Isi Panduan Manajemen Resiko
Isi Panduan Manajemen Resiko
DEFINISI
a. Risiko
1
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam terjadinya risiko adalah :
2
Langkah-langkah untuk meminimalkan risiko:
b. Manajemen Risiko
Manajemen risiko menurut The Joint Commission On
Acreditation Of Healthcare Organizations adalah aktivitas klinik dan
administratif yang dilakukan oleh RS untuk melakukan identifikasi,
3
evaluasi dan pengurangan risiko terjadinya cedera atau kerugian
pada pasien, pengunjung dan institusi RS.
Manajemen risiko dapat digambarkan sebagai proses
berkelanjutan dari identifikasi secara sistemik, evaluasi dan
penatalaksanaan risiko dengan tujuan mengurangi dampak buruk
bagi organisasi maupun individu.
Rumah Sakit perlu menggunakan pendekatan proaktif dalam
melaksanakan manajemen risiko. Upaya manajemen risiko
menurut (RR, Balsamo dan MD, Brown., 1998)
Level of risk ?
Yes Acceptable? No
4
non medis. Metode yang digunakan untuk mengenali risiko antara lain:
Self-assessment, sistem pelaporan kejadian yang berpotensi
menimbulkan risiko (laporan insiden) dan audit klinis.
2. Risk control (and or Risk Prevention). Langkah-langkah yang diambil
manajemen untuk mengendalikan risiko. Upaya yang dilakukan:
Mencari jalan untuk menghilangkan risiko (engineering solution)
Mengurangi risiko (control solution) baik terhadap probabilitasnya
maupun terhadap derajat keparahannya.
Mengurangi dampaknya.
3. Risk containment. Dalam hal telah terjadi suatu insiden, baik akibat
suatu tindakan atau kelalaian ataupun akibat dari suatu kecelakaan
yang tidak terprediksikan sebelumnya, maka sikap yang terpenting
adalah mengurangi besarnya risiko dengan melakukan langkah-
langkah yang tepat dalam mengelola pasien dan insidennya. Unsur
utamanya biasanya adalah respons yang cepat dan tepat terhadap
setiap kepentingan pasien, dengan didasari oleh komunikasi yang
efektif.
4. Risk transfer. Akhirnya apabila risiko itu akhirnya terjadi juga dan
menimbulkan kerugian, maka diperlukan pengalihan penanganan
risiko tersebut kepada pihak yang sesuai, misalnya menyerahkannya
kepada sistem asuransi.
5
Alur Pelaksanaan Manajemen Resiko
1) RUANG LINGKUP :
a) Identifikasi Risiko
b) Analisa Risiko
c) Penentuan prioritas risiko dengan mengukur tingkat risiko
d) Tentukan Risiko
e) Pengelolaan risiko untuk meminimalkan kerugian
f) Membangun upaya pencegahan
g) Tindak lanjut pelaksanaan manajemen risiko
2) TATA LAKSANA
a) Identifikasi Risiko.
Proses sistematis dan terstruktur untuk menemukan dan
mengenali risiko, kemudian dibuat daftar risiko. Daftar risiko
dilengkapi dengan deskripsi risiko termasuk menjelaskan kejadian
6
dan persitiwa yang mungkin terjadi dan dampak yang
ditimbulkannya.
Identifikasi resiko dilakukan dengan menggunakan metode
proaktif dan metode reaktif. Metode proaktif merupakan metode
yang dilakukan sebelum adanya kejadian dengan mempelajari
potensi resiko atau potensi bahaya yang akan di timbulkan dari
suatu kegiatan, sedangkan metode reaktif yaitu tindakan yang
dilakukan setelah adanya kejadian.
Identifikasi dilakukan pada: Sumber risiko, area risiko,
peristiwa dan penyebabnya serta potensi akibatnya. Metode
identifikasi risiko dilakukan dengan proaktif melalui self asessmen.
Untuk metode reaktif melalui incident reporting sistem dan clinical
audit serta dilakukan secara menyeluruh terhadap risiko medis dan
non medis.
b) Analisa Risiko
Analisa resiko berdasarkan pada tindakan proaktif dan
reaktif. Untuk tindakan proaktif dengan menggunakan metode
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA dan HVA), sedangkan
untuk tindakan reaktif dengan menggunakan Root Cause Analysis
(RCA)
7
memiliki bobot besar dan mengganggu pencapaian tujuan RS,
maka ditentukan sebagai prioritas utama dan harus diatasi atau
ditransfer, atau bahkan menghentikan kegiatan yang meningkatkan
terjadinya risiko.
Tujuan menentukan prioritas risiko adalah membantu proses
pengambilan keputusan berdasarkan hasil analisis risiko.
Menentukan prioritas risiko dengan mempertimbangkan 3
faktor yaitu peluang, frekuensi paparan dan akibat, seperti yang
disajikan sebagai berikut :
8
NILAI KETERANGAN
9
NILAI KETERANGAN
komunitas/endemik pada karyawan atau pasien
Menyebabkan terhambatnya pelayanan hingga lebih
dari 1 hari
Kerugian keuangan > 5 M – 10M
15 Very serious / Sangat serius/ Keuangan berat
Menyebabkan satu kematian, kerugian cukup besar
Memperberat atau menambah penyakit pada
beberapa pasien atau karyawan
Menyebabkan penyakit yang bersifat permanen atau
kronis (HIV, Hepatitis, keganasan, Tuli, gangguan
fungsi organ menetap).
Menyebabkan cidera serius seperti cacat atau
kehilangan anggota tubuh permanen, hilang fungsi
tubuh (fungsi motorik / sensorik / psikologis
(irreversibel)).
Menyebabkan terhambatnya pelayanan lebih dari 30
menit hingga 1 hari
Kerugian keuangan 1 – 5 Milyar
7 Serious / Serius/ Keuangan sedang
Cidera sedang (misal luka robek) atau insiden yang
terjadi dapat memperpanjang masa perawatan
(terganggunya fungsi motorik / sensorik / psikologis
(reversibel)) dan hilang hari kerja, kerugian material
cukup besar
Menyebabkan penyakit yang memerlukan perawatan
medis lebih dari 7 hari dan dapat disembuhkan
Menyebabkan terhambatnya pelayanan kurang dari
30 menit.
Kerugian keuangan 500 jt – 1 Milyar
10
NILAI KETERANGAN
3 Casualty treatment / Perawatan medis/ Keuangan
ringan
Menyebabkan cidera/penyakit yang memerlukan
perawatan medis atau tidak dapat masuk bekerja
hingga 7 hari.
Kerugian keuangan 50 juta – 500 juta
1 First aid treatment / P3K/ Keuangan sangat ringan
Cidera tidak serius / minor seperti lecet, luka kecil dan
hanya perlu penanganan P3K
Kerugian keuangan s/d 50 juta
d) Tentukan Risiko
Proses menganalisa risiko yang perlu dipertimbangkan
adalah dampak dari risiko tersebut bila benar terjadi. Risiko yang
dampaknya besar harus segera ditindaklanjuti dan mendapat
perhatian dari pimpinan. Risiko yang dampaknya medium-rendah
akan dikelola oleh Komite Manajemen Risiko bersama Kepala Unit
Kerja untuk membuat rencana tindak lanjut dan pengawasan.
11
Skor Kriteria Keterangan
Tindakan perbaikan dapat
20 – 69 dijadwalkan kemudian dan
Menengah
penanganan cukup dilakukan
dengan prosedur yang ada
<20 Rendah Risiko dapat diterima
12
3. Rekayasa engineering atau rekayasa teknik, menyingkirkan
bahaya dari pasien atau karyawan/pengunjung dll dengan
memberi perlindungan, menyimpan di suatu ruang atau
waktu terpisah, Pengendalian secara administrasi misalnya
pengawasan, pelatihan, rotasi.
4. Administrasi berupa pelatihan, sosialisasi atau adanya
Standar Prosedur Operasional (SPO)
5. Memberi Alat Pelindung Diri (APD), digunakan sebagai
alternatif terakhir setelah kita telah berusaha melakukan 4
(empat) tindakan perbaikan di atas.
Pengendalian Risiko
Klasifikasi Jenis Pengendalian
Menghentikan kegiatan
Menghindari risiko
Tidak melakukan kegiatan
Mentransfer risiko Asuransi
Membuat Kebijakan
Membuat SPO
Mengganti atau membeli alat
Mengembangkan sistem informasi
Melaksanakan prosedur
pengadaan, perbaikan dan
pemeliharaan bangunan dan
Mengurangi risiko
instrumen yang sesuai dengan
persyaratan; pengadaan bahan
habis pakai sesuai dengan prosedur
dan persyaratan; pembuatan dan
pembaruan prosedur, standar dan
check-list; pelatihan penyegaran
bagi personil, seminar, pembahasan
13
Klasifikasi Jenis Pengendalian
kasus, poster, stiker
Mengambil kesempatan dengan
kondisi yang ada dengan
Mengeksploitasi risiko
mempertimbangkan keuntungan
lebih besar daripada kerugian
Menerima risiko Mitigasi (mengurangi) dampak risiko
14
IV. DOKUMENTASI
1. Dokumentasi Proaktif (FMEA)
a. Risk Register
15
c. Form FMEA
Langkah 1 dan langkah 2
Langkah 3, 4, 5 dan 6
16
Modus Kegagalan dan Dampak
Action Plan
17
PDSA (Plan, Do, Studi, Action)
18
HVA (Technologic Event)
19
HVA (Event Involving Hazardous Materials)
20
LANGKAH 4 PETAKAN KRONOLOGI KEJADIAN
KEJADIAN
INFORMASI
TAMBAHAN
Good Practice
MASALAH
PELAYANAN
21
FORM TIMEPERSON GRID
WAKTU/
STAF YANG
TERLIBAT
22
LANGKAH 5 IDENTIFIKASI CMP
Mengapa
Mengapa
Mengapa
Mengapa
Mengapa
23
FORM ANALISIS PERUBAHAN
24
Fish Bone / Analisis Tulang Ikan
Faktor
Eksternal diluar
Faktor Staf Faktor Tugas RS Faktor Tim
Faktor Pasien
Faktor
Faktor
Organisasi
Faktor Lingkungan
&
Komunikasi Kerja
KET: Manajemen
Untuk pengisian lihat Faktor Kontributor
25
FAKTOR KONTRIBUTOR, KOMPONEN & SUBKOMPONEN DALAM INVESTIGASI INSIDEN KLINIS
1. FAKTOR KONTRIBUTOR EKSTERNAL DILUAR RS
Komponen
a. Regulator dan Ekonomi
b. Peraturan & Kebijakan Depkes
c. Peraturan Nasional
d. Hubungan dengan Organisasi lain
Komponen SubKomponen
Organisasi & Manajemen a. Struktur Organisasi
b. Pengawasan
c. Jenjang Pengambilan Keputusan
Kebijakan, Standar & Tujuan a. Tujuan & Misi
b. Penyusunan Fungsi Manajemen
c. Kontrak Service
d. Sumber Keuangan
e. Pelayanan Informasi
f. Kebijakan diklat
g. Prosedur & Kebijakan
h. Fasilitas & Perlengkapan
i. Manajemen Risiko
j. Manajemen K3
k. Quality Improvement
Administrasi Sistem Administrasi
Budaya Keselamatan a. Attitude Kerja
b. Dukungan manajemen oleh seluruh staf
SDM a. Ketersediaan
b. Tingkat Pendidikan & Keterampilan Staf yang Berbeda
c. Beban Kerja yang optimal
Diklat Manajemen Training/Pelatihan/Refreshing
26
6. FAKTOR KONTRIBUTOR : TUGAS
Komponen SubKomponen
Ketersediaan SOP a. Prosedur Peninjauan & Revisi SOP
b. Ketersediaan SOP
c. Kualitas Informasi
d. Prosedur Investigasi
Ketersediaan & akurasi hasil test a. Test Tidak Dilakukan
b. Ketidaksesuaian antara interpretasi hasil test
Faktor Penunjang dalam validasi alat medis a. Ketersediaan, penggunaan, reliabilitas
b. Kalibrasi
Desain Tugas Penyelesaian tugas tepat waktu dan sesuai SOP
Personal a. Kepribadian
b. Bahasa
c. Kondisi Sosial
d. Keluarga
Pengobatan Mengetahui risiko yang berubungan dengan pengobatan
TINGKAT
AKAR TINDAKAN REKOMENDASI PENANGGUNG WAKTU SUMBER DAYA BUKTI PARAF
MASALAH (Individu, Tim, JAWAB YG DIBUTUHKAN PENYELESAIAN
Direktorat, RS
27
4. HUBUNGAN TATA KERJA
WADIR
PELAYANAN MEDIK
KOMITE KOMITE
KOMITE MUTU KESELAMATAN K3RS KOMITE PPI
PASIEN
28