Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan


kesehatan. Sebagian besar interversi medik menggunakan obat, oleh karena itu
diperlukan obat menggunakan obat, oleh karena itu diperlukan obat tersedia pada
saat diperlukan dalam jenis dan jumlah yang cukup, berkhasiat nyata dan
berkualitas baik (Bambang, 2017).

Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk yang cukup pesat,


kebutuhan obat-obatan akan terus meningkat. Pemenuhan kebutuhan obat-obatan
tentunya tidak lepas dari adanya perusahaan farmasi untuk memproduksi obat-
obatan. Hal ini dapat diketahui dari kenaikan jumlah industri asing yang cukup
signifikan dari 24 Industri Farmasi pada tahun 2015 menjadi 35 Industri pada tahun 2016.
Ini menunjukkan minat industri asing terhadap potensi pasar farmasi indonesia sangat
tinggi. Disisi lain terjadi penurunan jumlah Industri farmasi lokal dari 178 di tahun 2015
menjadi 169 Industri farmasi di tahun 2016 karena kalah bersaing dengan industri farmasi
asing Salah satu cara untuk bertahan ditengah persaingan, industri farmasi harus
menerapkan pengelolaan sumber daya mausia yang baik. Pengelolaan sumber daya
manusia yang baik diharapkan dapat menghasilkan pekerja yang terampil dan mampu
bekerja secara efektif serta efisien sehingga akan mendorong tercapainya visi misi dan
tujuan perusahaan.

Pengelolaan sumber daya yang baik tentunya berhubungan dengan


perencanaan tenaga kerja. Perencanaan tenaga kerja secara kualitatif dan
kuantitatif berhubungan erat dengan deskripsi dan spesifikasi kerja dari setiap
fungsi beserta beban kerjanya masing-masing. Perencanaan secara kualitatif
mencakup latihan dan pengembangan tenaga kerja sesuai dengan spesifikasi dan
lingkungan kerjanya. Sedangkan perencanaan secara kuantitatif berupa penaksiran
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan melalu konversi jumlah order menjadi beban
kerja (Lina, 2002).
PT. XYZ merupakan perusahaan internasional yang memproduksi farmasi,
suplemen, nutrisi dan layanan kesehatan. Sejak pendiriannya, PT. XYZ selalu
berinovasi untuk mendukung pertumbuhan usaha. Inovasi yang dilakukan berupa
riset dan pengembangan dalam bidang formulasi. Riset dan pengembangan ini
dilakukan oleh salah satu fungsi independen perusahaan, yaitu di departemen
Research and Development. Departemen Research and Development menjadi
faktor yang sangat penting bagi perkembangan perusahaan oleh karena itu
dibutuhkan perencanaan dan pengelolaan sumber daya manusia yang baik.

Perencanaan dan pengelolaan sumber daya manusia dapat dilakukan


melalui analisis beban kerja. Analisis beban kerja merupakan metode yang
digunakan untuk menentukan jumlah atau kuantitas tenaga kerja yang diperlukan.
Beban kerja yang didistribusikan secara tidak merata dapat mengakibatkan
ketidaknyamanan suasana kerja karena karyawan merasa beban kerja yang
dilakukannya terlalu berlebihan atau bahkan kekurangan (Moekijat, 2008).
Departemen Research and Development terdiri dan 3 divisi, yaitu pengembangan
produk, bahan baku produk dan premarketing. Divisi premarketing sendiri
memiliki 8 sub bagian dan setiap bagian memiliki 4 analis.

Berdasarkan hasil studi pendek yang dilakukan di ketiga bagian


departemen Research and Development, pada divisi premarketing terdapat 1 sub
bagian yang tidak tercapai target produktifitasnya dan sebaliknya, ada bagian
yang nilai produktifitasnya terlampau tinggi namun jam kerja overtime yaitu divisi
pengembangan, sedangkan divisi bahan baku memiliki nilai produktifitas yang
standar. Target produktifitas yang tidak tercapai di divisi premarketing terjadi
selama 4 bulan, dari bulan Desember 2018 hingga Februari 2019 dan terlihat
semakin menurun produktifitasnya. Rata-rata nilai produktifitas yang bisa dicapai
hanya sekitar 73% saja, sedangkan rata-rata produktifitas yang dicapai oleh bagian
pengembangan sebesar 113%.

Bedasarkan permasalahan tersebut, diperlukan adanya pengukuran beban


kerja operator atau analis demi meningkatkan produktivitas kerja dan mengetahui
apakah beban kerja sesuai atau melebihi batas maksimum yang nantinya dapat
diketahui berapa . Terdapat beberapa cara yang digunakan untuk menghitung
beban kerja untuk mengoptimalkan kinerja karyawan dapat dilakukan dengan
merubah komposisi jumlah tenaga kerja sesuai perhitungan tenaga kerja optimal.
Sehingga pada penelitian kali ini peneliti menggunakan Metode Full Time
Equivalent untuk melakukan evaluasi kebutuhan tenaga kerja.

Menurut Dewi & Satrya (2012), Full Time Equivalent (FTE) adalah salah
satu metode analisis beban kerja yang berbasiskan waktu dengan cara megukur
lama waktu penyelesaian pekerjaan kemudian waktu tersebut di konversikan ke
dalam indeks nilai FTE. sedangkan menurut Adawiyah (2013), Full time
Equivalent merupakan (FTE) merupakan metode dimana waktu yang digunakan
untuk menyelesaikan berbagai pekerjaan dibandingkan terhadap waktu kerja
efektif yang tersedia. FTE bertujuan untuk mengubah jam beban kerja ke jumlah
orang yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu. Dari penjelasan
tersebut dapat di ketahui bahwa dalam merencanakan jumlah tenaga kerja harus di
sesuaikan dengan beban kerja yang ada agar tidak mengakibatkan kerugian atau
pemborosan perusahaan yang akan berdampak pada persaingan harga jual produk.
Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengukur waktu normal sebagai acuan
perhitungan beban kerja sebagai dasar perhitungan jumlah tenaga kerja sekaligus
melakukan evaluasi permasalahan yang terjadi pada Maka diharapkan dengan
dilakukannya evaluasi waktu baku dan beban kerja, manajemen sumber daya
menjadi lebih baik dan tenaga kerja produksi dapat di optimalkan.

Anda mungkin juga menyukai