Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH KEPERAWATAN KOMUNITAS DAN KRLOMPOK KHUSUS

DI INDONESIA

Disusun Oleh :
VELANI ANALAN NAJAH
P1337420619109

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2019
SEJARAH PERKEMBANGN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Peran perawat kesehatan komunitas sangat bervariasi dan menantang. Peran


perawat berkembang sejak abad ke 19 yang berfokus lebih banyak kearah kondisi
lingkungan seperti sanitasi, control penyakit menular pendidikan higiene personal,
pencegahan penyakit dan perawatan keluarga yang sakit dirumah. Meskipun diketahui
bahwa permasalahan yang mengancam adalah penyakit menular tetapi hal-hal yang
berkaitan dengan lingkungan, penyakit kronis, dan peroses penemuan juga perlu
diperhatikan
Sejarah perkembangn dan perubahan yang terjadi pada perawatan komunitas
meliputi beberapa area penting yaitu :
1. Evaluasi keadan kesehatan dari bunua barat sejak zaman pra sejarah sampai saat
ini
2. Evaluasi dari perawatan kesehatan moderen termasuk keperawatan public
3. konsekuensi untuk kesehatan secara keseluruhan
4. tantanan dalam keperawatan komonitas.

1) Evaluasi kesehatan dunia barat


Didalam riwayat kesehatan dikatan bahwa sejak jaman prasejarah telah
dilaksanakan kegiatan-kegiatan yang terorgainisir, seperti pencegahan penyakit
menular , memperpanjang usia san meningkatkan kesehatan. Menurut polger (
1964) riwayat penyakit pada manusia dapat dibagi dalam lima tahapan yaitu :
a. Tahap mencari dan mengumpulkan
Pada tahap ini masyarakat jarang terkena penyakit menular kaerena
mereka berjauhan tidak menetap dan tidak ada kontak dengan kelompok
lain yang sedang sakit.
b. Tahap menghuni tetap di suatu tempat atau daerah
Permasalahan muncul berkaitan dengan perubahan gaya hidup penyakit
atau permasalahan kesehatan yang timbul bekaitan dengan kedekatanya
pada binatang peliharan seperti terjangkitnya salmonela
anthrax,tuberkolosis.

2
c. Tahap Kota Pra –indsustri
Masalah yang berkaitan dengan penyebaran penyakit lewat udara juga
mulai berkembang karena adanya kontak insdividu dengan masyarakat
lain. Hal lain adalah indemik seperti influenza, cacar, campak dan
parotitis peyakit lain yang muncul adalah sifilis merupakan penyakit seks
yang sulit diobati dan permasalahan yang muncul berkaitan dengan
tenaga kerja yang terkena racun seperti proses peleburan baja.
d. Tahap kota insdustri
Selama abad ke 18 dan 19 terjadi epidemi penyakit menular seperti
cacar, demam tiroid, tifuss, campak, malaria dan demam penyakit
kuning. epidemi penyakit saluran pernapasan terjadi karena belum
adanya imunisasi untuk pencegahan.

2) Evaluasi perawatan kesehatan


a. Zaman sebelum yunani
Tampat penyembuhan atau perawatan dilakukan di candi atau tempat
ibadah dengan cara yang masih peremitif setelah mesir, lebih kurang 100
tahun sebelum masehi telah dikenal adanya perinsif observasi dan
pengetahuan berdasarkan pengamatan masyarakat telah mengembangkan
berbagai sistem seperti persiapan obat-obatan, sistem pengairan dan
pengawetan manusia yang telah meninggal dengan rempah-rempah dan
zat kimia.
b. Zaman Yunani
Berawal sari pendapat yunani tentang kesehatan adalah suatu keadan
yang harmonis antara alam dan masyarakat. Masyarakat memberi
pelayanan kesehatan sebagai ujud dari suatu pertanggung jawaban
dengan mengacu pada peraktik kedokteran. Oleh karena itu perlu adanya
kode etik kedokteran selain itu ditanamkan pentingnya manusia intuk
mempertahankan kebersihan diri, latihan diet dan sanitasi.
c. Zaman Kaisar romawi

3
Ada beberapa perbedan-perbedan antara zaman romawi dan zaman
yunani . Pada zaman yunani ide lebih banyak brsifat pragmatic aplikatif
dari pada observasi dan penelitian untuk melahirkan ilmu baru
sedangkan pada zaman romawi lebih diwarnai dengan administrasi dan
bangunan penunjang yang sesuai pada era ini pengobatan dipandang
sebagai hal yang perlu diramalkan didepan agar sesuai dengan situasi
dan kondisi masyarakat yang ada.

d. Zaman Reneissance
Zaman ini merupakan petunjuk jalan adanya periode baru dalam sejarah
selama kebangkitan pengetahuan pada tabel ini terdapat adanya
perubahan desain teknologi untuk pengobatan epidemi yang dijadikan
daya dorong serta pertumbuhan pada jaman ini.
Tabel sejarah perkembangan kesehatan dan keperawatan komonitas (
1600-1685 ) :

Tahun Sejarah
1601 Penulisan rendahnya tentang hokum
oleh WElizabwetn
1617 Pemberian bantuan orang orang
miskin sdi Stvincents de paul perancis
oleh blarat dsan organisasi masyarakat
1789 Berdirinya separtemen kesehatan di
baltimore
1812 Birawati menunjukan belas kasihan
pada orang-orang miskin dengan
mengunjunginya
1813 Adanya perkumpulan wanita yang
baik hati untuk menggalang dana
1855 Tempat karang tina pwenyakit TBC
dibangun di New Orlean
1860 Berdiri sekolah perawat yang

4
diinginkan oleh florenxce
1864 Nightingale dirumah sakit S
Tomas london lahirnya palang merah.

e. zaman ini kota menjadi bersih, Mempunyai tempat pembuangan sampah


yang baik serta suplai air bersih yang cukup.
f. Zaman colonial
Tindakan-tindakan masyarakat pada awal mas colonial ini adalah
pengumpulan data, peningkatan sanitas, dan menghindari penyakit-
penyakit asing yang terbawa dalam rote perdagangan.

3) Perawatan Moderen
Selama pertengahan abad Ke 19 florenc nightingale menunjukan kesungguhan
kerjanya denagn cara mengawali kebentukan perawat moderen. Ia juga
mendirikan sekolah perawat jasa-jasa yang disumbangkan oleh dia antara lain
adalah memperingati ketentaran, memdirikan usaha kesehatan masyarakat atas
kerja sama dengan wiliam rathbone seorang pengusaha catatan dari rumah sakit
yang isinya tentang kekurangan dan perbaikan yang dilakukan dirumah sakit,
catatan perawat untuk memperbaiki prinsip-prinsip dasar dalam keperawatan.

SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI INDONESIA

5
Perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia dimulai pada abad ke-16,yaitu
dimulai dengan adanya upaya pembatasan penyakit cacar dan kolera yang sangat
ditakuti oleh masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke indonesia tahun 1927, dan
pada pada tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk
ke indonesia melalui singapura dan mulai berkembang di indonesia, sehingga berawal
dari wabah kolera tersebut pemerintah Belanda (pada waktu itu indonesia dalam
penjajahan Belanda) melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Gubernur Jendral
Deandles pada tahun 1807 telah melakukan upaya pelatihan dukun bayi dalam praktik
persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan angka kematian bayi dalam
praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan angka kematian bayi
(infan mortality rate) yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama, akibat
langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian di tahun 1930, program ini dimulai
lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat
persalinan.pada tahun 1851 berdiri sekolah dokter jawa oleh dr. Bosch dan dr. Blekker-
kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer di indonesia. Sekolah ini dikenal dengan
nama STOVIA (SCHOOL Tot Oplelding van Indiche Arsten) atau sekolah pendidikan
dokter pribumi. Pada tahun 1913 didirikan sekolah dokter yang ke-2 di S urabaya
dengan nama NIAS ( Nederland Indische Artsen School). Pada tahun 1927 STOVIA
berubah menjadi sekolah kedokteran dan sejak berdirinya universitas indonesia tahun
1947, STOVIA berubah menjadi Fakulitas Kedokteran Universitas Indonesia.
Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia juga ditandai
dengan berdirinya pusat laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888- tahun 1938
pusat laboratorium ini berubah menjadi lembaga Eykman. Selanjutnya, laboratorium6
laboratorium lain juga didirikan di kota-kota seperti medan, Semarang, makasar,
surabaya, dan Yokyakarta dalam rangka menunjang pemberantasan penyakit malaria,
lepra, cacar serta penyakit lainnya. Bahkan lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.
Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke indonesia dan tahun 1933-1935 penyakit
ini menjadi epidemis di beberapa tempat, terutama dipulau jawa. Pada tahun 1935
dilakukan program pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan
DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan vaksinasi masal. Tercatat sampai pada tahun
1941, 15 juta orang telah di vaksinasi. Pada tahun 1945, hydrich- seorang petugas

6
kesehatan pemerintah Belanda- melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya
angka kematian dan kesakitan di Banyumas purwokerto. Dari hasil pengamatan dan
analisisnya, disimpulkan bahwa tingginya angka kesakitan dan kematian dikedua daerah
tersebut dikarenakan buruknya kondisi sanitasi lingkungan, masyarakat buang air besar
di sembarangan tempat, dan pengguna air minum dari sungai yang telah tercemar.
Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa rendahnya sanitasi lingkungan dikarenakan
perilaku penduduk yang kurang baik, sehingga Hydrich memulai upaya kesehatan
masyarakat dengan mengembangkan daerah percontohan, yaitu dengan cara melakukan
promosi mengenai pendidikan kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich ini dianggap
sebagai awal kesehatan masyarakat di indonesia.
Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak perkembangan kesehatan
masyarakat di Indonesia adalah saat diperkenalkannya Konsep Bandung ( Bandung
plane) pada tahun 1951 oleh dr. Y. Leimena dan dr.Patah-yang selanjutnya dikenalkan
dengan nama Patah-Leimena. Dalam konsep ini,diperkenalkan bahwa dalam upaya
pelayanan kesehatan masyarakat ,aspek preventif dan kuratif tidak dapat dipisahkan.
Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, kedua aspek ini
tidak boleh dipisahkan, baik dirumah sakit maupun dipuskesmas. Selanjutnya pada
tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat oleh dr. Y. Susanti
dengan berdirinya proyek Bekasi ( lemah abang ) sebagai proyek percontohan/ model
pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di indonesia dan sebagai
pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini juga menekankan pada pendekatan tim
dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep
pelayanan terpadu ini, terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat.
1.Sumatra utara : indrapura 7
2.Lampung
3.Jawa Barat: Bojong Loa
4.Jawa tengah : Sleman
5.Yokyakarta : Godean
6.Jawa timur : Mojosari
7.Bali : Kesiman
8.Kalimantan Selatan : Barabai

7
Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang
ini. Pada bulan november 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan
program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat
indonesia, yaitu mengenai konsep puskesmas- yang dipaparkan oleh dr. Achmad
Dipodilogo- yang mengacu pada konsep Bandung dan proyek Bekasi. Dalam seminar
ini telah disimpulakan dan disepakati mengenai sistem puskesmas yang terdiri atas tipe
A,B, dan C. Akhirnya pada pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional,
dicetuskan bahwa puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan terpadu,
yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah ( Departemen Kesehatan ) menjadi
pusat pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas).
Puskesmas disepakati sebagai suatu unit yang memberikan pelayanan kuratif dan
preventif secara terpadu, menyeluruh, dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja
kecamatan atau sebagian kecamatan di kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini terdepan
pembangunan kesehatan, puskesmas diharapkan selalu tegar. Untuk itu,
diperkenalkanlah program untuk selalu menguatkan puskesmas (strengthening
puskesmas). Di negara berkembang seperti Indonesia, fasilitas kesehatan berlandaskan
masyarakat disarankan lebih efektif dan penting.
Departemen kesehatan telah membuat usaha intensif untuk membangun
puskesmas yang kemudian dimasukkan ke dalam master plan untuk operasi penguatan
pelayanan kesehatan nasional. Kegiatan pokok dalam program dasar dan utama
puskesmas mencakup 18 kegiatan, yaitu :
1.Kesehatan ibu dan anak (KIA)
2.Keluarga berencana (KB) 8
3.Gizi
4.Kesehatan Lingkungan
5.Pencegahan dan Pemberantasan penyakit menular serta imunisasi,
6.Penyuluhan kesehatan masyarakat
7.Pengobatan 8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
8.Perawatan kesehatan masyarakat
9.Kesehatan gigi dan mulit
10. Usaha kesehatan jiwa
11. Optometri

8
12. Kesehatan geriatrik
13. Latuhan dan olahraga
14. Pengembangan obat-obatan tradisional
15. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
16. Laboratorium dasar
17. Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan.
Pada tahun1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu puskesmas
tipe A yang dikelola oleh dokter dan puskesmas tipe B yang dikelola oleh seorang
paramedis. Dengan adanya perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979btidak
diadakan perbedaan puskesmas tipe A atau tipe B- hanya ada satu puskesmas saja, yang
dikepalai oleh seorang dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan puskesmas mulai
mengalami perubahan tahun 2000, yaitu puskesmas tidak harus dipimpin oleh seorang
dokter,tapi dapat juga dipimpin oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat. Hal ini tentunya
diharapkan dapat membawa perubahan yang positif,dimana tenaga medis lebih
diarahkan pada pelayanan langsung pada klien dan tidak disibukkan dengan urusan
administratif/manajerial, sehingga mutu pelayanan dapat ditingkatkan. Di provinsi Jawa
9 Timur misalnya, sudah dijumpai kepala puskesmas dari lulusan sarjana kesehatan
masyarakat seperti di kabupaten Gresik, Bojonegoro, dan lain sebagainya. Pada tahun
1979 dikembangkan satu peranti manajerial guna penilaian puskesmas, yaitu stratifikasi
puskesmas,sehingga dibedakan adanya :
1. Strata 1, puskesmas dengan prestasi sangat baik
2. Strata 2 , puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar
3. Strata 3 , puskesmas dengan prestasi dibawah rata-rata
Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk perencanaan
dan lokakrya mini untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim.
Pada tahun 1984, tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangnya
program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana (posyandu) yang mencakup
kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, gizi, penanggulangan penyakit diare, dan
imunisasi. Sampai dengan tahun 2002, jumlah puskesmas di Indonesia mencapai 7.309.
hal ini berarti 3,6 puskesmas per 100.000 penduduk atau satu puskesmas melayani
sekitar 28.144 penduduk. Sementara itu, jumlah desa di Indonesia mencapai 70.921
pada tahun 2003, yang berarti setidaknya satu puskesmas untuk tiap sepuluh desa-

9
dibandingkan dengan rumah sakit yang harus melayani 28.000 penduduk. Jumlah
puskesmas masih teus dikembangkan dan diatur lebih lanjut untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan yang prima. Jumlah puskesmas masih jauh dari memadai,
terutama di daerah tepencil. Diluar jawa dan sumatra, puskesmas harus menangani
wilayah yang uas,( terkadang beberapa kali lebih luas dari satu kabupaten di Jawa)
dengan jumlah penduduk yang lebih sedikit. Sebuah puskesmas terkadang hanya
melayani 10.000 penduduk. Selain itu, bagi sebagian penduduk puskesmas terlalu jauh
untuk dicapai.
1. Pasca Perang Kemerdekaan Pelayanan prefentif mulai dipikirkan guna
melengkapi upaya (pelayanan) kuratif, serta lahirnya konsep Bandung Plan
sebagai embrio dr konsep Puskesmas.
2. Tahun 1960 Terbit Undang-Undang Pokok Kes No. 9 Th 1960 tentang Pokok-
Pokok Kes. “Tiap-tiap warga negara berhak mencapai derajat kes yg setinggi-
tingginya dan wajib diikut sertakan dlm kegiatan yg diselenggrakan oleh
pemerintah”
3. Pelita I Dimulai Pelayanan kesehatan melaui puskesmas 4. Pelita II Mulai
dikembangkan PKMD, sebagai bentuk oprasional dari Primary Health Care
(PHC). Pd saat ini juga mulai timbul kesadaran utk keterlibatan partisipasi masy
dlm bidang kes.
4. Pelita III Lahir SKN th 1982, menekankan pada; Pendekatan kesistem
Pendekatan kemasyarakat Kerja sama lintas program (KLP) & lintas sektoral
(KLS) Peran serta masyarakat Menekankan pd pendekatan promotive &
prefentive.
5. Pelita IV PHC / PKMD diwarnai dgn prioritas utk menurunkan tingkat kematian
bayi, anak & kan tingkat kelahiran,ibu serta me & menyelenggarakan program
posyandu di tiap desa.
6. Pelita V peningkatan mutu posyandu, melaksanakan Panca Krida Posyandu serta
Sapta Krida Posyandu.
7. Menjelang Th 2000 (th 1998) Pergeseran visi pembangunan kesehatan di
Indonesia, yg semua menganut paradigma sakit menjadi paradigama sehat. Visi
pembangunan kes dewasa ini adalah “Indonesia Sehat th 2010” dgn misi sebagai
berikut:

10
a. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
b. Mendorong kemandirian masyarakat utk hidup sehat
c. Memelihara meningkatkan yankes yg bermutu, merata & terjangkau.
d. meningkatkan kes individu, keluarga.
e. Memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat & lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Global Health Initiative (2008). Why Global Health Matters . Washington, DC:

FamiliesUSA.

http://mahmudahcity.blogspot.com/2011/06/sejarah-perkembangan-keperawatan.html

http://keperawatankomunitas.blogspot.com/2010/07/asuhan-keperawatan-

komunitas.html

Organisasi Kesehatan Dunia dan Transisi Dari "Internasional" Kesehatan "Global"

Publik. Brown et al, AJPH:. Jan 2006, Vol 96, No 1. http://www.ajph.org/cgi/reprint

https://sehati11022012.blogspot.com/2013/11/sejarah-keperawatan-komunitas.html

11
Iqbal Mubarak,W.2009.Ilmu Keperawatan Komunitas.jakarta:Salemba Medika

Anderson Elizabeth. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik. Edisi

3.EGC.Jakartas

12

Anda mungkin juga menyukai