Anda di halaman 1dari 19

SI

DISUSUN OLEH:

Lu’lu’ul fikriyah ( 1603048 )

Mei shinta K ( 1603051 )

Milatul Aeni ( 1603054 )

Misnawati ( 1603055 )

Aldo arif wicaksono ( 1603056 )

PROGRAM STUDI S 1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG TAHUN


2018

1
KONSEP TEORI

A. Definisi

Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses
persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang
waktu(Cunningham, McDonald, Gant, 2003).Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya
membran ketuban sebelum persalinan berlangsung(Manuaba, 2003). KPD adalah
pecahnya selaput ketuban sebelum awitan persalinan, tanpa memperhatikan usia
gestasi (Varney, M.Kriebs, L. Gegor, 2008). Ketuban pecah dinyatakan dini jika
terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. Suatu proses infeksi dan peradangan
dimulai di ruanganyang berada diantara amnion korion(Constance Sinclair, 2010).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini
(KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat
terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD
preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang
adalah KPD yang terjadilebihdari 12 jam sebelumwaktunyamelahirkan.

B. Etiologi

Penyebab ketuban pecah dini tidak diketahui atau masih belum jelas, maka
preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekaninfeksi(Mochtar,
2002).

Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membranatau


meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut.Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapatberasal dari vagina dan
servik(Saifudin, 2000).

2
Menurut Manuaba (2009), penyebab ketuban pecah dini antara lain :
1. Servik inkompetenyaitu kelainan pada servik uteri dimana kanalis servikalis
selalu terbuka.
2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda dan
hidroamnion karena adanyapeningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas
ostium uteri internumpada servik atau peningkatan intra uterin secara
mendadak.
3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)
4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten.
a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi
b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa
menimbulkan morbiditas janin
c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat
5. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan letak
lintang,karena tidak ada baganterendah yang menutupi pintu atas panggul
yang dapat menghalangitekanan terhadap membrane bagian
bawah.kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung,
sepalopelvik,disproporsi.
6. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupunasenden
dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkanterjadinya
ketuban pecah dini.

Menurut Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UI


RSCM(2012), penyebab terjadinya ketuban pecah dini meliputi hal-hal berikut:
1. Serviks inkompeten
2. Ketegangan rahim berlebihan seperti pada kehamilan ganda, hidramnion
3. Kelainan letak janin dalam rahim seperti letak sungsang, letak lintang
4. Kemungkinan kesempitan panggul seperti perut gantung, bagian terendah
belum masuk PAP (pintu atas panggul), disproporsi sefalopelvik
5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban

3
6. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban
dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.

KPD terjadi akibat mekanisme sebagai berikut:

1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.
2. Jika terjadi pembukaan servik, selaput ketuban sangat lemah dan mudah
pecah dengan mengeluarkan air ketuban.

Penyebab umum ketuban pecah dini adalah grandemulti, overdistensi


(hidramnion, kehamilan ganda), disproporsi sevalopervik, kehamilan letak lintang,
sunsang, atau pendular abdomen(Manuaba, 2009).

A. Patofisiologis (Pathways)

Menurut Taylor (2009),ketuban pecah dini ada hubungannya dengan hal-hal


berikut:
1. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
Penyakit-penyakit seperti pieronetritis, sistitis,servisitis terdapat bersama-
sama dengan hipermotilitas Rahim
2. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
3. Infeksi (amniotitis atau korioamnionitis)
4. Faktor-faktor lain yang menyerupai predisposisi ialah: multipara-malposisi
disproprosi servik incompeten
5. Ketuban pecah dini artitisial (amniotomi)dimana ketuban pecah terlalu dini.

Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apabila ketuban benar sudah
pecah/belum, apalagi bila pembukaan kenalis servikalis belum ada atau kecil.

4
5
D. ManifestasiKlinik

Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2002) antara lain :


1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
kecoklatan, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan
air ketuban sudah kering.

Menurut Manuaba (2009) mekanisme klinik ketuban pecah dini, antara lain:
1. Terjadi pembukaan prematur servik
2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:
a. Devaskularisasi
b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang
mengeluarkan enzim preteolitik dan kolagenase.

E. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan terjadi
pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain keterangan yang
disampaikan pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yang menetapkan
bahwa cairan yang keluar adalah air ketuban, diantaranya tes ferning dan nitrazine
tes.

Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini dapat


dilakukan:

6
1. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di froniks
posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan
bakteriologis.
2. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak
manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan kemungkinan
infeksi asenden dan persalinan prematuritas.
(Manuaba, 1998)

Menurut Nugroho (2010), pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini dapat


dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG):

1. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam


kavum uteri.
2. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering
terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.

F. Penatalaksanaan

Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam


rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu,
tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat
menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.

Memberikan profilaksis antibiotika dan membatasi pemeriksaan dalam


merupakan tindakan yang perlu diperhatikan. Di samping itu makin kecil umur
kehamilan, makin besar peluang terjadi infeksi dalam rahim yang dapat memacu
terjadinya persalinan prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1 kg.
Sebagai gambabaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru
sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.

7
2. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi peicu
sepsis, meningitis janin, dan persalinan prematuritas.
3. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan
berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga
kematangan paru janin dapat terjamin(Manuaba, 2009).
Berikut bagan penatalaksaan ketuban pecah dini:

Ketuban Pecah Dini

Masuk Rumah Sakit :


- Antibiotik
- Batasi pemeriksaan dalam
- Pemeriksaan air ketuban, kultur dan bakteri
- Observasi tanda infeksi dan distres janin
- Bidan merujuk ke RS/puskesmas

HAMIL PREMATUR HAMIL ATERM


 Observasi:
- Suhu rektal
- Distres janin KELAINAN OBSTETRI LETAK KEPALA
 Kortikosteroid - Distres janin - Letak sunsang
- Letak lintang - CPD
INDIKASI INDUKSI
- Bed obtetic hyst
 Infeksi
- Infertilitas
- Grandemultipara  Waktu
- Elderly primigravida
- Persalinan obstruktif

SEKSIO SESAREA GAGAL


 Reaksi uterus tidak ada BERHASIL
 Kelainan letkep (Manuaba, 2009)
 Persalinan
 Fase laten dan aktif dan memanjang
pervaginal
 Distres janin
 Ruptur uteri imminens
 Ternyata CPD

8
FOKUS PENGKAJIAN

A. Pengkajian

Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang


dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data
dasar tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien( Hidayat,
2000 ).

1. Identitas atau biodata klien


Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register, dan
diagnosa keperawatan.

2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi,
DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang keluar
pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT,
TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut
diturunkan kepada klien
d. Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya,
berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri rendah.
( Depkes RI, 1993:66)

9
3. Pola-pola fungsi kesehatan
a. pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga
kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
c. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat
lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami
kelemahan dan nyeri.
d. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari
trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi
konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.
e. Pola istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena
adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
orang lain.
g. Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas.
h. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan
nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara
terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya
i. Pola persepsi dan konsep diri

10
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep
diri antara lain dan body image dan ideal diri
j. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau
fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan
dan nifas.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien
akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total
setelah partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya.
( Sharon J. Reeder, 1997:285)
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat
adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid, karena
adanya proses menerang yang salah.
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning.
d. Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola
mamae dan papila mamae.

11
g. Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h. Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
i. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.
j. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya
uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
k. Muskulis skeleta
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya
luka episiotomi.
l. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi
cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

(Ibrahim christina, 1993: 50)

12
B. Diagnose keperawatan
1. Risiko infeksi berhubungan denganketuban pecah dini.
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan denganketegangan ototrahim.
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan denganpengakuan persalinan premature.
4. Ansietas berhubungan dengan persalinan premature dan neonatus berpotensi
lahir premature.
(NANDA, 2012)

C. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Risiko infeksi Setelah dilakukan 1. Kaji tanda-tanda 1. Untuk
berhubungan tindakan keperawatan infeksi mengetahui
dengan selama 3×24 2. Pantau keadaan tanda-tanda
ketuban pecah jam diharapkan pasien umum pasien infeksi yang
dini tidak menunjukan tanda- 3. Bina hubungan muncul
tanda infeksi dengan saling percaya 2. Untuk melihat
kriteria hasil : melalui perkembangan
komunikasi kesehatan pasien
1. Tanda-tanda infeksi
terapeutik 3. Untuk
tidak tidak ada.
4. Berikan memudahkan
2. Tidak ada lagi cairan
lingkungan yang perawat
ketuban yang keluar
nyaman untuk melakukan
dari pervaginaan.
pasien tindakan
3. DJJ normal
5. Kolaborasi 4. Agar istirahat
4. Leukosit kembali
dengan dokter pasien terpenuhi
normal
untuk 5. Untuk proses
5. Suhu tubuh normal
memberikan penyembuhan
(36,5-37,5ºC)
obat antiseptik pasien
sesuai terapi

13
2. Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Kali tanda- 1. Untuk
nyaman: nyeri tindakan keperawatan tanda Vital mengetahui
berhubungan selama 3×24 jam di pasien keadaan umum
dengan harapkan nyeri berkurang 2. Kaji skala nyeri pasien
ketegangan atau nyeri hilang dengan (1-10) 2. Untuk
ototrahim kriteria hasil : 3. Ajarkan pasien mengetahui
teknik relaksasi derajat nyeri
1. Tanda-tanda vital
4. Atur posisi pasien dan
dalam batas normal.
pasien menentukan
TD:120/80 mm Hg
5. Berikan tindakan yang
N: 60-120 X/ menit.
lingkungan akan dilakukan
2. Pasien tampak tenang
yang nyaman 3. Untuk
dan rileks
dan batasi mengurangi nyeri
3. Pasien mengatakan
pengunjung yang dirasakan
nyeri pada perut
pasien
berkurang
4. Untuk
memberikan rasa
nyaman
5. Untuk
mengurangi
tingkat stress
pasien dan pasien
dapat beristirahat

3. Defisiensi Setelah dilakukan 1.Kaji apa pasien 1. Untuk


pengetahuan tindakan keperawatan tahu mengetahui
berhubungan selama 3×24 jam di tentang tanda- tentang
dengan harapkan pasien tanda dan gejala pemahaman
pengakuan memahami pengetahuan normal selama pasien untuk
persalinan tentang penyakitnya kehamilan tindakan
premature dengan criteria hasil : 2.Ajarkan tentang selanjutnya
apa yang harus 2. Mencegah
1. Pasien terlihat tidak

14
bingung lagi dilakukan jika terjadinya hal-hal
2. Pengetahuan Pasien dan tanda KPD yang tidak
keluarga dapat muncul kembali diinginkan terjadi
bertambah 3.Libatkan yang bisa
keluarga agar membahayakan
memantau ibu-janin
kondisi pasien 3. Untuk membantu
merencanakan
tindakan
berikutnya

4. Ansietas Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui


berhubungan tindakan keperawatan kecemasan tingkatan
dengan selama 3×24 jam di pasien kecemasan yang
persalinan harapkan ansietas pasien 2. Dorong pasien dialami pasien
premature dan teratasi dengan kriteria untuk istirahat 2. Untuk
neonatus hasil : total mempercepat pro
berpotensi 3. Berikan suasana ses penyembuhan
1. Pasien tidak cemas lagi
lahir yang tenang 3. Untuk
2. Pasien sudah
premature dan ajarkan memberikan rasa
mengetahui tentang
keluarga untuk nyaman dan
penyakit
memberikan menurunkan
dukungan kecemasan pasien
emosional
pasien.

D. Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan.


Tujuan implementasi adalah mengatasi masalah yang terjadi pada manusia. Setelah
rencana keperawatan disusun, maka rencana tersebut diharapkan dalam tindakan

15
nyata untuk mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci
sehingga dapat diharapkan tenaga pelaksanaan keperawatan dengan baik dan sesuai
dengan waktu yang ditentukan Implementasi ini juga dilakukan oleh perawatdan
harus menjunjung tinggi harkat dan martabat sebagai manusia yang unik(Hidayat,
2002.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi


menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah
direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria
hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan(Hidayat, 2002).

Menurut Rohman dan Walid (2009), evaluasi keperawatan ada 2 yaitu:

1. Evaluasi proses (formatif) yaitu valuasi yang dilakukan setiap selesai


tindakan. Berorientasi pada etiologi dan dilakukan secara terus-menerus
sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai.
2. Evaluasi hasil (sumatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan
keperawatan secara paripurna.Berorientasi pada masalah keperawatan dan
menjelaskan keberhasilan atau ketidakberhasilan.Rekapitulasi dan
kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang
ditetapkan.

16
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membranatau


meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut.Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapatberasal dari vagina dan
serviks(Saifudin, 2000).
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam
rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu,
tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat
menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak perlu
dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurussesuai
kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dangejala
korioamninitis. Jika timbul tanda dan gejala korioamnionitis,diindikasikan untuk
segera berkonsultasi dengan dokter yang menanganiwanita guna menginduksi
persalinan dan kelahiran. Pilihan metode persalinan(melalui vagina atau SC)
bergantung pada usia gestasi, presentasi dan beratkorioamnionitis.

17
DAFTAR PUSTAKA

Maria, A., & Candra, U.A. (2016). Hubungan usia kehamilan dan paritas ibu bersalin
dengan kejadian ketuban pecah dini. Jurnal Vokasi Kesehatan, 2, 10-11.

Manuaba, I.B.G. (2009). Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC

Manuaba, I.B.G.(2009).Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana


Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

www.obgyn-rscmfkui.com, di unduh pada tanggal 27 Maret 2014, Pukul 14.26 WIB

Prawirohardjo, Sarwono.(2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka

Saifuddin, A.B.(2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal.Jakarta: YBP-SP

Asrining, Surasmi., Handayani, Siti., Kusuma,Nur,.(2003), Perawatan Bayi Risiko


Tinggi. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif.(2008).Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I.Jakarta : Media


Aesculapius

Saifudin, A.B. SPOG, MPHD (2003).Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Material & Neonatal. Jakarta : EGC.

Hidayat, A.A.A. (2000).Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan ed.2.


Jakarta:Salemba Medika

18
International, NANDA.(2012).Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-
2014.Jakarta:EGC

19

Anda mungkin juga menyukai