Tutorial Klinik Frozen Shoulder
Tutorial Klinik Frozen Shoulder
Pembimbing:
dr. Liem Kiem San, Sp. KFR
Oleh :
Oleh :
Addina Noviana J510185083
Atikah Budi Intan L J510185094
Herdian Kusuma Adhi W J510185088
Rifqi R. Taniyo J51017113
Alexandria Firdaus A F J510185103
Serinda Okky S J510185057
Virgi Parisa J510170114
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta .... Mei 2019
Pembimbing
dr. Liem Kiem San, Sp.KFR ( )
Penguji
dr. Liem Kiem San, Sp.KFR ( )
1
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
JenisKelamin : Pria
Usia : 72 tahun
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Ponorogo
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Tanggal Pemeriksaan : 13 Mei 2019
B. ANAMNESIS
Anamnesis didapatkan secara autoanamnesis di Poliklinik Rehabilitasi
Medik.
1. KeluhanUtama :
Nyeri bahu kiri.
2. RiwayatPenyakitSekarang :
Pasien mengeluh nyeri pada bahu kiri di bagian pergelangan bahu dan
lengan atas sejak dua bulan yang lalu. Awalnya pasien hanya merasa capek
dan pegal-pegal, lama kelamaan mulai terasa nyeri bila digerakkan. Nyeri
terasa seperti tertusuk-tusuk dan sering dirasakan sepanjang hari. Biasanya
kalau penderita beristirahat, nyeri meredah sampai hilang. Saat ini walau
beristirahat, nyeri tetap dirasakan. Rasa nyeri bertambah ketika pasien
menggerakan bahu kiri nya. Sampai saat ini dirasakan nyeri tidak berkurang.
Karena nyeri ini pasien sulit beraktifitas seperti mencuci, mengangkat
barang dan lain-lain.
2
Pasien pernah mengalami KLL ±1 tahun yang lalu dengan posisi bahu
kiri menahan. Setelah itu pasien hanya merasa sedikit nyeri pada lengan
bawah dan tidak dilakukan pengobatan atau tindakan apapun.
3. RiwayatPenyakitDahulu:
a. Riwayat alergi : Disangkal
b. Riwayat hipertensi : Diakui
c. Riwayat kencing manis : Disangkal
d. Riwayat trauma tulang : Disangkal
e. Riwayat TB : Disangkal
f. Riwayat kelemahan anggota gerak : Disangkal
g. Riwayat penyakit jantung : Disangkal
h. Riwayat stroke : Disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
a. Keluhan serupa : Disangkal
b. Riwayat Alergi : Disangkal
c. Riwayat hipertensi : Diakui
d. Riwayat kencing manis : Disangkal
e. Riwayat TB : Disangkal
f. Riwayat penyakit jantung : Disangkal
g. Riwayat stroke : Disangkal
5. Riwayat Kebiasaan :
Pasien sehari-hari beraktifitas sebagai pensiunan. Pasien menyatakan
bahwa jarang berolahraga.
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien sebagai seorang pensiunan Pegawai Negeri Sipil. Di rumah
pasien dan istrinya tinggal bersama 3 orang putra. Kebutuhan sehari-hari
dapat terpenuhi dengan baik.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis :
a. Keadaanumum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
3
c. Status Gizi : Kesan baik
d. Vital sign
1) TekananDarah : 110/70mmHg
2) Respiratory Rate : 20x/menit
3) Nadi : 84x/menit
4) Suhu : 36,80 C
e. Kepala : Normocephal, Rambutwarnahitam
f. Mata : Konjungtivaanemis (+/+), Skleraikterik
(-/-), Edema palpebra (+/+)
g. Hidung : Nafascupinghidung (-),Deviasihidung (-),
Mukosahiperemis (-), Hipertrofikonka (-),
Sekret (-), Nyeritekan (-)
h. Mulut : Mukosahiperemis (-), Stomatitis (-), Lidah
kotor/berselaput (-), Bibirsianosis (+),
papillidahatrofi (-)
i. Telinga : Hiperemis (-/-), Sekret (-/-), Nyeritekan
(-/-)
j. Leher : Bentuk normal, Retraksi supra sterna (-),
Deviasitrakea (-),Peningkatan JVP (-),
Pembesarankelenjargetahbening (-)
k. Thorax
Jantung
1) Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat
angkat
2) Palpasi : Ictus cordis teraba di 2 cm medial LMSC
SIC V sinistra
3) Perkusi : Dalam batas normal
4) Auskultasi : Bunyi jantung I/II normal, bising (-), gallop
(-)
Paru
1) Inspeksi : Simetris
4
2) Palpasi : Fremitus kanan dan kiri simetris
3) Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
4) Auskultasi : SDV (+/+), Ronki (-/-), wheezing (-/-)
l. Abdomen
1) Inspeksi : Sikatrik (-), Distended (-)
2) Auskultasi : Bising usung (+) normal
3) Perkusi :Timpani diseluruh lapang perut
4) Palpasi :Nyeri tekan (-), Hepar/lien tidak teraba
m. Ekstremitas : Kulit warna sawo matang,edema(-),
sianosis (-), akral hangat (+)
2. Status Lokalis :
a. Look/Inspeksi
Deformitas (-), atrophy (-), edema (-), simetris bahu kanan kiri (+)
b. Feel/Palpasi
Tidak teraba hangat
Massa (-), nyeri tekan (-)
Tonus otot normal
Sensibiltas normal
c. Movement
Dapat bergerak aktif dengan gerak terbatas
Gerakan menimbulkan nyeri, VAS : 7
MMT (Sinistra : TVDN, Dextra : 5)
ROM/ LGS
ROM AKTIF ROM PASIF
SENDI
SINISTRA DEXTRA SINISTRA DEXTRA
BAHU
Fleksi 0-1000 0-1800 0-1000 0-1800
Ekstensi 0-450 0-600 0-450 0-600
Abduksi 0-1000 0-1800 0-1000 0-1800
Adduksi 0-450 0-750 0-450 0-750
Eksorotasi 0-450 0-900 0-450 0-900
Endorotasi 0-450 0-900 0-450 0-900
Pemeriksaan khusus :
5
Apley Scratch Test (+)
Yergason Test (+)
Mosley Test (+)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
E. DIAGNOSIS
Frozen Shoulder Syndrome Sinistra
F. PROBLEM REHABILITASI MEDIK
Nyeri
G. TERAPI
1. Medikamentosa
- Penggunaan analgetik oral(Na Diklofenak 2x1 P.C)
2. Non-Medikamentosa (RehabilitasiMedik)
Program Fisioterapi(1x seminggu) :
- TENS
- USD
- GE
H. PROGNOSIS
a.Quo ad vitam : ad bonam
b. Quo ad sanationam :ad bonam
c. Quo ad fungsionam : ad bonam
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Frozen Shoulder ialah penyakit kronis, yang kebanyakan terjadi pada
umur diantara40-70 tahun dengan limitasi gerakan sendi bahu.3-5% terjadi
pada populasi umum dan hampir 20% pada penderita diabtes. Hal ini lebih
sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.Frozen shoulder
ataukapsulitisadhesivamempunyaibeberapasebutansepertiperiathritishumeros
kapularis, penyakitduplay, perikapsulitis, bursitis obliterative.Terdiri dari
frozen shoulder primer(idiopatik) dan frozen shoulder sekunder (Maund et al,
2012).
Frozen shoulder adalah kekakuan sendi glenohumeral yang
diakibatkan oleh elemen jaringan non-kontraktil atau gabungan antara
jaringan non-kontraktil dan kontraktil yang mengalami fibroplasia. Baik
gerakan pasif maupun aktif terbatas dan nyeri(Hand et al, 2007; Uhthoff &
Boileau, 2007).
B. Anatomi Fungsional
Gerakan bahu secara normal merupakan hasil gerak yang kompleks
dari 7 sendi yang terpisah : glenohumeral, skapulohumeral, skapulokosta,
suprahumeral, skapulotorasik, sternoklavikular, akromioklavikular (Thomas,
2000).
Sendi bahu merupakan salah satu sendi yang paling mobil dan serba
guna karena lingkup gerak sendi yang sangat luas, sehingga berperan penting
dalam aktifitas kehidupan sehari-hari. Gerakan pada sendi bahu : flexi (180˚),
ekstensi (60˚), abduksi (180˚), adduksi (75˚), endorotasi (90˚), eksorotasi
(90˚) (Scanlon, 2007).
Glenohumeral, sternoklavikular, dan akromioklavikular merupakan
sendi artrodial. Walaupun sendi ini masing-masing dapat bergerak sendiri,
semuanya bergerak secara simultan dan sinkron, sehingga tercipta gerakan
yang halus dan mulus. Sendi sternoklavikular menghubungkan gelang bahu
7
dan dinding dada, yang dibentuk oleh iga I, klavikula, dan manubrium sterni.
Sendi akromioklavikular dan sternoklavikular memungkinkan klavikula
mengadakan rotasi sesuai dengan sumbu panjangnya, ataupun melakukan
gerakan elevasi pada saat mengangkat bahu. Dapat pula melakukan gerakan
fleksi dan ekstensi gelang bahu (Thomas, 2000).
8
Sendi bahu mempunyai gerakan yang paling luas diantara sendi-sendi
lain. Gerakan abduksi bisa sampai 180˚. Dua pertiga bagian gerak ini
dilakukan oleh sendi glenohumeral dan sepertiga lainnya dilakukan oleh
skapulotorasik. Karena itu untuk mencapai gerak lengan yang penuh sampai
diatas kepala diperlukan sendi yang tidak ada gangguan. Terlihat pada
gambar 2 (Netter, 2010).
Gerakan lain yang penting adalah gerakan rotasi internal dan rotasi
eksternal. Gerakan rotasi internal meruapakan gerakan gelang bahu dimana
tangan dapat mencapai bagian punggung/belakang kepala (gambar 3). Kedua
gerakan ini sangat penting untuk dapat melakukan aktivitas memakai baju
atau bersisir (Scanlon, 2007).
9
C. Etiologi
Penyebab pasti masih belum jelas. Namun ada beberapa faktor
pencetus timbulnya capsulitis adhesive meliputi; penyakit-penyakit imun,
autonomic neuropati, immobilisasi bahu, trauma, kelainan/gangguan
psikologis, trisomi dari chromosoms 7 dan atau chromosoms 8. Pada suatu
penelitian 90% penderitanya menunjukan HLA B-27 positif, yang berarti
bahwa perlekatan tersebut merupakan manifestasi reaksi inflamasi autoimun.
Penderita yang menggunakan obat-obat luminal, yodium, dan isoniazid dalam
jangka panjang banyak mengidap frozen shoulder. Dapat juga ditimbulkan
karena pasien telah menderita penyakit dupuytren’s, penyakit parkinson,
osteoporosis/osteopenia, penyakit kardiorespirasi. Stroke, hyperlipidemia,
post bedah jantung dan post bedah syaraf (Hand et al., 2007; Hsu et al., 2011;
Zuckerman & Rokito, 2011).
Diabetes adalah penyakit yang berhubungan dengan frozen shoulder.
Sesorang yang menderita diabetes memiliki risiko 10-20% mengalami frozen
shoulder syndrome. Pasien dengan frozen shoulder syndrome juga memiliki
risiko tinggi untuk mengalami kondisi prediabetik dengan abnormalitas
glukosa puasa atau gangguan toleransi glukosa (Harpal et al. 2015).
10
D. Patofisiologi
Patofisiologi masih belum jelas, tetapi beberapa penulis menyatakan
bahwa dasar terjadinya kelainan adalah imobilisasi yang lama. Setiap nyeri
yang timbul pada bahu dapat merupakan awal kekakuan sendi bahu. Hal ini
sering timbul bila sendi tidak digunakan terutama pada pasien yang apatis dan
pasif atau dengan nilai ambang nyeri yang rendah, dimana tidak tahan dengan
nyeri yang ringan sehingga akan membidai lengannya pada posisi tergantung
(Jing et al, 2007).
Lengan yang immobile akan menyebabkan stasis vena dan kongesti
sekunder dan bersama-sama dengan vasospastik juga anoksia dapat
menimbulkan rekasi timbunan protein, edema, eksudasi, dan akhirnya reaksi
fibrous. Fibrosis akan menyebabkan adhesi antara lapisan bursa subdeltoid,
adhesi ekstra artikuler dan intraartikuler, kontraktur tendon subskapularis dan
biseps, perlekatan kapsul sendi (disebut kapsulitis adhesiva)(Harpal et al,
2015).
11
eksternal paling terbatas, diikuti denganabduksi dan rotasi internal. Terdapat
nyeri yang minimal (kecuali pada akhir pergerakan bahu) namun terdapat
kekakuan bahu yang nyata
Fase mencair (Thawing Phase): Fase ini berlangsung antara 15-24
bulan. Fase akhir ini digambarkan mencair ditandai dengan kembalinya ROM
secaraberangsur-angsur.
E. Gambaran klinis
Penderita datang dengan keluhan nyeri dan ngilu pada sendi serta
gerakan sendi bahu yang terbatas ke segala arah, terutama gerakan abduksi
dan elevasi, sehingga mengganggu lingkup gerak sendi bahu. Rasa nyeri akan
meningkat intensitasnya dari hari ke hari. Kondisiinibiasanya unilateral,
bilamengenaiduabahudapatterjadibersamaanatauberurutan.Penyembuhan
terjadi lebih kurang selama 6-12 bulan, dimana lingkup gerak sendi bahu
akan meningkat dan akhir bulan ke-18 hanya sedikit terjadi keterbatasan
gerak sendi bahu (Jelena et al, 2005; Sharma& Jacobs, 2011).
Keadaan tersebut terbagi dalam 4 stadium yaitu (Ben, 2001) :
1. Stadium I : rasa nyeri umumnya terdapat pada sekitar sendi
glenohumeral, serta makin bertambah nyeri bila digerakkan tetapi belum
menimbulkan keterbatasan gerak sendi bahu. Pemeriksaan gerak secara
pasif menimbulkan rasa nyeri pada akhir gerakan.
2. Stadium II : Rasa nyeri bertambah, timbul pada malam hari sehingga
mengganggu tidur. Hampir setiap gerakan sendi bahu menimbulkan rasa
nyeri dan gerakan tiba-tiba menimbulkan rasa nyeri yang hebat. Nyeri
terjadi pada daerah insersi otot deltoid dan menjalar ke lengan dan siku.
Karena rasa nyeri dan adanya keterbatasan gerak sendi bahu maka akan
menimbulkan gangguan pada saat menyisir rambut.
3. Stadium III : rasa nyeri timbul secara spontan pada saat istirahat,
walaupun demikian nyeri tetap akan timbul bila melakukan gerakan tiba-
tiba seperti meregangkan sendi. Pada stadium ini keterbatasan gerak
sendi bahu bertambah nyata, hal ini disebabkan oleh adhesi dan
kontraktur dari penebalan mangkok sendi bahu. Otot-otot sekitar sendi
12
seperti supraspinatus dab infraspinatus akan menjadi atrofi. Lamanya
stadium I-III bervariasi antara beberapa minggu sampai lebih kurang 2
bulan. Pada stadium III dan IV keterbatasan gerak sendi merupakan
masalah yang dihadapi.
4. Stadium IV : mulai terjadi penyembuhan dari keterbatasan sendi bahu
secara bertahap dan pemulihan gerakan sendi bahu mulai lebih kurang
bulan ke IV atau ke V dari saat mulai timbulnya keluhan dan berakhir
sekitar 6-12 bulan. Walaupun demikian 20% dari penderita masih
didapati adanya keterbatasan gerak meskipun sedikit sekali. Gambaran
radiologi umumnya tidak menunjukan adanya kelainan.
F. Diagnosis
1. Anamnesis
Pada Penderita frozen shoulder didapatkan keluhan nyeri di bagian
depan dan samping bahu, sehingga penderita tidak dapat menyisir rambut
atau tidak bisa memakai brest holder (BH) pada wanita maupun keluhan
keterbatasan gerak lainnya(Harpal et al, 2015).
2. Pemeriksaan Fisik
Look : pada inspeksi, lengan ditahan di samping pada posisi
adduksi dan endorotasi. Atrofi ringan dari deltoid dan supraspinatus
mungkin nampak. Feel : pada palpasi, mungkin terdapat difusi yang
lembek dari glenohumeral joint yang meluas ke area trapezius
interscapula. Move : pada frozen shoulder terdapat kehilangan
kemampuan untuk melakukan exorotasi. Frozen shoulder merupakan
gangguan pada kapsul sendi, maka gerakan aktif maupun pasif terbatas
dan nyeri. Nyeri dapat menjalar ke leher, lengan atas, dan punggung,
perlu dilihat faktor pencetus timbulnya nyeri. Gerakan pasif dan aktif
terbatas, pertama-tama pada gerakan elevasi dan rotasi interna lengan,
tetapi kemudian untuk semua gerakan sendi bahu (Jing et al, 2007).
Terdapat beberapa tes khusus seperti Apley Scratch Test yang
merupakan tes tercepat untuk mengevaluasi lingkup gerak aktif sendi.
Pasien diminta menggaruk angulus medialis skapula dengan tangan sisi
13
kontra lateral melewati belakang kepala (gambar 4). Pada frozen
shoulder pasien tidak dapat melakukan gerakan ini. Bila sendi dapat
bergerak penuh pada bidang geraknya secara pasif, tetapi terbatas pada
gerak aktif, maka kemungkinan kelemahan otot bahu sebagai penyebab
keterbatasan. Nyeri akan bertambah pada penekanan dari tendon yang
membentuk muskulotendineus “rotator cuff”. Bila gangguan
berkelanjutan akan terlihat bahu yang terkena reliefnya mendatar, bahkan
kempis, karena atrofi otot deltoid, supraspinatus, dan otot rotator cuff
lainnya (Thomas, 2000).
14
Mosley Test atau Drop Arm Test juga dapat dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya kerusakan pada otot rotator cuff. Pasien diminta
untuk melakukan abduksi lengan pada sudut 90˚ dan kemudian
menahannya. Apabila pasien tidak sanggup menahannya dan lengan
terjatuh maka menunjukan hasil pemeriksaan positif yaitu ada kerusakan
pada otot rotator cuff (Maarten et al, 2011).
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi harus dilakukan termasuk foto
anteroposterior pada posisi endorotasi, exorotasi, axillar, dan outlet untuk
mengidentifikasi penyebab lain dari kekakuan sendi seperti arthritis
glenohumeral, tendonitis kalsifikasi, atau penyakit rotator cuff.
Gambaran radiologi biasanya normal pada pasien frozen shoulder,
walaupun mungkin terdapat osteopenia. MRI berguna untuk melihat
15
sebagian atau seluruh robekan rotator cuff pada pasien yang
mengeluhkan adanya nyeri dan kekakuan bahu namun hal ini tidak rutin
dilakukan dalam mendiagnosa frozen shoulder. Selain itu dapat juga
dilakukan pemeriksaan untuk melihat synovitis pada bahu seperti
pemeriksaan arthroscopy, arthrography, CT-Scan, bone scan, dan
laboratorium yang dapat menunjukan adanya tanda-tanda inflamasi
walaupun itu tidak mutlak (Durall, 2011).
G. Tata Laksana
1. Medikamentosa
Untuk mengurangi rasa nyeri diberikan analgesik dan obat anti
inflamasi non steroid. Pemakaian relaksan otot bertujuan untuk
mengurangi kekakuan dan nyeri dengan menghilangkan spasme otot.
Beberapa menganjurkan pemberian suntik kortikosteroid ditambah
anastesi lokal pada rotator cuff dan intraartikuler untuk menghilangkan
nyeri secara cepat. Harus diperhatikan kemungkinan ruptur dari tendon
pada penyuntikan tersebut, maka penyuntikan tidak boleh lebih dari 2
kali dalam 1 tahun (Jing et al, 2007;Harpal et al, 2015).
2. Non Medikamentosa
a. Fisioterapi: Terapi dingin, terapi panas, elektrostimulasi, laser, dan
latihan
b. Okupasi terapi (penilaian terhadap aktifitas kehidupan sehari-hari)
c. Orthotics-Prosthetics (sling dan bidai).
H. Prognosis
Prognosis umumnya baik. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa
frozen shoulder merupakan penyakit yang sifatnya Self Limiting Disease,
karena dapat sembuh pada tahun 1 sampai tahun ke-3 dan paling cepat 6
bulan setelah timbulnya gejala. Antara 20-50% pasien masih mendapatkan
gejala sisa sampai 10 tahun (Sharma & Jacobs, 2011; Jing et al, 2007).
16
BAB III
PEMBAHASAN
17
inflamasi, dan meningkatkan vasodilatasi lokal.Terapi dingin tidak diberikan pada
pasien ini karena tidak didapatkan tanda-tanda inflamasi akut. Selain itu, pada
pasien ini juga diberikan terapi General Exercise.
Prognosis pada pasien ini adalah baik karena pada umumnya frozen
shoulder syndrome dapat sembuh sendiri (Self Limiting Disease) sekitar 6 bulan
dari munculnya gejala. Proses penyembuhannya juga dapat dipercepat dengan
keteraturan pasien dalam melatih gerak sendi bahu sehingga tidak sampai
menyebabkan atrofi otot bahkan stiffness.
18
DAFTAR PUSTAKA
Ben W.K. Shoulder Pain in Clinical Sports Medicine Book, 2nd ed. 2001: 1-4
Hannafin, J.A., Chiaia, T.A. 2000. Adhesive capsulitis: a treatment approach. Clin
Orthop Related Res; 372: 95-109.
Harpal Singh Uppal, Jonathan Peter Evans, Christopher Smith. Frozen shoulder:
A systematic review of therapeutic options. World J Orthop 2015 March 18; 6(2):
263-268
Hsu, J.E., Anakwenze, O.A., Warrander, W.J., Abboud, J.A. 2011. Current review
of adhesive capsulitis. The Journal Shoulder Elbow Surg; 20: 502-514.
Jelena Jurgel, Lauri Rannama, Helena Gapeyeva, Jaan Ereline, Ivo Kolts, Mati
Paasuke. 2005. Shoulder function in patients with frozen shoulder before and
after4-week rehabilitation. Medicina (Kaunas) 2005; 41(1).
Jing-lan Yang, Chein-wei Chang, Shiau-yee Chen, Shwu-Fen Wang, Jiu-jenq Lin.
2007. Mobilization Techniques in Subjects With Frozen Shoulder Syndrome:
Randomized Multiple-Treatment Trial. Physical Therapy Volume 87 Number 10.
Maarten H.M, Robert J.D, Todd S.E, Adam W. Clinical Test in Shoulder
Examination: How to Perform Them. Br J Sports Med 2010;44:370-375.
doi:10.1136/bjsm.2010.071928.
Maund E., Craig, D., Suekarran, S., Neilson, A.R., Wright, K., Brealey, S.,Dennis,
L., Goodchild, L., Hanschood, N., Rangan, G., Richardson, G., Robertson, J.,
McDaid, C. 2012. Management of frozen shoulder a systematic review and
cost effectiveness analysis. Health Technology Assessment; 16(11): 1-264.
Robert W.P, Scott R.S, Gary L, Carry T, Steven R.M. Yergason’s Test:
Discrepancies in Description and Implications for Diagnosing Biceps
Subluxation. Athletic Training Education Journal; 2008;3 (4): 143-147.
Robinson, C.M., Seah, K.T.M., Chee, Y.H., Hindle, P., Murray, I.R. 2012. Frozen
19
shoulder.The Journal of Bone and Joint surgery; 94-B (1): 1-9.
Thomas W.W, Thomas M.B. The Painfull Shoulder : Part I. Clinical Evaluation.
American Academy of Family Physicians, May 15. 2000.
Thomas W.W, Thomas M.B. The Painfull Shoulder : Part II. Acute and chronic
Disorders. American Academy of Family Physicians, June 1. 2000.
20