Anda di halaman 1dari 9

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

ALIRAN PERKEMBANGAN INDIVIDU

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

Ni Putu Yogi Sri Kusumawati 1613071001


Rizky Aryadi 1613071036
Septiyan Ari Dwi Cahyo 1613071026
Komang Andika Mega Putra 1613071013

JURUSAN PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2016
DAFTAR ISI
Judul.............................................................................................................................. i
Daftar Isi....................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................. 1
1.3 Tujuan..................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat................................................................................................................... 2
BAB II Pembahasan
2.1 Definisi Perkembangan Aliran Asosiasi............................................................... 3
2.2 Definisi Perkembangan Aliran Psikologi Gestalt................................................ 3
2.3 Definisi Perkembangan Aliran Sosiologis............................................................ 5
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Konsepsi Nativisme................... 6
2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Konsepsi Empirisme................. 6
2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Konsepsi Konvergensi.............. 6
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan............................................................................................................. 7
3.2 Saran........................................................................................................................ 7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan (Development) merupakan suatu proses yang pasti di alami oleh setiap
individu, perkembangan ini adalah proses yang bersifat kualitatif dan berhubungan dengan
kematangan seorang individu yang ditinjau dari perubahan yang bersifat progresif serta
sistematis di dalam diri manusia. Akhmad Sudrajat : 2008, memberikan definisi bahwa
“Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistematis, progresif dan
berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan
pula sebagai perubahan – perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau
kematangannya.
”Sesorang individu mengalami perkembangan sejak masa konsepsi, serta akan berlangsung
selama hidupnya”. “Perkembangan adalah proses yang berlangsung sejak konsepsi, lahir dan
sesudahnya, dimana badan, otak, kemampuan dan tingkah laku pada masa usia dini, anak2, dan
dewasa menjadi lebih kompleks dan berlanjut dengan kematangan sepanjang hidup. hal ini
didefinisikan oleh”( Dr Siti Aminah Soepalarto, SpS (K). : 2008 ). Maka dengan kata lain dapat kita
artikan bahwa sepanjang hidup kita merupakan suatu rangkaian proses yang terus berlanjut, proses
tersebut meliputi perkembangan (development), pertumbuhan (growth) serta kamatangan (maturation)
baik fisik maupun psikis. Tidak ada periode usia yang mendominasi perkembanganhidup.
Perkembangan meliputi keuntungan dan kerugian, yang berinteraksi dalam cara yang dinamis
sepanjang siklus kehidupan. Sehingga selama proses bertambahnya usia, maka selama itulah
proses perkembangan akan terus berjalan.
Proses ini terjadi dalam diri manusia secara bertahap dan memiliki fase – fase tertentu yang
menjadi acuan proses perkembangan tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Sigmund Freud, fase
perkembangan dibagi menjadi 6 fase yaitu ; Fase Oral atau mulut yang merupakan sentral pokok
keaktifan yang dinamis, Fase Anal, Fase Falis atu alat kelamin, Fase Latent, Fase Pubertas dan Fase
Genital atau proses menginjak kedewasaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari perkembangan menurut konsepsi asosiasi?
2. Apa definisi dari perkembangan menurut konsepsi psikologi gestalt?
3. Apa definisi dari perkembangan menurut konsepsi sosiologis?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan menurut konsepsi
navitisme, empirisme, dan konvergensi?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari perkembangan menurut konsepsi asosiasi?
2. Untuk mengetahui definisi dari perkembangan menurut konsepsi psikologi
gestalt?
3. Untuk mengetahui definisi dari perkembangan menurut konsepsi sosiologis?
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan menurut
konsepsi navitisme, empirisme, dan konvergensi.?

1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mengetahui definisi dari perkembangan menurut konsepsi asosiasi.
2. Mahasiswa mengetahui definisi dari perkembangan menurut konsepsi psikologi
gestalt.
3. Mahasiswa mengetahui definisi dari perkembangan menurut konsepsi sosiologis.
4. Mahasiswa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
menurut konsepsi navitisme, empirisme, dan konvergensi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Perkembangan Aliran Asosiasi


Para ahli yang mengikuti aliran asosiasi berpendapat, bahwa pada hakikatnya
perkembangan itu adalah prosesasosiasi. Bagi para ahli yang mengikuti aliran ini yang primer
adalah bagian-bagian, bagian-bagian ada terlebih dahulu, sedangkan keeluruhan ada lebih
kemudian. Bagian-bagian terikat satu sama lain menjadi suatu keseluruhan oleh asosiasi.
Salah seoarang tokoh aliran asosiasi ini yang terkenal adalah John Locke.Locke berpendapat
bahwa pada permulaannya jiwa anak itu adalah bersih semisal selembar kertas putih, yang
kemudian sedikit demi sedikit terisi oleh pengalaman atau empiri.
Dalam hal ini Locke membedakan adanya dua macam pengalaman, yaitu:
a) Pengalaman luar yaitu pengalaman yang diperoleh dengan melalui panca indera,
yang menimbulkan ”sensations”,
b) Pengalaman dalamYaitu pengalaman mengenai keadaan dan kegiatan batin sendiri,
yang menimbulkan ”reflektions”.Kedua macam kesan itu, yatu sensations dan reflektions
merupakan pengertian yang sederhana (simple ideas), yang kemudian dalam asosiasi
membentuk pengertian yang kompleks (kompleks ideas). Aliran asosiasi tersebut setidak-
tidaknya dalam bentuknya seperti dikemukakan di atas itu, kini tinggal ada dalam sejarah;
akan tetapi pengaruhnya dalam lapangan pendidikan pengajaran belum lama ditinggalkan
orang. Metode mengajar, membaca dan menulis secara sintetis, metode menggambar secara
sintetis, belum lama kita tinggalkan, atau malah mungkin masih ada yang mengikuti; metode-
metode tersebut dasar psikologisnya adalah psikologi asosiasi.

2.2 Definisi Perkembangan Aliran Psikologi Gestalt


Pengikut-pengikut aliran psikologi gestalt mengemukakan konsepsi yang dikemukakan oleh
para ahli yang mengikuti aliran asosiasi. Bagi para ahli yang mengikuti aliran gestalt, perkembangan
itu adalah proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi yang primer adalah keseluruhan, sedangkan
bagian-bagian adalah sekunder; yaitu bagian-bagian yang hanya mempunyai arti sebagai bagian
daripada keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lain, keseluruhan ada
terlebih dahulu baru disusul oleh bagian-bagiannya.
Gestalt adalah keseluruhan yang diorganisasikan secara tersusun. Keseluruhan ini adalah
lebih dari jumlah bagian-bagian, ia memperlihatkan sifat-sifat yang terdapat pada elemen-elemen.
Keseluruhan memberi arti pada bagian-bagian, yaitu tiap-tiap anggota (bagian) didukung oleh
keseluruhan dan baru memperoleh artinya dalam keseluruhan tersebut.

a) Tanda-tanda hakiki dari Gestalt


1) Batasan Gestal itu merupakan suatu keeluruhan tersendiri yang berbeda dari keseluruhan
yang lain.
2) Geleding (bentuk) Gestalt adalah berstruktur dalam, walupun sifat keseluruhannya itu
masih menonjol, tetapi nampak pula sifat ragamnya.
b) Arti pengertian Gestalt menurut Koffka
Batasan mengenai Gestalt yang dikemukakan oleh Koffka, yaitu Gestalt adalah
pengumpulan gejala-gejala sedemikian rupa bahwa tiap-tiap begian hanya mempunyai
sifatnya sendiri karena bersama-sama dengan bagian-bagian yang lain. Jadi, Gestalt adalah
keseluruhan yang penuh arti, dimana bagian yang satu mendukung bagian yang lain dan
memperoleh artinya dari keseluruhannya. Gejala-gejala psikhis bukan merupakan suatu
bentuk dimana bagian-bagiannya lepas satu sama lain tetapi suatu bentuk keseluruhan yang
teratur. Yang primer dari gestalt adalah tak ada elemen. Pada keseluruhan itu terdapat sifat
berdiri sendiri dan dalam totalitet, ini hanya ada bagian-bagian yang tidak berdiri sendiri,
yang baru memperoleh arti karena bagian-bagian tersebut dimasukkan kedalam keseluruhan
tersebut.
c) Timbulnya pengalaman Gestalt
Terhadap rangsangan yang kita terima dari dunia sekeliling, yang jumlahnya tak dapat
dihitung, terhadap penyerapan-penyerapan tunggal yang jumlahnya sama dengan jumlah
rangsangan, demikian menurut ilmu jiwa lama. Yang menarik perhatian adalah bahwa kita
tidak menyerap suatu khas rangsangan rangsangan, tapi dengan mengamati langsung gestalt-
gestalt.Dengan sendirinya ini diketahui oleh ilmu jiwa asosiasi dan berusaha untuk
menerangkannya secara mekanistis belaka (disebabkan oleh hukum-hukum asosiasi yang
membuta).Mereka beranggapan bahwa mula-mula ada suatu jumlah penyerapan-penyerapan
dan dengan adanya hukum-hukum asosiasiyang bekerja membuta, lambat laun timbul
hubungan yang psikhis.Ahli-ahli ilmu Gestalt tak mau menerima hopotesa mengenai jumlah
asal daripada penyerapan ini.Mereka beranggap bahwa anak yang masih muda sekali secara
langsung sudah mengamatyi dunia sekelilingnya dalam Gestalt (yang kurang atau sangat
halus strukturnya).Tidak pada rangsangan ada penyerapan, tetapi suatu keseluruhan
rangsangan dengan langsung diamati sebagai Gestalt.
d) Pemakaian ilmu jiwa Gestalt untuk menerangkan beberapa fungsi psikhis.
1) Pengamatan
Gestalt mula-mula dipelajari dalam lingkungan pengamatan.Disini ternyata bahwa isi
pengamatan tidak mutlak ditentukan oleh rangsangan-rangsangan yang terpisah-pisah seperti
yang dianggap orang terlebih dahulu, tetapi juga tergantung dari kekuatan dalam yang
membentuk Gestalt.
2) Ingatan
Mengenai menghafal, ahli-ahli ilmu jiwa Gestalt lebih mementingkan pembentukan suatu
Gestalt, suatu kesatuan dalam, daripada jumlah ulangan yang banyak. Bila sekali sudah
timbul satu Gestalt yang samar, maka Gestalt itu dipegang untuk waktu yang poendek atau
panjang. Dimana tidak terbentuk Gestalt maka hanya sedikit yang diingat maka seumua
ulangan tidak memmberi hasil.Bahan tanpa arti, pengetahuan yang tersebar lepas, sukar untuk
dicamkan. Maka untuk seorang guru berlaku tugas sebagai berikut: bahan harus sistekmatis,
hubungan bagian yang sati dengan yang lain harus jelas. Dengan demikian, umpanya dalam
pelajaran ilmu bum,i, hasil-hasil suatu daerah terutama akan diingat dengan baik bila
dihubungkan dengan keadaan tanahnya.
4
3) Fantasi
Ilmu jiwa lama menerangkan fantasi sebagai dikombinasikannya bermacam-macam
tanggapan fantasi. Ilmu jiwa Gestalt tidak percaya kepada pengumpulan elemen semata-mata,
yaitu seorang komponis tidak hanya mengumpulkan nada-nada menjadi satu, sebelumnya ia
sudah mempunyai tanggapan yang kabur dari keseluruhan (total). Ilmu jiwa Gestalt
berpendapat bawa yang mula-mula ada adalah Gestalt yang kabur, suatu skema yang samar-
samar dan bahwa skema ini lambat laun memperoleh isi.
4) Fikiran
Gestalt yang berstruktur ini juga memegang peranan utama dalam berfikir.Bilamana suatu
tugas berfikir harus dilaksanakan maka mula-mula terdapat suatu skema berfikir.Rencana
skematis ini didiferensiasi dengan teliti, yaitu bagian bagian gestalyt dilihat penuh denagn
perhat\ian dan dicari bagian2 yang tak ada.Maka pemecahan persoalan tercapailah.

2.3 Definisi Perkembangan Aliran Sosiologis


Aliran-aliran yang tergolong dalam hal ini, terdapat bahwa perkembangan itu
merupakan proses sosialis. Mereka mengatakan bahwa anak-anak itu pada mulanya adalah
asosial/prasosial, kemudian dalam perkembangannya lambat laun berubah menjadi sosial.
Tokohnya yang terkenal adalah James Mark Baldwin dengan karyanya “Development in the
Child and the Race” di mana dia berpendapat bahwa ada kesejajaran antara ontogenese (jiwa
perseoarangan) dan phylogenese (jiwa bangsa-bangsa), maksudnya bahwa ada persamaan-
persamaan pernyataan-pernyataan psikis pada masyarakat primitif.
Antara lain persamaan gejala psikis tersebut adalah:
 Anak-anak:
a. Rasa takut, gelisah, kalau dilepas oleh pengaruh, misalnya dalam bak mandi, di kamar
sendiri, dan lain-lain.
b. Bersifat instingtif.
c. Sugestibel (mudah kena pengaruh).
d. Suka pada warna-warna yang menyala.

 Masyarakat Primitif:
a. Rasa takut kepada alam dan yang gaib.
b. Bersifat instingtif.
c. Masyarakat primitif pun mudah pula terpengaruh oleh keadaan sekitar.
d. Masyarakat primitif juga menyenangi warna-warna yang menyala.
Ahli-ahli yang mengikuti aliran ini branggapan bahwa, anak kecil mula-mula belum memiliki
moral, yang kemudian lalu memiliki moral yang sifatnya heteronom, dan baru kemudian,
yaitu setelah anak mencapai taraf kedewasaan, pemuda itu memiliki moral yang otonom.
Proses perkembangan dari moral yang hetronom, yaitu moral yang pedoman-pedomannya
terdapat di luar, yaitu pada orang tua dan orang-orang dewasa yang lain ke moral yang
5
otonom, yaitu moral yang pedoman-pedomannya terdapat didiri anak sendiri, disebut proses
internalisasi. Proses internalisasi ini berlangsung dengan identifikasi (yang mirip sekali
dengan imitasi). Dan tujuan imitasi (identifikasi) ini tidak lain ialah penyesuaian tingkah laku
dan perbuatan anak dengan norma-norma social, jadi proses sosialisasi.

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Konsepsi Nativisme


Aliran nativisme merupakan pendapat dari A.Schopenhaver yang menyatakan bahwa pada
perkembangan anak, faktor keturunan yang lebih mempengaruhi daripada faktor lingkungan,
misalnya seorang bapak yang sifatnya jahat, kemungkinan besar anaknya pasti akan menjadi
penjahat walaupun lingkungan tempat mereka tinggal merupakan lingkungan yang tergolong
baik.

2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Konsepsi Empirisme


Aliran emperisme dikemukakan oleh John Locke yang menyatakan bahwa pada
perkembangan anak, faktor lingkungan lebih berperan daripada faktor keturunan. Misalnya
seorang anak yang memiliki keturunan yang bersifat baik, tetapi lingkungan disekitarnya
buruk atau teman-teman yang sering diajaknya bermain berprilaku buruk, pasti si anak akan
meniru kebiasaan tersebut, karena pergaulan sangat berpengaruh pada tingkah laku pada
anak, khususnya dikalangan remaja.

2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Konsepsi Konvergensi


Aliran konvergensi dikemukakan oleh William Stern yang menyatakan bahwa faktor
keturunan sama besar pengaruhnya dengan faktor lingkungan. Disini keduanya sama-sama
sangat berpengaruh pada perkembangan anak, jadi jika anak dididik dengan baik, walaupun
dari keturunan yang buruk, kemungkinan si anak dapat berprilaku baik. Disini juga dituntut
bimbingan dari keluarga dan juga masyarakat tempat ia tumbuh.
Berdasarkan uraian mengenai Aliran Nativisme,
Aliran Empirisme, dan Aliran Konvergensi yang berhubungan dengan proses perkembangan
diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kualitas hasil
perkembangan terdiri dari :
1. Faktor Internal, yaitu factor dari diri siswa itu sendiri meliputi pembawaan dan
potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri.
2. Faktor Eksternal, yaitu hal – hal yang datang atau ada diluar diri siswa yang meliputi
lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa dengan
lingkungan.

6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Hakikat perkembangan merupakan proses asosiasi, dimana bagian-bagian mempunyai
nilai yang lebih penting dari keseluruhan. Dalam perkembangannya anak-anak pada
mulanya mempunyai kesan sebagian-sebagian, kemudian melalui proses asosiasi
bagian-bagian terebut akan membentuk menjadi suatu keseluruhan.
2. Gestalt adalah keseluruhan yang diorganisasikan secara tersusun. Keseluruhan ini adalah
lebih dari jumlah bagian-bagian, ia memperlihatkan sifat-sifat yang terdapat pada elemen-
elemen. Keseluruhan memberi arti pada bagian-bagian, yaitu tiap-tiap anggota (bagian)
didukung oleh keseluruhan dan baru memperoleh artinya dalam keseluruhan tersebut.
3. Pada hakikatnya perkembangan itu adalah prosesasosiasi. Bagi para ahli yang
mengikuti aliran ini yang primer adalah bagian-bagian, bagian-bagian ada terlebih
dahulu, sedangkan keeluruhan ada lebih kemudian. Bagian-bagian terikat satu sama
lain menjadi suatu keseluruhan oleh asosiasi.
4. Aliran nativisme merupakan faktor keturunan yang lebih mempengaruhi daripada
faktor lingkungan,
5. Aliran empirisme merupakan faktor lingkungan lebih berperan daripada faktor
keturunan.
6. Aliran konvergensi merupakan bahwa faktor keturunan sama besar pengaruhnya
dengan faktor lingkungan.

3.2 Saran
Saran yang dapat kami sampaikan sebagai berikut:
Hendaknya makalah ini haruslah lebih di pahami dalam membacanya agar mengerti
bagaimana perkembangan individu menurut aliran-aliran yang sudah tertera di dalam
makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai