Anda di halaman 1dari 6

BAB 6

ANALISIS KELAYAKAN PROYEK

6. 3. Analisis Finansial dan Ekonomi

Evaluasi proyek terdiri dari analisis finansial dan analisis ekonomi. Analisis
finansial adalah memperkirakan keuntungan proyek proyek dari pandangan
individu seperti petani, perusahaan swasta, koperasi, proyek dan sebagainya.
Sedangkan analisis ekonomi adalah memperkirakan keuntungan proyek dari
pandangan masyarakat umum dan pandangan nasional secara keseluruhan.
Setelah manfaat dan biaya proyek diidentifikasikan, dihitung, dan dinilai dari
berbagai alternatif usulan proyek, dapat ditentukan alternatif usulan proyek
terbaik. Perhitungan dilakukan menggunakan 3 (tiga) pendekatan yaitu :
 Manfaat netto sekarang (Net Present Value/NPV)
 Tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Retum/IRR)
 Rasio manfaat/biaya (Benefit/Cost Ratio)

1. NPV (Nilai Netto Sekarang)

Present Value adalah nilai sekarang dari penerimaan (uang) yang akan
didapat pada tahun mendatang. Sedangkan Net Present Value (nilai netto
sekarang) adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran pertahun.
Perhitungan NPV memerlukan discount rate, yaitu bilangan yang digunakan
untuk melakukan diskonto penerimaan yang akan didapat pada tahun
mendatang menjadi nilai sekarang. Rumus yang diperlukan untuk
menghitung discount rate adalah :

d = 1/(1+i) t

dengan :
d = discount rate
i = interest rate, tingkat bunga
t = tahun

NPV dapat dihitung dengan menggunakan rumus :


t n
( Bt  Ct )
NPV   (1  i )t
t 1 dengan,

NPV = Net Present Value / Nilai netto sekarang


t = Tahun ke t
n = Akhir tahun perhitungan
Bt = Keuntungan pada akhir tahun ke-t
Ct = Biaya pada akhir tahun ke-t
r = Tungkat suku bunga
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam nilai NPV, adalah :
 NPV negatif, indikasi bahwa tingkat pengembalian usulan investasi
lebih tinggi daripada biaya alternatif (opportunity cost) dari modal
(tingkat pengembalian dari rencana investasi alternatif terbaik
kedua)
 NPV dinyatakan dalam nilai absolut, karena nilai terbesar NPV
menunjukkan manfaat bersih tertinggi.
 NPV dapat digunkan untuk ukuran / indikator pemilihan rencana
terbaik usulan investasi alternatif proyek yang bersifat mutually
exclusive.

2. Tingkat Pengembalian Internal (IRR)


Tingkat pengembalian internal adalah tingkat dimana nilai sekarang manfaat
kotor proyek sama dengan biaya proyek, atau nilai netto sekarang (NPV)
menjadi nol.
NPV1
IRR  i1   i 2  i1 
NPV1  NPV2
dimana: i1 = suku bunga yang memberikan nilai NPV positif;
i2 = suku bunga yang memberikan nilai NPV negatif;
NPV1 = NPV positif;
NPV2 = NPV negatif
Kriteria yang digunakan untuk dikatakan proyek dapat dilaksanakan adalah:
 IRR  suku bunga yang ditetapkan, maka proyek layak dilaksanakan.
 IRR  suku bunga yang ditetapkan, maka proyek tidak layak untuk
dilaksanakan.
Tingkat pengembalian internal (IRR) menunjukkan tingkat pengembalian
biaya proyek, oleh karena itu IRR tinggi menunjukkan manfaat tinggi,
dengan demikian ukuran ekonomis proyek ditentukan jika IRR lebih tinggi
dari biaya alternatif modal. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam IRR,
yaitu :
 Kebalikan dari NPV, IRR merupakan gambaran relatif usulan
investasi, ukuran IRR bukan kebutuhan yang utama, karena pada
dasarnya jika IRR tinggi, maka dapat dipastikan NPV besar.
 IRR tidak dapat digunakan untuk kriteria pemilihan alternatif
terbaik diantara proyek mutually exclusive.
 IRR tidak dapat dihitung, jika arus kas selalu positif
 Nilai IRR akan didapatkan lebih dari satu harga, jika arus kas
berubah sebagai berikut negatif, positif, negatif dan seterusnya.

3. Rasio Manfaat Biaya (Benefit Cost Ratio)

Rasio manfaat biaya (B/C) adalah perbandingan nilai sekarang manfaat dengan
nilai sekarang biaya.

t n
Bt
 (1 i)
t 1
t
B/C  t n
Ct
 (1 i)
t 1
t

Jika B/C lebih besar dari satu, maka manfaat lebih besar dari biaya. Sama seperti
IRR, rasio manfaat biaya (B/C) menunjukkan gambaran relatif proyek,
memperlihatkan berapa kali hasil manfaat terhadap biaya usulan investasi.
Ukuran B/C rasio sebelumnya sering digunakan, namun sekarang yang sering
digunakan ukuran IRR, hal ini disebabkan :
 Perhitungan B/C rasio menggunakan tingkat suku bunga
 B/C rasio akan berubah mengikuti tingkat suku bunga
 B/C rasio berubah tergantung netting out dalam arus manfaat & biaya.
Dalam analisis ekonomi proyek memerlukan kepastian yang akan datang dan
keakuratan data, komponen dasar arus manfaat dan biaya seperti harga input dan
output proyek serta jumlahnya. Metode yang paling mudah dikerjakan dengan
cara test sensitivitas, yaitu sampai berapa sensitiv NPV atau IRR jika ada
variabel/parameter/alternatif yang berubah, berapa banyak variabel berubah atau
alternatif lain, berapa banyak variabel berunah yang ditentukan sampai didapat
NPV sama dengan nol.

6.3. Analisis Kelayakan Proyek Bendung Triwidadi.

Kegiatan Analisis Kelayakan Proyek akan melakukan perhitungan biaya proyek


dengan menggunakan nilai-nilai NPV, B/C Ratio dan IRR, dengan tingkat
suku bunga yang digunakan sebesar 12 %.

Rencana Anggaran Biaya proyek

Berdasarkan hasil investasi awal, besarnya biaya proyek dapat dirinci sebagai
tersebut di bawah ini,

1. Biaya pembebasan lahan.


Estimasi biaya pembebasan lahan memperhitungkan taksiran nilai fasilitas
Umum, perumahan, sawah, tegalan dan tanaman. Untuk pekerjaan Bendung
Triwidadi ini diperlukan pembebasan tanah yang diperkirakan sebesar Rp.
40.000.000,-.
2. Biaya Konstruksi
Estimasi biaya konstruksi bendung diperkirakan adalah sebesar Rp
1.410.000.000,-, biaya perencanaan dan biaya pengawasan
Rp.150.000.000,-
3. Biaya Operasional dan Pemeliharaan
Biaya Operasi dan Pemeliharaan diestimasi untuk Bendung ini sebesar 1%
dari biaya konstruksinya, sebesar Rp. 14.000.000,- per tahun.

Perhitungan manfaat Proyek

1. Suplesi sawah.
Dengan asumsi bahwa biaya yang diperlukan untuk mengolah sawah,
pemupukan, penanggulangan hama dan panen adalah 35% dari nilai hasil
panen dan produktifitas sawah adalah 7 ton per hektar. Untuk harga gabah
kering giling Rp.5.000, maka :
Pendapatan dari budidaya padi : (1,0 – 0,35) x (7 x 5.000 x 1000) = Rp
22.750.000,- per tahun per hektar.
Produksi polowijo (kacang-kacangan, sayur-sayuran, dll) diperkirakan
menghailkan 4 ton per hektar dengan dengan harga jual Rp. 4.000,- per
kilogram. Sedangkan biaya perawatan hingga panen adalah sebesar 30% dari
hasil produksi.
Pendapatan dari polowijo adalah : 4 x 1000 x 0,70 x Rp. 4.000,- = Rp.
11.200.000,- per hektar.
Peningkatan pendapatan petani tanaman padi di MT-2 dari yang semula
polowijo menjadi padi adalah sebesar Rp.22.750.000,- - 0,7xRp.11.200.000,-
= Rp.14.910.000,- per hektar per tahun.
Dengan pola tanam padi-padi-polowijo untuk lahan seluas 8 Ha, maka
penambahan penghasilan tersebut adalah : 8x(Rp.14.910.000,- +
11.200.000,-) = Rp. 208.880.000 Pertahun.
Dengan pola tanam padi-padi-padi maka penambahan penghasilan untuk
lahan seluas 8 Ha di MT-1 dan MT-2 serta 5,5 Ha di MT-3 adalah menjadi
8xRp.14.910.000,- + 5,5xRp.22.750.000,- = Rp. 244.405.000,-. Per hektar
pertahun.

No Komponen Biaya Besaran Keterangan


1 Biaya FS, perencanaan Rp. 220.000.000 , -
dan supervisi
2 Biaya pembebasan Rp. 40.000.000 ,-
lahan
3 Biaya Konstruksi, dll Rp 1.345.000.000,-
4 Biaya Operasional dan Rp. 25.000.000,- ±1% dari biaya
Pemeliharaan konstruksi dan pompa
Jumlah biaya Rp 1.605.000.000,-
Komponen Manfaat
1 Pertanian Rp. 208.880.000,- Padi-padi-polowijo 8 Ha

Perhitungan BCR, IRR, dan NPV

Berdasarkan rumus perhitungan diatas, maka hasil akhirnya adalah sebagai berikut :

Anda mungkin juga menyukai