Anda di halaman 1dari 6

LATAR BELAKANG

Dalam undang-undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan

dijelaskan bahwa Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional

yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu

dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau

masyarakat, baik sehat maupun sakit. Praktik keperawatan yang diberikan ini

berupa asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan merupakan rangkaian interaksi

Perawat dengan Klien dan lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan

kebutuhan.

Dalam pemenuhan kebutuhan pasien, ada klasifikasi klien berdasarkan

tingkat ketergantungannya : kategori 1 self care / perawatan mandiri, dimana

kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri, makanan dan minum

dilakukan sendiri, ambulasi dengan pengawasan, observasi tanda-tanda vital

setiap pergantian shift , pengobatan minimal dengan status psikologi stabil,

perawatan luka sederhana. Kategori II : Intermediate care/perawatan partial,

antara lain kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu, observasi tanda-

tanda vital setiap 4 jam, ambulasi dibantu, pengobatan dengan injeksi, klien

dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat , klien dengan infus,

dan klien dengan pleura pungsi. Kategori III : Total care/Intensif care : semua

kebutuhan klien dibantu, perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan,

observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam.


Klien dengan kategori III / total care, merupakan pasien yang kebutuhan

dasarnya dipenuhi oleh keluarga dan perawat. Perawat sebagai pemberi asuhan

keperawatan harus lebih peka dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien

terutama dalam kebersihan diri untuk memberikan rasa nyaman dan aman.

Personal hygiene/Kebersihan diri merupakan salah satu aspek yang

harus diperhatikan perawat terhadap klien total care yang mengalami gangguan

gerak dan kondisi fisik lemah. Menurut Henderson, personal hygiene merupakan

salah satu kebutuhan dasar manusia selain bernapas secara normal, makan & minum

dengan cukup, membuang kotoran tubuh, bergerak dan menjaga posisi yang

diinginkan, tidur & istirahat, memilih pakaian yang sesuai, menjaga suhu tubuh tetap

dalam batas normal, menghindari bahaya lingkungan, berkomunikasi dengan orang

lain, beribadah sesuai keyakinan, bekerja, bermain dan belajar. Personal hygiene

dilakukan untuk mencegah tubuh dari infeksi, bau dan memberi rasa nyaman serta

meningkatkan sirkulasi

Klien dengan immobilisasi umumnya mengalami keterbatasan dalam

memenuhi kebutuhan kebersihan diri. Immobilisasi merupakan salah satu

penyekat dari keterbatasan pemenuhan kebersihan diri yang terjadi pada orang

sakit, tidak berdaya dan hospitalisasi, sehingga dibutuhkan modifikasi dalam

perawatan dirinya. Terpenuhinya kebutuhan kebersihan diri akan menimbulkan

rasa puas pada diri klien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan. Pada

dasarnya tingkat kepuasan pasien yang berada di rumah sakit khususnya pasien

imobilisasi bukan hanya berada pada tindakan personal higiene tetapi banyak

faktor mulai dari tindakan medis, pelayanan pemberian obat, kualitas produk
atau jasa yang diberikan, kualitas pelayanan, faktor emosional, harga, biaya.

Namun tindakan personal hygiene yang diberikan oleh perawat merupakan

faktor salah satu faktor penting dalam mendukung memberikan kepuasan bagi

pasien.

Hasil penelitian sebelumnya oleh Dina Sulistyowati & Fitria Handayani


di RSUD Ungaran; hasil analisis data penelitian sebanyak 77 responden (54,6
%) mengatakan baik dan sebanyak 64 responden (45,4 %) mengatakan buruk.
Kesimpulan dari penelitian peran perawat dalam pelaksanaan personal hygiene
menurut persepsi pasien imobilisasi fisik sebanyak 64 responden (45,4 %)
mengatakan buruk.
Dan berdasarkan wawancara awal dengan 10 pasien dengan keadaan
total care di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang di bangsal Komodo dan
Kelimutu pada tanggal 3 Juni 2019 mengatakan bahwa pasien jarang dilakukan
personal hygiene (perawatan diri) oleh perawat setempat dengan alasan bahwa,
pasien dan keluarga pasien tidak tahu jika, memandikan dan mengantikan
pakaian, membersihkan mulut dan gigi, memotong kuku adalah kompetensi
perawat. Namun pasien dan keluarga pasien mengatakan bahwa jika ada
perawat yang mempunyai inisiatif untuk melakukan, pasien dan keluarga pasien
akan merasa sangat senang. Keluarga dari pasien yang sebelumnya dirawat
diruang iccu mengatakan sebelum pindah keruangan biasa pasien selalu dilap
oleh perawat, setelah pindah keruangan biasa pasien sudah 3 hari belum diganti
pakaiannya dengan alasan perawat belum memberi instruksi untuk berganti
pakaian sehingga keluarga juga takut melakukannya sebelum diinstruksikan
oleh perawat.
Ada juga keluarga pasien yang mengatakan pasien belum pernah
dimandikan karena mereka merasa dengan kondisi sakit berat (penurunan
kesadaran) pasien belum boleh dimandikan. Beberapa keluarga pasien
mengatakan pasien cukup dibantu oleh keluarga saja, tidak perlu dimandikan
oleh perawat.
Wawancara awal tidak hanya dilakukan pada pasien atau keluarga
pasien saja, tetapi juga dilakukan pada perawat yang bekerja di RSU Prof WZ
Johannes diruangan rawat inap ruang kelimutu (kelas 3 laki-laki), ruang
anggrek (kelas 2 wanita), ruang komodo (kelas 2 interna), ruang asoka (kelas 1
dan 2 bedah), ruang cempaka (kelas 3 wanita) dan ruang bougenvil (kelas 1
interna).
Wawancara dilakukan pada tanggal 15 dan 16 juni 2019 pada 11
perawat. Hasil wawancara menunjukkan rata-rata perawat bekerja di atas 4
tahun sampai dengan 13 tahun. Mereka semua (11 perawat) mengatakan
mengetahui apa itu personal hygiene, dan tindakan tersebut dilaksanakan pada
pasien kategori 3 atau total care serta mengetahui bahwa tindakan personal
hygiene merupakan tugas perawat. Pada beberapa ruang rawat inap, perawat
mengatakan selalu memandikan pasien total care. Pasien total care dimandikan
ditempat tidur pada dinas pagi saja. Mereka mengatakan memandikan pasien
adalah hal yang wajib dilakukan oleh perawat, untuk menghilangkan bau dan
kotor pada pasien. Tindakan personal hygiene melibatkan keluarga, dan
perawat langsung mengajarkan cara memandikan pasien ditempat tidur.
Beberapa perawat lainnya mengatakan jarang sekali memandikan pasien
karena kurangnya ketersediaan perlengkapan dalam memandikan pasien seperti
washlap,kom, serta air panas. Perawat juga mengatakan beban kerja perawat
yang banyak, seperti pada dinas malam khususnya dipagi hari, tugas perawat
sangat banyak, dari memberikan injeksi, mengobservasi TTV, mengambil darah
vena, mengantar pasien keruang operasi, menngobservasi pasien dengan
penurunan kesadaran, melengkapi status pasien, dan melakukan SOAP .
Ada juga yang mengatakan jumlah tenaga perawat yang masih kurang ,
sehingga pelaksanaan personal hygiene masih susah untuk dilakukan, seperti
dengan jumlah perawat yang bertugas pada dinas sore dan malam hanya
berkisar 2 atau 3 perawat dan tidak sebanding dengan jumlah pasien.
Ada juga yang mengatakan bahwa saat perawat memotivasi keluarga
untuk memandikan keluarga pasien, keluarga pasien memiliki prinsip bahwa
saat sakit pasien tidak boleh dimandikan.
Dengan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti salah satu

dari masalah personal hygiene ini antara lain :

1. Hubungan Tindakan Personal hygiene Oleh Perawat Dengan

Tingkat Kepuasan Pasien Kategori III (Total Care) dan Keluarga

di RSUD Prof W.Z. Johannes Kupang

2. Pengaruh Pelaksanaan Personal Hygiene Perawat Terhadap

Tingkat Kepuasan Pasien Total Care di RSUD Prof W.Z Johannes

Kupang

3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perawat Dalam

Pelaksanaan Personal Hygiene Pada Pasien Total Care di RSUD

Prof W.Z Johannes Kupang

Mengetahui

Pembingbing I Pembingbing II

Ns. Sebastianus Kurniadi Tahu, S.Kep.,MKep Ns. Erna Febriyanti, S.Kep.,MAN

Anda mungkin juga menyukai