Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan mengamanatkan
bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtra dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis. Saat ini Indonesia menduduki peringkat ke- 107 dalam Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index. UNDP 2007) menunjukkan bahwa tingkat kesehatan masyarakat Indonesia masih rendah, tingkat pendidikan rendah dan juga pendapatan masih rendah. Semakin baik pelayanan kesehatan dari sisi diagnostic dan pengobatan, semakin menurunkan mortalitas dari penyakit tertentu namun di sisi lain terjadi peningkatan jumlah pasien dengan penyakit kronik, terutama disebabkan oleh gangguan cerebral (neurologic disorder) yang mengakibatkan disability dan handicapped pada fungsi kognitif. Disamping itu kasus gangguan vaskuler seperti stroke yang dapat terjadi akibat sumbatan maupun pecahnya pembuluh datah di otak, tidak saja menyebabkan kelumpuhan namun dapat menyebabkan adanya gangguan kognitif tergantung dari lokasi kerusakan di otak. Misalnya stroke sumbatan pada otak kiri dapat menyebabkan adanya gangguan kognitif berbahasa. Untuk kasus stroke prevalensi di Indonesia ditemukan sebesar 8,3 per 1000 penduduk. Beberapa data menunjukkan bahwa sebagian besar kasus tumor otak menyebabkan gangguan fungsi kognitif. Penelitian menunjukkan dari 139 pasie tumor yang mengenai lobus frontalis atau temporal, 90% mengalami gangguan sedikitnya satu domain. 78% diantaranya mengalami gangguan fungsi eksekutif dan 60% mengalami gangguan memori dan atensi (Tucha O, 2000). Pusat Pemeliharaan Peningkatan dan Penanggulangan Intelegensia Kesehatan Kementerian Kesehatan adalah salah satu unit dalam Sistem Kesehatan Nasional yang berupaya untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat Indonesia melalui upaya- upaya penanggulangan intelegensi kesehatan, salah satunya yaitu mengembangkan stimulasi/rehabilitasi kognitif. Gangguan fungsi kognitif saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang cukup serius yang dapat menyebabkan dampak psikologis, sosial ekonomi berupa isolasi sosial dan kesulitan keuangan, retardasi motorik, memperberat gejala lain dan dapat mengurangi kualitas hidup. Gangguan kognitif dapat beruba gangguan cara berpikir, tidak mampu menganalisis pribahasa, tidak mampu mengenal persamaan, kalkulasi dan konsep. Pada keadaan tersebut terjadi kesulitan dalam memecahkan masalah, pengambilan keputusan, gangguan komunikasi, gangguan mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. Stimulasi/rehablitiasi kognitif bertujuan untuk menanggulangi gangguan fungsi kecerdasan dan meningkatkan kualitas hidup penderita yang mengalami gangguan kognitif. Stimulasi/rehabilitasi kognitif merupakan suatu atau rangkaian proses terapo, latihan atau kegiatan saat seorang pasien yang terganggu secara kognitif akibat cedera otak (cerebral injury), penyakit atau gangguan otak lainnya, bekerjasama dengan keluarga dan tenaga kesehatan professional untuk meringankan gangguan kognitif yang dialami serta meningkatkan kemampuan hidup sehari-hari. II.1 FUNGSI KOGNITIF II.1.1 Definisi Fungsi kognitif adalah aktivitas mental secara sadar seperti berpikir, mengingat, belajar dan menggunakan bahasa. Fungsi kognitif juga merupakan kemampuan atensi, memori, pertimbangan, pemecahan masalah, serta kemampuan eksekutif seperti merencanakan, menilai, mengawasi dan melakukan evaluasi (Sturb et al, 2000) II.1.2 Anatomi Fungsi Kognitif Masing-masing domain kognitif tidak dapat berjalan sendir-sendiri, tetapi berjalan sebagai satu kesatuan, yang disebut sistem limbik. Sistem limbic terdiri dari amygdala, hipokampus, nucleus talamik anterior, girus subkalosus, girus cinguli, girus parahipokampus, formasio hipokampus dan korpus mamilare. Alveus, fimbria, forniks, traktus mammilotalamikus dan striae terminalis membentuk jaras-jaras penghubung sistem ini (Waxman, 2007). Peran sentral sistem limbic meliputi memori, pembelajaran, motivasi, emosi, fungsi neuroendokrin dan aktivitas otonom. Struktur otak berikut ini merupakan bagian dari sistem limbik 1. Amygdala, terlibat dalam pengaturan emosi, terlibat dalam pengaturan emosi, dimana pada hemisfer kanan predominan untuk belajar emosi dalam keadaan tidak sadar, dan pada hemisfer kiri predominan untuk belajar emosi saat sadar. 2. Hipokampus, terlibat dalam pembentukan memori jangla panjang, pemeliharaan fungsi kognitif yaitu proses pembelajaran. 3. Girus parahipokampus, berperan dalam pembentukan memori special. 4. Girus cinguli, mengatur fungsi otonom seperti denyut jantung, tekanan darah dan kognitif yaitu atensi. 5. Forniks, membawa sinyal dari hipokampus ke mammillary bodies dan septal nuclei. Adapun forniks berperan dalam memori dan pembelajaran. 6. Hipotalamus, berfungsi mengatur saraf otonom melalui produksi dan pelepasan hormone, tekanan darah, denyut jantung, lapar, haus, siklus tidur/bangun, perubahan memori baru menjadi memori jangka panjang. 7. Thalamus, kumpulan badan sel saraf di dalam diensefalon membentuk dinding lateral ventrikel tiga. Fungsi thalamus sebagai pusat hantaran rangsang indra dari perifer ke kortkes serebri. Dengan kata lain, thalamus merupakan pusat pengaturan fungsi kognitif di otak/sebagai stasiun relay ke korteks serebri. 8. Mammillary bodies, berperan dalam pembentukan memori dan pembelajaran. 9. Girus dentatus, berperan dalam memori baru. 10. Korteks enthorinal, penting dalam memori dan merupakan komponen asosiasi (Markam, 2003, Devinsky dkk, 2004). Sedangkan lobus otak yang berperan dalam fungsi kognitif antara lain: 1. Lobus frontalis Mengatur motoric, perilaku, kepribadian, bahasa, memori, orientasi spasial, belajar asosiatif, daya analisa dan sintesis. Sebagian korteks medial lobus frontalis dikaitkan sebagai bagian sistem limbik, karena banyaknya koneksi anatomic dengan struktur limbic dan adanya perubahan emosi bila terjadi kerusakan. 2. Lobus parietalis Berfungsi dalam membaca, persepsi, memori dan visuospasial. Korteks ini menerima stimuli sensorik (input visual, auditori, taktil) dari area sosiasi sekunder. Karena menerima input dari berbagai modalitas sensori sering disebut korteks heteromodal dan mampu membentuk asosiasi sensorik (cross modal association). Sehingga manusia dapat mengubungkan input visual dan menggambarkan apa yang mereka lihat atau pegang. 3. Lobus temporalis Lobus temporalis berfungsi mengatur pendengaran, penglihatan, emosi, memori, kategoriasi benda-benda dan seleksi rangsangan auditorik dan visual. 4. Lobus oksipitalis Lobus oksipitalis berfungsi mengatur penglihatan primer, visuospasial, memori dan bahasa (Markam, 2003). Domain Fungsi Kognitif a. Atensi Kemampuan untuk berekasi atau memperlihatkan satu stimulus dengan mampu mengabaikan stimulus lain yang tidak dibutuhkan. Atensi merupakah hasil hubungan antara batang otak, aktivitas limbic dan aktivitas korteks sehingga mampu untuk focus pada stimulus spesifik dan mengabaikan stimulus lain yang tidak relevan. Konsentrasu merupakan kemampuan untuk mempertahankan atensi dalam periode yang lama. Gangguan atensi dan konsentrasi akan mempegaruhi fungsi kognitif flain seperti memori, bahasa dan fungsi eksekutif. b. Bahasa Perangkat dasar komunikasi dan modalitas dasar yang membangun kemampuan fungsi kognitif. Fungsi bahasa meliputi 4 parameter, yaitu: 1. Kelancaran Megacu pada kemampuan untuk menghasilkan kalimat dengan panjang, ritme dan melodi yang normal. Metode yang dapat membantu menilai kelancaran pasien adalah dengan meminta pasien berbicara spontan. 2. Pemahaman Mengacu pada kemampuan untuk memahami suatu perkataan atau perintah, dibuktikan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan perinta tersenut. 3. Pengulangan Kemampuan seseorang untuk mengulangi suatu pernyataan atau kalimat yang diucapkan seseorang untuk mengulangi suatu penyataan atau kalimat yang diucapkan seseorang. Gangguan bahasa sering terlihat pada lesi otak fokal maupun difus. Penting untuk mengenal gangguan bahasa karena hubunganyang spesifik antara sindrom afasia dengan lesi neuroanatomi. c. Memori Fungsi memori terdiri dari proses penerimaan dan penyadian informasi, proses penyimpanan serta proses mengingat. Fungsi memori dibagi dalam 3 tingkatan tergantung pada lamanya rentang waktu antara stimulus dengan recall, yaitu: 1. Memori segera (immediate memory), rentang waktu antara stimulus dengan recall hanya beberapa detik. Disini hanya dibutuhkan pemusatan perhatian untuk mengingat. 2. Memori baru(recent memory), rentang waktu lebih lama yaitu beberapa menit, jam, bulan bahkan tahun. 3. Memori lama (remote memory), rentang waktunya bertahun-tahun bahkan seumur hidup. d. Visuospasial Kemampuan konstruksional seperti menggambar ataumeniru berbagai macam gamba (missal: lingkaran, kubus) dan menyusun balok-balok. Semua lobus berperan dalam kemampuan kosntruksi dan lobus parietal terutama hemisfer kanan berperan paling dominan. Menggambar jam sering digunakan untuk skrining kemampuan visuospasial dan fungsi eksekutif dimana berkaitan dengan gangguan di lobus frontal dan parietal. Pada gangguan visuospasial penderita mudah tersesat di lingkungan nya. e. Fungsi eksekutif Proses kompleks seseorang dalam memecahkan masalah/persoalan baru.
BENTUK DEFISIT KOGNITIF
a. Memori kerja Kapasitas memori tentang informasi dipengaruhi oleh rangsangan yang baru menggunakan metode abstrak dalam memproses dan mencapai tujuan yag telah ditetapkan. Korteks prefontal berperan pada memori kerja. Studi MRI yang dilakukan pada pasien dengan skizofrenia menunjukkan berkurangnya aliran darah dalam gyrus frontal bagian bawah (Gopal, 2005). b. Fungsi eksekutif Korteks frontal adalah struktur dominan yang terlibat dalam fungus eksekutif, sehingga pasien dengan sindrom lobus frontal akan mengalami defisit fungsi eksekutif (Levine et al, 2011). c. Perhatian Perhatian adalah kemampuan dalam menyeleksi dan focus pada rangsangan tertentu. Dengan demikian aktivitas tersebut berdasarkan pendekatan yang berorientasi pada tujuan, penilaian yang tepat, dan pengambilan keputusan. d. Belajar dan daya ingat Memori penyimpanan informasi diperoleh dari pengalaman masa lalu. Informasi ini diperoleh dari sekitarnya kemudian disimpan dan diambil untuk digunakan bila diperlukan.
TERAPI REHABILITASI KOGNITIF
Terapi rehabilitasi kognitif merupakan pendekatan yang direncanakan untuk meningkatkan kemampuan neurokognitif seperti perhatian, memori dan fungsi eksekutif (Fioranti ey al, 2005). Pada terapi rehabilitasi kognitif terdapat 2 pendekatan yaitu pendekatan perbaikan (remediasi) dan kompensasi. Terapi Remediasi Kognitif (CRT) adalah terapi yang melibatkan pasien dalam kegiatan belajar untuk meningkatkan keterampilan neurokognitif yang relevan (Medalia dan Choi, 2009).