Anda di halaman 1dari 28

1.

DEFINISI
a. Risiko

Setiap upaya medik umumnya mengandung risiko , sebagian di


antaranya berisiko ringan atau hampir tidak berarti secara klinis.
Namun tidak sedikit pula yang memberikan konsekuensi medik
yang cukup berat. Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan
sesuatu terjadi atau potensi bahaya yang terjadi yang dapat
memberikan pengaruh kepada hasil akhir.
Risiko yang dicegah berupa risiko klinis dan risiko non klinis .
Risiko klinis adalah risiko yang dikaitkan langsung dengan layanan
medis maupun layanan lain yang dialami pasien selama di RS.
Sementara risiko non medis ada yang berupa risiko bagi organisasi
maupun risiko finansial. Risiko organisasi adalah yang
berhubungan langsung dengan komunikasi, produk layanan,
proteksi data, sistem informasi dan semua risiko yang dapat
mempengaruhi pencapaian organisasi. Risiko finansial adalah risiko
yang dapat mengganggu kontrol finansial yang efektif, salah
satunya adalah sistem yang harusnya dapat menyediakan
pencatatan akuntansi yang baik (Bury PCT, 2007).

Menurut Dwipraharso (2004) risiko medis dibagi menjadi 3


tingkatan, yaitu:
1. Tingkat probabilitas dan keparahannya minimal (umumnya
bersifat foreseeable but unavoidable, calculated, controllable).
2. Risiko ‘bermakna’ tetapi harus diambil karena ‘the only way’
(unavoidable).
Risiko 1 dan 2 memerlukan informed consent, sehingga bila
terjadi dokter tidak bertanggung jawab secara hukum.
3. Risiko yang unforeseeable = untoward results

1
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam terjadinya risiko adalah :

Faktor Komponen yang berperan


Organisasi dan  Sumber dan keterbatasan keuangan
Manajemen  Struktur organisasi
 Standar dan tujuan kebijakan
 Safety culture
Lingkungan pekerjaan  Kualifikasi staf dan tingkat keahlian
 Beban kerja dan pola shift
 Desain, ketersediaan dan pemeliharaan
alkes
 Dukungan administratif dan manajerial
Tim  Komunikasi verbal
 Komunikasi tulisan
 Supervisi dan pemanduan
 Struktur tim
Individu dan staf  Kemampuan dan ketrampilan
 Motivasi
 Kesehatan mental dan fisik
Penugasan  Desain penugasan dan kejelasan struktur
penugasan
 Ketersediaan dan pemanfaatan prosedur
yang ada
 Ketersediaan dan akurasi hasil tes
Karakteristik pasien  Kondisi ( Keparahan dan kegawatan)
 Bahasa dan komunikasi
 Faktor sosial dan personal

2
Langkah-langkah untuk meminimalkan risiko:

1) Meningkatkan peran RS dan manajemen dalam mencegah


error dengan cara mengembangkan sistem yang selain
bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan juga
menjamin bahwa setiap upaya, prosedur dan sistem pelayanan
yang dilakukan aman untuk pasien, petugas dan lingkungan.
Hal tersebut dipresentasikan dalam bentuk SPO, clinical
practice guidelines, clinical pathway dll.

2) Meningkatkan peran staf RS agar terlibat langsung maupun


tidak langsung dalam pelayanan kesehatan di RS untuk mampu
mengenali, mengidentifikasi dan menganalisis kejadian medical
error dan melakukan upaya yang adekuat untuk mengatasi
error yang sudah terlanjur terjadi.

3) Setiap staf harus menyadari bahwa mereka adalah bagian dari


tim yang bekerja dalam satu sistem. Kerja tim yang baik juga
sangat ditentukan oleh kinerja manajemen rumah sakit yang
baik, mulai dari dukungan moral, finansial, ,teknis dan
operasional hingga terjalinnya komunikasi yang baik antara
pihak manajemen dengan pihak praktisi.

Dalam setiap pusat pelayanan kesehatan harus dibangun


sistem yang dapat menjamin bahwa setiap tindakan medik yang
dilakukan haruslah aman bagi pasien maupun petugas dan
lingkungan sekitar. Pendekatan yang dapat dilakukan disebut
dengan manajemen risiko.

b. Manajemen Risiko
Manajemen risiko menurut The Joint Commission On
Acreditation Of Healthcare Organizations adalah aktivitas klinik dan
administratif yang dilakukan oleh RS untuk melakukan identifikasi,

3
evaluasi dan pengurangan risiko terjadinya cedera atau kerugian
pada pasien, pengunjung dan institusi RS.
Manajemen risiko dapat digambarkan sebagai proses
berkelanjutan dari identifikasi secara sistemik, evaluasi dan
penatalaksanaan risiko dengan tujuan mengurangi dampak buruk
bagi organisasi maupun individu.
Rumah Sakit perlu menggunakan pendekatan proaktif dalam
melaksanakan manajemen risiko. Upaya manajemen risiko
menurut (RR, Balsamo dan MD, Brown., 1998)

Manajemen risiko dilakukan berdasarkan Risk Management Logic


(Dwipraharso, 2004), yaitu:
What are the hazards (identifikasi risiko)

Probability, Severity , Exposure

Level of risk ?

Yes Acceptable? No

Accept the risk Can it be eliminated?


- Eliminated Can it be reduced?
- Reduced Cancel the mission?

Manajemen risiko merupakan upaya yang proaktif untuk


mencegah masalah dikemudian hari, dilakukan terus menerus dan
dalam suasana no blame culture.

Tahapan manajemen risiko adalah:


1. Risk Awareness. Seluruh staf RS harus menyadari risiko yang
mungkin terjadi di unit kerjanya masing-masing, baik medis maupun

4
non medis. Metode yang digunakan untuk mengenali risiko antara lain:
Self-assessment, sistem pelaporan kejadian yang berpotensi
menimbulkan risiko (laporan insiden) dan audit klinis.
2. Risk control (and or Risk Prevention). Langkah-langkah yang diambil
manajemen untuk mengendalikan risiko. Upaya yang dilakukan:
 Mencari jalan untuk menghilangkan risiko (engineering solution)
 Mengurangi risiko (control solution) baik terhadap probabilitasnya
maupun terhadap derajat keparahannya.
 Mengurangi dampaknya.
3. Risk containment. Dalam hal telah terjadi suatu insiden, baik akibat
suatu tindakan atau kelalaian ataupun akibat dari suatu kecelakaan
yang tidak terprediksikan sebelumnya, maka sikap yang terpenting
adalah mengurangi besarnya risiko dengan melakukan langkah-
langkah yang tepat dalam mengelola pasien dan insidennya. Unsur
utamanya biasanya adalah respons yang cepat dan tepat terhadap
setiap kepentingan pasien, dengan didasari oleh komunikasi yang
efektif.
4. Risk transfer. Akhirnya apabila risiko itu akhirnya terjadi juga dan
menimbulkan kerugian, maka diperlukan pengalihan penanganan
risiko tersebut kepada pihak yang sesuai, misalnya menyerahkannya
kepada sistem asuransi.

Dari sisi sumber daya manusia, manajemen risiko dimulai dari


pembuatan standar (set standards), patuhi standar tersebut (comply
with them), kenali bahaya (identify hazards), dan cari pemecahannya
(resolve them).

5
Alur Pelaksanaan Manajemen Resiko

1) RUANG LINGKUP :
a) Identifikasi Risiko
b) Analisa Risiko
c) Penentuan prioritas risiko dengan mengukur tingkat risiko
d) Tentukan Risiko
e) Pengelolaan risiko untuk meminimalkan kerugian
f) Membangun upaya pencegahan
g) Tindak lanjut pelaksanaan manajemen risiko

2) TATA LAKSANA

a) Identifikasi Risiko.
Proses sistematis dan terstruktur untuk menemukan dan
mengenali risiko, kemudian dibuat daftar risiko. Daftar risiko
dilengkapi dengan deskripsi risiko termasuk menjelaskan kejadian

6
dan persitiwa yang mungkin terjadi dan dampak yang
ditimbulkannya.
Identifikasi resiko dilakukan dengan menggunakan metode
proaktif dan metode reaktif. Metode proaktif merupakan metode
yang dilakukan sebelum adanya kejadian dengan mempelajari
potensi resiko atau potensi bahaya yang akan di timbulkan dari
suatu kegiatan, sedangkan metode reaktif yaitu tindakan yang
dilakukan setelah adanya kejadian.
Identifikasi dilakukan pada: Sumber risiko, area risiko,
peristiwa dan penyebabnya serta potensi akibatnya. Metode
identifikasi risiko dilakukan dengan proaktif melalui self asessmen.
Untuk metode reaktif melalui incident reporting sistem dan clinical
audit serta dilakukan secara menyeluruh terhadap risiko medis dan
non medis.

b) Analisa Risiko
Analisa resiko berdasarkan pada tindakan proaktif dan
reaktif. Untuk tindakan proaktif dengan menggunakan metode
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA dan HVA), sedangkan
untuk tindakan reaktif dengan menggunakan Root Cause Analysis
(RCA)

c) Urutkan prioritas risiko dengan mengukur tingkat risiko.


Pengelolaan risiko diawali dengan menilai konsekuensi yang
dapat diakibatkan sebuah insiden dan kemungkinan terjadinya
risiko setelah teridentifikasi. Kemudian risiko dievaluasi lalu
diberikan skor untuk menentukan bobot dan prioritas risiko yang
telah terjadi. Sesuai dengan bobotnya ditentukan tindakan yang
akan diberlakukan terhadap masing-masing risiko. Bila bobotnya
ringan dan tidak prioritas tindakannya dapat hanya mentoleransi
saja dan menjadikannya catatan. Namun bila risiko yang terjadi

7
memiliki bobot besar dan mengganggu pencapaian tujuan RS,
maka ditentukan sebagai prioritas utama dan harus diatasi atau
ditransfer, atau bahkan menghentikan kegiatan yang meningkatkan
terjadinya risiko.
Tujuan menentukan prioritas risiko adalah membantu proses
pengambilan keputusan berdasarkan hasil analisis risiko.
Menentukan prioritas risiko dengan mempertimbangkan 3
faktor yaitu peluang, frekuensi paparan dan akibat, seperti yang
disajikan sebagai berikut :

TINGKAT RISIKO = PELUANG X FREKUENSI PAPARAN X AKIBAT

KRITERIA PELUANG (P)


NILAI KETERANGAN

10 Almost certain / Hampir pasti; Sangat mungkin akan


terjadi /hampir dipastikan akan terjadi pada semua
kesempatan.
6 Quite possible / Mungkin terjadi; Mungkin akan terjadi
atau bukan sesuatu hal yang aneh untuk terjadi (50 – 50
kesempatan)
3 Unusual but possible / Tidak biasa namun dapat terjadi;
Biasanya tidak terjadi namun masih ada kemungkinan
untuk dapat terjadi tiap saat.
1 Remotely possible / Kecil kemungkinannya; Kecil
kemungkinannya untuk terjadi / sesuatu yang kebetulan
terjadi
0,5 Conceivable / Sangat kecil kemungkinannya; Belum
pernah terjadi sebelumnya setelah bertahun-tahun
terpapar bahaya / kecil sekali kemungkinannya untuk
terjadi

8
NILAI KETERANGAN

0,1 Practically impossible / Secara praktek tidak mungkin


terjadi; Belum pernah terjadi sebelumnya di manapun /
merupakan sesuatu yang tidak mungkin untuk terjadi

KRITERIA FREKUENSI PAPARAN (F)


NILAI KETERANGAN
10 Continue / Terus-menerus; terjadi beberapa kali dalam
sehari.
6 Frequent / Sering; terjadi harian / minimal sekali dalam
sehari
3 Occasional / Kadang-kadang; terjadi seminggu sekali
2 Infrequent / Tidak sering; terjadi sekali antara seminggu
sampai sebulan
1 Rare / Jarang; beberapa kali dalam setahun
0,5 Very rare / Sangat jarang; terjadi sekali dalam setahun
0,1 No exposure / Tidak terpapar; tidak pernah terjadi

KRITERIA AKIBAT (A)


NILAI KETERANGAN
100  Catastrophe / Malapetaka/ Keuangan ekstrem
 Banyak kematian
 Kerugian sangat besar / berhenti total
 Kerugian keuangan > 10 Milyar
40  Disaster / Bencana/ Keuangan sangat berat
 Beberapa kematian
 Kerugian besar / sebagian proses berhenti
 Menyebabkan penyakit yang bersifat

9
NILAI KETERANGAN
komunitas/endemik pada karyawan atau pasien
 Menyebabkan terhambatnya pelayanan hingga lebih
dari 1 hari
 Kerugian keuangan > 5 M – 10M
15  Very serious / Sangat serius/ Keuangan berat
 Menyebabkan satu kematian, kerugian cukup besar
 Memperberat atau menambah penyakit pada
beberapa pasien atau karyawan
 Menyebabkan penyakit yang bersifat permanen atau
kronis (HIV, Hepatitis, keganasan, Tuli, gangguan
fungsi organ menetap).
 Menyebabkan cidera serius seperti cacat atau
kehilangan anggota tubuh permanen, hilang fungsi
tubuh (fungsi motorik / sensorik / psikologis
(irreversibel)).
 Menyebabkan terhambatnya pelayanan lebih dari 30
menit hingga 1 hari
 Kerugian keuangan 1 – 5 Milyar
7  Serious / Serius/ Keuangan sedang
 Cidera sedang (misal luka robek) atau insiden yang
terjadi dapat memperpanjang masa perawatan
(terganggunya fungsi motorik / sensorik / psikologis
(reversibel)) dan hilang hari kerja, kerugian material
cukup besar
 Menyebabkan penyakit yang memerlukan perawatan
medis lebih dari 7 hari dan dapat disembuhkan
 Menyebabkan terhambatnya pelayanan kurang dari
30 menit.
 Kerugian keuangan 500 jt – 1 Milyar

10
NILAI KETERANGAN
3  Casualty treatment / Perawatan medis/ Keuangan
ringan
 Menyebabkan cidera/penyakit yang memerlukan
perawatan medis atau tidak dapat masuk bekerja
hingga 7 hari.
 Kerugian keuangan 50 juta – 500 juta
1  First aid treatment / P3K/ Keuangan sangat ringan
 Cidera tidak serius / minor seperti lecet, luka kecil dan
hanya perlu penanganan P3K
 Kerugian keuangan s/d 50 juta

d) Tentukan Risiko
Proses menganalisa risiko yang perlu dipertimbangkan
adalah dampak dari risiko tersebut bila benar terjadi. Risiko yang
dampaknya besar harus segera ditindaklanjuti dan mendapat
perhatian dari pimpinan. Risiko yang dampaknya medium-rendah
akan dikelola oleh Komite Manajemen Risiko bersama Kepala Unit
Kerja untuk membuat rencana tindak lanjut dan pengawasan.

KRITERIA SKOR RISIKO (R)


Skor Kriteria Keterangan
Lebih dari Hentikan kegiatan dan perlu
Sangat tinggi
400 perhatian manajemen puncak.
Perlu mendapat perhatian dari
200 – 400 Tinggi manjemen puncak dan tindakan
perbaikan segera di lakukan.
Lakukan perbaikan secepatnya
70 – 199 Substantial dan tidak diperlukan keterlibatan
pihak manajemen puncak.

11
Skor Kriteria Keterangan
Tindakan perbaikan dapat
20 – 69 dijadwalkan kemudian dan
Menengah
penanganan cukup dilakukan
dengan prosedur yang ada
<20 Rendah Risiko dapat diterima

Respon RS ditentukan melalui asesmen risiko atau pengelolaan


risiko, yang meliputi :
 Identifikasi potensial risiko dan hazard.
 Menelusuri siapa dan apa yang dapat dirugikan serta bagaimana
caranya.
 Evaluasi temuan risiko, analisa apakah pengelolaannya sudah
cukup atau perlu diubah untuk mencegah terjadinya insiden.
 Catat temuan lalu buat rencana pengelolaanya.
 Evaluasi pengelolaan secara menyeluruh dan perbaiki bila perlu.

e) Pengelolaan risiko untuk meminimalkan kerugian (Risk


Control).
Perlakukan risiko adalah upaya untuk menyeleksi pilihan-
pilihan yang dapat mengurangi atau meniadakan dampak serta
kemungkinan terjadi risiko. Perlakuan yang dapat dipilih adalah;
 Pengendalian = upaya-upaya untuk mengubah risiko yang
merupakan langkah-langkah antisipatif yang direncanakan dan
dilakukan secara rutin untuk mengurangi risiko.
Tahapan pengendalian resiko tersebut adalah :
1. Eliminasi (menghilangkan bahaya), merubah proses,
metode atau bahan untuk menghilangkan bahaya yang ada
2. Substitusi (mengganti), material, zat atau proses dengan
material, zat, proses lain yang tidak atau kurang berbahaya

12
3. Rekayasa engineering atau rekayasa teknik, menyingkirkan
bahaya dari pasien atau karyawan/pengunjung dll dengan
memberi perlindungan, menyimpan di suatu ruang atau
waktu terpisah, Pengendalian secara administrasi misalnya
pengawasan, pelatihan, rotasi.
4. Administrasi berupa pelatihan, sosialisasi atau adanya
Standar Prosedur Operasional (SPO)
5. Memberi Alat Pelindung Diri (APD), digunakan sebagai
alternatif terakhir setelah kita telah berusaha melakukan 4
(empat) tindakan perbaikan di atas.

Pengendalian Risiko
Klasifikasi Jenis Pengendalian
Menghentikan kegiatan
Menghindari risiko
Tidak melakukan kegiatan
Mentransfer risiko Asuransi
Membuat Kebijakan
Membuat SPO
Mengganti atau membeli alat
Mengembangkan sistem informasi
Melaksanakan prosedur
pengadaan, perbaikan dan
pemeliharaan bangunan dan
Mengurangi risiko
instrumen yang sesuai dengan
persyaratan; pengadaan bahan
habis pakai sesuai dengan prosedur
dan persyaratan; pembuatan dan
pembaruan prosedur, standar dan
check-list; pelatihan penyegaran
bagi personil, seminar, pembahasan

13
Klasifikasi Jenis Pengendalian
kasus, poster, stiker
Mengambil kesempatan dengan
kondisi yang ada dengan
Mengeksploitasi risiko
mempertimbangkan keuntungan
lebih besar daripada kerugian
Menerima risiko Mitigasi (mengurangi) dampak risiko

 Penanganan = langkah-langkah yang diambil untuk mengurangi


risiko jika tindakan pengendalian belum memadai. Dapat juga
bermakna langkah-langkah yang telah direncanakan dan akan
dilakukan apabila risiko benar-benar terjadi.

f) Membangun upaya pencegahan.


Dalam hal ini adalah monitoring dan review. Monitoring
adalah pemantauan rutin terhadap kinerja aktual proses
manajemen risiko dibandingkan dengan rencana atau harapan
yang akan dihasilkan. Review adalah peninjauan atau pengkajian
berkala atas kondisi saat ini dengan fokus tertentu.

g) Mengelola pembiayaan risiko (Risk Financing).


Biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian atau
penanganan yang dilakukan.

h) Tindak lanjut pelaksanaan manajemen risiko


 Hasil pelaksanaan penilaian risiko yang telah di susun dalam
bentuk laporan di sampaikan kepada Direktur
 Laporan hasil pelaksanaan penilaian risiko di sampaikan kepada
Direktur 1 tahun sekali

14
IV. DOKUMENTASI
1. Dokumentasi Proaktif (FMEA)
a. Risk Register

b. High Risk Process

15
c. Form FMEA
 Langkah 1 dan langkah 2

 Langkah 3, 4, 5 dan 6

16
 Modus Kegagalan dan Dampak

 Action Plan

17
 PDSA (Plan, Do, Studi, Action)

2. Dokumentasi Proaktif (HVA- Naturally Occuring Events)

18
 HVA (Technologic Event)

 HVA (Human Related Event)

19
 HVA (Event Involving Hazardous Materials)

3. Dokumentasi Reaktif (RCA)

20
LANGKAH 4 PETAKAN KRONOLOGI KEJADIAN

FORM TABULAR TIMELINE


WAKTU /
KEJADIAN

KEJADIAN

INFORMASI
TAMBAHAN

Good Practice

MASALAH
PELAYANAN

RCA : Root Cause Analysis

21
FORM TIMEPERSON GRID
WAKTU/
STAF YANG
TERLIBAT

RCA : Root Cause Analysis

22
LANGKAH 5 IDENTIFIKASI CMP

FORM MASALAH / CARE MANAGEMENT PROBLEM (CMP)


Masalah Instrumen / Tools
1

RCA : Root Cause Analysis

LANGKAH 6 ANALISIS INFORMASI

FORM TEHNIK (5) MENGAPA


MASALAH

Mengapa

Mengapa

Mengapa

Mengapa

Mengapa

RCA : Root Cause Analysis

23
FORM ANALISIS PERUBAHAN

PROSEDUR YG PROSEDUR YG DILAKUKAN APAKAH TERDAPAT BUKTI


NORMAL (SOP) SAAT INSIDEN PERUBAHAN DLM PROSES

RCA : Root Cause Analysis

FORM ANALISIS PENGHALANG

APA PENGHALANG APAKAH PENGHALANG MENGAPA PENGHALANG


PADA MASALAH INI ? DILAKUKAN ? GAGAL ? APA DAMPAKNYA ?

RCA : Root Cause Analysis

24
Fish Bone / Analisis Tulang Ikan

Faktor
Eksternal diluar
Faktor Staf Faktor Tugas RS Faktor Tim
Faktor Pasien

Faktor
Faktor
Organisasi
Faktor Lingkungan
&
Komunikasi Kerja
KET: Manajemen
Untuk pengisian lihat Faktor Kontributor

RCA : Root Cause Analysis

25
FAKTOR KONTRIBUTOR, KOMPONEN & SUBKOMPONEN DALAM INVESTIGASI INSIDEN KLINIS
1. FAKTOR KONTRIBUTOR EKSTERNAL DILUAR RS
Komponen
a. Regulator dan Ekonomi
b. Peraturan & Kebijakan Depkes
c. Peraturan Nasional
d. Hubungan dengan Organisasi lain

2. FAKTOR KONTRIBUTOR ORGANISASI & MANAJEMEN

Komponen SubKomponen
Organisasi & Manajemen a. Struktur Organisasi
b. Pengawasan
c. Jenjang Pengambilan Keputusan
Kebijakan, Standar & Tujuan a. Tujuan & Misi
b. Penyusunan Fungsi Manajemen
c. Kontrak Service
d. Sumber Keuangan
e. Pelayanan Informasi
f. Kebijakan diklat
g. Prosedur & Kebijakan
h. Fasilitas & Perlengkapan
i. Manajemen Risiko
j. Manajemen K3
k. Quality Improvement
Administrasi Sistem Administrasi
Budaya Keselamatan a. Attitude Kerja
b. Dukungan manajemen oleh seluruh staf
SDM a. Ketersediaan
b. Tingkat Pendidikan & Keterampilan Staf yang Berbeda
c. Beban Kerja yang optimal
Diklat Manajemen Training/Pelatihan/Refreshing

3. FAKTOR LINGKUNGAN KERJA


Komponen SubKomponen
Desain dan Bangunan a. Manajemen Pemeliharaan
b. Penilaian Ergonomik
c. Fungsionalitas
Lingkungan a. Housekeeping
b. Pengawasan Lingkungan Fisik
c. Perpindahan Pasien antar Ruangan
Perlengkapan a. Malfungsi Alat
b. Ketidaktersediaan
c. Manajemen Pemeliharaan
d. Fungsionalitas
e. Desain, Penggunaan & Maintenanace Peralatan

4. FAKTOR KONTRIBUTOR : TIM


Komponen SubKomponen
Supervisi & Konsultasi a. Adanya kemauan staf junior berkomunikasi
b. Cepat Tanggap
Konsistensi a. Kesamaan tugas antar profesi
b. Kesamaan tugas antar staf yang setingkat
Kepemimpinan & Tanggung Jawab a. Kepemimpinan Efektif
b. Job Desc Jelas
Respon terhadap Insiden Dukungan per group setelah insiden

5. FAKTOR KONTRIBUTOR : STAF


Komponen SubKomponen

Kompetensi a. Verifikasi Kualifikasi


b. Verifikasi Pengetahuan & Keterampilan
Stressor Fisik dan Mental a. Motivasi

b. Stresor Mental: efek beban kerja beban mental


c. Stresor Fisik: Efek beban kerja = Gangguan Fisik

26
6. FAKTOR KONTRIBUTOR : TUGAS
Komponen SubKomponen
Ketersediaan SOP a. Prosedur Peninjauan & Revisi SOP
b. Ketersediaan SOP
c. Kualitas Informasi
d. Prosedur Investigasi
Ketersediaan & akurasi hasil test a. Test Tidak Dilakukan
b. Ketidaksesuaian antara interpretasi hasil test
Faktor Penunjang dalam validasi alat medis a. Ketersediaan, penggunaan, reliabilitas
b. Kalibrasi
Desain Tugas Penyelesaian tugas tepat waktu dan sesuai SOP

7. FAKTOR KONTRIBUTOR : PASIEN


Komponen SubKomponen
Kondisi Penyakit yang kompleks, berat, multikomplikasi

Personal a. Kepribadian
b. Bahasa
c. Kondisi Sosial
d. Keluarga
Pengobatan Mengetahui risiko yang berubungan dengan pengobatan

Riwayat a. Riwayat Medis


b. Riwayat Kepribadian
c. Riwayat Emosi
Hubungan Staf dan Pasien Hubungan yang baik

8. FAKTOR KONTRIBUTOR KOMUNIKASI


Komponen SubKomponen
Komunikasi Verbal a. Komunikasi antar staf junior dan senior
b. Komunikasi antar Profesi
c. Komunikasi antar Staf dan Pasien
d. Komunikasi antar Unit Departemen
Komunikasi Tertulis Ketidaklengkapan Informasi

LANGKAH 7 FORM REKOMENDASI & RENCANA TINDAKAN

TINGKAT
AKAR TINDAKAN REKOMENDASI PENANGGUNG WAKTU SUMBER DAYA BUKTI PARAF
MASALAH (Individu, Tim, JAWAB YG DIBUTUHKAN PENYELESAIAN
Direktorat, RS

RCA : Root Cause Analysis

27
4. HUBUNGAN TATA KERJA

WADIR
PELAYANAN MEDIK

KOMITE KOMITE
KOMITE MUTU KESELAMATAN K3RS KOMITE PPI
PASIEN

BIDANG / BAGIAN / INSTALASI / UNIT KERJA

28

Anda mungkin juga menyukai