Bab Ii

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TUJUAN SATUAN PENDIDIKAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk Watak serta peradapan bangsa yang bermatabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan Bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar memjadi manusia Yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, terampil dan
berprestasi, Berakhlak mulia, sehat ,Berilmu, Cakap, Kreatif, Mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratif, Bertanggung jawab dan
berwawasan lingkungan.

Dengan demikian, proses pendidikan yang dilaksanakan di SDN 33


Koto Baru harus dapat membekali anak didik dengan kekuatan spiritual
keagamaan, sikap positif terhadap permasalahan kebangsaan dan
kenegaraan, pengetahuan, ketrampilan, serta Akhlak mulia yang
diperlukan sebagai dasar kokoh untuk membangun karakter anak Bangsa
yang berkeadaban.

VISI, MISI DAN TUJUAN

a) Visi
Pengertian
Visi merupakan keinginan dan pernyataan moral yang menjadi dasar atau
rujukan dalam menentukan arah dan kebijakan pimpinan dalam membawa
gerak langkah sekolah.menuju masa depan yang lebih baik, sehingga
eksistensi atau keberadaan sekolah. dapat diakui oleh masyarakat. Visi
merupakan gambaran tentang masa depan (future) yang realistik dan
ingin diwujudkan dalam kurun waktu tertentu. Ini sejalan dengan pendapat
Akdon (2006: 94) yang menyatakan bahwa “Visi adalah pernyataan yang

35
diucapkan atau ditulis hari ini, yang merupakan proses manajemen saat
ini yang menjangkau masa yang akan datang”

Visi
Visi Pendidikan Dasar dan Menengah adalah memberikan layanan
pendidikan yang lebih baik yang mampu mewujudkan keunggulan bangsa,
yaitu bangsa yang bertaqwa, memiliki intelektualitas yang prima, bermoral,
kreatif, inovatif, professional, produktif dan demokratis.
Merujuk pada tujuan diatas sekolah bersama pihak-pihak terkait
(stakeholders) harus menetapkan visi yang menggambarkan harapan,
keinginan dan aspirasi semua pihak. Adapun visi SDN 33 Koto Baru
Kecamatan Kubung adalah sebagai berikut :
” Bertaqwa, Terampil, Berprestasi dan Berwawasan Lingkungan”

b) Misi Sekolah
Pengertian
Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau harus
dilaksanakan sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan
dalam kurun waktu tertentu untuk menjadi rujukan bagi
penyusunan program jangkapendek, menengah, dan jangka
panjang, berdasarkan masukan dari seluruh warga sekolah.

Tujuan Perumusan Misi


Misi satuan pendidikan adalah pangkal dari perencanaan
strategi suatu satuan pendidikan. Misi satuan pendidikan akan
menggiring penentuan tujuan dan sasaran yang akan dicapai
oleh satuan pendidikan, untuk itu perlu dirumuskan secara
cermat dan memungkinkan untuk dicapai serta dapat diukur
pencapaiannya. Perumusan misi satuan pendidikan merupakan
hal yang mendasar meskipun sulit, namun harus diupayakan.

36
Perumusan dan penetapan misi satuan pendidikan harus
secara eksplisit menyatakan apa yang akan dicapai atau fungsi
apa yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan untuk mencapai
tujuan satuanpendidikan.

Disamping Visi sebuah lembaga harus mempunyai Misi yang


merupakan pernyataan tentang tujuan yang diekspresikan dan harus
dilakukan oleh suatu lembaga untuk mencapai tujuan sesuai Visi yang
telah ditetapkan, baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka
panjang.
Berikut ini Misi SDN 33 Koto Baru Kecamatan Kubung untuk
mencapai Visi yang telah ditetapkan di atas :
1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.
2. Menanamkan prilaku yang berakhlak mulia.
3. Melaksanakan pembelajaran yang efektif dan inovatif.
4. Meningkatkan prestasi kerja yang dilandasi semangat
keteladanan.
5. Meningkatkan kwalitas mutu lulusan.
6. Meningkatkan prestasi olah raga, seni dan budaya.
7. Mengembangkan konsep sekolah yang berwawasan
lingkungan, berbudaya bersih dan hijau.

c) Tujuan Sekolah
Pengertian

Tujuan satuan pendidikan adalah, gambaran tingkat


kualitas yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu
maksimal 4 (empat) tahun oleh setiap satuan pendidikan
dengan mengacu pada karakteristik dan/atau keunikan setiap
satuan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

37
Tujuan satuan pendidikan merupakan penjabaran dari
pernyataan misi, tujuan tidak harus dinyatakan dalam bentuk
kuantitatif, akan tetapi harus dapat menunjukkan kondisi yang
ingin dicapai dimasa mendatang (Akdon, 2006: 143).
Tujuan Satuan Pendidikan

Tujuan sekolah dijabarkan berdasarkan tujuan umum pendidikan,


Visi dan Misi Sekolah. Berdasarkan tiga hal tersebut dapat dijabarkan
tujuan SDN 33 Koto Baru Kecamatan Kubung.
Adapun tujuan SDN 33 Koto Baru yang tergambar dalam visi dan
misi sekolah adalah sebagai berikut:
1. Tercapainya siswa yang beriman dan bertaqwa kepadaTuhan
Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
2. Tercapainya siswa yang sehat jasmani dan rohani.
3. Tercapainya siswa yang memiliki dasar-dasar pengetahuan,
kemampuan, dan ketrampilan untuk melanjutkan pendidikan
pada jenjang yang lebih tinggi.
4. Tercapainya siswa yang memiliki Prestasi Akademik dan Non
Akademik.
5. Tercapainya siswa yang kreatif, terampil, dan bekerja untuk
dapat mengembangkan diri secara terus menerus.
6. Terciptanya lingkungan sekolah yang nyaman dan bersih,
sekolah peduli dan berbudaya lingkungan di Kabupaten
Solok.
d) Motto Sekolah
“ Terdepan dalam prestasi, Terampil dan Berbudi”

38
E. Strategi Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah

Pengertian Literasi

Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan


mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas
melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak,
menulis, dan/atau berbicara. Gerakan Literasi Sekolah GLS merupakan
sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan
sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat
sepanjang hayat melalui pelibatan publik.

Tujuan GLS

1. TujuanUmum:
Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui
pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam
Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi
pembelajarsepanjanghayat.
2. Tujuna Khusus :
a. Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah
b. Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar
literat.
c. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang
menyenangkan dan
ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola
pengetahuan.
d. Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan
beragam
buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.

Strategi Gerakan Literasi Sekolah

39
Agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam pengembangan budaya
literasi, beberapa strategi untuk menciptakan budaya literasi yang positif di
sekolah:
1. Mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi
2. Mengupayakan lingkungan sosial dan afektif sebagai model
komunikasi dan interaksi yang literat
3. Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat

Strategi GLS terbagi menjadi tiga tahap, yakni: pembiasaan,


pengembangan, dan pembelajaran. Ruang lingkup GLS meliputi:

1. lingkungan fiik sekolah (ketersediaan fasilitas, sarana prasarana


literasi);
2. lingkungan sosial dan afektif (dukungan dan partisipasi aktif semua
warga sekolah) dalam melaksanakan kegiatan literasi.
3. lingkungan akademik (adanya program literasi yang nyata dan
bias dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah).

Tahap –tahap Gerakan Literasi:

1. Pembiasaan. Penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15


menit membaca (Permendikbud No. 23 Tahun 2015). Tujuan
kegiatan literasi di tahap pembiasaan
1) Meningkatkan rasa cinta baca di luar jam pelajaran;
2) Meningkatkan kemampuan memahami bacaan;
3) Meningkatkan rasa percaya diri sebagai pembaca yang
baik; dan
4) Menumbuhkembangkan penggunaan berbagai sumber
bacaan.

Kegiatan membaca ini didukung oleh penumbuhan iklim


literasi sekolah yang baik. Dalam tahap pembiasaan, iklim

40
literasisekolah diarahkan pada pengadaan dan
pengembangan lingkungan fisik, seperti:
1) buku-buku nonpelajaran (kumpulan cerpen, buku ilmiah
populer, majalah, komik, dsb.);
2) sudut baca kelas untuk tempat koleksi bahan bacaan; dan
3) poster-poster tentang motivasi pentingnya membaca.

Prinsip kegiatan literasi di tahap pembiasaan


Prinsip-prinsip kegiatan membaca di dalam tahap
pembiasaan dipaparkan berikut ini.
1. Guru menetapkan waktu 15 menit membaca setiap hari.
Sekolah bisa memilih menjadwalkan waktu membaca di
awal, tengah, atau akhir pelajaran, bergantung pada
jadwal dan kondisi sekolah masing-masing. Kegiatan
membaca dalam waktu pendek, namun sering dan
berkala lebih efektif daripada satu waktu yang panjang
namun jarang (misalnya 1 jam/ minggu pada hari
tertentu).
2. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku nonpelajaran.
3. Peserta didik dapat diminta membawa bukunya sendiri
dari rumah.
4. Buku yang dibaca/dibacakan adalah pilihan peserta didik
sesuai minat dan kesenangannya.
5. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini tidak
diikuti oleh tugastugas yang bersifat tagihan/penilaian.
6. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini dapat
diikuti oleh diskusiinformal tentang buku yang
dibaca/dibacakan. Meskipun begitu, tanggapan peserta
didik bersifat opsional dan tidak dinilai.
7. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini
berlangsung dalam suasana yang santai, tenang, dan

41
menyenangkan. Suasana ini dapat dibangun melalui
pengaturan tempat duduk, pencahayaan yang cukup
terang dan nyaman untuk membaca, poster-poster
tentang pentingnya membaca.
8. Dalam kegiatan membaca dalam hati, guru sebagai
pendidik juga ikut membaca buku selama 15 menit.

2. Pengembangan. Meningkatkan kemampuan literasi melalui


kegiatan menanggapi buku pengayaan.
Pada prinsipnya, kegiatan literasi pada tahap
pengembangan sama dengan kegiatan pada tahap
pembiasaan. Yang membedakan adalah bahwa kegiatan 15
menit membaca diikuti oleh kegiatan tindak lanjut pada tahap
pengembangan. Dalam tahap pengembangan, peserta didik
didorong untuk menunjukkan keterlibatan pikiran dan
emosinya dengan proses membaca melalui kegiatan produktif
secara lisan maupun tulisan. Perlu dipahami bahwa kegiatan
produktif ini tidak dinilai secara akademik. Mengingat kegiatan
tindak lanjut memerlukan waktu tambahan di luar 15 menit
membaca, sekolah didorong untuk memasukkan waktu literasi
dalam jadwal pelajaran sebagai kegiatan membaca mandiri
atau sebagai bagian dari kegiatan kokurikuler. Bentuk,
frekuensi, dan durasi pelaksanaan kegiatan tindak lanjut
disesuaikan dengan kondisi masing-masing sekolah.
Tujuan Kegiatan Literasi di Tahap Pengembangan
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan di tahap pembiasaan,
kegiatan 15 menit membaca di tahap pengembangan
diperkuat oleh berbagai kegiatan tindak lanjut yang bertujuan
untuk:
1) Mengasah kemampuan peserta didik dalam menanggapi
buku pengayaan secara lisan dan tulisan;

42
2) Membangun interaksi antarpeserta didik dan antara
peserta didik dengan guru tentang buku yang dibaca;
3) Mengasah kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis,
analitis, kreatif, dan inovatif; dan
4) Mendorong peserta didik untuk selalu mencari keterkaitan
antara buku yang dibaca dengan diri sendiri dan
lingkungan sekitarnya.

Prinsip-prinsip Kegiatan Literasi di Tahap Pengembangan


Dalam melaksanakan kegiatan tindak lanjut, beberapa
prinsip yang perlu dipertimbangkan dipaparkan sebagai
berikut.
1) Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku selain buku teks
pelajaran. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku yang
diminati oleh peserta didik. Peserta didik diperkenankan
untuk membaca buku yang dibawa dari rumah.
2) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini dapat
diikuti oleh tugas-tugas presentasi singkat, menulis
sederhana, presentasi sederhana, kriya, atau seni peran
untuk menanggapi bacaan, yang disesuaikan dengan
jenjang dan kemampuan peserta didik.
3) Tugas-tugas presentasi, menulis, kriya, atau seni peran
dapat dinilai secara nonakademik dengan fokus pada
sikap peserta didik selama kegiatan. Tugas-tugas yang
sama nantinya dapat dikembangkan menjadi bagian dari
penilaian akademik bila kelas/sekolah sudah siap
mengembangkan kegiatan literasi ke tahap pembelajaran.
4) Kegiatan membaca/membacakan buku berlangsung
dalam suasana yang menyenangkan. Untuk memberikan
motivasi kepada peserta didik, guru sebaiknya

43
memberikan masukan dan komentar sebagai bentuk
apresiasi.

3. Pembelajaran. Meningkatkan kemampuan literasi di semua


mata pelajaran: menggunakan buku pengayaan dan strategi
membaca di semua mata pelajaran.
Tujuan Kegiatan Literasi di Tahap Pembelajaran
Kegiatan berliterasi pada tahap pembelajaran bertujuan:
1) Mengembangkan kemampuan memahami teks dan
mengaitkannya dengan pengalaman pribadi sehingga
terbentuk pribadi pembelajar sepanjang hayat;
2) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis; dan
3) Mengolah dan mengelola kemampuan komunikasi secara
kreatif (verbal, tulisan, visual, digital) melalui kegiatan
menanggapi teks buku bacaan dan buku pelajaran.

Prinsip-prinsip Kegiatan Literasi di Tahap Pembelajaran


Kegiatan pada tahap ini dilakukan untuk mendukung
pelaksanaan Kurikulum 2013 yang mensyaratkan peserta
didik membaca buku nonteks pelajaran. Beberapa prinsip
yang perlu dipertimbangkan dalam tahap pembelajaran ini,
antara lain:
1) buku yang dibaca berupa buku tentang pengetahuan
umum, kegemaran, minat khusus, atau teks multimodal,
dan juga dapat dikaitkan dengan mata pelajaran tertentu;
dan
2) ada tagihan yang sifatnya akademis (terkait dengan mata
pelajaran).

Mengembangkan Iklim Literasi Sekolah

44
Untuk menunjang keberhasilan kegiatan 15 menit membaca dan
tindak lanjut di tahap pengembangan, sekolah perlu mengembangkan
iklim literasi sekolah. Apabila dalam tahap pembiasaan sekolah
mengutamakan pembenahan lingkungan fiik, dalam tahap pengembangan
ini sekolah dapat mengembangkan lingkungan sosial dan afektif.
Lingkungan sosial dan afektif dalam iklim literasi sekolah, antara lain
mendorong sekolah untuk memberikan penghargaan terhadap prestasi
nonakademik peserta didik. Dalam hal ini, sekolah perlu memberikan
penghargaan terhadap peserta didik yang menunjukkan pencapaian baik
dalam kegiatan literasi. Selain itu, sekolah dapat menyelenggarakan
kegiatan yang bersifat membangun suasana kolaboratif dan apresiatif
terhadap program literasi. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan lingkungan sosial dan afektif, antara lain:

1. Penghargaan “pembaca tahun ini” Penghargaan ‘pembaca tahun


ini’ dilakukan melalui serangkaian seleksi berdasarkan capaian
peserta didik dalam menyelesaikan berbagai buku bacaan
nonpelajaran dengan pemahaman yang baik. Sekolah dapat
mengembangkan sendiri berbagai parameter untuk mengukur
capaian peserta didik dalam kegiatan literasi di tahap
pengembangan. Beberapa parameter yang dapat dipertimbangkan,
antara lain:
a. Jumlah buku yang dibaca sampai tuntas (dilihat dari jurnal
membaca harian).
b. Tanggapan terhadap buku (dilhat dari jurnal tanggapan dan
peta pikiran yang telah dihasilkan peserta didik).

C. Nilai-Nilai Utama

Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) selain merupakan


kelanjutan dan kesinambungan dari Gerakan Nasional Pendidikan
Karakter Bangsa Tahun 2010 juga merupakan bagian integral Nawacita

45
Dalam hal ini butir 8 Nawacita: Revolusi Karakter Bangsa dan Gerakan 8
Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Revolusi Mental dalam pendidikan yang
hendak mendorong seluruhpemangku kepentingan untuk mengadakan
perubahan paradigma, yaitu perubahan pola pikir dan cara bertindak,
dalam mengelola sekolah. Untuk itu, Gerakan PPK menempatkan nilai
karakter sebagai dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan dan
memberadabkan para pelaku pendidikan. Ada lima nilai utama karakter
ang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan
sebagai prioritas Gerakan PPK. Kelima nilai utama karakter bangsa yang
dimaksud adalah sebagai berikut:

i.Religius
Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan
yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan
ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai
perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan
damai dengan pemeluk agama lain. Nilai karakter religius ini
meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu
dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam
semesta (lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan
dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan.
Subnilai religius antara lain:
cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan
kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar
pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan,
persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai
lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih.
ii. Nasionalis

46
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan
berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fiik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan
bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri,
menjaga kekayaan budaya bangsa,rela berkorban, unggul, dan
berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan,taat hukum,
disiplin, menghormati keragaman budaya, suku,dan agama.
Penguatan Pendidikan Karakter 9 Tingkat Sekolah Dasar dan
Sekolah Menengah Pertama
iii. Mandiri
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak
bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga,
pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.
Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh
tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan
menjadi pembelajar sepanjang hayat.
iv. Gotong Royong
Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai
semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan
bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan
pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan.
Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama,
inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat,
tolongmenolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti
kekerasan, dan sikap kerelawanan
v. Integritas
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku
yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan,

47
memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan
moral (integritas moral). Karakter integritas meliputi sikap tanggung
jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial,
melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan
kebenaran.
Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran,
setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggungjawab,
keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama
penyandang disabilitas). Kelima nilai utama karakter bukanlah nilai
yang berdiri dan berkembang sendiri-sendiri melainkan nilai yang
berinteraksi satu sama lain, yang berkembang secara dinamis dan
membentuk keutuhan pribadi. Dari nilai utama manapun pendidikan
karakter dimulai, individu dan sekolah perlu mengembangkan nilai-
nilai utama lainnya baik secara 10 Konsep dan Pedoman Penguatan
Pendidikan Karakter Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
kontekstual maupun universal.
Nilai religius sebagai cerminan dari iman dan takwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa diwujudkan secara utuh dalam bentuk ibadah
sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing dan dalam
bentuk kehidupan antarmanusia sebagai kelompok, masyarakat,
maupun bangsa. Dalam kehidupan sebagai masyarakat dan bangsa
nilainilai religius dimaksud melandasi dan melebur di dalam nilai-nilai
utama nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas.
Demikian pula jika nilai utama nasionalis dipakai sebagai titik awal
penanaman nilai-nilai karakter, nilai ini harus dikembangkan
berdasarkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan yang tumbuh
bersama nilai-nilai lainnya.

D. Prinsip-Prinsip Pengembangan dan Implementasi PPK

Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dikembangkan dan


dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

48
1. Nilai-nilai Moral Universal
Gerakan PPK berfokus pada penguatan nilai-nilai moral universal
yang prinsip-prinsipnya dapat didukung oleh segenap individu dari
berbagai macam latar belakang agama, keyakinan, kepercayaan,
sosial, dan budaya.
2. Holistik
Gerakan PPK dilaksanakan secara holistik, dalam arti
pengembangan fiik (olah raga), intelektual (olah pikir), estetika
(olah rasa), etika dan spiritual (olah hati) dilakukan secara utuh-
menyeluruh dan serentak, baik melalui proses pembelajaran
intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler, berbasis pada
pengembangan budaya sekolah maupun melalui kolaborasi dengan
komunitas-komunitas di luar lingkungan pendidikan.
3. Terintegrasi
Gerakan PPK sebagai poros pelaksanaan pendidikan nasional
terutama pendidikan dasar dan menengah dikembangkan dan
dilaksanakan dengan memadukan, menghubungkan, dan
mengutuhkan berbagai elemen pendidikan, bukan merupakan
program tempelan dan tambahan dalam proses pelaksanaan
pendidikan. Penguatan Pendidikan Karakter 11 Tingkat Sekolah
Dasar dan Sekolah Menengah Pertama
4. Partisipatif
Gerakan PPK dilakukan dengan mengikutsertakan dan melibatkan
publik seluas-luasnya sebagai pemangku kepentingan pendidikan
sebagai pelaksana Gerakan PPK. Kepala sekolah, pendidik, tenaga
kependidikan, komite sekolah, dan pihak-pihak lain yang terkait
dapat menyepakati prioritas nilai-nilai utama karakter dan kekhasan
sekolah yang diperjuangkan dalam Gerakan PPK, menyepakati
bentuk dan strategi pelaksanaan Gerakan PPK, bahkan
pembiayaan Gerakan PPK.
5. Kearifan Lokal

49
Gerakan PPK bertumpu dan responsif pada kearifan lokal
nusantara yang demikian beragam dan majemuk agar kontekstual
dan membumi. Gerakan PPK harus bisa mengembangkan dan
memperkuat kearifan lokal nusantara agar dapat berkembang dan
berdaulat sehingga dapat memberi indentitas dan jati diri peserta
didik sebagai bangsa Indonesia.
6. Kecakapan Abad XXI
Gerakan PPK mengembangkan kecakapan-kecakapan yang
dibutuhkan oleh peserta didik untuk hidup pada abad XXI, antara
lain kecakapan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif
(creative thinking), kecakapan berkomunikasi (communication skill),
termasuk penguasaan bahasa internasional, dan kerja sama dalam
pembelajaran (collaborative learning).
7. Adil dan Inklusif
Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berdasarkan prinsip
keadilan, non-diskriminasi, non-sektarian, menghargai kebinekaan
dan perbedaan (inklusif), dan menjunjung harkat dan martabat
manusia.
8. Selaras dengan Perkembangan Peserta Didik
Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan selaras dengan
perkembangan peserta didik baik perkembangan biologis,
psikologis, maupun sosial, agar tingkat kecocokan dan
keberterimaannya tinggi dan maksimal. Dalam hubungan ini
kebutuhan-kebutuhan perkembangan peserta didik perlu
memperoleh perhatian intensif. 12 Konsep dan Pedoman
Penguatan Pendidikan Karakter Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
9. Terukur
Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berlandaskan
prinsip keterukuran agar dapat dimati dan diketahui proses dan
hasilnya secara objektif. Dalam hubungan ini komunitas sekolah

50
mendeskripsikan nilai-nilai utama karakter yang menjadi prioritas
pengembangan disekolah dalam sebuah sikap dan perilaku yang
dapat diamati dan diukur secara objektif; mengembangkan
program-program penguatan nilai-nilai karakter bangsa yang
mungkin dilaksanakan dan dicapai oleh sekolah; dan mengerahkan
sumber daya yang dapat disediakan oleh sekolah dan pemangku
kepentingan pendidikan.

E. Fokus Gerakan PPK

Gerakan PPK berfokus pada struktur yang sudah ada dalam


system pendidikan nasional. Terdapat tiga struktur yang dapat digunakan
sebagai wahana, jalur, dan medium untuk memperkuat pendidikan
karakter bangsa, yaitu:

Pertama :Struktur Program, antara lain jenjang dan S kelas,


ekosistem sekolah, penguatan kapasitas guru

Kedua :Struktur Kurikulum, antara lain kegiatan pembentukan


karakter yang Terintegrasi dalam pembelajaran(intrakurikuler), kokurikuler,
dan ekstrakurikuler;

Ketiga :Struktur Kegiatan, antara lainberbagai program dan


kegiatan yang mampu mensinergikan empat dimensi pengolahan karakter
dari Ki Hadjar Dewantara (olah raga, olah pikir, olah rasa, dan olah hati).

1. Struktur Program

Struktur program .Pelaksanaan Gerakan PPK pada tiap jenjang


melibatkan dan memanfaatkan ekosistem pendidikan yang ada di
lingkungan sekolah. Pemanfaatan dan pelibatan ekosistem pendidikan
memperkuat dimensi lokal kontekstual pendidikan di daerah, sehingga
Gerakan PPK tidak terlepas dari nilai-nilai karakter yang tumbuh dan
berkembang pada ekosistem pendidikan yang sudah ada. Berbagai
pemangku kepentingan yang ada pada ekosistem pendidikan tersebut ikut

51
serta dan bersamasama bertanggungjawab dan bersinergi untuk
memperkuat pembentukan karakter sebagai modal dasar untuk
mewujudkan warga masyarakat yang lebih berbudaya dan memiliki jati diri
bangsa di masa mendatang.

Penguatan Pendidikan Karakter Tingkat Sekolah Dasar dan


Sekolah Menengah Pertama Pelaku kunci dalam Gerakan PPK adalah
kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, komite sekolah, dan
pemangku kepentingan lain yang relevan dalam pengembangan PPK.
Masing-masing pihak perlu memahami tugas dan fungsinya dalam rangka
keberhasilan pelaksanaan program PPK. Lebih dari itu, kehadiran orang
dewasa di lingkungan pendidikan adalah sebagai guru, yaitu mereka yang
digugu (diikuti) dan ditiru (diteladani) oleh para siswa. Ini berlaku bagi
siapapun yang terlibat dalam kegiatan pendidikan.

2. Struktur Kegiatan

Struktur kegiatan PPK merupakan pilihan berbagai macam


kegiatan bagi pembentukan karakter peserta didik yang menyeimbangkan
keempat dimensi pengolahan pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara,
yaitu olah raga, olah pikir, olah rasa dan olah hati. Sekolah bisa memilih
struktur kegiatan yang akan mendorong terbentuknya keunikan,
kekhasan, dan keunggulan sekolah (school branding). Pilihan prioritas
kegiatan PPK diharapkan dapat mendorong sekolah menemukan
branding yang menggambarkan kekhasan dan keragaman budaya
masing-masing. Kegiatan-kegiatan yang mendukung terbentuknya
branding sekolah antara lain: kegiatan akademik, non-akademik seperti
olahraga, kegiatan ekstrakurikuler, pemanfaatan perpustakaan (mengatur
jadwal berkunjung, mengikuti lomba perpustakaan, dan pemberian
penghargaan kepada siswa dan guru yang secara rutin hadir di
perpustakaan), dan pemanfaatan potensi lingkungan, seperti sanggar seni

52
dan museum. Penguatan Pendidikan Karakter 15 Tingkat Sekolah Dasar
dan Sekolah Menengah Pertama

F. Basis Gerakan PPK

Gerakan PPK dapat dilaksanakan dengan berbasis struktur kurikulum


yang sudah ada dan mantap dimiliki oleh sekolah, yaitu pendidikan
karakter berbasis kelas, budaya sekolah, dan masyarakat/ komunitas
(Albertus, 2015).

1. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas


a. Mengintegrasikan proses pembelajaran di dalam kelas melalui
isi kurikulum dalam mata pelajaran, baik itu secara tematik
maupun terintegrasi dalam mata pelajaran
b. Memperkuat manajemen kelas, pilihan metodologi, dan evaluasi
pengajaran. Mengembangkan muatan lokal sesuai dengan
kebutuhan daerah.

2. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah


a. Menekankan pada pembiasaan nilai-nilai utama dalam
keseharian sekolah.
b. Menonjolkan keteladanan orang dewasa di lingkungan
pendidikan.
c. Melibatkan seluruh ekosistem pendidikan di sekolah.
d. Mengembangkan dan memberi ruang yang luas pada segenap
potensi siswa melalui kegiatan ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler.
e. Memberdayakan manajemen dan tata kelola sekolah.
f. Mempertimbangkan norma, peraturan, dan tradisi sekolah.
3. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat
a. Memperkuat peranan Komite Sekolah dan orang tua sebagai
pemangku kepentingan utama pendidikan.

53
b. Melibatkan dan memberdayakan potensi lingkungan sebagai
sumber pembelajaran seperti keberadaan dan dukungan pegiat
seni dan budaya, tokoh masyarakat, dunia usaha, dan dunia
industri.
c. Mensinergikan implementasi PPK dengan berbagai program
yang ada dalam lingkup akademisi, pegiat pendidikan, dan
LSM.
d. Mensinkronkan program dan kegiatan melalui kerja sama
dengan pemerintah daerah, kementerian dan lembaga
pemerintahan, dan masyarakat pada umumnya Konsep dan
Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan

G. Tujuan PPK

Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan


makna dan nilai karakter sebagai jiwa atau generator utama
penyelenggaraan pendidikan.
2. Membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045
menghadapi dinamika perubahan di masa depan dengan
keterampilan abad 21.
3. Mengembalikan pendidikan karakter sebagai ruh dan fondasi
pendidikan melalui harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah
rasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah
raga(kinestetik).
4. Merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan
(kepala sekolah, guru, siswa, pengawas, dan komite sekolah) untuk
mendukung perluasan implementasi pendidikan karakter.
5. Membangun jejaring pelibatan masyarakat (publik) sebagai
sumbersumber belajar di dalam dan di luar sekolah.

54
6. Melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam
mendukung Gerakan
Nasional Revolusi Mental (GNRM).

I.Konsep-Konsep Dasar

Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang


yang mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors),
motivasi (motivations), dan keterampilan (skills) sebagai manifestasi dari
nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi
kesulitan dan tantangan. Karakter mengandung nilai-nilai yang khasbaik
(tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan
berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri perilaku.
Karakter merupakan kemampuan individu untuk mengatasi keterbatasan
fiiknya dan kemampuannya untuk membaktikan hidupnya pada nilai-nilai
kebaikan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Dengan demikian, karakter yang kuat membentuk individu menjadi


pelaku perubahan bagi diri sendiri dan masyarakat sekitarnya (Albertus,
2015). Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati,
olah raga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang.
Penguatan Pendidikan Karaktermerupakan gerakan pendidikan di sekolah
untuk memperkuat karakter melalui proses pembentukan, transformasi,
transmisi, dan pengembangan potensi peserta didik dengan cara
harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir
(literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestetik) sesuai falsafah hidup
Pancasila. Untuk itu diperlukan dukungan pelibatan publik dan kerja sama
antara sekolah, keluarga, dan masyarakat yang merupakan bagian dari
Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Penguatan pendidikan karakter

55
merujuk pada lima nilai utama yang meliputi; 1). Religius, 2). Nasionalis,
3). Mandiri, 4). Gotong Royong, 5). Integritas

Strategi implementasi PPK di satuan pendidikan dapat dilakukan melalui


kegiatan berikut ini.

1. Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan pembelajaran yang


dilakukan oleh sekolah secara teratur dan terjadwal, yang wajib
diikuti oleh setiap peserta didik. Program intrakurikuler berisi
berbagai kegiatan untuk meningkatkan Standar Kompetensi
Lulusan melalui Kompetensi Dasar yang harus dimiliki peserta didik
yang dilaksanakan sekolah secara terus-menerus setiap hari
sesuai dengan kalender akademik.
2. Kegiatan kokurikuler adalah kegiatan pembelajaran yang terkait
dan menunjang kegiatan intrakurikuler, yang dilaksanakan di luar
jadwal intrakurikuler dengan maksud agar peserta didik lebih
memahami dan memperdalam materi intrakurikuler.
KegiatanKokurikulerdapatberupa: penugasan, proyek, ataupun
kegiatan pembelajaran lainnya yang berhubungan dengan materi
intrakurikuler yang harus diselesaikan oleh peserta didik.
3. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pengembangan karakter
yang dilaksanakan di luar jam pembelajaran (intrakurikuler).
Aktivitas ekstrakurikuler berfungsi menyalurkan dan
mengembangkan minat dan bakat peserta didik dengan
memperhatikan karakteristik peserta didik, kearifan lokal, dan daya
dukung yang tersedia

Strategi Pelaksanaan PPK di SDN 33 Koto Baru .


Pelaksanaan PPK di SDN 33 Koto Baru , melalui Budaya
Sekolah dalam bentuk proses kegiatan rutins, pontan,
pengkondisian, dan keteladanan warga sekolah. Kegiatan-kegiatan
dilakukan di luar jam pembelajaran untuk memperkuat

56
pembentukan karakter sesuai dengan situasi, kondisi, ketersediaan
sarana dan prasarana, seperti:
a. Bersalaman setiap Pagi, antara guru dan murid sebelum
masuk kelas
b. Menyayikan Lagu wajib Nasional setiap pagi.
c. Melaksanakan sholat berjamaah setiap hari perkelas yang
dipergilirkan. Hari senin kelas V, hari selasa kelas VI, hari
rabu kelas IV dan hari kamis kelas III.
d. Mempraktekkan membuang sampah pada tempatnya.
e. Berdoa, membaca alquran, dan menyetorkan ayat-ayat
pendek sebelum pembelajaran dimulai kepada guru
kelasnya.
f. Setiap jumat pagi siswa memberikan kultum secara
bergiliran mulai dari kelas IV s/d kelas VI
g. Membaca bacaan sholat dan ayat pendek setiap kamis
pagi

57

Anda mungkin juga menyukai