.1-..
ETIKA AKADEMIK
Oleh:
Disampaikan
Di hadapan Para Staf
Pengajar
Fakultas Pertanian UPN "Veteran" Yogyakarta
Pada hari Rabu, .19 Nopember 2003
ETIKA
AKADEMIK1
Oleh:
Dr. Achmad
Dardiri
(Staf Pengajar pada Fakultas Ilmu Pendidikan UNY)
1
Makalah ini disampaikan di hadapao para staf pengajar Fakultas Perta•
nian UPN "Veteran"Yogyakarta pada hari Rabu, tanggal 19 Nopember 2003.
2
Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat Buku IV (Jakarta: Bulan Bintang,
1978), hlm.512
3
Pusat Bahasa Departemen Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hlm. 18.
kaitannya dengan rnasalah ilrnu pengetahuan di perguruan/
pendidikan tinggi.
4
Isprajin Brotowibowo dkk., Sistem Pendidikan Tinggi di Indonesia,
(Jakarta: Yayasan Swadaya, 1995), hlm. 10.
5
Ibid.
6
Ibid.
2
peraturan pernerintah yang baru yang rnerinci dan rnenjelaskan
undang-undang sisdiknas yang baru belurn diterbitkan.
Dalarn PP nornor 30 tahun 1990 pasal 17 ayat (1)
�1° 1takan bahwa kebebasan akadernik rnerupakan kebebasan
yang dirniliki anggota sivitas akadernika untuk secara
ber�anggung jawab dan rnandiri rnelaksanakan kegiatan
akadernik yang terkait dengan pendidikan dan pengernbangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam ayat (2) dinyatakan bahwa pirnpinan perguruan
tinggi rnengupayakan dan rnenjarnin agar setiap anggota
_ � akadernika dapat rnelaksanakan kebebasan akadernik
dalarn rangka pelaksanaan tugas dan fungsinya secara rnandiri
sesuai dengan aspirasi pribadi dan dilandasi oleh norrna dan
kaidah keilrnuan.
Dalam ayat (3) dinyatakan bahwa dalarn rnelaksanakan
kegiatan akadernik sebagairnana dirnaksud dalarn ayat (1),
Q0�iap anggota sivitas akadernika harus rnengupayakan agar
_an serta hasilnya tidak rnerugikan pelaksanaan
kegiatan akadernik perguruan tinggi yang
bersangkutan.
Dalam ayat (4) dinyatakan bahwa dalarn rnelaksanakan
kebebasan akadernik dan kebebasan rnirnbar akadernik
setiap
anqaota sivitas akadernika harus bertanggung jawab secara
�, .d i atas pelaksanaan dan hasilnya sesuai dengan norrna
dan kaidah keilrnuan.
Pada Pasal 18 ayat (1)· dinyataan bahwa kebebasan
,1 1 Jr akadernik berlaku sebagai bagian dari kebebasa
axaderm k yang rnernungkinkan dosen rnenyarnpaikan pikiran n dan
pendapat di perguruan tinggi yang bersangkutan sesuai
dengan norrna dan kaidah keilrnuan.
Dalarn ayat (2) dinyatakan bahwa perguruan tinggi dapat
rnengundang tenaga ahli dari luar perguruan tinggi yang
bersangkutan untuk rnenyarnpaikan pikiran dan pendapat sesuai
dengan norrna dan kaidah keilrnuan dalarn rangka pelaksanaan
kebebasan akadernik.
Pada pasal 19 ayat ( 1) dinyatakan bahwa pelaksanaa
kebebasan akadernik dan kebebasan rnimbar akadernikn diarahkan
untuk rnemantapkan terwujudnya pengernbangan ilrnu pengetahuan
dan teknologi serta pernbangunan nasional.
Dalarn ayat (2) dinyatakan bahwa dalarn rnerurnuskan
pengaturan pelaksanaan kebebasan akadernik dan kebebasan
rnirnbar akadernik senat perguruan tinggi harus berpedornan
pada ketentuan sebagairnana dirnaksud dalarn ayat (1).
Pada pasal 20 ayat ( 1), ( 2) dan ( 3) secara rinci
rnenj elaskan pengertian otonomi keilrnuan. Dal am ayat ( 1)
dinyatakan bahwa otonorni keilrnuan rnerupakan kegiatan
keilmuan yang berpedornan pada norrna dan kaidah keilrnuan
yang harus ditaati oleh para anggota sivitas akadernika.
3
....
otonomi keilmuan.
Etika Akademik
4
7
Redaksi Sinar Grafika (Ed.), Undang-undang Sistem Pendidian
Nasional (UU RI No. 2 Th. 1989) dan Peraturan Pelaksanaannya
(Jakarta: Sinar Grafika, 1995), hlm. 124-125.
4
i<eJJe .ar an sebagaimana adanya itu baik, tetapi lebih baik
lagi bila mengungkapkan kebenaran tersebut secara arif.
"8
Permasalahan dalam etika akademis, menurut Parsudi Supar-
1 .r, sebenarnya berintikan kejujuran, yang hanya mungkin
terwujud bila didukung oleh kebenaran, kebebasan, dan
kearifan. Kej uj uran, kebenaran dan kebebasan tidak mungkin
dapat terwujud bila tidak ada kemandirian dari dosen
dan
mahasiswa dalam kegiatan-kegiatan akademis mereka
masing• masing. Sedangkan kearifan muncul dalam
hubungan-hubungan yang terjadi di antara sesama profesi
akademis dan dengan Htcu,,..L_,_3wa atau umum, yang menuntut
untuk terwujudnya saling menghargai, yakni saling
menghargai kelebihan kemampuan masing dan bersamaan
dengan itu menutupi atau
. «a r kan kekurangan pihak lainnya. 9
Pandangan Parsudi Suparlan di atas, juga pandangan
�, _, _, ahli berikut ini diharapkan dapat menambah kej elasan
�ai rumusan dan gambaran umum etika akademik yang
LJa.Lauykali ingin dan akan dirumuskan oleh sivitas akademika
r, 1 ,1 tas Pertanian UPN "Veteran" Yogyakarta.
Prof. Andi Hakim Nasution dalam sebuah
kesempatan, pernah memberikan pedoman kerja bagi para
ilmuwan, dosen,
yang juga harus melakukan penelitian, yakni sebagai
De.1...1..,.;..ut:
1. Bekerjalah dengan jujur.
2. Jangan sekali-kali
menukangf·data.
alulah bertindak tepat, teliti, dan cermat.
4. Berlakulah adil terhadap pendapat orang lain yang
muncul terlebih dahulu.
5. Jauhilah pandangan berbias terhadap data dan pemikiran
orang lain.
6. Janganlah berkompromi tetapi usahakanlah
menyelesaikan permasalahan secara tuntas.
Kejujuran pada point pertama adalah kejujuran
dalam pengertian yang sebenar-benarnya, yaitu: tidak
menggunakan
hasil pemikiran atau temuan ataupun teori yang dimiliki
sarjana lain yang sudah ada atau terlebih dahulu, tanpa
menyebutkan namanya sebagai acuannya untuk mengakui karya•
karyanya. Masalah ini, menurut Parsudi Suparlan, yang
tersulit untuk kita atasi dalam kehidupan akademis di
Indonesia, karena kita terbiasakan untuk menghafal, yakni
menghafal kata-kata dan pendapat guru. Kita mengulang kata�
5
8
Parsudi Suparlan, "Kata pengantar" dalam terjemahan buku karya Edward
Shils, Etika Akademis, yang diterjemahkan oleh A. Agus Nugroho (Jakar•
ta: Yayasan Obor Indonesia, 1993), hlm. xiii.
9
Ibid.
6
)
· 1. I .
·-.. ·'
tradisi i<:E;1-_1_n uan yang sudah berj alan lama ini tetap
terpelihara dan
di taati oleh si vi tas akademikanya. Jug a, dimaksudkan
agar
pelaksanaan dan hasil-hasil dari kegiatan keilmuan
di perguruan tinggi tetap dapat dipertanggung jawabkan
baik
secara akademik maupun secara moral kepada Tuhan dan
masyarakat.
7
JOIbid.
11
Imam Barnadib, Kode Etik Akademik (Telaah Deskripsi Awal)
Yogyakarta: Yayasan Penerbit Tamansiswa, 2002), hlm. 13-14.