Anda di halaman 1dari 9

BAB III

PERAN SISTEM AMR DALAM MENURUNKAN SUSUT /


LOSSES DISTRIBUSI

Pada bab ini akan dibahas peran sistem AMR dalam upaya penurunan susut
/ losses distribusi. Perlu kita ketahui manfaat yang dapat diperoleh dengan
menggunakan sistem AMR dalam hal penurunan susut adalah sebagai berikut :
• Pembacaan meter secara real time dan akurat
Dengan menggunakan AMR maka kemungkinan kesalahan pembacaan meter
dapat dihindari, karena hasil pembacaan meter langsung dikirim ke server dan
tidak perlu entri secara manual. Selain itu kemungkinan adanya selisih tanggal
baca juga dapat dihindari karena pembacaan meter dilakukan secara otomatis
oleh sistem AMR sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dalam sistem.
• Mendeteksi dini pemakaian energi listrik secara ilegal atau tidak wajar
Pada sistem AMR data disajikan secara lengkap, baik hasil tegangan, arus,
energi, serta diagram phasor.Berdasarkan data-data tersebut dapat terlihat jika
memang terdapat kelainan/ketidaksesuaian pengukuran pada pelanggan.
Pelanggan yang mengalami hal tersebut akan dijadikan target operasi untuk
pemeriksaan lapangan sehingga dapat diketahui secara pasti apakah pelanggan
tersebut melakukan pencurian atau memang dari sisi pengukuran yang
mengalami kelainan/kerusakan.

3.1. Menentukan Target Operasi P2TL dengan Menggunakan AMR


Dalam pelaksanaan Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) perlu dilakukan
pencarian target operasi pelanggan mana yang memiliki indikasi pencurian atau
ketidaksesuaian. Sebelum digunakannya sistem AMR, penentuan target operasi
dilakukan dengan mengevaluasi data historis pembacaan meter secara manual untuk
menentukan jam nyala pada pelanggan.
Pada sistem AMR data yang disajikan lebih lengkap dan detil. Bukan hanya jam
nyala saja yang bisa diperoleh, melainkan juga diagram phasor, maupun besaran-
besaran arus dan tegangan masing-masing fasa. Data-data tersebut dapat dievaluasi

http://digilib.mercubuana.ac.id/
lebih lanjut untuk menentukan kelainan atau pelanggaran yang terjadi pada pelanggan.
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut dapat ditentukan apakah pelanggan bisa dijadikan
target operasi P2TL atau tidak.Data target operasi yang diperoleh dari AMR lebih
akurat, karena data yang disajikan lebih lengkap dan detil sehingga indikasi kelainan
maupun pelanggaran yang dilakukan dapat diketahui sebelum pemeriksaan ke lapangan
(Putri dan Subari, 2014).
Berikut pengelompokan temuan P2TL 2014
CT
TERBAKAR/GANGGUAN
CT BERMASALAH 12 TEMUAN
13 TEMUAN
CT TIDAK TERPASANG
1 TEMUAN

FUSE KIT PUTUS / LOSS


KONTAK
PT DAN FUSE KIT 7 TEMUAN
BERMASALAH
13 TEMUAN FUSE TM PT PUTUS
6 TEMUAN

KUBIKEL PT OFF
1 TEMUAN
KUBIKEL RUSAK
2 TEMUAN
KUBIKEL PT RUSAK
1 TEMUAN

STOP MEASUREMENT
KELAINAN 4 TEMUAN
METER
50 TEMUAN BERMASALAH
5 TEMUAN GAGAL KOMUNIKASI
1 TEMUAN

PENGAWATAN CT/PT LOSS


KONTAK DI TERMINAL
3 TEMUAN

PENGAWATAN CT/PT PUTUS


AKIBAT BINATANG
PENGAWATAN 1 TEMUAN
PUTUS
P2TL KD 2014 10 TEMUAN PENGAWATAN CT/PT
53 TEMUAN PUTUS AKIBAT KORONA
5 TEMUAN
PENGAWATAN NETRAL
PUTUS
1 TEMUAN

SALAH WIRING PENGAWATAN TERBALIK


6 TEMUAN 6 TEMUAN

P3 & P4
1 TEMUAN
PELANGGARAN
3 TEMUAN
P2
2 TEMUAN

Gambar 3.1 Diagram Pengelompokan Temuan P2TL

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar temuan tim P2TL
merupakan kategori kelainan. Kelainan dapat terjadi pada alat pembatas maupun
alat pengukuran. Penyebabnya pun bermacam – macam, bias dikarenakan usia
pakai alat tersebut, kerusakan, factor alam, bahkan karena factor kesengajaan.
Berikut adalah Tabel jumlah pemeriksaan tim P2TL selama satu semester :
Tabel 3.1 Tabel Jumlah Pemeriksaan

Gambar 3.1 Perbandingan antara pemeriksaan dan yang menjadi temuan


Dari Tabel hasil pemeriksaan dapat dikelompokkan pelanggan yang melakukan
pelanggaran sebanyak 4% dan akan dikenakan denda pelanggaran. Untuk
pelanggan yang hanya mengalami kelainan, akan dikenakan koreksi rekening.

3.2. Anomali Penggunaan AMR yang Ditemukan Melalui Analisa Load Profile
Beberapa anomali yang ditemukan dari hasil pembacaan data-data AMR antara
lain :
1. Arus di bawah batas arus minimum (Gambar 3.2 dan Lampiran)

http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Arus di atas batas arus normal
3. Tegangan di bawah batas tegangan minimum (Gambar 3.4 dan Lampiran)
4. Tegangan di atas batas normal tegangan
5. Prosentase kWh Plus – Minus tidak normal (Gambar 3.5)
6. kWh Nol (data stand meter bulan ini sama dengan stand meter bulan lalu)
7. KVA max (pemakaian diatas daya kontrak)
8. Kelainan pada diagram phasor (kemungkinan wiring terbalik) (Gambar 3.6)

3.3. Menentukan indikasi pencurian dan ketidaknormalan pengukuran


Pada sistem AMR dapat diketahui historikal pemakaian energi pada
konsumen atau yang disebut load profile. Load profile pada pelanggan TM & TT
akan direkam per 15 menit, sedangkan untuk pelanggan TR (41,5 – 197 kVA) per
30 menit. Dari data load profile tersebut dapat diketahui beberapa indikasi
kelainan atau pelanggaran, misalnya :
1. Indikasi pemakaian pelanggan melebihi daya kontrak berdasarkan data KVA
max yang mengindikasikan adanya pelanggaran atau kelainan di sisi
pembatas.
2. Indikasi CT dan atau PT jenuh sehingga rasionya sudah tidak sesuai 100%
dengan nameplate berdasarkan data besaran arus dan tegangan di bawah rata-
rata
3. Indikasi pelanggaran atau kelainan di sisi wiring meter, CT maupun PT
berdasarkan data arus dan tegangan nol
Selain load profile, Diagram Phasor menunjukkan kondisi pemakaian energi
listrik yang diukur oleh meter AMR. Dalam penggunaannya, meter AMR tidak
selalu menunjukkan jarum meter Fasa S, R, atau T dengan benar. Sejumlah
kondisi jarum vektor AMR yang tidak sesuai ditemukan.

Ketidaksesuaian ini memberikan bermacam-macam indikasi pelanggaran atau


kelainan seperti:
1. Indikasi kesalahan wiring atau wiring dibalik untuk memperkecil pengukuran
2. Indikasi wiring putus atau dilepas untuk memperkecil pengukuran

Berikut analisa indikasi ketidaknormalan pada pengukuran yang dapat dianalisa


melalui load profile AMR :

http://digilib.mercubuana.ac.id/
1. Analisa Arus adalah fitur untuk mengolah data dengan titik tumpu Arus Fasa S,
Arus Fasa R dan Arus Fasa T, yang dikombinasikan dengan elemen waktu,
Area, dan jumlah event (jumlah baris Load Profile).

Gambar 3.2 Profil Beban Anomali Arus Fasa S

Gambar di atas menunjukkan bahwa data Load Profile pelanggan tersebut


diindikasikan telah terjadi anomali pada Arus Fasa R. Nilai Arus Fasa R
pelanggan di atas adalah nol, namun nilai arus fasa yang lain, yaitu 2 A s/d 5A.

Gambar 3.3 Diagram Fasor

Pada gambar diagram phasor diatas, terdapat anomali arus phasa S yaitu
hilangnya jarum vektor untuk Arus Fasa S. Anomali ini terlihat dengan kasat
mata, yaitu hilangnya salah satu jarum berwarna hijau. Secara data, anomali ini

http://digilib.mercubuana.ac.id/
pun terlihat dari kecilnya nilai Arus Fasa S dibandingkan fasa R dan T, yaitu
hanya sebesar 0.17 Ampere (diberi bulatan berwarna merah).

Dari data tersebut dapat diindikasikan adanya pelanggaran atau ketidaksesuaian


pada trafo arus (CT) atau wiring arus pada fasa R dan S pada masing-masing
pelanggan, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ke lapangan.

2. Analisa Tegangan
AnalisaTegangan adalah fitur untuk mengolah data dengan titik tumpu
Tegangan Fasa S, Tegangan Fasa R dan Tegangan Fasa T, yang
dikombinasikan dengan elemen waktu, Area, dan jumlah event (jumlah baris
Load Profile).

Gambar 3.4 Profil Beban Anomali Tegangan Fasa S

Gambar di atas menunjukkan bahwa pelanggan dengan data Load Profile


tersebut diindikasikan telah terjadi anomali pada Tegangan Fasa S. Nilai
Tegangan Fasa S pelanggan di atas terlalu kecil jika dibandingkan dengan nilai

http://digilib.mercubuana.ac.id/
arus normal, yaitu 220 V. Data tersebut menunjukan adanya indikasi
pelanggaran / ketidaksesuaian pada pelanggan yaitu pada sisi wiring kWh meter
di terminal tegangan fasa S (pelanggan pengukuran TR / 220 V).

3. Analisa kWh Plus Minus


AnalisakWh plus mengindikasikan perilaku pemakaian energi listrik dari
pelanggan kepada PLN. Istilah kWh Plus adalah nilai kWh yang disalurkan
PLN kepada pelanggan AMR, sedang istilah kWh Minus adalah nilai kWh yang
digunakan oleh pelanggan AMR.Anomali terjadi jika selisih antara nilai kWh
Minus dengan kWh Plus lebih dari 10%.
Pemeriksaan kWh Plus – Minus lebih dari 10% ini untuk mengurangi resiko:
 Captive Power Generating
Captive Power Generating adalah pengembalian energi listrik yang
diterima oleh AMR, kembali ke jaringan PLN. Sehingga, seolah-olah
AMR telah membangkitkan energi listrik, yang kemudian disalurkan
kembali pada jaringan PLN. Permasalahan yang timbul dari Captive
Power Generating ini beresiko terhadap ketahanan fungsionalitas aset
jaringan listrik PLN.
 Over Capasitive
Over Capasitive adalah penggunaan peralatan-peralatan listrik dengan
kapasitor, di mana secara akumulatif nilai kapasitasnya melebihi
induktansi beban energi listriknya. Over Capasitive berpengaruh
terhadap tingkat presisi pengukuran energi listrik.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.5 Anomali kWh Plus Minus

Gambar di atas menunjukkan bahwa pelanggan dengan data Load Profile


tersebut diindikasikan telah terjadi anomali pada nilai prosentase kWh Plus –
Minus. Nilai prosentasi kWh Plus-Minus tersebut lebih dari 10%yang berarti
ada indikasi pelanggaran / ketidaksesuaian di sisi pengukuran (kWh meter),
sehingga perlu dilakukan validasi kWh meter untuk menentukan apakah kWh
tersebut masih layak digunakan, dan apakah ada tindak pelanggaran atau
ketidaksesuaian pada pelanggan tersebut di sisi pengukuran.

4. Pengawatan pada APP Terbalik

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.6 Diagram Fasor Pengawatan APP Terbalik

Diagram Phasor di atas menunjukkan bahwa pengukuran AMR pada


pelanggan tersebut terdapat anomali, yaitu arus vektor Fasa T terbalik, yang
artinya wiring kWh meter / wiring CT terbalik. Pada kWh meter absolut, hal ini
tidak menjadi masalah, karena pengukuran kWh tetap 100%. Namun apabila
kasus ini terjadi pada kWh meter non absolut, maka pengukuran kWh akan
menjadi -30%, sehingga pelanggan hanya membayar 30% dari total energi yang
digunakan.

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai