meningkat, harus
dilakukan trakeostomi.2
Pada pasien tak sadar dengan insufisensi pernapasan lambat, maka tanda-
tanda hipoksia minimal dan tanda-tanda hiperkapnea lebih jelas. Pada umumnya
jika pasien tidak dapat memperertahankan saturasi oksigennya 85% atau
mengurangi pCO2<50 mmHg sewaktu menghirup oksigen, maka trakeostomi
harus dilakukan.2
2.6 Sejarah Trakeostomi
Trakeostomi telah dilakukan selama lebih dari 2.000 tahun. Trakeostomi
pertama kali tertulis dalam Rig Veda, kitab suci umat Hindu 2000 SM. Pada tahun
1620 Habicot menerbitkan buku pertama tentang trakeostomi. Pada tahun 1800-an
topik tentang trakeostomi menjadi populer karena dapat menyelamatkan pasien
difteri. Pada saat itu ada dua cara, metode letak tinggi dengan memotong tulang
rawan krikoid dan yang kedua metoda letak rendah melalui pemotongan tulang
rawan tarkea. Sampai tahun 1900-an trakeostomi hanya dilakukan pada pasien
yang hampir meninggal dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
Sikap terhadap tindakan trakeostomi ini berubah ketika Chevalier Jackson pada
tahun 1909 menggambarkan teknik trakeostomi moderen. Jackson kemudian
menggambarkan bahwa tingginya kerusakan dan stenosis pada laring dan trakea
yang dihubungkan dengan tindakan trakeostomi letak tinggi dalam artikelnya
pada tahun 1921 yang berjudul “High Tracheotomy and Other Errors: The Chief

5
Cause of Chronic Laryngeal Stenosis.” Dalam artikel ini Jackson mengatakan
bahwa tingginya angka stenosis laring dan trakea akibat tindakan trakeostomi
letak tinggi, yang merusak kelenjar tiroid dan trakea. Jackson kemudian
menyarankan trakeostomi dibawah cincin trakea kedua yang secara signifikan
mengurangi stenosis laring dan trakea dan dapat menurunkan angka kematian dari
25% sampai 1-2%, terutama pada anak-anak. Teknik ini telah diikuti sampai
sekarang.
2.7 Indikasi Trakeostomi
Indikasi trakeostomi termasuk sumbatan mekanis pada jalan napas dan
gangguan non-obstruktif yang mengubah ventasi. Tiap lesi yang menyumbat jalan
napas bagian atas harus dipintas.9
Trakeostomi dapat dilakukan untuk tujuan atau sebagai suatu prosedur
berencana. Trakeostomi berencana mungkin diperlukan bila diramalkan akan
terjadi problema pernapasan pada pasien pasca bedah daerah kepala, leher atau
thoraks atau pasien dengan insufisisensi paru kronik. Indikasi yang jarang adalah
pada pasien yang intubasi orotrakea sukar dilakukan atau tak mungkin dilakukan
untuk tujuan anastesi umum. Trekeostomi juga harus dilakukan sebelum
pembedahan tumor-tumor orofaring atau laring untuk menghindari manipulasi
tumor yang tidak perlu.2
Trakeostomi untuk terapi perlu dilakukan pada tiap kasus insufisiensi
pernapasan yang disebabkan oleh hipoventilasi alveolus untuk memintas
sumbatan, mengeluarkan sekretatau untuk tujuan penggunaan pernapasan buatan
secara mekanis.2
Indikasi dasar trakeostomi secara garis besar adalah :
 Pintas (bypass) obstruksi jalan nafas
 Membantu respirasi untuk periode yang lama
 Membantu bersihan secret dari saluran nafas bawah
 Proteksi traktus trakeobronkial pada pasien dengan resiko aspirasi
 Trakeostomi elektif misalnya pada operasi bedah kepalaleher sehingga
memudahkan akses dan fasilitasventilasi
 Untuk mengurangi kemungkinan timbulnya stenosis

6
Penentuan saat trakeostomi, pasien yang sadar dan menderita obstruksi
saluran nafas bagian atas. Biasanya menunjukkan tanda hipoksemia akut, antara
lain : denyut nadi dan frekuensi nafas bertambah, gelisah, bingung, dan udara
masuk berkurang. Pada keadaan demikian pasien akan kelelahan untuk
mempertahankan kadar gas darah yang adekuat sebelum terjadi desaturasi oksigen
dalam arteri, yaitu pO2 turun sampai 40 mmHg. Bila terjadi penurunan saturasi
makan akan terjadi kompensasi sirkulasi dan pernapasan dengan cepat dan terjadi
kematian. Oleh karena itu tanda-tanda desaturasi seperti sianosis, koma dan
hipotensi merupakan tanda insufisiensi lanjut dan mungkin mendahului resusitasi .
Pada umumnya pasien yang menderita sumbatan jalan napas dengan tanda
hipoksemia yang meningkat akan dilakukan segera tindakan trakeostomi.13
2.8 Kontraindikasi Trakeostomi
Pada pasien dengan obtruksi laring oleh tumor ganas dimana tumor telah
meluas kedaerah trakea, trakeostomi yang dilakukan lebih dari 48 jam sebelum
pembedahan definitif menyebabkan insiden kekambuhan pada stoma bertambah.
Oleh karena itu, jalan napas sementara dapat diadakan dengan mengangkat
sebagian tumor secara endoskopi atau melakukan korikotomi. Dan selain itu
kontraindikasi adalah penyakit kelainan darah (seperti leukimia, hemofilia,
anemia aplastik, dll) dan adanya penyakit sistemik (Diabetes melitus, hipertensi,
penyakit jantung).13
2.9 Fungsi Trakeostomi
Selain memintas obstruksi saluran nafas atas, trakeostomi memiliki beberapa
fungsi fisiologi lain yaitu:2
- Mengurangi jumlah ruangan hampa dalam trakheobronkial 70-100 ml.
- Mengurangi tahanan aliran udara pernapasan, yang selanjutnya
mengurangi kekuatan yang diperlukan untuk memindahkan udara,
sehingga mengakibatkan peningkatan regangan total dan ventilator
alveolus yang relatif efektif, asal lubang trakeostomi cukup besar.
- Proteksi terhadap aspirasi.
- Memungkinkan pasien menelan tanpa refleks apnea, yang sangat penting
pada pasien dengan gangguan pernapasan.

7
- Memungkinkan jalan napas langsung ke trakea untuk pembersihan.
- Memungkinkan pemberian obat-obatan ke traktus trakeobronkial.
- Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret ke
perifer oleh tekanan negatif intrathoraks yang tinggi pada fase inspirasi
batuk yang normal.
2.10 Klasifikasi Trakeostomi
Menurut lama penggunaanya, trakeostomi dibagi menjadi penggunaan
permanen dan penggunaan sementara, sedangkan menurut letak stoma,
trakeostomi dibedakan menjadi trakeostomi letak tinggi dan trakeostomi letak
rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ke tiga. Sedangkan menurut waktu
dilakukan tindakan maka trakeostomi dibagi menjadi:
 Trakeostomi darurat dan segera (emergency tracheostomy) dengan
persiapan sarana sangat kurang, jenis operasi ini dilakukan ketika laring
obstruksi akut atau hampir total mendesak dengan permintaan bantuan.
Dibawah keadaan seperti itu, kepala pasien dan leher diperluas dan trakea
diraba. Kemudian disayat menggunakan pisau dan trakea dibuka untuk
mengembalikan jalan nafas melalui trakeostomi.
 Trakeostomi elektif atau semi darurat yang dilakukan diruang operasi
dengan bantuan dan peralatan yang adekuat. Pasien dan dokter ahli bedah
keduanya dipersiapkan instrument dan anastesi diatur.
 Intermediate tracheostomy yaitu semi operasi darurat dimana trakeostomi
dilakukan dibawah situasi yang sulit dengan anastesi local.
2.11 Alat dan Bahan Trakeostomi
Alat yang perlu dipersiapkan untuk melakukan trakeostomi ialah semprit
dengan obat analgesia (novokain), pisau (skalpel), pingset anatomi, gunting
panjang yang tumpul, sepasang pengait tumpul, klem arteri, gunting kecil yang
tajam serta kanul trakea yang ukuran cocok untuk pasien.10

8
Gambar 3. Instrumen yang digunakan pada trakeostomi

9
Gambar 4. Ukuran Pipa Trakeostomi

2.12 Jenis-Jenis Pipa Trakeostomi


Jenis tabung trakeostomi dapat dibagi menjadi dua yaitu: trakeostomi tabung
metalik dan non metalik.
- Tabung metalik trakeostomi: Ini punya bagian dalam dan bagian luar
tabung. Bagian dalam lebih panjang dari pada bagian luar sehingga
sekresi dan benda padat di dalamnya ini bisa di hilangkan dan di
masukkan kembali setelah pembersihan tanpa kesulitan.
- Tabung non metalik: Tabung ini dapat bisa lebih jauh dan bervariasi
seperti karet atau tabung PVC dapat digunakan secara khusus boleh
digunakan secara berulang-ulang mencegah aspirasi masuk ke trakea.
Bagian-bagian dari tabung trakea:
- Obturator : digunakan sebagai pemandu tabung masuk ke
dalam.
- Flange/nect plate : “sayap” di atas tabung trakea dengan pita
pengaman.
- Cannula : bagian dari tabung trakea yang ada di bagian pipa
angina.
- Inner canula : bagian dalam dari canula/ anak canula.

10
Gambar 5.Tube Trakeostomi

a. Cuffed Tubes
Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga
memperkecil risiko timbulnya aspirasi.

Gambar 6.Cuffed Tubes


b. Uncuffed Tubes
Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak
mempunyai risiko aspirasi.

11
Gambar 7. Uncuffed Tubes
c. Trakeostomi dua cabang
Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan dikempiskan
sehingga kanul dalam dapat dibersihkan dan diganti untuk mencegah
terjadi obstruksi.

Gambar 8. Trakeostomi dua cabang

d. Silver Negus Tubes


Terdiri dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka
panjang. Tidak perlu terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat
merawat sendiri.

12
Gambar 9. Silver Negus Tubes

e. Fenestrated Tubes
Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah posteriornya,
sehingga penderita masih tetap merasa bernafas melewati hidungnya.
Selain itu, bagian terbuka ini memungkinkan penderita untuk dapat
berbicara.11

Gambar. 10 Fenestrated Tubes

13
2.13 Tehnik Trakeostomi
Teknik trakoestomi ditentukan dari kedaan yang memerlukan tindakan
tersebut. Yang terpenting memperoleh udara pernapasan secepat mungkin dan
seefesien mungkin dengan menghindari trauma pada laring, trakea dan struktur
yang berdekatan.2
Bila mungkin dilakukan intunasi endrotrakeaal sebelum dilakukan
trakoestomi, terutama pada anak, jika tidak mungkin melakukan intubasi, ventilasi
dan oksigensi melalui masker sangan membantu, jika udara pernapasan telah
terkontrol, dapat dilakukan trakoestomi dengan lebih cermat dan trauma minimal.2
a. Trakoestomi dilakukan dengan pasien dalam posisi tidur telentang, bahu
diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepala untuk di
ekstensikan pada persendian atalnto oksipital. Dengan posisi ini leher
akan lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat permukaan
leher. Posisi ini sulit dipertahankan pada pasien yang sadar dengan
gangguan pernapasan sehingga mungkin perlu dipegangi pada posisi
tertent

Gambar 11. Posisi kepala trakeostomi

b. Kulit didaerah leher dibersihkan secara aseptik dan antiseptik dan ditutup
dengan kain steril. Anestensi tidak diperlukan pada pasien yang tidak
sadar. Anestensi lokal pada umumnya sudah cukup. Anestensi lokal
diberikan dengan infiltrasi kulit pada garis insisi ( dipertenganhan cricoid
dengan fosa suprasternal ) dan bahan disuntikkan kejaringan yang lebih

14
dalam digaris tengah sampai pada dinding trakea anterior. Lidocin (
Xylocain ) 1% dengan epinefrin 1 : 150.000 merupakan obat yang
memberikan hasil yang memuaskan.
c. Insisi kulit daapat vertikal digaris tengah leher mulai dibawah cricoid
sampai fosa suprasternal atau jika membuat sayatan horizontal dilakukan
pada pertengahan jarak antara kartilago cricoid dengan fosa suprasternal
atau kira-kira 2 jari dibawah cricoid orang dewasa. Sayatan jangan terlalu
sempit, dibuat kira-kira 5 cm.

Gambar 12. Anatesi dan insisi trakeostomi


d. Dengan gunting panjang yang tumbul kulit serta jaringan dibawahnya
dipisahkan ,lapis demi lapis dan ditarik kelateral dengan pengait tumpul,
sampai tampak trakea yang berupa pipa dengan sususunan cincin-cincin
tulang rawan yang berwarna putih. Bila lapisan kulit dan jaringan
dibawahnya dibuka tepat ditengan ,maka traklea ini mudah ditemukan.
e. Pembuluh darah vena jugulasris enterior yang tampak ditarik kelaternal.
Istmus thyroid yang ditemukan ditarik keatas supaya cincin trakea jelas
terlihan. Jika tidak mungkin, istmus thyroid diklem pada dua tempat
dipotong pada tengahnya. Sebelum klem ini dilepas istmus thyroid diikat
kedua tepinya dan disisihkan kelateral, perdarahan dihentikan dan jika
perlu diikat.
f. Lakukan aspirasi dengan cara menusukkan jarum pada membran antar
cincin trakea dan akan terasa ringan waktu ditarik. Buat stoma dengan
memotong cincin trakea ketiga menggunakan gunting yang tajam.
Kemudian dipasang kanul trakea dengan ukuran yang sesuai. Kanul

15
difiksasi dengan tali pada leher pasien dan luka operasi ditutup dengan
kasa.

Gambar 13. Pemasangan tube pada trakeostomi


Hal-hal yang perlu diperhatiakan, sebelum membuat lubang pada trakea,
perlu dibuktikan dulu yang akan dipotong itu benar benar trakea dengan cara
mengaspirasi dengan spuid yang berisi lidocaid ( Xylocaid/novocain). Bila yang
ditusuk itu adalah trakea maka pada waktu dilakukan aspirasi terasa ringan dan
udara yang terisap menimbulkan gelombang udara. Untuk mengurangi reflek
batuk dapat disuntikkan lydocain ( xylocain/novocain ) 1 cc kedalam trakea.
Untuk menghindari terjadinya komplikasi perlu diperhatikan insisi kulit
jangn terlalu pendek agar tidak sukar mencari trakea dan mencegah terjadinya
emfisema kulit. Ukuran kanul harus sesuai dengan diameter lumen trakea. Bila
kanul terlalu kecil, akan meyebabkan kanul bergerak-gerak sehingga terjadi
rangsangan pada mukosa trakea dan mudah terlepas kaluar.
Bila kanul terlalu besar, sulit untuk memasukkannya kedalam lumen dan
ujung kanul akan menekan mukosa trakea dan menyebabkan mikosis dinding
trake. Panjang kanul harus sesuai pula karena bila terlalu pendek akan mudah
keluar dari lumen trakea dan masuk kejaringan subkutis sehingga bisa
menimbilkan emfisema kulit dan lumen kanul akan tertutup sehingga

16
menimbulkan asfiksia. Bila kanul terlalu panjang maka mukosa trakea akan
teriritasi dan mudah timbul jaringan granulasi.
2.14 Perawatan Pasca Trakeostomi
Hal-hal penting pada perawatan trakeostomi adalah:14
a. Humidifikasi
Humudifikasi pada inspirasi penting untuk transport mukosilier secret dan
mencegah untuk obstruksi jalan nafas karena secret yang kental. Ada berbagai tipe
alat untuk humudifikasi, yaitu cold water humidifier, hot water humidifier, heat
and mouiture exchanger (HME), stoma protector/tracheal BIB dan nebulisasi.
b. Penghisapan lender (suction)
Penghisapan secret dibutuhkan ketika pasien tidak mampu untuk
mengeluarkan secret secara efektif. Pemilihan ukuran suctionkateter yang benar
penting supaya lebih aman dan efektif.
c. Penggantian Kanul
Jika menggunakan kanul ganda tidak perlu untuk mengganti kanul luar.
Indikasi penggantian kanul luar yaitu jika cuff telah rusak atau bila ditemukan
ukuran kanul yang lebih cocok untuk pasien. Penggantian kanul luar bukan tanpa
resiko dan dapat menimbulkan kecemasan bagi pasien. Indikasi penggantian kanul
luaradalah obstruksi kanul, perubahan posisi kanul, kerusakan cuff atau
ditemukannya ukuran kanul yang lebih cocok untuk pasien. Penggntian kanul luar
biasanya dilakukan pada hari 5-7 hari seyelah operasi ketika traktus yang
sempurna telah terbentuk. Anak kanul dalam biasnya dibersihkan dua kali sehari
atau lebih sering sesuai kebutuhan untuk mencegah obstruksi.
d. Antibiotik Profilaksis
Penggunaan antibiotic hanya diindikasikan pada infeksi paru dan infeksi
spesifik lain dan setelah dilakukan kultur dan sensitivity test.
Perawatan pasca trakeostomi sangatlah penting, karena sekret dapat
menyumbat, sehingga akan terjadi asfiksia. Oleh karena itu sekret ditrakea dan
kanul harus sering diisap keluar dan kanul dalam dicuci sekurang-kurangnya 2
kali sehari, lalu segera dimasukkan lagi kedalam kanul keluar. Pasien dapat

17
dirawat diruang perawatan biasa dan perawatan trakeostomi sangatlah penting
dilakukan.
Bila kanul harus dipasang untuk jangka waktu yang lama, maka kanul luar
harus dibersihkan 2 minggu sekali. Kain kasa dibawah kanul harus diganti setiap
basah, untuk menghindari terjadilah dermatitis.
2.15 Komplikasi Trakeostomi
1. Intraoperatif
Perdarahan, cedera pembuluh darah besar, kerusakan trakea dan laring,
kerusakan struktur paratrakea, cedera dinding belakang trakea, emboli udara,
apnoea dan henti jantung
2. Komplikasi segera (hari 1-14)
Emfisema subkutis, Perubahan posisi kanul, pneumothorak atau
pneumomediastinum, sumbatan kanul, nekrosis trakea, perdarahan sekunder,
gangguan menelan, edema paru dan infeksi
3. Komplikasi lambat (> 14 hari)
Perdarahan, adanya granuloma, kesulitan dekanulasi, fistula trakeo-
esofageal, adanya fistula trakeokutan, adanya stenosis laryngotrakea, jaringan
parut dan fistula a. innominata-trakea

18
BAB III
KESIMPULAN

Trakeostomi adalah tindakan membuat lubang pada dinding depan/anterior


trakea untuk bernapas. Pertama kali ditemukan oleh Aretaeus dan Galen pada
abad pertama dan kedua sesudah masehi. Pipa trakeostomi yang pertama dengan
kanul dalam diperkenalkan oleh George Martine di Inggris kira-kira tahun 1730
untuk menghindari sumbatan pipa pasca bedah.
Indikasi trakeostomi termasuk sumbatan mekanis pada jalan napas dan
gangguan non-obstruktif yang mengubah ventasi. Tiap lesi yang menyumbat jalan
napas bagian atas harus dipintas.Trakeostomi dapat dilakukan untuk tujuan atau
sebagai suatu prosedur berencana
Satu satunya kontraindikasi trakeostomi ialah pasien dengan obstruksi
laryng oleh tumor ganas, karena pada beberapa kasus, trakeostomi yang dilakukan
lebih dari 48 jam sebelum pembedahan definitif, menyebabkan insiden
kekambuhan pada stoma bertambah.

19
DAFTAR PUSTAKA
1. BIOS. 1995. Traheostomy. In: Key Tropics In Otolaryngology And
Head And Neck Surgery. UK: BIOS Scientific Publisher
Limited.323-327
2. Balleger. JJ.1994. insufisiensi Pernapasan Dan Trakeostomi. Dalam:
Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leher Edisi 13.
Jakarta: Binarupa Aksara. 436-463
3. Colman, BH. 1993. Acute Disease Of The Larynx. In: Hall & Colman’s
Disease Of The Nose, Throat, And Ear, And Head Neck. Singapore :
ELBS 131-134
4. Monteiro,Maria.2015. Tracheostomy Care & Management : North York
General.
5. Farb SN. 1992. Tracheostomy. In: Otolaryngology 2thEd. 315-320
6. Gilroy AM, Mac Pherson BR, Ross LM. 2009. Neck. In: Atlas of
Anatomy. New York: Thieme Medical Publisher. P575.
7. Hadiwikarta A, Rusmarjono, Soepardi EA. 2007. Sumbatan Laring
Dalam: Soepard, EA, Iskandar, N, Bashiruddin, J, Et al. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leher Edisi
Keenam. Jakarta:FKUI 243-253
8. Meisel, RH. 1997. Trakeostomi Dalam: Adam, LG Et Al. Boies Buku
Ajar Penyakit THT Edisi Keenam. Jakarta:EGC. 473-485
9. Morris LL, Whitnerr. A, Mcintosh Erik. 2013. Tracheostomy. In:
Critical Care Nurse. Vol 33, No 5 18-30
10. Mc Cormick, MS. 1992. Traheotomy And Tracheostomy. In:A New
Short Textbook Of Otolaryngology 3th Ed. Somerset:Butler & Tanner
Ltd. 208-215
11. Novialdi SA. 2014. Trakeostomi dan Krikotirotomi. Jurnal Bagian
Telinga, Hidung, Tenggorokan Bedah Kepala dan Leher. Padang:
Fakultas Kedokterran Universitas Andalas. Hal 1-6

20
12. Rahardjo, SP . 2009. Indication of Tracheostomies Performed At
Wahidin Sudirphusodo Hospital. Dalam: The Indonesian Journal of
Medical Sciense Volume 2. Makassar
13. Regan K, Hunt K. 2008. Tracheostomy Management. Continiuing
Education in Anesthesia, Critical Care & Pain. London-UK: The Board
of Management and Trustees of the British Journal of Anathesia.
14. Servillo G, Pelosi P. 2016. Percutaneous Tracheostomy in Critically III
Patiens. London: Springer International Publishing Switzerland. P5-7
15. Snell, S Richard. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi
6. Jakarta: EGC. 2006. Hal:82-89 &Hal: 853-856
16. Austin Health. 2015. Tracheostomy Size Chart. Tracheostomy Review
and Management Service.www.tracheostomyteam.org.

21

Anda mungkin juga menyukai