Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan


indonesia. Adapun tujuan pembangunan kesehatan menuju indonesia sehat adalah meningkatkan
kesadaran, keamanan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan
masyarakat yang optimal dan terciptanya masyarakat indonesia yang di tandai oleh penduduk
dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, mempunyai kemampuan untuk mencapai kesehatan
yang bermutu secara merata, serta memiliki kesehatan yang optimal. Usaha peningkatan
kesehatan diupayakan melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan (kuratif), serta upaya pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Usaha – usaha tersebut
dilakukan secara menyeluruh, terpada dan berkesinambungan serta perlunya peningkatan
pengamatan penyakit, pengkajian cara penanggulangan secara terpadu dan penyelidikan tentang
penularan penyakit. Dalam mewujudkan upaya – upaya di atas, maka akan tercapai bila
didukung oleh sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang handal. Dalam upaya
mewujudkan kesehatan yang optimal, ada beberapa mempengaruhi. Status kesehatan di
pengaruhi oleh: lingkungan, prilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Lingkungan
merupakan kedua paling besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan manusia sehingga
pemerintah melalui Direktorat Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan
PL) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia berupaya keras untuk menekan angka kesakitan
dan kematuan yang bersumber dari penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dan meningkatkan
kualitas lingkungan serta pengawasan terhadap kesehatan lingkungan. Salah satu Instansi
Pemerintah adalah Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit (BTKL &
PP) Yogyakarta. BTKL & PP Yogyakarta adalah salah satu Unit Pelaksanaan Teknik (UPT)
dibidang pelayanan kesehatan lingkungan yang secara teknis dibina Direktorat PP_PL yang
membidangi teknis pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan indonesia. BTKL & PP
mempunyai tugas melaksanakan pemecahan masalah dibidang kesehatan lingkungan melalui
pengkajian dampak kesehatan lingkungan, penafsiran ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
dibidang kesehatan lingkungan dan pengembangan teknologi tepat guna dibidang kesehatan
lingkungan yang berbaasis laboratorium.

B. Tujuan Kunjungan
1. Tujuan Umum
a. Agar mahasiswa dapat memahami teori yang didapatkan di bangku kuliah ke dunia kerja.
b. Sebagai proses pengenalan dan pembelajaran mahasiswa tentang peran dan fungsi alat di
masing-masing laboratorium dengan cara kerja yang berlaku
c. Meningkatkan hubungan kerja antara Perguruan Tinggi dengan dunia usaha.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui struktur organisasi dan program kerja BBTKLPP Yogyakarta.
b. Untuk mengetahui alat – alat teknologi laboratorium biologi dan kimia fisika udara, padatan,
serta radiasi dan gas di BBTKLPP Yogyakarta.

C. Tujuan Pembuatan Laporan


1. Sebagai bukti tertulis setelah melaksanakan kunjungan ke Laboratorium BBTKLPP
Yogyakarta
2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah K3

D. Sasaran Kunjungan
Sasaran pelaksanaan kunjungan adalah mahasiswa Poltekkes Kemenkes Semarang, jurusan
Analis Kesehatan, khususnya prodi DIII Teknologi Laboratorium Medik.

E. Waktu dan Tempat


1. Waktu Kunjungan
Kunjungan dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2018
2. Tempat Kunjungan
Tempat pelaksanaan kunjungan di BBTKLPP Yogyakarta
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah BBTKLPP Yogyakarta


Balai/Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (B/BTKLPP) di seluruh
Indonesia berjumlah 10, yang terdiri dari : empat Balai Besar yaitu BBTKLPP Yogyakarta,
Surabaya, Jakarta, dan Banjarbaru; lima BTKLPP Kelas I yaitu BTKLPP Batam, Palembang,
Makassar, Manado, dan Medan; dan satu BTKLPP Kelas II yaitu BTKLPP Ambon. Perjalanan
menjadi organisasi seperti sekarang ini telah melewati rentang waktu cukup panjang yang
berawal sejak sebelum kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan.
Sebelum Kemerdekaan
Pada tahun 1900 Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Dienst voor de Volksgezondheid atau
kantor layanan kesehatan masyarakat. Kantor ini mempunyai satu bagian yang
disebut Technische Gezondheid Werken yang mempunyai tugas melakukan pembangunan
penyediaan air minum dari beraneka macam sumber air serta mengadakan pengawasan kualitas
produksi air minum dan minuman. Selanjutnya di tahun 1920 kantor ini mendirikan Proefstation
voor Rivierwater Zuivering voor Drinkwater yang berkedudukan di daerah Manggarai yang
sekarang dikenal sebagai Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Di bawah
pimpinan Ir. CP.Mom unit ini melakukan penyelidikan lapangan, pengolahan, pencarian sumber
air dan rancangan konstruksi guna menunjang tugas Technische Gezondheid. Pada tahun
1935 Proefstation voor Rivierwater Zuivering voor Drinkwater dipindahkan ke Bandung dan
berganti nama menjadi Laboratorium voor Technische Hygiene en Drinkwater voor
Zuivering van de Volks Gezondheid bertempat di dalam kompleks Technische
Hoogeschool yang sekarang dikenal dengan nama Institut Teknologi Bandung, yang mana pada
saat itu Ir. CP. Mom diangkat menjadi guru besar, sehingga namanya menjadi Prof.Ir.CP. Mom.
Pada zaman pendudukan Jepang (tahun 1942-1945) Laboratorium voor Technische Hygiene en
Drinkwater voor Zuivering bernaung di bawah Kementerian Pengajaran di bawah pimpinan Ir.
Yuna dan berubah nama menjadi Kogiyo Dai Gakku.
Perpindahan ke Yogyakarta
Setelah proklamasi kemerdekaan RI, laboratorium ini diganti nama menjadi Laboratorium
Kesehatan Teknik (LKT) dibawah pimpinan Bapak Kahar yang dalam pelaksanaan tugasnya
bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Teknik (STT) yang dipimpin Prof. Ir. Rooseno sebagai
direkturnya. Pada tahun 1953 LKT berganti nama menjadi Lembaga Ilmu Kesehatan Teknik
Bandung Cabang Yogyakarta, selanjutnya pada tahun 1954 Departemen Kesehatan menyerahkan
Lembaga Ilmu Kesehatan Teknik Bandung kepada ITB, sedangkan Lembaga Ilmu Kesehatan
Teknik Bandung Cabang Yogyakarta pada tahun 1967 kembali bernama Laboratorium
Kesehatan Teknik Yogyakarta di bawah Biro V/Umum, Bagian Teknik Umum dan Teknik
Penyehatan, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan RI.
Perubahan Nama Menjadi BTKL
Pada tanggal 28 April 1978 terbit Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
143/Men.Kes/SK/IV/1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan. Berdasarkan keputusan ini BTKL adalah Unit Pelaksana Teknis di bidang
kesehatan lingkungan dalam lingkungan Departemen Kesehatan yang berada di bawah dan
bertanggungjawab langsung kepada Direktur Instalasi Kesehatan, Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan. Tugas BTKL adalah melaksanakan pemeriksaan spesimen kesehatan lingkungan
yang meliputi air minum, air badan air, air kolam renang, air pemandian, air tanah, air laut,
udara, kebisingan dan buangan padat, cair serta gas, sesuai dengan kebijaksanaan yang
ditetapkan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk melaksanakan
tugas tersebut BTKL menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: melaksanakan pemeriksaan,
analisa, dan perumusan terhadap spesimen kesehatan lingkungan secara laboratorium dalam
bidang biologi dan kimia serta fisika; memberikan pelayanan cara-cara pemecahan masalah
secara kimia-fisika dan kimia–biologi terhadap zat cair, zat padat dan gas; melaksanakan sistem
rujukan; sebagai tempat latihan di bidang teknik kesehatan lingkungan.
Pembentukan BTKL Jakarta dan Surabaya
Pada tahun 1981, BTKL Yogyakarta membetuk pos Jakarta yang diserahi tugas untuk membantu
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BTKL Yogyakarta di wilayah Provinsi DKI Jakarta dan
Jawa Barat. Pada tahun 1982 dibentuk pos Surabaya yang diserahi tugas untuk membantu
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BTKL Yogyakarta di wilayah Jawa Timur dan sekitarnya.
Pada tahun 1989 terbit Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 426/Menkes/SK/VI/1989
yang melimpahkan kedudukan BTKL dari Direktur Instalasi Kesehatan, Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan kepada Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman (Dirjen PPM & PLP). Pada tanggal 3 Desember 1992,
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1502/SJ/SK/BO/XII/1992 dibentuklah Tim
Pelembagaan BTKL Jakarta dan BTKL Surabaya dengan tugas mempelajari dokumen BTKL
yang akan dilembagakan, mengadakan pengkajian keadaan BTKL dan menyusun konsep serta
memproses pelembagaan BTKL. Pada tahun 1993, usulan pelembagaan kedua BTKL Pos
diulangi dengan Surat Menteri Kesehatan Nomor HK.00.SJ.VI.1993 tanggal 6 Agustus 1993.
Usulan ini disetujui dengan adanya Surat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor B-1114/I/93 tanggal 15 Oktober 1993. Selain persetujuan pembentukan BTKL Jakarta
dan Surabaya, juga ditetapkan ketiga BTKL menjadi UPT dengan eselon IIIb yang dikukuhkan
dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1023/Menkes/SK/XI/1993 tanggal 22
November 1993 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Teknik Kesehatan Lingkungan.
Perubahan yang ada dibandingkan dengan surat keputusan sebelumnya adalah posisi BTKL
dalam SK tersebut berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Tugas BTKL adalah
melaksanakan pemeriksaan dan rujukan spesimen kesehatan lingkungan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Untuk melaksanakan tugas tersebut BTKL
menyelenggarakan fungsi : pemeriksaan dan rekomendasi analisis hasil pemeriksaan spesimen
kesehatan lingkungan secara laboratorium di bidang kimia, fisika dan biologi; pelayanan teknis
pemecahan masalah di bidang kesehatan lingkungan; pelaksanaan sistem rujukan di bidang
pemeriksaan spesimen kesehatan lingkungan; pengkajian dan pengembangan teknologi tepat
guna di bidang kesehatan lingkungan; pengendalian mutu pemeriksaan dan kalibrasi peralatan
untuk pemeriksaan specimen kesehatan lingkungan; serta sebagai tempat pelatihan di bidang
teknik kesehatan lingkungan.
Pembentukan BTKL Medan, Batam, Ujung Pandang dan Banjarmasin
Pada tanggal 21 April 1998 terbit Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
392/Menkes/SK/IV/1998 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Teknik Kesehatan Lingkungan
Medan, Batam, Ujung Pandang dan Banjarmasin. Dalam lampiran surat keputusan ini tempat
kedudukan dan wilayah kerja masing-masing BTKL baru adalah sebagai berikut: BTKL Medan
bertempat di Medan dengan Wilayah Kerja Provinsi D.I. Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera
Barat; BTKL Batam bertempat di Batam dengan wilayah kerja Provinsi Riau, Jambi, dan
Kalimantan Barat; BTKL Ujung Pandang bertempat di Ujung Pandang dengan wilayah kerja
seluruh Provinsi di Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya; dan BTKL Banjarmasin bertempat di
Banjarbaru dengan wilayah kerja Provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan
Kalimantan Timur. Surat keputusan ini menetapkan tugas BTKL yaitu melaksanakan
pelayanan teknis pemecahan masalah di bidang kesehatan lingkungan melalui pengkajian
dampak kesehatan lingkungan, penapisan IPTEK kesehatan lingkungan, dan pengembangan
teknologi tepat guna di bidang kesehatan lingkungan dengan menyelenggarakan fungsi
pengkajian dampak kesehatan lingkungan; pelayanan teknik dalam rangka pemecahan masalah
kesehatan lingkungan; penapisan IPTEK kesehatan lingkungan; pengembangan model/propotipe
teknologi tepat guna di bidang kesehatan lingkungan; pengendalian mutu pemeriksaan dan
kalibrasi peralatan pemantauan kesehatan lingkungan; penyediaan sarana pendidikan dan
pelatihan serta penelitian dan pengembangan; penyelenggaraan laboratorium kesehatan
lingkungan dalam mendukung pelaksanaan tugas.
Perubahan Eselon IIIb Menjadi IIIa
Pada tanggal 21 Desember 1998 terbit Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1500/Menkes/SK/XII/1998 tentang Perubahan Jabatan Struktural Eselon III ke bawah dalam
Lampiran I Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 1985 tentang Jenjang Pangkat dan Tunjangan
Jabatan Struktural Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah, Terakhir dengan Keputusan
Presiden Nomor 58 tahun 1998. Dalam keputusan ini disampaikan perubahan menjadi eselon IIIa
untuk Kepala BTKL Yogyakarta, Surabaya dan Jakarta dan eselon IVa untuk Kepala Sub Bagian
dan Kepala Seksi BTKL Yogyakarta, Surabaya, dan Jakarta.
Penambahan Menjadi 10 BTKL dan Pengelompokan Tipe BTKL
Pada tanggal 14 September 1999 terbit Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1095/Menkes/SK/IX/1999 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan. Dalam keputusan ini BTKL dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu Tipe A dan
Tipe B. BTKL Tipe A terdiri dari : Subbag Tata Usaha; Seksi Tata Operasional; Seksi Pelayanan
Teknik dan Unit Pelaksana Fungsional, sedangan BTKL Tipe B terdiri dari Subbag Tata Usaha
dan Unit Pelaksana Fungsional. Keputusan ini juga menambah jumlah BTKL yang semula 7
menjadi 10 yang terdiri dari 3 Tipe A dan 7 Tipe B dengan beberapa penyesuaian wilayah kerja
sebagai berikut:
BTKL Tipe A : Yogyakarta (dengan wilayah kerja D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah); Surabaya
(dengan wilayah kerja Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, dan Timor Timur); Jakarta (dengan
wilayah kerja DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Lampung)
BTKL Tipe B : Medan (dengan wilayah kerja D.I. Aceh dan Sumatera Utara); Batam (dengan
wilayah kerja Riau, Sumatera Barat, dan Kalimantan Barat); Banjarmasin (dengan wilayah kerja
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur); Ujung Pandang (dengan
wilayah kerja Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara); Palembang (dengan wilayah kerja
Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Jambi); Manado (dengan wilayah kerja Sulawesi Utara dan
Sulawesi Tengah); dan Ambon (dengan wilayah kerja Maluku dan Irian Jaya)
Perubahan Rumusan Kedudukan BTKL
Pada tanggal 7 Juni 2002 terbit Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
556/Menkes/SK/VI/2002 tentang Perubahan Rumusan Kedudukan Unit Pelaksana Teknis di
Lingkungan Departemen Kesehatan yang mengubah Pasal 1 Kepmenkes RI Nomor
1095/Menkes/SK/IX/1999 yang semula menyebutkan bahwa BTKL adalah UPT di bidang
pelayanan kesehatan lingkungan yang secara teknis dibina oleh Direktorat Jenderal yang
mengurus pembinaan teknis pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan
pemukiman serta secara administrasi dan operasional berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan di mana BTKL tersebut berlokasi dan
dipimpin seorang Kepala menjadi BTKL adalah UPT di lingkungan Departemen Kesehatan yang
berada di bawah Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan dan dipimpin oleh seorang Kepala yang bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal
dan Kepala BTKL dalam melaksanakan tugas teknis secara fungsional dibina oleh Direktur
Penyehatan Lingkungan.
Perubahan BTKL Menjadi BTKLPPM
Pada tanggal 8 Maret 2004 terbit Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
267/Menkes/SK/III/2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang
Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular. Dengan terbitnya SK ini
mengubah BTKL menjadi BTKLPPM yang mengamanahkan tugas untuk melaksanakan
surveilans epidemiologi, kajian dan penapisan teknologi, laboratorium rujukan, kendali mutu,
kalibrasi, pendidikan dan pelatihan, pengembangan model dan teknologi tepat guna,
kewaspadaan dini dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) di bidang pemberantasan
penyakit menular dan kesehatan lingkungan serta kesehatan matra. Dalam melaksanakan tugas
tersebut diselenggaraan fungsi: pelaksanaan surveilans epidemiologi; pelaksanaan analisis
dampak kesehatan lingkungan, pelaksanaan laboratorium rujukan, pelaksanaan pengembangan
model dan teknologi tepat guna, pelaksanaan uji kendali mutu dan kalibrasi; pelaksanaan
penilaian dan respon cepat, kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB/wabah dan bencana.
Menurut surat keputusan ini kedudukan B/BTKL PPM berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan. Peraturan ini juga mengubah klasifikasi dan wilayah kerja masing-masing B/BTKL
PPM sebagai berikut :
BBTKLPPM : Yogyakarta (dengan wilayah kerja D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah); Surabaya
(dengan wilayah kerja Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT); Jakarta (dengan wilayah kerja DKI
Jakarta, Jawa Barat dan Lampung, Banten, dan Kalimantan Barat)
BTKL Kelas I : Medan (dengan wilayah kerja NAD, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara);
Batam (dengan wilayah kerja Riau dan Jambi); Banjarbaru (dengan wilayah kerja Kalimantan
Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur); Makassar (dengan wilayah kerja Sulawesi
Selatan, Sulawesi tengah, dan Sulawesi Tenggara); dan Palembang (dengan wilayah kerja
Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Bangka Belitung)
BTKL Kelas II : Manado (dengan wilayah kerja Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Maluku Utara);
dan Ambon (dengan wilayah kerja Maluku dan Papua)
Pada tanggal 24 September 2008 Menteri Kesehatan mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 891/Menkes/Per/IX/2008 tentang Perubahan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
267/Menkes/SK/III/2004 yang intinya menaikkan BTKLPPM Kelas I Banjarbaru menjadi Balai
Besar dan BTKLPPM kelas II Manado menjadi BTKLPPM Kelas I, serta mengubah beberapa
wilayah kerja di regional masing-masing B/BTKLPPM sehubungan dengan adanya pemekaran
wilayah provinsi.
Perubahan B/BTKLPPM Menjadi B/BTKLPP
Pada tanggal 22 November 2011 diterbitkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
2349/Menkes/PER/XI/2011 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang
Teknis Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit. Keputusan ini dikeluarkan dengan
pertimbangan adanya perubahan pada organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan sehingga perlu dilakukan penyesuaian pada Unit
Pelaksana Teknis di bawahnya. Perubahan ini juga mengingat Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.
Beberapa perubahan yang terjadi dengan terbitnya Keputusan tersebut adalah sebagai berikut :
Kedudukan : BBTKL PP, BBTKL PP Kelas I, BBTKL PP Kelas II adalah Unit Pelaksana Teknis
di Lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan;
Tugas: BBTKLPP mempunyai tugas melaksanakan surveilans epidemiologi, kajian dan
penapisan teknologi, laboratorium rujukan, kendali mutu, kalibrasi, pendidikan dan pelatihan,
pengembangan metode dan teknologi tepat guna, kewaspadaan dini dan penanggulangan
Kejadian Luar Biasa (KLB) di bidang pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan serta
kesehatan matra;
Penambahan satu fungsi baru berupa Pelaksanaan surveilans faktor risiko penyakit tidak
menular;
Pembinaan Kepala BBTKLPP secara administratif dibina oleh Sekretariat Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehtaan Lingkungan serta secara teknis fungsional dibina oleh
Direktorat di Lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan;
Penambahan spesifikasi tugas di Bidang surveillans Epidemiologi yaitu melaksanakan
perencanaan dan evaluasi di bidang surveilans epidemiologi penyakit menular dan penyakit tidak
menular, advokasi dan fasilitasi kesiapsiagaan dan penanggulangan KLB, kajian dan diseminasi
informasi kesehatan lingkungan, kesehatan matra, kemitraan dan jejaring kerja, serta pendidikan
dan pelatihan bidang surveilans epidemiologi;
Penambahan spesifikasi tugas di Bidang Pengembangan teknologi dan laboratorium yaitu
melaksanakan perencanaan dan evaluasi pengembangan dan penapisan teknologi dan
laboratorium, kemitraan dan jejaring kerja kesehatan lingkungan, kesehatan matra, serta
pendidikan dan pelatihan bidang pengembangan teknologi dan laboratorium pengendalian
penyakit, kesehatan lingkungan dan kesehatan matra;
Perubahan nama Seksi teknologi Pembernatasan Penyakit Menular menjadi Seksi Teknologi
Pengendalian Penyakit;
Perubahan seluruh kalimat yang semula berbunyi pemberantasan penyakit menular menjadi
pengendalian penyakit.
Dengan berlakunya peraturan baru ini maka Keputusan Menteri Kesehatan RI No
267/Menkes/SK/III/2004 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Permenkes
No.891/Menkes/Per/Per/IX/2008 tentang Perubahan atas Kepmenkes No
267/Menkes/SK/III/2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang
Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular dinyatakan tidak berlaku.
Tatalaksana dari organisasi akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Kesehatan dan
Semua ketentuan pelaksanaan dari Keputusan Menteri Kesehatan RI No
267/Menkes/SK/III/2004 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Permenkes
No.891/Menkes/Per/Per/IX/2008 tentang Perubahan atas Kepmenkes No
267/Menkes/SK/III/2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang
Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular tetap berlaku sepanjang
belum diganti atau ditetapkan berdasarkan peraturan ini.

Anda mungkin juga menyukai