Anda di halaman 1dari 27

Judul Penelitian

Peningkatan partisipasi siswa dalam mengikuti mata pelajaran


Ketrampilan Jasa Pembukuan Melalui Pembelajaran Sistem STAD (Student
Team Achievement Devision)

A. Bidang Kajian
Pembelajaran siswa di kelas melalui pembelajaran sistem STAD (Student
Team Achievement Devision)

B. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Peserta didik menganggap belajar sebagai aktivitas yang tidak
menyenangkan, duduk berjam-jam pagi sampai siang mencurahkan
perhatian pada pokok bahasan yang disampaikan guru. Aktivitas seperti ini
dirasakan sebagai beban dan bukan merupakan upaya memperdalam ilmu.
Kegiatan belajar belum merupakan suatu kesadaran sehingga siswa
mengikuti dan mengerjakan tugas dianggap sebagai kegiatan rutinitas
untuk mengisi absen, mencari nilai, melewati jalan yang lurus di tempuh
tanpa diiringi kesadaran untuk menambah wawasan maupun mengasah
ketrampilan.
Semangat dan gairah belajar menurun disebabkan oleh
ketidaktepatan metodologis, juga dipengaruhi oleh paradigma pendidikan
konvensional yang selalu menggunakan metode pengajaran klasikal dan
ceramah tanpa diselingi dengan berbagai metode yang menantang dan juga
ada tembok penyekat yang begitu tinggi antara guru dan siswa. Akibat
masih melekatnya paradigma pendidikan konvensional siswa kurang
berpartisipasi, kurang terlibat, tidak punya inisiatif serta kontradiktif baik
secara intelektual maupun emosional. Pertanyaan dari siswa, gagasan

0
maupun pendapat yang muncul jarang diikuti oleh gagasan lain sebagai
respon.
Hendaknya partisipasi siswa dalam PBM dipengaruhi oleh 3 faktor
yakni 1) siswa kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan
sendiri 2) siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan
pendapat kepada orang lain dan 3) siswa belum terbiasa bersaing
menyampaikan pendapat dengan teman lainnya ( Soli Abimanyu, 1995 : 8-
9 ).
Kesalahan tersebut di atas dibebankan kepada siswa saja, namun
guru yang bertanggung jawab, kadang-kadang guru secara sadar atau tidak
menerapkan sifat otoriter, menghindari pertanyaan dari siswa,
menyampaikan ilmu pengetahuan secara searah, menganggap murid
sebagai penerima, pencatat dan pengingat. Oleh sebab itu guru hendaknya
memiliki pemahaman yang memadai tentang peserta didik yang menjadi
sasaran tugasnya. Pemahaman ini mencakup kesiapan, kemampuan,
ketidakmampuan dan latar belakang peserta didik yang semua itu akan
membantu guru dalam melaksanakan tugasnya dengan baik (Wardani dan
Suparno, 1994).
Bertolak dari permasalahan di atas, guru perlu memberikan respon
positif secara konkrit dan obyektif yang berupaya membangkitkan
partisipasi siswa baik dalam bentuk kontributif maupun inisiatif.
Partisipasi kontributif meliputi keberanian menyampaikan refleksi kepada
guru, baik dalam bentuk menyampaikan pertanyaan, pendapat, usul,
sanggahan atau jawaban, termasuk partisipasi mengikuti pelajaran dengan
baik, mengerjakan tugas terstruktur di kelas dan di rumah dengan baik,
sedangkan partisipasi inisiatif yaitu inisiatif siswa secara spontan dalam
mengerjakan tugas mandiri tanpa terstruktur, inisiatif untuk minta ulangan
formatif dan sub sumatif secara lesan, inisiatif mempelajri dan
mengerjakan materi pelajaran yang belum dan akan diajarkan serta inisiatif

1
membuat catatan ringkas. Jika kedua partisipasi tersebut ditabulasikan
nampak sebagai berikut :

Perbedaan Partisipatif Kontributif dan Inisiatif

Partisipatif Kontributif Partisipasi Inisiatif


Menyampaikan pertanyaan, pendapat, Inisiatif siswa secara spontan dalam
usul, sanggahan, atau jawaban, mengerjakan tugas mandiri tanpa
termasuk partisipasi mengikuti terstruktur, inisiatif untuk minta
pelajaran dengan baik, mengerjakan ulangan formatif dan sub formatif
tugas terstruktur di kelas dan di rumah secara lesan, inisiatif mempelajari dan
dengan baik mengerjakan materi pelajaran yang
belum dan akan diajarkan, inisiatif
membuat catatan ringkas

Dengan kedua partisipasi itu siswa akan mampu membentuk sifat yang
selalu aktif dan kreatif sehingga mereka sadar bahwa ilmu itu hanya bisa
diperoleh melalui usaha keras sekaligus menyadari makna dan arti penting
belajar. Dengan peningkatan partisipasi akam mampu untuk mengurangi
bentuk penindasan kepada siswa, peserta didik, bukan lagi merupakan
bejana yang kosong yang siap diisi oleh guru, juga bukan sebagai
golongan yang siap diisi oleh guru. Tanpa melibatkan siswa secara utuh
dalam KBM, maka guru secara tidak langsung membuat kesenjangan
dengan siswa, guru menguasai siswa, dan guru menganggap bodoh
muridnya karena menganggap mereka tidak memiliki pengetahuan
apapun. Menganggap bodoh orang lain inilah suatu cirri idiologi
penindasan (Paulo Freire, dalam Basrowi, dkk, 1997).

2
Kompetensi guru termasuk guru pemula (yunior) sebagaimana
telah ditetapkan oleh konsorsium Ilmu Pendidikan hendaknya memiliki
empat kemampuan yakni : 1) kesadaran dan kemampuan mengembangkan
diri sebagai individu warga Negara beependidikan tinggi, 2) menguasai
bidang ilmu sumber bahan ajar, 3) mengusai prinsip-prinsip dasar
kependidikan dan memahami hakikat subyek didik, dan 4) kemampuan
menyusun dan menyelenggarakan program pengajaran dan tugas-tugas
keguruan kependidikan lainnya.
Merujuk dari kemampuan tersebut guru tidak lagi menjadi orang
yang mengajar, tetapi orang yang mengajar dirinya melalui dialog dengan
para siswa yang pada gilirannya selain dia mengajar juga diajar. Dalam
konteks ini fungsi guru adalah mempermudah siswa untuk belajar,
memberikan kondisi yang kondusif yang mampu menciptakan
pembelajaran yang bermakna secara signifikan bagi diri siswa secara
holistic, tujuannya untuk kepentingan kelompok meliputi guru, dan
komunitasnya termasuk siswa. Keinginan siswa secara bebas,
keterbukaan, dan segala sesuatunya bisa digali dan dipertanyakan. Pada
akhirnya tuntutan mutu pendidikan untuk mampu menghasilkan sumber
daya manusia yang berkualitas dapat tercapai.
Mutu pendidikan dapat terwujud apabila KBM dapat berjalan
secara efektif yang artinya proses belajar dapat berjalan lancar, terarah,
dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kriteria PBM yang efektif
meliputi :(1)mampu mengembangkan konsep generalisasi serta mampu
mengubah bahan ajar yang abstrak menjadi jelas dan nyata, (2) mampu
melayani gaya belajar dan kecepatan belajar peserta didik yang berbeda-
beda, (3)mampu melayani perkembangan belajar peserta didik yang
berbeda-beda, dan (4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam
pengajaran sehingga PBM mampu mencapai tujuan sesuai dengan
program yang telah ditetapkan (Tabrani Rusyam, 1969).

3
Menurut kurikulum pelaksanaan KBM, guru hendaknya
menerapkan prinsip belajar aktif, yaitu pembelajaran yang melibatkan
siswa secara fisik, mental (pemikiran dan perasaan), dan sosial serta sesuai
dengan tingkat perkembangannya secara sistematis.
Sesuai dengan dasar pemikirean diatas, kurangnya kualitas
pembelajarn ketrampilan jasa pembukuan, maka perlu adanya pemecahan
permasalahan dengan melakukan pengembangan pembelajaran kooperatif
system STAD.
Keunggulan sistem STAD adalah adanya kerjasama dalam
kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok tergantung
keberhasilan individu sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa
menggantungkan pada anggota yang lain. Setiap siswa mendapat
kesempatan sama untuk menunjang timnya mendapat nilai yang
maksimum sehingga termotivasi untuk belajar. Sehingga setiap individu
merasa mendapat tugas dan tanggung jawab sendiri-sendiri sehingga
pembelajaran kooperatif dapat berjalan bermakna dan tujuan pembelajaran
dapat tercapai secara optimal sesuai dengan harapan kurikulum.

2. Permasalahan
Berdasarkan analisis diatas, kondisi yang ada pada saat ini adalah :
2.1 Proses belajar mengajar ketrampilan jasa pembukuan di kelas masih
berjalan monoton.
2.2 Belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat
2.3 Belum ada kolaborasi yang serasi antara guru dan siswa dalam
pembelajaran ketrampilan jasa pembukuan
2.4 Metode yang digunakan bersifat konvensional
2.5 Rendahnya kualitas pembelajaran ketrampilan jasa pembukuan, dan
2.6 Rendahnya prestasi siswa untuk mata pelajaran ketrampilan jasa
pembukuan

4
3. Tujuan
Setelah kegiatan pelatihan penggunaan sistem STAD diharapkan :
3.1 Guru dapat meningkatkan strategi pembelajaran ketrampilan jasa
pembukuan.
3.2 Siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk
menyampaikan pendapat, gagasan, ide, dan pertanyaan.
3.3 Guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran ketrampilan jasa
pembukuan
3.4 Siswa lebih bersemangat untuk mengikuti pelajaran maupun materi
pelajaran meskipun belum diajarkan,
3.5 Siswa lebih berani dan tidak canggung-canggung lagi mengungkapkan
pendapat baik kepada kelompok maupun kepada seluruh siswa
sehingga siswa lebih suka ulangan secara lisan daripada tertulis
3.6 Guru dapat meningkatkan hasil PBM ketrampilan jasa pembukuan
3.7 Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu
mempertanggungjawabkan segala tugas individu maupun kelompok,
dan
3.8 Seluruh siswa menguasai materi pelajaran secara tuntas, karena selain
diajar oleh guru tetapi juga diberi masukan dan bimbingan dari teman
satu kelompoknya

4. Manfaat
Dari penelitian tindakan kelas dapat diperoleh manfaat antara lain :
4.1 Proses belajar mengajar ketrampilan jasa pembukuan tidak lagi
berjalan secara monoton,
4.2 Ditemukan strategi pembelajaran yang tepat
4.3 Metode yang digunakan bersifat tidak lagi konvensional, akan tetapi
bersifat variatif

5
4.4 Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas mandiri, kelompok baik
yang terstruktur maupun yang tidak meningkat
4.5 Prestasi siswa untuk mata pelajaran ketrampilan jasa pembukuan
meningkat, dan
4.6 Keberanian siswa mengungkapkan pendapat, ide, pertanyaan dan saran
meningkat
D. Perumusan Masalah
Berdasar latar belakang dan permasalahan di atas maka dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana menggunakan sistem STAD agar dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran ketrampilan jasa pembukuan?, dan
2. Apakah penggunaan sistem STAD mampu meningkatkan kemampuan
kognitif, psikomotorik dan afektif siswa terhadap materi pelajaran
ketrampilan jasa pembukuan?

E. Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian tindakan
kelas ini, yaitu metode pengajaran dengan menggunakan sistem STAD.
Dengan sistem ini diharapkan partisipasi kontributif dan inisiatif siswa dalam
bentuk keberanian menyampaikan pendapat, ide, gagasan, pertanyaan,
sanggahan, kerja individu secara terstruktur, kerja kelompok serta tanggung
jawab terhadap diri dan kelompoknya meningkat. Dengan istilah lain
kreatifitas dan keberanian siswa dalam KBM meningkat.

F. Kajian Pustaka
1. Arti penting partisipasi siswa dalam KBM
Menurut Tannenbaun dan Hahn (1958 : 58), partisipasi merupakan suatu
tingkat sejauh mana peran anggota melibatkan diri di dalam kegiatan dan

6
menyumbangkan tenaga dan pikirannya dalam pelaksanaan kegiatan
tersebut.
Menurut Dusseldorp (981:33) partisipasi diartikan kegiatan atau keadaan
mengambil bagian dalam suatu aktivitas untuk mencapai suatu kemanfaatan
secara optimal.
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah
keterlibatan seseorang baik pikiran maupun tenaga untuk memperoleh
manfaat dari kegiatan tersebut.
Metode mengajar yang bersifat partisipatoris yang dilakukan oleh guru akan
mampu membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif karena siswa
lebih berperanserta, lebih terbuka dan sensitif dan KBM pada metode yang
partisipatif siswa lebih menerima ide baru dan lebih kreatif sekaligus
mengembangkan hubungan yang lebih interpersonal (manusiawi) sehingga
inovasi yang timbul dari diri siswa lebih mudah diterima.

2. Pengertian Sistem STAD


STAD (Student Team Achievement Devision) merupakan salah satu sistem
pembelajaran kooperatif yang di dalamnya siswa dibentuk ke dalam
kelompok belajar yang terdiri dari empat atau lima orang anggota yang
mewakili siswa dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda.
Guru memberikan pelajaran dan selanjutnya siswa bekerja dalam
kelompoknya masing-masing untuk memastikan bahwa semua anggota
kelompok telah menguasai pelajaran yang diberikan. Kemudian siswa
melaksanakan tes atas materi yang diberikan dan mereka harus mengerjakan
sendiri tanpa bantuan siswa lainnya.
Nilai tes yang mereka peroleh selanjutnya dibandingkan dengan nilai rata-
rata yang mereka peroleh sebelumnya dan kelompok kelompok yang
berhasil memenuhi diberi nilai tersendiri sehingga sistem nilai ini kemudian
ditambahkan pada nilai kelompok.

7
Menurut Slavin (1995) STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu
presentasi kelas, kelompok, tes, nilai peningkatan individu, dan penghargaan
kelompok. Metode STAD lebih mementingkan sikap daripada teknik dan
prinsip, yakni sikap partisipasi dalam rangka mengembangkan potensi
kognitif, psikomotorik, dan afektif. Kelebihan sistem ini antara lain :
1) Siswa lebih mampu mendengar, menerima, dan menghormati serta
menerima orang lain
2) Siswa mampu mengidentifikasi akan perasaannya juga perasaan orang
lain
3) Siswa dapat menerima pengalaman dan dimengerti orang lain
4) Siswa mampu meyakinkan dirinya untuk saling memahami dan
mengerti dan
5) Mampu mengembangkan potensi individu yang berhasil guna dan
berdaya guna, kreatif, bertanggung jawab, mampu mengaktualisasikan,
dan mengoptimalkan dirinya terhadap perubahan yang terjadi.

3. Pembelajaran Kooperatif dalam sistem STAD


Pembelajaran kooperatif adalah kerja kelompok dengan unsure dasar yaitu :
1) Ketergantungan positif
2) Akuntabilitas individual
3) Interaksi tatap muka
4) Ketrampilan sosial dan
5) Processing (Bernet, 1991)
Menurut Martarela (1994) pembelajaran kooperatif secara umum
menyangkut teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah
pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri
dari empat atau lima siswa. Pembentukan kelompok didasarkan pada

8
pemerataan karakteristik psikologis individu, yang meliputi kecerdasan,
kecepatan belajar, motivasi belajar, perhatian, cara berfikir, dan daya ingat.
Lebih lanjut Richard Arens (1997) menyatakan pembelajaran kooperatif
dapat dikelompokkan menurut bentuknya sebagai berikut :
1) Siswa bekerja bersama-sama dalam kelompok untuk menguasai materi
pelajaran
2) Kelompok siswa terdiri dari siswa berprestasi tinggi, sedang, dan rendah.
3) Bila memungkinkan kelompok tersebut merupakan campuran dari jenis
kelamin, dan
4) Penilaian atau sistem penghargaan dengan berorientasi kelompok bukan
berorientasi individu
Berdasarkan beberapa pendapat di atas bahwa pembelajaran kooperatif
adalah pembelajaran yang memandang keberhasilan individu
diorientasikan dalam keberhasilan kelompok. Dalam hal ini maka siswa
bekerja sama dalam mencapai tujuan dan siswa berusaha keras membantu
dan mendorong pada teman-teman untuk bersama-sama berhasil dalam
belajar.
Dalam pembelajaran siswa bekerja bersama-sama dalam mengajar
dan bertanggung jawab atas pembelajaran yang dilakukan. Menekankan
pada tujuan dan keberhasilan kelompok yang hanya dapat dicapai semua
anggota kelompok mempelajari apa yang diajarkan.
Dalam pembelajaran kooperatif teori belajar yang melandasi
meliputi antara lain teori Piaget, teori Cognitif Vygotsky, teori
perkembangan, teori penjabaran, dan teori motivasi.
Contoh pelaksanaan Sistem STAD
a. Mengajar
Waktu : 1 jam pelajaran
Gagasan pokok : memberikan materi pelajaran

9
Materi : sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus (TPK)
mata pelajaran ketrampilan jasa pembukuan
Masing-masing pembelajaran dalam STAD diawali dengan
presentasi kelas yang dilaksanakan oleh guru yang juga mencakup
komponen pembukuan, pengembangan, dan petunjuk pelaksanaan
materi pembelajaran.
Hal ini sesuai dengan hokum kesiapan dari Thorndike (Syamsu
Mappa dan Anisay B, 1994) bahwa siswa akan mampu mengikuti
pelajaran dengan memberikan penjelasan singkat mengenai
pengetahuan prasyarat untuk mengikuti pelajaran baru.
b. Diskusi Kelompok
Waktu : 1 jam pelajaran
Gagasan pokok : siswa belajar dalam kelompoknya
Materi : lembar kerja dan lembar jawaban untuk masing-
masing kelompok yang berkaitan dengan materi
ketrampilan jasa pembukuan.
Selama melaksanakan belajar tugas dari masing-masing kelompok
adalah menguasai materi yang diberikan dalam pelajaran dan
membantu anggota kelompok lainnya untuk menguasai materi
pelajaran tersebut. Para siswa diberi lembar kerja dan lembar jawaban
yang dipakai untuk mengerjakan tugas kelompok.
Pada hari pertama kerja kelompok dalam STAD, guru harus
menjelaskan pada para siswa tentang apa arti kerja kelompok lebih
khusus lagi, sebelum memulai kerja kelompok perlu dibahas
peraturan-peraturan kelompok berikut ini dan bisa ditulis pada papan
tulis atau papan pengumuman.
1. Siswa mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa
anggota kelompoknya telah mempelajari materi yang diberikan

10
2. Tidak ada satu pun yang diperbolehkan berhenti sampai semua
anggota telah menguasai materinya.
3. Tanyakan atau mintalah bantuan pada semua anggota kelompok
sebelum bertanya kepada guru
4. Para anggota kelompok bisa berbicara satu sama lain dengan suara
pelan
Diskusi kelompok berhasil ditandai dengan tingginya interaksi
perbincangan ilmiah antar siswa dalam satu kelompok guna
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun
berbagai alternatif pemikiran.

c. Tes
Waktu : ½ jam pelajaran
Gagasan pokok : tes individu
Materi : tes yang berkaitan dengan materi yang telah
didiskusikan dalam kelompok yaitu materi ketram
pilan jasa pembukuan
Guru membagi tes dan memberi cukup waktu bagi siswa untuk
menyelesaikannya. Jangan membiarkan para siswa untuk bekerjasama
dalam mengerjakan tes. Pada tahap ini siswa bekerja menunjukkan apa
yang telah mereka pelajari secara individu. Kalau memungkinkan
suruhlan siswa memisahkan meja mereka. Pastikan untuk memberikan
nilai pada tes tersebut pada pertemuan selanjutnya.

d. Penghargaan Kelompok
Gagasan pokok : menentukan nilai peningkatan individu dan nilai
kelompok dan memberikan penghargaan
kelompok.

11
e. Menentukan Nilai Individu dan Kelompok
Setelah dilaksanakan tes, ditentukan nilai peningkatan individu dan
kelompok serta memberikan penghargaan pada kelompok yang
memiliki nilai tinggi. Jika memungkinkan umumkan nilai kelompok
yang diperoleh pada periode setelah pelaksanaan tes. Hal ini akan
membuat hubungan antara hasil pelaksanaan pekerjaan yang baik
dengan penerimaan penghargaan dari para siswa sehingga akan
meningkatkan motivasi mereka untuk melakukan yang terbaik.

Nilai Peningkatan
Siswa memperoleh nilai peningkatan. Untuk kelompok
berdasarkan tingkat dimana nilai tes mereka (persentase jawaban
benar) melebihi nilai dasar mereka.

Nilai Tes Nilai Peningkatan


Lebih dari 10 di bawah nilai dasar 5
10 nilai sampai 1 nilai di bawah nilai dasar 10
Nilai dasar sampai nilai 10 di atasnya 20
Lebih dari 10 nilai di atas nilai dasar 30
Sempurna (tanpa menghitung nilai dasar) 40

Sebelum mulai menentukan peningkatan diperlukan satu lembar

salinan nilai tes. Tujuan dari pemberian nilai dasar dan poin.

Peningkatan ini adalah untuk memungkinkan semua siswa

memberikan nilai maksimum pada kelompoknya masing-masing

apapun hasil perstasi pencapaian yang mereka peroleh sebelumnya.

Siswa memahami bahwa cukup adil untuk membandingkan masing-

12
masing siswa dengan tingkat prestasi mereka sebelumnya karena

semua siswa masuk kelas dengan tingkat kemampuan dan pengalaman

yang berbeda.

Nilai kelompok

Untuk menentukan nilai kelompok dengan mencatat nilai peningkatan

dari masing-masing anggota kelompok pada lembar ringkasan

kelompok dan membagi nilai peningkatan kelompok total dengan

jumlah anggota kelompok yang hadir.

Memberikan Penghargaan atas Pencapaian Kelompok

Tiga tngkat penghargaan diberikan , Ketiganya didasarkan pada nilai

rata-rata kelompok sebagai berikut :

Kriteria Penghargaan

15 Cukup baik

20 baik

25 terbaik

4) Kerangka Pemecahan masalah

Berdasar pengamatan dilapangan nampak bahwa pada umumnya

proses belajar mengajar Ketrampilan Jasa Pembukuan dikelas masih

berjalan monoton, konvensional, kualitas pembelajaran , dan prestasi

siswa untuk mata pelajaran Ketrampilan Jasa Pembukuan rendah.

13
Melihat situasi yang demikian , perlu menggalang partisipasi siswa

dalam KBM baik partisipasi kontribusi maupun inisiatif. Sistem STAD

diharapkan mampu memecahkan masalah ini dengan mengadakan

pelatihan bagi guru Ketrampilan Jasa Pembukuan serta mengaplikasikan

secara kolaboratif bersama peneliti. Dengan harapan setelah penelitian

tindakan secara kolaboratif ini proses belajar mengajar Ketrampilan Jasa

Pembukuan dikelas tidak lagi berjalan monoton , ditemukan strategi

pembelajaran yang tepat, metode yang digunakan tidak lagi konvensional

akan tetapi bersifat variatif dan partisipatoris, kualitas pembelajaran

Keterampilan Jasa Pembukuan meningkat, dan presatsi siswa untuk mata

pelajaran Ketrampilan Jasa Pembukuan meningkat.

Dengan demikian, gambaran pola pemecahan melalui tahapan sebagai

berikut :

14
Gambar 6. Kerangka Pemecahan Masalah

Keadaan Sekarang Perlakuan Hasilan

1. KBM berjalan 1. Penjelasan 1. Guru mampu


monoton pembelajaran menerapkan
2. Belum ditemukan
strategi pembelajaran
kooperatif pembelajaran
yang tepat 2. Pelatihan dengan sistem
3. Metode yang pembelajaran STAD
digunakan sistem STAD 2. Kualitas KBM
konvensional 3. Simulasi meningkat
4. Rendahnya kualitas pembelajaran 3. Hasil KBM
PBM dengan sistem meningkat
5. Rendahnya hasil STAD
PBM

Diskusi
Pemecahan Masalah
Penerapan Metode STAD

Evaluasi Awal Evaluasi Efek Evaluasi Akhir

Atas dasar diagram diatas, kegiatan ini diharapakan mampu memberikan

gambaran akan kondisi lapangan saat ini, perlakuan yang akan dilakukan ,

dan hasil yang diharapkan , termasuk revisi dan siklus-siklus yang akan

dilalui.

G. Rancangan Prosedur PTK

Di dalam penelitian tindakan kelas ada dua model yang bias

digunakan untuk mendekati suatu permasalahan yang akan dipecahkan,

yaitu model proses dan model sistem. Da1am penelitian ini, yang dirasa

lebih tepat untuk mengatasi permasalahan rendahnya penguasaan materi

15
pelajaran Ketrampilan Jasa Pembukuan di SMP dipilih model proses

dengan tahapan sebagai berikut.

a. Identifikasi Masalah

Dalam proses belajar mengajar di dalam kelas ditemukan siswa

berperilaku belajar, seperti tidak mengerjakan tugas dengan baik, baik

tugas yang dikerjakan di kelas maupun yang di tugaskan di rumah (PR),

rendah semangat belajarnya, takut mengemukakan pendapat, pertanyaan,

ide, maupun saran, dan sebagainya.

Dengan adanya perilaku belajar yang muncul seperti di atas,

guru kelas yang masih pemula dengan masa kerja kurang dari 5 tahun

merasa kesulitan untuk membinanya, mengingat tugas mengajar

sangat padat. Berkaitan dengan itu, tim peneliti dari SMP Negeri 1

Geneng mencoba menawarkan kepada guru mata pelajaran untuk

bersama-sama membina dan menggunakan sistem STAD guna

mengatasi masalah tersebut.

b. Perencanaan

Untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas dilaksanakan oleh

seorang guru dan 1 orang Pembimbing, termasuk kepala sekolah. Oleh

karena itu, sebelum melaksanakan penelitian tersebut diadakan diskusi

kepada tim yang terkait dalam penelitian. Dalam diskusi tersebut masalah

16
yang diajukan ditekankan pada, "bagaimanakah usaha yang dilakukan

oleh guru dalam membina perilaku belajar yang tidak efektif ?.”

Berdasarkan masalah itu hasil diskusi yang disepakati ialah :

1. Untuk membina perilaku belajar yang tidak efektif dapat

dilaksanakan menggunakan teknik STAD.

2. Untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas menggunakan tiga

putaran, masing-masing putaran selama empat kali pertemuan dan

empat kali penilaian.

3. Pelaksanaan tindakan di kelas tempat penelitian dilaksanakan oleh

guru kelas, didampingi oleh Pembimbing. Instrumen yang berupa

lembar kerja individu, kelompok, lembar diskusi, soal-soal yang

nantinya digunakan untuk tugas tambahan secara terstruktur

disiapkan oleh guru kelas dengan persetujuan guru pembimbing.

4. Pelaksanaan penelitian dilakukan menggunakan rancangan model

proses.

Berkaitan dengan penggunaan model proses itu, maka penelitian

tindakan kelas ini dilaksanakan menggunakan tiga putaran.

Secara garis besar, prosedur penelitian pada setiap putaran

meliputi : perencanaan, pemberian tindakan, dan refleksi.

17
c. Proses Penelitian Putaran I (C1)

1. Melaksanakan observasi dasar

Observasi dasar dilakukan kepada seluruh siswa kelas VIII D.

Observasi dasar dilaksanakan dalam kondisi siswa mengikuti

pelajaran Ketrampilan Jasa Pembukuan di dalam kelas. Waktu

observasi dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan

dilaksanakan selama dua jam pelajaran. Tujuan observasi dasar

tersebut adalah : (1) untuk mengetahui seberapa besar motivasi siswa

mengikuti pelajaran Ketrampilan Jasa Pembukuan, (2) mengikuti

bagaimana reaksi siswa dengan tugas di kelas, (3) mengetahui

seberapa banyak siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh

guru, (4) seberapa banyak siswa yang punya kontribusi dan inisiatif

terhadap kualitas pembelajaran, dan (5) untuk menentukan metode

pembelajaran yang bisa merangsang belajar siswa agar selalu aktif

di kelas, seperti bertanya, berdiskusi. menyampaikan ide, gagasan,

mengerjakan tugas, dan tetap memiliki motivasi belajar yang tinggi.

2. Latihan melaksanakan tindakan

Dalam latihan pelaksanaan tindakan kelas ini sebagai pe-

laksananya adalah guru mata pelajaran yang berjumlah 1 orang. Pe-

laksanaan tindakan dilakukan dengan menggunakan sistem klasikal.

Materi pelatihan berupa metode penerapan sistem STAD yang telah

18
disiapkan secara matang oleh guru dengan persetujuan guru

pembimbing dan lama pelaksanaan selama 2 hari dengan waktu 2 jam

pelajaran setiap pertemuan. Tujuan pelatihan ini untuk mengetahui

bagaimana kesiapan guru untuk menerapkan metode ini dengan

benar.

3. Melaksanakan tindakan

Dalam pelaksanaan tindakan kelas ini sebagai pelaksananya

adalah guru kelas yang berjumlah 1 orang. Pelaksanaan tindakan

dilakukan dengan menggunakan sistem klasikal. Materi pelatihan

berupa penerapan sistem STAD yang disiapkan secara matang oleh

guru dengan persetujuan guru pembimbing . Pelaksanaan tindakan

dilakukan selama 4 kali pertemuan dengan waktu 2 jam pelajaran

setiap pertemuan. Tujuan tindakan ini untuk mengetahui seberapa

besar metode ini mampu meningkatkan partisipasi kontributif dan

inisiatif siswa serta mampu meningkatkan penguasaan materi

pelajaran Ketrampilan Jasa dan Pembukuan.

Pada waktu pelaksanaan tindakan ini, guru didampingi guru

pembimbing sekaligus melakukan observasi, dengan tujuan : (1)

mengamati kondisi dan reaksi dan keaktifan siswa terhadap tugas yang

diberikan secara terstruktur, (2) mengetahui seberapa besar penurunan

siswa yang tidak aktif yang diberikan oleh guru, dan (3) untuk

19
mengetahui seberapa system STAD bisa merangsang siswa untuk

selalu aktif dan tetap memiliki motivasi belajar yang tinggi.

4. Refleksi

Pada bagian ini, yang dikemukakan adalah seberape hasil

perubahan yang telah diperoleh dari pelatihan. Selanjutnya

dilaksanakan diskusi dengan tim peneliti. Hasil diskusi tersebut

digunakan untuk menindaklanjuti hasil penelitian pada putaran

pertama.

d. Proses Penelitian Putaran II (CII)

1. Melaksanakan pelatihan ulang kepada guru

Pelatihan ulang dilaksanakan selama 2 kali pertemuan dengan tujuan

mengoreksi dan memperbaiki kelemahan dan kekurangan pemberian

tindakan putaran I.

2. Melaksanakan tindakan

Dalam pelaksanaan tindakan kelas ini sebagai

pelaksananya adalah guru Ketrampilan Jasa Pembukuan yang

berjumlah 1 orang. Untuk pelaksanaan tindakan ini dengan

menggunakan sistem klasikal. Materi pelatihan berupa penerapan

sistem STAD, lama pelaksanaan selama 4 hari dengan waktu

masing-masing dua jam pertemuan.

20
Pada waktu pelaksanaan tindakan ini, guru didampingi guru

pembimbing sekaligus melakukan observasi, dengan tujuan sama

seperti pada putaran pertama, yakni_ (1) mengamati kondisi dan reaksi

siswa terhadap penerapan sistem STAD, (2) mengetahui seberapa

besar keaktifan siswa, dan (3) untuk mengetahui seberapa jauh

penerapan sistem STAD bisa merangsang siswa untuk selalu aktif dan

tetap memiliki motivasi belajar yang tinggi.

3. Refleksi

Pada bagian ini, yang dikemukakan adalah seberapa hasil

perubahan yang telah diperoleh dari penelitian. Selanjutnya

dilaksanakan diskusi dengan tim peneliti dan guru sebagai praktisi

peneliti. Hasil diskusi tersebut mencoba meningkatkan efektivitas

penerapan system STAD secara terstruktur terhadap mata pelajaran

Ketrampilan Jasa dan Pembukuan yang digunakan untuk

menindaklanjuti hasil penelitian pada putaran kedua.

e. Proses Penelitian Putaran III (CIII)

1. Melaksanakan pelatihan ulang kepada guru

Pelatihan ulang difokuskan pada metode meningkatkan motivasi

belajar siswa melalui penerapan sistem STAD secara terstruktur.

Pelatihan dilaksanakan selama 2 kali pertemuan dengar tujuan

21
mengoreksi dan memperbaiki kelemahan dan kekurangan pemberian

tindakan putaran II yang khusus berkaitan dengan usaha

meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar.

2. Melaksanakan tindakan

Dalam pelaksanaan tindakan kelas ini sebagai pelaksananya adalah

guru yang berjumlah 1 orang. Untuk pelaksanaan tindakan ini tetap

menggunakan sistem klasikal. Materi pelatihan berupa penerapan

sistem STAD secara terstruktur dan lama pelaksanaan selama 4 hari

dengan waktu masing-masing dua jam pertemuan.

Pada waktu pelaksanaan tindakan ini, guru didampingi guru

pembimbing sekaligus melakukan observasi dengan tujuan sama

seperti pada putaran pertama dan kedua, yakni: (1) mengamati kondisi

dan reaksi siswa terhadap penerapan sistem STAD secara terstruktur,

(2 ) mengetahui seberapa besar penurunan siswa yang tidak aktif,

dibandingkan dengan putaran I dan II, dan (3) untuk mengetahui

seberapa jauh penerapan system STAD bisa merangsang siswa untuk

selalu patuh mengerjakan dan tetap memiliki motivasi belajar yang

tinggi.

Pada bagian ini dikemukakan hasil perubahan yang telah

diperoleh dari penerapan sistem STAD secara terstruktur.

Selanjutnya, dilaksanakan diskusi dengan tim peneliti dan guru

22
sebagai praktisi peneliti. Hasil diskusi tersebut mencoba

merumuskan efektivitas penerapan sistem STAD secara

terstruktur terhadap mata pelajaran Ketrampilan Jasa dan

Pembukuan yaqng digunakan untuk menindaklanjuti hasil

penelitian pada putaran kedua.

Berdasarkan deskripsi data di atas, maka penelitian

tindakan kelas ini dilaksanaknn menggunakan tiga putaran yang

dapat digambarkan sebagai berikut:

CI CII CIII

Gambar 7. Model Proses PTK

H. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di SMP Negeri 1 Geneng Kabupaten Ngawi

Kelas VIII D Semester Gasal Tahun Pelajaran 2006 / 2007.

23
I. Jadwal Penelitian
Jadwal Kegiatan
No. Jenis Kegiatan Juli Agustus Sept Okt Nop
1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4
1 Perencanaan dan penyusunan x
proposal
2. Penyusunan draf bahan ajar x
3. Penyusunan panduan kerja x
4. Penyusunan Pedoman x
Pengamatan dan instrumen lain
yang diperlukan
5. Penyusunan pedoman
Penelitian
a. Penelitian siklus I x
* Observasi dasar x
* Latihan pelaksanaan x
tindakan
* Refleksi dan evaluasi x
b. Penelitian siklus II x
* Latihan pelaksanaan x
tindakan
* Melaksanakan tindakan x
* Refleksi dan evaluasi x
c. Penelitian siklus III x
* Latihan pelaksanaan x
tindakan
* Melaksanakan tindakan x
* Refleksi dan evaluasi x
6. Penyusunan draf laporan x x
finishing laporan akhir

24
J. Anggaran Dana Penelitian

I. Besarya dana total Rp. 5.000.000,-

II. Pengeluaran :

1. Bimbingan oleh Kepala Sekolah 7,5 % Rp. 375.000,-

2. Bimbingan pembimbing khusus 7,5 % Rp. 375.000,-

3. Menyusun Program tindakan Rp. 750.000,-

4. Membuat alat peraga Rp. 500.000,-

5. Membuat Lembar Kerja Siswa Rp. 250.000,-

6. Menyusun Instrumen / angket Rp. 250.000,-

7. Melakukan tindakan Rp. 750.000,-

8. Mengolah hasil penelitian Rp. 750.000,-

9. Membuat laporan Rp. 500.000,-

10. Penggandaan dan penjilidan Rp. 400.000,-

11. Dokumentasi Rp. 100.000,-

Jumlah Rp.5.000.000,-

25
K. Daftar Pustaka

Basrowi, dkk. 1997 Pendidikan Kaum Tertindas. Makalah. Yogyakarta:PPS IKIP

Yogyakarta.

…………1999. Pengantar Penelitian Tindakan Kelas. Diktat Kuliah Lampung:

FKIP Unila.

Hamalik, Oemar. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Bandung Mandar Maju.

Salvin, E. Robert. 1994 Educational Psychology Theory and Practice. 4 th.

Boston: allyn&Bacon, Inc.

Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas: Insan Cendekia.

…………1995. Cooperative Learning, Theory, Research, and Practice. Boston:

allyn& Bacon, Inc.

Tabrani Rusyan, A., dkk. 1989: Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.

Bandung: CV Remaja Karya.

26

Anda mungkin juga menyukai