KARSINOMA TONSIL
Oleh:
Ridwan Moersalaat Husni
NIM. 201884036
Pembimbing:
dr. Billy Talakua, Sp. THT- KL
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR _________________________________________________
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Sistim limfa pada leher dan insidensi metastasenya ....................... 8
Tabel 2.5. M tahap: menyebarkan kanker di luar kepala dan leher ................. 22
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
National Cancer Institute di Amerika Serikat, melaporkan bahwa pada tahun
1991 terdapat 6 juta penderita tumor ganas. Dari seluruh tumor ganas tersebut,
insiden karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa ialah sebanyak 600.000
penderita. Tercatat pula jumlah penderita tumor ganas kepala dan leher sebanyak
78.000 orang, lebih dari 75% adalah karsinoma sel skuamosa. (1)
Dari semua karsinoma sel skuamosa kepala dan leher primer, karsinoma
orofaringeal adalah keganasan ketiga yang paling umum dengan tonsil menjadi lokasi
yang paling umum dari keganasan orofaring. (2)
Pada pasien yang lebih tua, ukuran tonsil yang asimetris (dikenal juga sebagai
hipertrofi tonsil asimetris) dapat menjadi indikator tonsil yang terinfeksi virus atau
tumor seperti limfoma atau karsinoma sel skuamosa.
1.2.Tujuan
Tujuan penulisan Referat ini adalah dalam rangka memenuhi tugas
kepaniteraan klinik stase THT di RSUD Dr M. Haulussy Ambon. Serta mengetahui
1
2
lebih dalam lagi mengenai tumor tonsil yang akan dibahas mulai dari anatomi,
penjalaran kelenjar getah bening, serta penyebab dari tumor tonsil.
1.3. Manfaat
Menambah pengetahuan tentang penyakit karsinoma tonsil sehingga para
dokter muda kelak dapat dengan mudah mendiagnosis dan member terapi awal
sehingga prognosis penyakit lebih baik.
BAB II
PEMBAHASAN
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori.
Cincin Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring
yang terdiri dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid) dan tonsil lingual.
3
4
Sistim aliran limfe leher penting untuk dipelajari, karena hampir semua
bentuk radang atau keganasan kepala dan leher akan terlihat dan bermanifestasi ke
kelenjar limfe regional. Kelenjar getah bening termasuk dalam susunan
retikuloendotel, yang tersebar di seluruh tubuh. Mempunyai fungsi penting berupa
barier atau filter terhadap kuman – kuman / bakteri – bakteri yang masuk kedalam
badan dan barier pula untuk sel – sel tumor ganas ( kanker ). Disamping itu bertugas
pula untuk membentuk sel – sel limfosit darah tepi. Ukuran normal dari kelenjar
getah bening adalah < 1cm.
Berdasarkan letaknya kelenjar limfa dileher terdiri atas kelenjar preaurikuler,
retroaurikuler, submandibula, submental, juguler atas, juguler tengah, juguler bawah,
segitiga leher dorsal, dan supraklavikula.
Sekitar 75 buah kelenjar limfe terdapat pada setiap sisi leher, kebanyakan
pada rangkaian jugularis interna dan spinalis asesorius. Kelenjar limfe yang selalau
terlibat dalam metastasis tumor adalah kelenjar limfe pada rangkaian juguler interna,
yang terbentang antara klavikula sampai dasar tengkorak. Rangkaian juguler interna
ini dibagi dalam kelompok superior, media dan inferior. Kelompok kelenjar limfe
yang lain adalah submental, submandibula, servikalis superfisial, retrofaring,
paratrakela, spinal asesorius, sklaneus anterior dan supraklavikula.
6
Kelenjar limfe jugularis interna superior menerima aliran limfe yang berasal
dari palatum mole tonsil, bagian posterior lidah, dasar lidah, sinus piriformis dan
supraglotik laring. Juga menerima aliran limfe yang berasal dari kelenjar limfe retro
faring, spinal asesorius, parotis, servikalis superfisial dan kelenjar limfe
submandibula.
Kelenjar jugularis interna media menerima aliran limfe yang berasal langsung
dari subglotik laring, sinus piriformis bagian inferior dan daerah krikoid posterior.
Juga menerima aliran limfe yang berasal dari kelenjar limfe jugularis interna superior
dan kelenjar limfe retrofaring bagian bawah.
Kelenjar jugularis interna inferior menerima aliran limfe yang berasal
langsung dari glandula tiroid, trakea, esofagus, baguan servikal,. Juga menerima
aliran limfe yang berasal dari kelenjar limfe jugularis interna superior dan
media dan kelenjar limfe paratrakeal.
Kelenjar limfe submental, terletak pada segitiga submental diantara platisma
dan m.omohioid di dalam jaringan lunak. Pembuluh aferen menerima aliran limfe
yang berasal dari dagu, bibir bawah bagian tengah, pipi, gusi, dasar mulut bagian
depan dan 1/3 bagian bawah lidah. Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke kelenjar
7
Kelenjar limfa retrofaring, terletak diantara faring dan fasia prevertebra, mulai
dari dasar tengkorak sampai ke perbatasan leher dan toraks. Pembuluh aferen
menerima aliran limfe dari nasofaring, hipofaring, telinga tengah dan tuba eustachius.
Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke limfa jugularis interna dan kelenjar limfa
spinal asesorius bagian superior.
Kelenjar limfa paratrakeal menerima aliran limfa yang berasal dari laring
bagian bawah, hipofaring, esofagus bagian servikal, trakea bagian atas dan tiroid.
Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke kelenjar limfa jugularis interna inferior atau
kelenjar limfa mediastinum superior.
Kelenjar limfa spinal asesorius, terletak disepanjang saraf spinal asesorius,
menerima aliran limfa yang berasal dari kulit kepala bagian parietal, dan bagian
belakang leher. Kelenjar limfa parafaring menerima aliran limfa dari nasofaring,
orofaring, dan sinus paranasal. Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke kelenjar limfa
supraklavikula.
Rangkaian kelenjar limfa jugularis interna mengalirkan limfa ke trunktus
jugularis dan selanjutnya masuk keduktus torasikus untuk sisi sebelah kiri, dan untuk
sisi sebelah kanan masuk ke duktus limfatikus kanan atau langsung kesistim vena
pada pertemuan vena jugularis interna dan vena subklavia. Juga duktus torasikus dan
duktus limfatikus kanan menerima aliran limfe dari kelenjar limfa supraklavikula.
Tabel 2.1. Sistim limfa pada leher dan insidensi metastasenya
Pembesaran kelenjar getah bening dengan konsistensi keras seperti batu mengarah
kepada keganasan, padat seperti karet mengarah kepada limfoma, lunak megarah
kepada proses infeksi, fluktuatif mengarah telah terjadi abses. Pembesaran kelenjar
getah bening leher bagian posterior terdapat pada infeksi rubel dan mononukleosis.
Supraklavikula atau kelenjar getah bening leher bagian belakang memiliki resiko
keganasan lebih besar dari pada pembesaran kelenjar getah bening bagian anterior.
(4)
Pada pembesaran kelenjar getah bening oleh infeksi virus, KGB
umumnya bilateral, lunak dan dapat digerakkan. Bila infeksi oleh bakteri kelenjar
biasanya nyeri pada penekanan, baik satu sisi atau dua sisi dan dapat fluktuatif dan
dapat digerakkan. Adanya kemerahan dan suhu lebih panas dari sekitarnya
mengarahkan infeksi bakteri dan adanya fluktuatif menandakan terjadinya abses. Bila
limfadenopati disebabkan oleh keganasan maka tanda-tanda peradangan tidak ada,
konsistensi keras dan tidak dapat digerakkan. (4)
2.2.2. Epidemiologi
Tumor ganas tonsil termasuk bagian dari tumor orofaring disamping tumor
dasar lidah, dinding faring dan palatum mole. Tumor ini sangat jarang terjadi. Di
Amerika insiden tumor ini hanya 0,8 per 100.000 penduduk. Di Bagian THT FKUI
RSCM angka kejadian tumor tonsil ini banyak ditemukan pada usia decade 4-6, 54%
pada laki-laki dan 46% pada perempuan. (1)
Secara geografis, tumor ktonsil ditemukan di seluruh dunia, tetapi ada variasi
yang signifikan dalam insiden. Penyakit ini terjadi dengan insiden tertinggi di negara-
negara Eropa Barat, seperti Perancis. (6)
2.2.3. Etiologi
Penyebab pasti tumor ganas tonsil sampai saat ini belum diketahui dengan
pasti. Beberapa faktor predisposisi dilaporkan mempengaruhi terjadinya tumor ini
antara lain pada perokok berat, peminum alcohol, kebersihan mulut yang kurang baik
(1)
.
Infeksi virus kronis juga berhubungan dengan perkembangan kanker kepala dan
leher. Virus Epstein-Barr berhubungan dengan kanker nasofaring, sementara HPV,
Herpes Simplex Virus dan Human Immunideficiency Virus berhubungan dengan
10
perkembangan sejumlah kanker yang berbeda pada kepala dan leher (6). HPV tipe 16
dan 18 merupakan tipe yang paling sering menyebabkan kanker tonsil. Virus ini
sangat umum dan berhubungan dengan kontak seksual yang intim (7).
Nyeri atau kesulitan menelan: Hal ini dapat terjadi karena tumor
menghalangi proses menelan, sehingga menjadi sulit atau sakit untuk
menelan. Selain itu juga kadang terdapat ulserasi dan perdarahan sebagai
pertumbuhan tumor tumbuh, yang menyebabkan rasa sakit.
Benjolan pada leher: Ini akan menjadi gejala kanker oropharyngeal jika
telah menyebar ke kelenjar getah bening di leher. Ini dapatmenjadi gejala
pertama yang membawa pasien ke dokter. Jika terdapat massa leher, wajib
dicurigai itu merupakan penyebaran kanker dari tempat lain, salah satu
tempat pertama akan terlihat di orofaring orofaring.
Nyeri telinga (terutama pada satu sisi, dengan tidak ada masalah telinga
lainnya): sakit telinga, juga dikenal sebagai otalgia, terjadi karena saraf
tenggorokan mencapai otak melalui jalur yang sama dengan saraf di telinga.
Oleh karena itu, otak mungkin menafsirkan rasa sakit di tenggorokan berasal
dari telinga. Ini disebut nyeri disebut menjalar. Akibatnya, sakit telinga tidak
dapat di jelaskan dan tidak hilang, ini harus dievaluasi oleh dokter spesialis.
Hal ini penting untuk memahami bahwa sebagian besar penyebab sakit
11
Trismus
Mengeluh ada benjolan di leher
Perdarahan dari mulut
Penurunan berat badan
Kesulitan berbicara,
Intoleransi makan atau minum yang asam (8)
Bau mulut (8)
b) Papilloma tonsil
Papilloma skuamosa biasanya terlihat menggantung dari pedicle uvula, tonsil
atau pilar. Tampak massa bergranular yang timbul dari pilar anterior pada
bagian posteriornya.
c) Polip tonsil
Massa tonsil tersebut menunjukkan gambaran polip pada pemeriksaan
histologi.
90% kanker tonsil adalah karsinoma sel skuamosa. Tumor ini relatif sering terjadi
terutama pada usia 50 dan 70. Perbandingan laki – laki dan perempuan adalah 3 – 4 :
1 dan sering dikaitkan dengan perokok dan peminum alcohol. 60% pasien datang
dengan metastase ke serviks bilateral sebanyak 15%, sedangkan metastase jauh
ditemukan sekitar 7%.2
b) Limfoma
Limfoma sulit dibedakan dengan “ undifferentiated “ karsinoma dan
limfoma marker diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Studi tersebut memerlukan
sejumlah besar jaringan yang dikirim dalam keadaan segar ( dalamnormal saline,
bukan dalam larutan formaldehida ) kepada ahli patologi. Ini merupakan alasan
mengapa setelah tonsilektomi lebih baik di periksa jaringannya.
Definisi
Epidemiologi
Etiologi
Klasifikasi
Gejala Klinis
tumbuh pada kelompok kelenjar getah bening lain misalnya pada traktus
digestivus atau pada organ-organ parenkim.
Demam
Gatal-gatal
Keringat malam
Berat badan menurun lebih dari 10% tanpa diketahui penyebabnya.
Nafsu makan menurun.
Daya kerja menurun
Terkadang disertai sesak nafas
Nyeri setelah mendapat intake alkohol (15-20%)
Pola perluasan limfoma Hodgkin sistematis secara sentripetal dan relatif lebih lambat,
sedangkan pola perluasan pada limfoma non-Hodgkin tidak sistematis dan relatif
lebih cepat bermetastasis ke tempat yang jauh.
o Tes fungsi ginjal ketika akan memulai kemoterapi, tes fungsi ginjal
diperlukan untuk memastikan apakah pasien dapat menghilangkan agen
yang ditangani oleh ginjal.
o Tes fungsi paru diperlukan pada setiap bedah kepala dan leher yang dapat
membawa risiko tambahan komplikasi pernapasan perioperative dan pasca
operatif.
X-rays untuk menentukan tumor sudah menyebar ke paru-paru (8)
dan
karenanya harus menjadi modalitas pilihan, setidaknya pada pasien berisiko
tinggi (stadium 4, T4, N2 atau N3 ataupun tumor yang timbul dari orofaring,
laring, hipofaring, atau supraglotis). (9)
Fine Needle Aspiration Biopsy (FNA) Biopsi adalah satu – satunya alat untuk
mendiagnosis keganasan tonsil berupa limfoma, sebuah jarum tipis ditempatkan
di mulut. Sel-sel diaspirasi (disedot) dan kemudian diperiksa di bawah
mikroskop untuk menentukan apakah benjolan tersebut adalah kanker. (8)
Radiologi
Pencitraan untuk menentukan apakah tumor telah menyerang jaringan di
dekatnya atau organ tubuh lainnya. Ini mungkin termasuk:
o Orthopantomography (Panorex). Panorama X-ray merupakan foto dari
rahang atas dan bawah. Ini menunjukkan pandangan dari telinga ke telinga
dan membantu menentukan apakah tumor telah tumbuh ke dalam tulang
rahang. (8)
o Computerized tomography (CT). Sebuah komputer yang terhubung ke
mesin X-ray yang menciptakan serangkaian gambar rinci, dengan sudut yang
berbeda, daerah di dalam mulut dan leher. Sebuah pewarna mungkin
disuntikkan ke dalam vena atau pil ditelan untuk membantu menyoroti organ
atau jaringan di X-ray. Prosedur ini juga dapat disebut sebagai komputerisasi
(8)
aksial tomografi (CAT) . CT scan leher dengan atau tanpa kontras
18
Jika ada operasi pengangkatan kanker sebagai bagian dari perawatan, ahli
patologi akan menganalisis tumor dan setiap kelenjar getah bening yang diangkat.
Kemudian akan dilakukan tahap patologis.
Ada juga sejumlah prefiks huruf kecil lainnya yang mungkin digunakan
dalam stadium kanker Anda.
tis Karsinoma in situ (atau displasia berat); ini berarti ada kanker jenis sel,
namun mereka belum menyerang jauh ke dalam jaringan. Ini lebih dari lesi
pra-kanker.
T2 Tumor ini lebih dari 2 cm tetapi kurang dari atau sama dengan 4 cm dalam
dimensi terbesar.
T3 Tumor ini lebih dari 4 cm dalam ukuran besar atau telah tumbuh menjadi sisi
lidah epiglotis.
21
T4a Hal ini cukup maju penyakit lokal. tumor telah tumbuh menjadi laring, di
luar otot lidah, langit-langit keras, tulang rahang bawah dan / atau otot
pterygoideus medial.
Ini
T adalah penyakit lokal yang sangat canggih. tumor telah menyerang ke
4b otot pterygoideus lateral, piring pterygoideus, hingga sisi nasofaring, ke
dasar tengkorak atau sepenuhnya di sekitar arteri karotis.
N1 Ada satu simpul, pada sisi yang sama dari tumor utama, yaitu 3 cm atau
kurang dalam ukuran besar.
N2a Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening, pada sisi yang sama
dengan tumor utama, dan itu lebih dari 3 cm tetapi kurang dari atau sama
dengan 6 cm dalam dimensi terbesar.
N2B Ada beberapa kelenjar getah bening yang terkena kanker, di sisi yang sama
dengan tumor utama, tetapi tidak ada yang lebih dari 6 sentimeter dalam
ukuran.
N2 Ada kelenjar getah bening di leher di kedua sisi yang berlawanan sebagai
C kanker utama atau di kedua sisi leher, tetapi tidak ada yang lebih dari 6
sentimeter.
N3 Ada menyebar ke satu atau lebih kelenjar getah bening leher, dan ukuran
lebih besar dari 6 cm.
M0 Tidak ada bukti yang jauh (di luar kepala dan leher) yang tersebar.
M1 Ada bukti dari penyebaran di luar kepala dan leher (misalnya, di paru-paru,
tulang, otak, dll).
23
Stadium kanker
tahap I T1 N0 M0
tahap II T2 N0 M0
tahap III T3 N0 M0
T1 N1 M0
T2 N1 M0
T3 N1 M0
tahap T4a N0 M0
IVA
T4a N1 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N2 M0
T4a N2 M0
STAGE KLINIK
Contoh
Situs Orofaring
cT CT3
cN CN1
cM CM0
cStage CIII
* The huruf kecil subscript c menunjukkan bahwa ini adalah STAGE KLINIK,
tahap ditetapkan berdasarkan semua informasi yang tersedia dengan dokter Anda sebelum
memulai pengobatan.
Setelah operasi, Anda harus mendapatkan tahap patologis tumor Anda. Ini akan
terlihat hampir seperti tahap klinis yang Anda terima sebelum memulai pengobatan, tetapi
melihat "p" yang menunjukkan kelompok tahap didasarkan pada analisis dari seluruh tumor,
dengan atau tanpa kelenjar getah bening, di bawah mikroskop oleh ahli patologi. Dalam
banyak kasus, tahap patologis akan sama dengan stadium klinis, tapi kadang-kadang akan
berubah.
25
Setelah operasi, dan setelah ahli patologi telah mengevaluasi semua tumor yang
telah dihapus, Anda harus diberikan tahap patologis yang terlihat seperti ini:
Tabel 2.8. STAGE patologis
STAGE patologis
Contoh
Situs Orofaring
pT PT3
pN pN2b
cM CM0
pStage Piva
* The huruf kecil subscript p menunjukkan bahwa ini adalah STAGE patologis,
tahap ditetapkan setelah pengangkatan tumor dan konfirmasi kanker oleh ahli patologi.
* Perhatikan juga bahwa tahap M biasanya klinis, berdasarkan semua data yang
tersedia tanpa benar-benar menganalisis jaringan apapun.
2.2.8. Penatalaksanaan
Tumor yang meluas ke inferior ke dasar lidah dan ke superior pada palatum mole. Jika
tumor kecil (T1,T2,N0) mungkin diatasi dengan penyinaran, sedangkan tumor yang besar
(T3,T4) memerlukan reseksi pembedahan, seringkali disertai terapi radiasi sebelum dan pasca
operasi. Lesi-lesi yang kecil dengan metastasis yang dapat dipalpasi biasanya diatasi dengan
reseksi pembedahan dan penutupan primer. Reseksi ini dianggap sebagai tindakan gabungan.
Flap lidah lateral, dahi, otot kulit, atau servikal dapat menutup cacat yang besar (5).
1. Pembedahan
Karsinoma tonsil seringkali bermetastasis ke segitiga digastric atau kelenjar getah
bening jugularis bagian atas yang dikenal sebagai kelenjar getah bening tonsil. Karena
metastasis dini dari lesi yang berukuran sedang, pembedahan leher biasanya termasuk dalam
tindakan pembedahan. (5)
Indikasi (10):
high risk occult cervical metastasis
teraba KGB leher secara klinis
26
2. Radioterapi
Biasa dilakukan setelah operasi, banyak pasien menjalani radiasi untuk membunuh
jaringan kanker yang tersisa.
3. Kemoterapi
Jika tumor tonsil stadium III atau IV, cenderung membutuhkan kemoterapi.
Rasa sakit
Xerostomia
Infeksi
Penyembuhan luka yang buruk
Disfagia
Pembentukan fistul
Trismus
Insufisiensi velopharingeal
Potensi kecacatan
Kelelahan
Keluarga harus memahami komplikasi tersebut sebelum melanjutkan pengobatan.
27
2.2.10. Prognosis
Prognosis ditentukan berdasarkan tingkat ketahan pasien selam 5 tahun dari
pengobatan karsinoma sel squamous daerah tonsil sebagai berikut (11):
Stage I – 80%
Stage II – 70%
Stage III – 40%
Stage IV – 30%
Kelangsungan hidup dari karsinoma tonsil secara historis dianggap buruk, terutama
untuk stage III dan IV. Namun, literatur yang lebih baru telah menunjukkan hasil
yang menjanjikan dengan terapi bedah karsinoma tonsil bahkan untuk stadium yang
lanjut. Moore dkk melaporkan sebanyak 94% bertahan hidup pada stadium III dan IV
karsinoma tonsil yang diobati dengan reseksi transoral dan terapi adjuvan. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa pasien yang diobati dengan tepat dapat
memiliki kelangsungan hidup yang baik, meskipun secara historis hasilnya buruk (12)
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Tumor tonsil di klasifikasikan menjadi 2 yaitu tumor tonsil jinak dan tumor
tonsil ganas.
Tonsil menjadi lokasi yang paling umum untuk terjadinya keganasan dari
orofaring. Keganasan tersebut meliputi karsinoma sel skuamosa tonsil dan limfoma
maligna. National Cancer Institute di Amerika Serikat, melaporkan bahwa pada
tahun 1991 terdapat 6 juta penderita tumor ganas. Dari seluruh tumor ganas tersebut,
insidens karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa sebanyak 600.000
penderita. Tercatat pula jumlah penderita tumor ganas kepala dan leher sebanyak
78.000 orang, lebih dari 75% adalah karsinoma sel skuamosa.
3.2.Saran
Bila seseorang menemukan gejala – gejala seperti kesulitan menelan, sakit
tenggorokan persisten, atau ada benjolan di tenggorokan / leher sebaiknya segera
memeriksakan diri ke dokter karena bila terdiagnosa adanya suatu tumor ganas maka
prognosisnya pada stadium awal sangat baik
28
Daftar Pustaka
29
. 8. Anonim. Tonsil Cancer. CEDARS-SINAL. [Online] [Dikutip: 3 Maret 2017.]
https://www.cedars-sinai.edu/Patients/Health-Conditions/Tonsil-
Cancer.aspx.
9. A rational approach to pulmonary screening in newly diagnosed head and
neck cancer. Loh, KS, et al. November 2005, Head Neck., hal. 990-4.
10. Diseksi Leher Pada Kanker Kepala Leher. Pasaribu, EMIR Taris. 16, s.l. :
USU, September 2006, MAJALAH KEDOKTERAN NUSANTARA, Vol.
39.
11. Niels, Kokot MD. Malignant Tonsil Tumor Surgery Treatment & Management.
[Online] 16 Maret 2016. [Dikutip: 2 Maret 2017.]
http://emedicine.medscape.com/article/848034-treatment#showall.
12. Transoral resection of tonsillar squamous cell carcinoma. Moore, EJ, et al.
s.l. : Laryngoscope, Maret 2015.
30