Gusnimar Aliawati1
Sifat tekstur nasi dapat dilihat dari perbandingan antara Sebanyak 5 g gabah dikupas dari sekamnya dengan mesin
kadar amilosa dan amilopektin (Somantri, 1983; Allidawati pemecah kulit, kemudian tiap contoh dimasukkan ke dalam
dan Bambang, 1989; Damardjati, 1995). Kadar amilosa ini tabung plastik (panjang 10 cm dan diameter 2 cm) yang berisi
sangat mempengaruhi tekstur nasi. Kadar amilosa lebih 3 g pasir laut dan dikocok dengan mesin penyosoh selama 20
banyak menentukan sifat tekstur nasi daripada sifat-sifat menit. Beras dibersihkan dari sisa pasir laut hingga menjadi
fisik lainnya, seperti suhu gelatinasi dan gel konsistensi beras putih. Selanjutnya 10 butir beras putih dibuat tepung
(Suwarno et al., 1982; Damardjati, 1995). Kadar amilosa dalam dengan mesin penumbuk beras.
beras berkisar 1-37% (Somantri, 1983).
Berdasarkan kadar amilosa, beras diklasifikasikan men- Pembuatan Larutan
jadi ketan atau beras beramilosa sangat rendah (< 10%), beras Natrium hidroksida kristal 40 g dimasukkan ke dalam gelas
beramilosa rendah (10-20%), beras beramilosa sedang (20- piala 1.000 ml, kemudian ditambahkan 500 ml air suling dan
24%), dan beras beramilosa tinggi (> 25%) (Allidawati dan dikocok dengan alat pengocok sampai larut. Selanjutnya,
Bambang, 1989). Beras yang berkadar amilosa rendah bila larutan dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml, ditambahkan
dimasak menghasilkan nasi yang lengket, mengkilap, tidak air suling sampai volume 1.000 ml, sehingga diperoleh larutan
mengembang, dan tetap menggumpal setelah dingin. Beras NaOH 1 N. Untuk mendapatkan larutan asam asetat 1 N, asam
yang berkadar amilosa tinggi bila dimasak nasinya tidak leng- asetat murni 5 ml ditambahkan ke dalam 80 ml air suling dan
ket, dapat mengembang, dan menjadi keras jika sudah dingin, dilarutkan sampai rata.
sedangkan beras beramilosa sedang umumnya mempunyai
tekstur nasi pulen (Suwarno et al., 1982; Damardjati, 1995). Sebanyak 20 g kalium iodida (KI) dilarutkan ke dalam 500
ml air suling dalam gelas piala 1.000 ml, kemudian 2 g iodin
dimasukkan dan dikocok dengan alat pengocok sampai larut.
BAHAN DAN METODE Larutan dipindahkan ke dalam labu ukur 1.000 ml, kemudian
ditambahkan air suling sampai volume 1.000 ml, dikocok
Analisis kadar amilosa dilakukan di laboratorium Kelompok kembali sampai merata sehingga diperoleh larutan I-KI 2%.
Peneliti Pemuliaan, Balai Penelitian Tanaman Padi Outreach
Muara pada bulan Maret 1999. Sebanyak 83 galur dan 3 Standardisasi Amilosa
Pengukuran Kadar Amilosa Tabel 3. Galur-galur padi dengan kadar amilosa rendah
Kadar amilosa
Tepung beras 100 mg dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml Galur/varietas
(%)
kemudian diberi 1 ml etanol 95% dan 9 ml NaOH 1 N. Larutan BP73F-PN-131 17,3
dibiarkan selama 23 jam pada suhu kamar atau dipanaskan BP68C-MR-4-2-SI-1 19,8
dalam penangas air bersuhu 100 o C selama 10 menit dan IR66159-189-5-2-2-MR-5-PN-3-3-MR-3 17,6
didinginkan selama 1 jam. Larutan kemudian diencerkan BP142C-SI-3-0 19,2
BP68C-MR-22-16-SI-2 18,5
dengan air suling menjadi 100 ml, dipipet sebanyak 5 ml,
BP68C-MR-22-16-SI-3 19,2
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml yang berisi 60 ml air, BP143-MR-4-3-1 18,5
kemudian ditambahkan 1 ml asam asetat 1 N dan 2 ml I2 2% dan B10384C-SI-39-0 18,5
diencerkan sampai volume 100 ml. Larutan dikocok dan B10384-MR-1-8-3 19,8
didiamkan selama 20 menit, kemudian diukur absorbannya BP12F-PN-44 19,8
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 620 nm. B10373-MR-3-3-SI-0 19,8
BP97F-PN-66 18,5
Kadar amilosa dihitung dengan rumus:
BP644-1E-PN-10 19,5
A 620 x f.k x 100 x 100% BP143-MR-2-1-3 17,9
Kadar amilosa (%) = BP59C-MR-1-3-SI-3 18,9
100-k.a BP143-MR-7-2-1 18,5
1 1.000 x 20 B 1 0 3 8 6 - MR - 1 5 - 2 - 3 19,8
dimana f.k = x BP68C-MR-19-1-3-1-4 17,9
abs 1 ppm 1.000.000 BP46F-PN-66 17,9
BP10387-MR-5-2-3 18,5
1
= BP46F-PN-69 18,5
abs 1 ppm x 50 BP50F-PN-18 17,3
BP50F-PN-16 17,9
Keterangan: BP50F-PN-1 17,0
A620 = absorban contoh BP644-1E-PN-8 18,2
k.a = kadar air BP644-1E-PN-7 18,2
20 dan 1.000 = faktor pengenceran BP655-1E-PN-2 14,3
f.k = faktor konversi Memberamo 19,2