Anda di halaman 1dari 3

Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk

memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk
menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu,
yang digunakan untuk keperluan pribadi, pendidikan, bisnis, dan pemerintahan selain itu
merupakan teknologi informasi juga digunakan untuk menyampaikan dan mengolah informasi serta
merupakan teknologi yang mudah dipahami oleh masyarakat yang memanfaatkannya. Penggunaan
teknologi oleh masyarakat dilakukan guna mengoptimalkan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan.
Optimalisasi waktu dan biaya merupakan pertimbangan dalam pengambilan keputusan seseorang
untuk menggunakan teknologi. Penggunaan teknologi informasi yang tepat dapat memberikan hasil
yang signifikan pada perkembangan perusahaan ataupun organisasi. Demikian sebaliknya jika
penggunaan teknologi informasi yang tidak tepat maka perusahaan akan mengalami stagnasi
atau tidak ada perkembangan. Untuk itu maka perlu diidentifikasi faktorfaktor yang mentukan
keberhasilan dan kelemahan penerapan teknologi informasi itu.

Faktor utama yang menentukan keberhasilan dari penerapan teknologi informasi dan komunikasi
adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia adalah pengguna dari teknologi informasi dan
komunikasi tersebut. Kunci awal dari keberhasilan penerapan teknologi informasi dan komunikasi
dalam perusahaan adalah kemauan pengguna untuk menerima teknologi informasi dan komunikasi
tersebut. Sumber daya manusia menurut Hasibuan (2002) adalah kemampuan terpadu dari daya pikir
dan daya fisik yang dimiliki individu. Perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan
lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi
kepuasannya. Kebanyakan orang dalam organisasi akan bertahan, karena perubahan mengandung
ketidakpastian dan ancaman bagi posisi dan peran mereka. Inilah mengapa manusia merupakan
faktor utama kunci keberhasilan penerapan sistem informasi dalam perusahaan. Kesuksesan
pengembangan sistem informasi tidak

Hanya bergantung pada penggunaan alat atau teknologinya saja, tetapi juga manusia sebagai
perancang dan penggunanya. Bodnar dan Hopwood (1995)berpendapat bahwa perubahan dari
sistem manual ke sistem komputerisasi tidak hanya menyangkut perubahan teknologi tetapi juga
perubahan perilaku dan organisasional. Sekitar 30 persen kegagalan pengembangan sistem
informasi baru diakibatkan kurangnya perhatian pada aspek organisasional.
Adanya sistem informasi dalam perusahaan diharapkan akan banyak
memerikan kemajuan dan keuntungan dalam pencapaian satu organisasi. Namun
karena berbagai faktor yang tidak tepat justru mengakibatkan penerapan sistem
informasi ini mengalami kegagalan.
Faktor yang menyebabkan penerapan sistem informasi tersebut mengalami
kegagalan adalah kurangnya perencanaan yang memadai sehingga tidak sesu
ai
dengan tujuan perusahaan,
kurangnya personil yang handal,
kurangnya partisipasi
manajemen dalam memotivasi dan sosialisasi seluruh personel yang terlibat
serta
pengendalian sistem.
Akibat dari kurangnya dukungan dari para eksekutif biasanya menyebabkan
pendanaan project menjadi kurang, selain itu proses system analisys juga berjalan
kurang sempurna karena resistensi ini menyebabkan informasi yang dibutuhkan
para developer juga kurang. Selain itu,
kurangnya keterlibatan
end user
pada siklus
pembangunan s
istem dapat membuat tidak efektifnya bahkan kegagalan dalam
proses implementasi sistem. Sebagai contoh, sering terjadi pada siklus system
analysis end user tidak turut serta bersama dengan para developer system
menentukan goal atau tujuan dari dibangunnya
sistem tersebut sehingga
menjadikan sistem dibangun dengan dasar asumsi yang salah.
Persetujuan dari semua level manajemen terhadap suatu proyek sistem
informasi membuat proyek tersebut akan dipersepsikan positif oleh pengguna dan
staf pelayanan teknis in
formasi. Dukungan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk
penghargaan terhadap waktu dan tenaga yang telah dicurahkan pada proyek

11
tersebut, dukungan bahwa proyek akan menerima cukup dana, serta berbagai
perubahan organisasi yang diperlukan. Dengan demikian,
kurangnya komitmen
eksekutif puncak untuk terlibat lebih jauh dalam proyek mengakibatkan penerapan
sistem informasi perusahaan menjadi sia
-
sia
.
Pada pelaksanaanya proyek sistem informasi menghadapi kemungkinan
untuk berhasil maupun gagal. Tingkat resiko k
egagalan menurut Kenneth & Jane
(2007) tergantung dari :
-
Ukuran proyek, dimana semakin besar biaya, waktu, organisai dan
jumlah staff semakin besar resiko kegagalan proyek.
-
Struktur proyek, dimana adanya strutur proyek yang baik dengan
kebutuhan yang jelas
dan tegas akan mengurangi kegagalan suatu
proyek.
-
Pengalaman dengan teknologi, dimana kurangnya keahlian dan
pengalaman dari anggota proyek terhadap penggunaan teknologi akan
meningkatkan resiko kegagalan proyek.
Untuk menghindari kegagalan tersebu
t dibut
uhkan strategi manajemen
perubahan yang baik, sehingga perusahaan mendapatkan value y
ang diharapkan
dari investasi sistem informasi.

Kegagalan teknologi informasi di sebabkan karena pemahaman yang kurang tepat tentang bagaimana
SI/TI memperlakukan dan diperlakukan dalam proses bisnis perusahaan. Beberapa perusahaan
menganggap penerapan TI hanyalah sebagai gengsi untuk meningkatkan citra. Akibatnya penerapan
TI tidak dikelola dengan baik, hanya sekedar otomisasi aktivitas manual dan menunjukkan kepada
pihak eksternal bahwa perusahaan mereka sudah memakai TI untuk menopang bisnis (Usnodo, 2010).
Selain itu kegagalan teknologi informasi disebabkan karena Rendahnya komitmen manajemen dan
kesiapan sebelum implementasi, Kegagalan pelaksanaan proyek, Overbudget, Molornya waktu
pelaksanaan, Kualitas proyek yang tidak sesuai harapan. Dan Resistensi saat implementasi.

Anda mungkin juga menyukai