Anda di halaman 1dari 2

Muhasabah Penuntut Ilmu Dengan Adab

Oleh. Fachrul Mu’alif Ubaidillah

Teringat pesan kakek sekaligus nasihat bagi para penuntut ilmu yang masih baru
belajar hijrah, beliau berpesan “bisa jadi apa yang kita sampaikan berisi kebenaran, tetapi
kalau kebenaran itu di bungkus dengan sifat merasa diri paling benar, fanatisme terhadap
golongan, merendahkan orang lain dan bahkan ada sifat al-kibr (kesombongan) di dalam
hati, maka apa yang kita sampaikan akan sia-sia atau bahkan mendatangkan murkanya
Allah SWT. Orang muslim itu mengedepan adab ketika menyampaikan ilmu”.

Mendengar nasihat beliau teringat apa yang disampaikan oleh Imam Ibnu Qoyim
salah satu murid senior Imam Malik mengatakan, “aku telah mengabdi kepada Imam Malik
bin Anas selam 20 Tahun. Dari masa itu, 18 Tahun aku mempelajari adab sedangkan
sisahnya 2 Tahun untuk belajar ilmu” (Tanbih al-mugharrin, Hal. 12). Dalam kisah lain
Imam Malik bin anas selalu menggunakan pakian yang indah dipandang dan wangi parfum
semerbak ketika akan menyampaikan Ayat-ayat Allah SWT dan Hadist Rosulullah SAW
karena kemuliannya.

Sebagai seorang yang fakir ilmu, tentu dalam hal mempelajarinya ada hal penting
yang wajib kita miliki yakni adab, kebanyakan seorang penuntut ilmu itu identik memiliki
sifat sebagai berikut:

Pertama, berilmu tetapi tidak beradab, seorang penuntut ilmu seperti ini bisa jadi apa
yang disampaikan berisi kebenaran, tetapi akan sia-sia jika dalam penyampaian ilmunya tidak
dibalut dengan kemulian adab dan kecenderungan merasa benar sendiri dalam penyampainya.

Kedua, beradab tetapi tidak berilmu, seorang penentut ilmu jika memiliki sifat ini
akan cenderung diam dan berhati-hati dalam berbicara sebab ia sadar dengan ilmu minim
yang ia miliki.

Ketiga, Berilmu dan beradab, paket kumplit bagi seorang penuntut ilmu semacam ini,
seorang penentut ilmu dengan sifat ini akan lebih berhati-hati dalam menyampaikan ilmu
yang ia miliki, namun akan menyejukan ketika ilmu itu keluar melalui lisanya dengan
kemulian adab yang ada pada diri penuntut ilmu.

Keempat, tidak berilmu dan tidak beradab, bagi para penentut ilmu hendaklah
menjauhi sifat demikian, sebab seseorang penentut ilmu yang memliki sifat ini akan
berkecenderungan memiliki sifat tiga akar dosa di dalam hatinya sebagaiman disampaikan
oleh Imam Al Gozali setidaknya ada tiga akar dosa yang mesti dijauhi begi para penentut
ilmu/manusia. Pertama, al-kibr (kesombongan), kedua at-thama’ (ketamakan atau kerakusan)
dan ketiga al-hasad (kedengkian), bahasa kasarnya mah tidak punya ilmu tapi sok faham akan
ketidaktahuannya, dan hal ini ditambah dengan minimnya adab yang dia miliki (sok
kepinteran).

Sebagai penuntut ilmu tentu banyak hal yang perlu kita jadikan sebagai tameng dalam
menjaga kemulian ilmu yang kita miliki salah satunya adalah dengan adab, mencintai dan
menyayangi ilmu yang kita pelajari dan menghormati guru tentunya, serta menghambakan
diri kepada Allah karena dialah pememilik segala ilmu. Waallahu’alam.

Anda mungkin juga menyukai