Bab Ii
Bab Ii
Bab Ii
A. Latar Belakang
a) Visi
Pengertian
Visi merupakan keinginan dan pernyataan moral yang menjadi dasar atau
rujukan dalam menentukan arah dan kebijakan pimpinan dalam membawa
gerak langkah sekolah.menuju masa depan yang lebih baik, sehingga
eksistensi atau keberadaan sekolah. dapat diakui oleh masyarakat. Visi
merupakan gambaran tentang masa depan (future) yang realistik dan
ingin diwujudkan dalam kurun waktu tertentu. Ini sejalan dengan pendapat
Akdon (2006: 94) yang menyatakan bahwa “Visi adalah pernyataan yang
35
diucapkan atau ditulis hari ini, yang merupakan proses manajemen saat
ini yang menjangkau masa yang akan datang”
Visi
Visi Pendidikan Dasar dan Menengah adalah memberikan layanan
pendidikan yang lebih baik yang mampu mewujudkan keunggulan bangsa,
yaitu bangsa yang bertaqwa, memiliki intelektualitas yang prima, bermoral,
kreatif, inovatif, professional, produktif dan demokratis.
Merujuk pada tujuan diatas sekolah bersama pihak-pihak terkait
(stakeholders) harus menetapkan visi yang menggambarkan harapan,
keinginan dan aspirasi semua pihak. Adapun visi SDN 33 Koto Baru
Kecamatan Kubung adalah sebagai berikut :
” Bertaqwa, Terampil, Berprestasi dan Berwawasan Lingkungan”
b) Misi Sekolah
Pengertian
Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau harus
dilaksanakan sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan
dalam kurun waktu tertentu untuk menjadi rujukan bagi
penyusunan program jangkapendek, menengah, dan jangka
panjang, berdasarkan masukan dari seluruh warga sekolah.
36
Perumusan dan penetapan misi satuan pendidikan harus
secara eksplisit menyatakan apa yang akan dicapai atau fungsi
apa yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan untuk mencapai
tujuan satuanpendidikan.
c) Tujuan Sekolah
Pengertian
37
Tujuan satuan pendidikan merupakan penjabaran dari
pernyataan misi, tujuan tidak harus dinyatakan dalam bentuk
kuantitatif, akan tetapi harus dapat menunjukkan kondisi yang
ingin dicapai dimasa mendatang (Akdon, 2006: 143).
Tujuan Satuan Pendidikan
38
E. Strategi Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah
Pengertian Literasi
Tujuan GLS
1. TujuanUmum:
Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui
pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam
Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi
pembelajarsepanjanghayat.
2. Tujuna Khusus :
a. Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah
b. Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar
literat.
c. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang
menyenangkan dan
ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola
pengetahuan.
d. Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan
beragam
buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.
39
Agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam pengembangan budaya
literasi, beberapa strategi untuk menciptakan budaya literasi yang positif di
sekolah:
1. Mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi
2. Mengupayakan lingkungan sosial dan afektif sebagai model
komunikasi dan interaksi yang literat
3. Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat
40
literasisekolah diarahkan pada pengadaan dan
pengembangan lingkungan fisik, seperti:
1) buku-buku nonpelajaran (kumpulan cerpen, buku ilmiah
populer, majalah, komik, dsb.);
2) sudut baca kelas untuk tempat koleksi bahan bacaan; dan
3) poster-poster tentang motivasi pentingnya membaca.
41
menyenangkan. Suasana ini dapat dibangun melalui
pengaturan tempat duduk, pencahayaan yang cukup
terang dan nyaman untuk membaca, poster-poster
tentang pentingnya membaca.
8. Dalam kegiatan membaca dalam hati, guru sebagai
pendidik juga ikut membaca buku selama 15 menit.
42
2) Membangun interaksi antarpeserta didik dan antara
peserta didik dengan guru tentang buku yang dibaca;
3) Mengasah kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis,
analitis, kreatif, dan inovatif; dan
4) Mendorong peserta didik untuk selalu mencari keterkaitan
antara buku yang dibaca dengan diri sendiri dan
lingkungan sekitarnya.
43
memberikan masukan dan komentar sebagai bentuk
apresiasi.
44
Untuk menunjang keberhasilan kegiatan 15 menit membaca dan
tindak lanjut di tahap pengembangan, sekolah perlu mengembangkan
iklim literasi sekolah. Apabila dalam tahap pembiasaan sekolah
mengutamakan pembenahan lingkungan fiik, dalam tahap pengembangan
ini sekolah dapat mengembangkan lingkungan sosial dan afektif.
Lingkungan sosial dan afektif dalam iklim literasi sekolah, antara lain
mendorong sekolah untuk memberikan penghargaan terhadap prestasi
nonakademik peserta didik. Dalam hal ini, sekolah perlu memberikan
penghargaan terhadap peserta didik yang menunjukkan pencapaian baik
dalam kegiatan literasi. Selain itu, sekolah dapat menyelenggarakan
kegiatan yang bersifat membangun suasana kolaboratif dan apresiatif
terhadap program literasi. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan lingkungan sosial dan afektif, antara lain:
C. Nilai-Nilai Utama
45
Dalam hal ini butir 8 Nawacita: Revolusi Karakter Bangsa dan Gerakan 8
Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Revolusi Mental dalam pendidikan yang
hendak mendorong seluruhpemangku kepentingan untuk mengadakan
perubahan paradigma, yaitu perubahan pola pikir dan cara bertindak,
dalam mengelola sekolah. Untuk itu, Gerakan PPK menempatkan nilai
karakter sebagai dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan dan
memberadabkan para pelaku pendidikan. Ada lima nilai utama karakter
ang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan
sebagai prioritas Gerakan PPK. Kelima nilai utama karakter bangsa yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
i.Religius
Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan
yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan
ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai
perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan
damai dengan pemeluk agama lain. Nilai karakter religius ini
meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu
dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam
semesta (lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan
dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan.
Subnilai religius antara lain:
cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan
kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar
pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan,
persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai
lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih.
ii. Nasionalis
46
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan
berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fiik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan
bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri,
menjaga kekayaan budaya bangsa,rela berkorban, unggul, dan
berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan,taat hukum,
disiplin, menghormati keragaman budaya, suku,dan agama.
Penguatan Pendidikan Karakter 9 Tingkat Sekolah Dasar dan
Sekolah Menengah Pertama
iii. Mandiri
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak
bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga,
pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.
Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh
tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan
menjadi pembelajar sepanjang hayat.
iv. Gotong Royong
Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai
semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan
bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan
pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan.
Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama,
inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat,
tolongmenolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti
kekerasan, dan sikap kerelawanan
v. Integritas
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku
yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan,
47
memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan
moral (integritas moral). Karakter integritas meliputi sikap tanggung
jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial,
melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan
kebenaran.
Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran,
setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggungjawab,
keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama
penyandang disabilitas). Kelima nilai utama karakter bukanlah nilai
yang berdiri dan berkembang sendiri-sendiri melainkan nilai yang
berinteraksi satu sama lain, yang berkembang secara dinamis dan
membentuk keutuhan pribadi. Dari nilai utama manapun pendidikan
karakter dimulai, individu dan sekolah perlu mengembangkan nilai-
nilai utama lainnya baik secara 10 Konsep dan Pedoman Penguatan
Pendidikan Karakter Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
kontekstual maupun universal.
Nilai religius sebagai cerminan dari iman dan takwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa diwujudkan secara utuh dalam bentuk ibadah
sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing dan dalam
bentuk kehidupan antarmanusia sebagai kelompok, masyarakat,
maupun bangsa. Dalam kehidupan sebagai masyarakat dan bangsa
nilainilai religius dimaksud melandasi dan melebur di dalam nilai-nilai
utama nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas.
Demikian pula jika nilai utama nasionalis dipakai sebagai titik awal
penanaman nilai-nilai karakter, nilai ini harus dikembangkan
berdasarkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan yang tumbuh
bersama nilai-nilai lainnya.
48
1. Nilai-nilai Moral Universal
Gerakan PPK berfokus pada penguatan nilai-nilai moral universal
yang prinsip-prinsipnya dapat didukung oleh segenap individu dari
berbagai macam latar belakang agama, keyakinan, kepercayaan,
sosial, dan budaya.
2. Holistik
Gerakan PPK dilaksanakan secara holistik, dalam arti
pengembangan fiik (olah raga), intelektual (olah pikir), estetika
(olah rasa), etika dan spiritual (olah hati) dilakukan secara utuh-
menyeluruh dan serentak, baik melalui proses pembelajaran
intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler, berbasis pada
pengembangan budaya sekolah maupun melalui kolaborasi dengan
komunitas-komunitas di luar lingkungan pendidikan.
3. Terintegrasi
Gerakan PPK sebagai poros pelaksanaan pendidikan nasional
terutama pendidikan dasar dan menengah dikembangkan dan
dilaksanakan dengan memadukan, menghubungkan, dan
mengutuhkan berbagai elemen pendidikan, bukan merupakan
program tempelan dan tambahan dalam proses pelaksanaan
pendidikan. Penguatan Pendidikan Karakter 11 Tingkat Sekolah
Dasar dan Sekolah Menengah Pertama
4. Partisipatif
Gerakan PPK dilakukan dengan mengikutsertakan dan melibatkan
publik seluas-luasnya sebagai pemangku kepentingan pendidikan
sebagai pelaksana Gerakan PPK. Kepala sekolah, pendidik, tenaga
kependidikan, komite sekolah, dan pihak-pihak lain yang terkait
dapat menyepakati prioritas nilai-nilai utama karakter dan kekhasan
sekolah yang diperjuangkan dalam Gerakan PPK, menyepakati
bentuk dan strategi pelaksanaan Gerakan PPK, bahkan
pembiayaan Gerakan PPK.
5. Kearifan Lokal
49
Gerakan PPK bertumpu dan responsif pada kearifan lokal
nusantara yang demikian beragam dan majemuk agar kontekstual
dan membumi. Gerakan PPK harus bisa mengembangkan dan
memperkuat kearifan lokal nusantara agar dapat berkembang dan
berdaulat sehingga dapat memberi indentitas dan jati diri peserta
didik sebagai bangsa Indonesia.
6. Kecakapan Abad XXI
Gerakan PPK mengembangkan kecakapan-kecakapan yang
dibutuhkan oleh peserta didik untuk hidup pada abad XXI, antara
lain kecakapan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif
(creative thinking), kecakapan berkomunikasi (communication skill),
termasuk penguasaan bahasa internasional, dan kerja sama dalam
pembelajaran (collaborative learning).
7. Adil dan Inklusif
Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berdasarkan prinsip
keadilan, non-diskriminasi, non-sektarian, menghargai kebinekaan
dan perbedaan (inklusif), dan menjunjung harkat dan martabat
manusia.
8. Selaras dengan Perkembangan Peserta Didik
Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan selaras dengan
perkembangan peserta didik baik perkembangan biologis,
psikologis, maupun sosial, agar tingkat kecocokan dan
keberterimaannya tinggi dan maksimal. Dalam hubungan ini
kebutuhan-kebutuhan perkembangan peserta didik perlu
memperoleh perhatian intensif. 12 Konsep dan Pedoman
Penguatan Pendidikan Karakter Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
9. Terukur
Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berlandaskan
prinsip keterukuran agar dapat dimati dan diketahui proses dan
hasilnya secara objektif. Dalam hubungan ini komunitas sekolah
50
mendeskripsikan nilai-nilai utama karakter yang menjadi prioritas
pengembangan disekolah dalam sebuah sikap dan perilaku yang
dapat diamati dan diukur secara objektif; mengembangkan
program-program penguatan nilai-nilai karakter bangsa yang
mungkin dilaksanakan dan dicapai oleh sekolah; dan mengerahkan
sumber daya yang dapat disediakan oleh sekolah dan pemangku
kepentingan pendidikan.
1. Struktur Program
51
serta dan bersamasama bertanggungjawab dan bersinergi untuk
memperkuat pembentukan karakter sebagai modal dasar untuk
mewujudkan warga masyarakat yang lebih berbudaya dan memiliki jati diri
bangsa di masa mendatang.
2. Struktur Kegiatan
52
dan museum. Penguatan Pendidikan Karakter 15 Tingkat Sekolah Dasar
dan Sekolah Menengah Pertama
53
b. Melibatkan dan memberdayakan potensi lingkungan sebagai
sumber pembelajaran seperti keberadaan dan dukungan pegiat
seni dan budaya, tokoh masyarakat, dunia usaha, dan dunia
industri.
c. Mensinergikan implementasi PPK dengan berbagai program
yang ada dalam lingkup akademisi, pegiat pendidikan, dan
LSM.
d. Mensinkronkan program dan kegiatan melalui kerja sama
dengan pemerintah daerah, kementerian dan lembaga
pemerintahan, dan masyarakat pada umumnya Konsep dan
Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
G. Tujuan PPK
54
6. Melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam
mendukung Gerakan
Nasional Revolusi Mental (GNRM).
I.Konsep-Konsep Dasar
55
merujuk pada lima nilai utama yang meliputi; 1). Religius, 2). Nasionalis,
3). Mandiri, 4). Gotong Royong, 5). Integritas
56
pembentukan karakter sesuai dengan situasi, kondisi, ketersediaan
sarana dan prasarana, seperti:
a. Bersalaman setiap Pagi, antara guru dan murid sebelum
masuk kelas
b. Menyayikan Lagu wajib Nasional setiap pagi.
c. Melaksanakan sholat berjamaah setiap hari perkelas yang
dipergilirkan. Hari senin kelas V, hari selasa kelas VI, hari
rabu kelas IV dan hari kamis kelas III.
d. Mempraktekkan membuang sampah pada tempatnya.
e. Berdoa, membaca alquran, dan menyetorkan ayat-ayat
pendek sebelum pembelajaran dimulai kepada guru
kelasnya.
f. Setiap jumat pagi siswa memberikan kultum secara
bergiliran mulai dari kelas IV s/d kelas VI
g. Membaca bacaan sholat dan ayat pendek setiap kamis
pagi
57