Muhammad Fil Socrates-Fkik PDF
Muhammad Fil Socrates-Fkik PDF
SKRIPSI
OLEH :
109101000012
JAKARTA
1434H/ 2013 M
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDIKESEHATAN MASYARAKAT
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Skripsi, September 2013
ABSTRAK
HIRARC merupakan salah satu cara mengidentifikasi potensi bahaya yang
terdapat pada setiap jenis pekerjaan. Langkah-langkahnya dimulai dengan cara
mengidentifikasi bahaya, lalu menilai risikonya dan melakukan pengendalian. PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk terletak di jalan Mayor Oking Jaya Atmaja
kecamatan Citeureup, Bogor Jawa Barat. Barang hasil produksi yang dihasilkan berupa
semen dengan salah satu proses produksinya adalah dengan alat pemanasan awal atau
suspension preheater (SP). Untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti HIRARC yang
dimiliki PT Indocement.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data yaitu observasi lapangan, telaah dokumen, dan wawancara
mendalam. Analisis data dimulai dengan menghitung nilai risiko dengan bentuk skor.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa terdapat 19 jenis pekerjaan di SP
yang memiliki sumber bahaya berbeda-beda dan dibandingkan dengan 11 jenis
pekerjaan di Indocement. Dari segi keselamatan PT Indocement masih memiliki
beberapa kekurangan khususnya keselamatan pada perlengkapan APD dan menganalisis
HIRARC yang telah dibuat.
Saran dari penelitian ini adalah agar perusahaan mau meningkatkan keselamatan
pada setiap pekerjaan di SP untuk mengurangi unsafe action dan unsafe condition.
Untuk perlengkapan APD seharusnya dapat disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang
dilakukan karena masih terdapat ketidak sesuaian dalam memakai APD atau masih
belum memakainya.
.
Daftar bacaan : 42 (1970-2012)
Kata Kunci :Suspension Preheater, HIRARC.
iii
FACULTY MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH MAJOR
OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH
Thesis, September 2013
ABSTRACT
HIRARC is one way to identify potencial hazard that accompany any type of job.
The step begin with hazard identification, risk assessement and risk control.
PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk is located at Mayor Oking Jaya Atmaja,
Citeureup, Bogor west java. Manufactured goods produced in the form of cement with
one of the production process is the beginning of the heating appliance or suspension
preheater (SP). For that researchers interested in studying HIRARC owned
PT.Indocement.
This study is a qualitative research. The technique used in the data collection
field observation, document review, and in-depth interviews. Data analysis began by
calculating the value of the risk score form.
Based of the result, it is known that there are 19 types of jobs in the SP which has
a different source of danger and in comparison with the 11 types of jobs in Indocement.
In terms of safety, PT Indocement still has some shortcomings particularly in safety
equipment and analyze HIRARC PPE that has been made.
Suggestions from this study is that companies want to improve the safety of each
job in SP to reduce unsafe action and unsafe condition. For PPE items should be tailored
to the type of work done because there is still a discrepancy in the use of PPE or still do
not wear it.
References : 42 (1970-2012)
Key words : suspension preheater, HIRARC
iv
CURRICULUM VITAE
PERSONAL IDENTITY
Full Name : MUHAMMAD FIL SOCRATES
Place/Date of Birth : BOGOR/ NOVEMBER 1991
Sex : MALE
Religion : MOSLEM
Address : Puri Nirwana 1 Blok P No. 02 RT 03/16
Pabuaran, Cibinong-Bogor
Post Code : 16916
Citizenship : INDONESIAN
Height/ Weight : 170 cm/ 52 Kg
Phone Number : 087870774764
Email Address : Lhead_shead@yahoo.com
Hobies : Badminton, Reading history book
vii
FORMAL EDUCATION
Year Faculty/
Name Of Institute Location Result
In Out Majoring
ISLAMIC STATE CIPUTAT PUBLIC
UNIVERSITY SYARIF HEALH/
2009 2013
HIDAYATULLAH SHE
JAKARTA
2006 2009 SMAN 1 CIBINONG CIBINONG - Graduated
2003 2006 SMPN 1 CIBINONG CIBINONG - Graduated
1997 2003 SDN CIRIUNG 2 CIBINONG - Graduated
ORGANIZATION EXPERIENCES
viii
SEMINAR PARTICIPATION
ix
Participant of Seminar Gizi Sudah Sehatkah Dan Idealkah Pola Makan
2009
Anda
x
Lembar Persembahan
xi
KATA PENGANTAR
Segala puji kehadirat Allah SWT, yang telah menciptakan dunia dan seisinya dengan
beraneka ragam dan menjadikan perrbedaan sebagai rahmat-NYA, karena syukur tak
pernah henti bagi penulis ucapkan ridhanya akhirnya Penelitian saya yang berjudul
“ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC
(HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND RISK CONTROL)
PADA ALAT SUSPENSION PREHEATER BAGIAN PRODUKSI DI PLANT 6
DAN 11 FIELD CITEUREUP PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA,
TAHUN 2013” telah penulis selesaikan. Shalawat serta salam selalu tak lupa penulis
sampaikan kepada Rasullallah Muhammad SAW yang membawa perubahan jaman yang
gelap gulita menjadi jaman yang terang benderang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan,
bimbingan, petunjuk dan motivasi dari banyak orang-orang terdekat karena tanpa
bantuannya penulis belum tentu bisa menyelesaikannya.
Dengan kerendahan hati penulis memberikan rasa hormat dan ucapan
terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada :
1. Kedua Orang tua tercinta, Ibuku yang selalu memberikan dukungan berupa doa dan
nasihatnya sehingga saya dapat termotivasi untuk terus mengerjakan penelitian ini
hingga selesai. Kemudian ayah yang banyak memberikan masukan dan dukungan
terlebih beliau memahami isi penelitian yang saya kerjakan.
2. Adikku Tercinta “Layalia Qodri” yang selalu memberikan semangat agar saya dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan semaksimal mungkin.
3. Saudara sanak family ku yang selalu memberikan support dan dukungan agar aku
selalu semangat mengerjakan penelitian ini.
4. Bapak Prof. Dr. (hc). Dr. M.K Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
xii
5. Ibu Febriyanti, M.Si. selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
6. Bapak Muhammad Farid Hamzen, M.Si. selaku pembimbing Fakultas yang selalu
memberikan masukan positif dan membimbing saya hingga skripsi saya dapat
berjalan dengan baik dan hasil yang memuaskan.
7. Ibu Dewi Utami Iriani M.Kes Phd selaku pembimbing Fakultas yang memberikan
nasihatnya dengan sangat baik.
8. Ibu Fase Badriyah, Ph.D selaku dosen penguji yang memberikan motivasi dengan
baik agar saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lebih baik.
9. Bapak dr.Yuli Prapanca Satar, MARS selaku dosen penguji yang banyak sekali
memberikan masukan dan nasihat agar revisian skripsi saya lebih baik lagi.
10. Ibu Nurul Wandasari S.,M.Epid selaku dosen penguji yang banyak sekali
memberikan masukan dan nasihat agar revisian skripsi saya lebih baik lagi.
11. Ibu Iting Shofwati ST, MKKK selalu penanggung jawab peminatan K3.
12. Bapak Widi Wibisono selaku pembimbing penelitian di Perusahaan yang tiada
hentinya memberikan ilmu-ilmu mengenai safety dengan cukup baik.
13. Ibu Tika selaku pembimbing penelitian di perusahaan yang selalu memberikan
masukan positif terutama mengenai perundangan keselamatan kerja.
14. Teman-teman kantor PT Indocement Tunggal Prakarsa atas bantuannya selama ini.
15. Sahabat-sahabat Benkyu (Nia, Denis, VJ, Ubay, Ana, Heni) yang selalu mensupport
hingga saat ini dan selalu mendoakan agar kami dapat lulus dengan hasil yang
memuaskan.
16. Teman-teman K3 2009 seperjuangan yang selalu kompak dalam menjarkom,
menghabiskan waktu luang,berdiskusi kelompok, maupun dalam hal lainnya.
17. Anak-anak pengajian Himatul Ulya atas doa dan dukungannya selama ini.
18. Dan semua rekan yang telah membantu dalam tahap menyusun laporan skripsi saya.
Akhir kata dengan mengucapkan rasa syukur dengan memanjatkan doa kepada
Allah SWT, semoga semua amal kebaikan dari semua pihak dibals oleh Allah SWT
xiii
amin dan semoga laporan magang ini dapat menambah keilmuan pengetahuan penulis
khususnya dan pembaca umumnya.
Penulis
xiv
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................... 5
1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
1.4.1 Tujuan Umum ..................................................................................... 6
xv
1.5.3 Bagi Perusahaan .................................................................................. 7
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 7
xvi
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian ......................................................................................... 48
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................................... 48
4.3 Informan Penelitian ................................................................................... 48
BAB 5 HASIL
5.1 Gambaran Umum PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk .......................... 56
5.1.1 Sejarah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk .................................. 56
5.1.2 Perkembangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ...................... 58
5.1.3 Visi, Misi, Motto dan Logo PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ... 59
5.1.4 Lokasi PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk .................................. 60
5.1.5 Struktur Organisasi ........................................................................... 62
5.1.6 Manajemen Perusahaan .................................................................... 64
5.1.7 Produk Semen .................................................................................. 66
5.1.8 Proses Produksi ................................................................................ 68
xvii
5.4.2 Hasil Identifikasi Bahaya SP dari hasil observasi peneliti ................. 94
5.5 Hasil Analisis Penilaian Risiko SP ............................................................ 110
5.5.1 Penilaian Risiko PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ..................... 114
5.5.2 Penilaian Risiko dari hasil observasi peneliti .................................... 117
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 161
6.2 Pembahasan Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Dengan Metode HIRARC
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR OBSERVASI
PEDOMAN WAWANCARA
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Jam Kerja Normal Untuk Mining dan Packing Departement .............. 65
Tabel 5.2 Jam Kerja Normal Untuk Mining dan Packing Departement ............... 66
Tabel 5.3 Jam Kerja Shift Untuk Bagian Produksi, Pengendalian Mutu, Elektrik
Tabel 5.6 Identifikasi Bahaya Pekerjaan Di Alat Suspension Preheater ............. 103
Tabel 5.7 Lembar Observasi Identifikasi Risiko Pada Suspension Preheater ....... 108
Tabel 5.12 Penilaian Risiko Pada Pekerjaan di SP PT ITP Tbk ........................... 116
xix
Tabel 5.15 Pengendalian Risiko PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ............. 128
xx
DAFTAR GAMBAR
xxi
DAFTAR BAGAN
xxii
BAB 1
PENDAHULUAN
risiko yang terjadi tergantung dari jenis industri, teknologi serta upaya pengendalian
risiko yang dilakukan. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang terjadi
perusahaan. Secara garis besar kejadian kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor,
yaitu tindakan manusia yang tidak memenuhi keselamatan kerja (unsafe act) dan
dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Begitu juga dengan setiap
orang lain yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Oleh
karena itu, sesuai dengan peraturan yang berlaku setiap perusahaan yang didalamnya
terdapat pekerja dan resiko terjadinya bahaya wajib untuk memberikan perlindungan
Keselamatan.
dikatakan baru akan dilaksanakan setelah proses pendirian suatu pabrik/ unit usaha
1
2
menunjukkan bahwa sebanyak 1.2 juta pekerja meninggal dunia akibat kecelakaan
kerja tiap tahun, penyakit akibat kerja (PAK) menimpa 160 juta tenaga kerja
pertahun. Kerugian pun mencapai tingkat yang tinggi sebesar 2.4 % dari Gross
kecelakaan kerja sebesar 4.130 yang mengalami cacat fungsi, 2.722 orang
mengalami cacat sebagian, 34 orang harus mengalami cacat total tetap dan 2.218
jiwa meninggal dunia (Jamsostek, 2012). Upaya pencegahan kecelakaan akibat kerja
melalui pendekatan yang paling tepat. Analisa tentang kecelakaan dan resikonya
dilakukan atas dasar pengenalan atau identifikasi bahaya di lingkungan kerja dan
pengukuran bahaya di tempat kerja. Secara garis besar ada empat faktor utama yang
mempengaruhi kecelakaan yaitu faktor manusia, alat atau mesin, material dan
terhadap tingkat resiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Proses identifikasi
dan fungsi atau proses produksi. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan guna
mengenai data kecelakaan kerja, penyakit dan absensi, laporan dari tim K3, P2K3,
3
terpadu untuk mengelola risiko yang ada dalam aktivitas perusahaan yang dapat
perusahaan. Manajemen risiko terbagi atas tiga bagian yaitu Hazard Identification,
Risk Assessment dan Risk Control. Biasanya dikenal dengan singkatan HIRARC.
Metode ini merupakan bagian dari manajemen risiko dan yang menentukan arah
swasta terbesar di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1975 dan memiliki 12 pabrik
yang tersebar di 3 kota yakni Bogor, Cirebon dan Kotabaru. PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk memiliki 6316 jumlah karyawan yang bekerja yang tidak dipungkiri
bahwa terdapat bermacam-macam jenis bahaya yang bisa saja terjadi mulai dari
terlepas dari risiko timbulnya kecelakaan akibat kerja. Dengan jumlah karyawan
mencapai angka 3000 karyawan, risiko terjadinya kecelakaan kerja dapat terjadi
pada tahun 2010 hingga tahun 2012 di pabrik PT Indocement Tunggal Prakarsa
Citeureup adalah berjumlah 86 orang pada tahun 2010 dengan jumlah karyawan
3145 orang, kemudian mengalami penurunan di tahun 2011 yakni 76 orang dengan
4
adalah 86 orang dengan jumlah karyawan 3090 orang (HSE Indocement, 2013).
Dari data angka kecelakaan yang terjadi dari tahun 2010-2012 menunjukkan
masih adanya kecelakaan kerja yang terjadi di areal pabrik tersebut dengan 20 divisi
yang tersebar di area pabrik terdapat angka yang paling besar mengalami kecelakaan
yakni pada plant 6/11 berjumlah 15 orang. Riwayat kejadian kecelakaan di Plant 6
dan 11 menunjukkan fluktuasi jumlah kecelakaan kerja yang tertinggi dari divisi
lainnya. Kemudian setelah melihat temuan data pada plant 6 dan 11 dalam produksi
semen, kegiatan proses kerja yang mempunyai risiko paling tinggi atau high risk di
bagian suspension preheater. Hasil ini didapatkan dari hasil temuan investigasi di
plant 6/11 dalam kurun waktu 3 tahun terakhir yang didapatkan dari data HSE pusat.
Pada proses ini mesin akan mengeluarkan panas yang cukup tinggi dan pada proses
ini semen mengalami pemanasan awal dengan suhu diatas 3000 derajat celcius. Hal
itu mengindikasikan adanya risiko keselamatan kerja yang lebih tinggi dibandingkan
dengan plant atau divisi lainnya. Untuk itu diperlukan analisis risiko keselamatan
kerja untuk mengetahui tingkat risiko keselamatan kerja pada alat suspension
dalam mencapai tujuan yang efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan
dan prosedur kerja yang baik serta penyediaan alat pelindung diri (APD), akan tetatpi
kecelakaan kerja masih terjadi lebih tinggi dibandingkan plant atau divisi lainnya
yakni di plant 6/11 PT Indocement Tunggal Prakarsa tahun 2013. Hal ini merupakan
alasan bagi peneliti untuk menjadikan masalah kecelakaan kerja bagi pekerja untuk
kepada perusahaan dan mitra kerja sebagai bahan pertimbangan atau masukan
tentang potensi bahaya yang terdapat di pekerjaan bagian produksi pada alat
suspension preheater.
menganalisis risiko yang ada di plant 6/11 bagian produksi pada alat suspension
8
Jawa Barat pada bulan Mei-Juli tahun 2013 karena dari data kecelakaan
Tunggal Prakarsa Tbk Citeureup. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer dan sekunder, data sekunder dengan telaah dokumen yang terdapat di
bagian SHE (Safety Health and Environment) dari pusat dan data dari plant 6/11.
Data primer dilakukan dengan cara wawancara kepada pekerja, pekerja maintenance
TINJAUAN PUSTAKA
tingginya mencakup aspek fisik, mental, dan sosial untuk kesejahteraan seluruh
pekerja di semua tempat kerja. Pelaksanaan K3 merupakan salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat nmeningkatkan efisiensi dan
keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses
pekerjaan. Tujuan dari keselamatan itu sendiri adalah sebagai berikut : (Suma’mur,
1981)
produktivitas nasional.
9
10
dan efisien.
menimbulkan kerugian tidak langsung yaitu kerusakan mesin dan peralatan kerja,
adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian sebagai
keselamatan dan kesehatan kerja yang dibuat untuk (Undang-Undang K3 pasal 3 ayat
1, tahun 1970) :
kelembapan, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,sinar atau
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya;
dan barang;
penyimpanan barang;
dan tidak diharapkan. Dikatakan tidak terduga karena dibelakang peristiwa yang
terjadi tidak terdapat unsur kesengajaan atau unsur perencanaan, sedangkan tidak
menimbulkan penderitaan dari skala paling ringan sampai skala paling berat.
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja atau
sedang melakukan pekerjaan di suatu t empat kerja. Ruang lingkup kecelakaan akibat
kerja terkadang diperluas meliputi kecelakaan tenaga kerja yang terjadi saat
Menurut Bird and Germain (1990) kecelakaan kerja adalah kejadian tidak
diharapkan yang mengakibatkan kesakitan (cedera atau korban jiwa) pada orang,
kerusakan pada properti dan kerugian dalam proses yang terjadi saat pekerjaan
dilakukan. Kecelakaan kerja biasanya terjadi karena adanya kontak dengan bahan
atau sumber energi (bahan kimia, suhu tinggi, kebisingan, mesin, listrik, dan lain-
lecet, patah tulang, dan terjadi ganguan fungsi fisiologis alat tubuh.
kerja, empat faktor bergerak dalam satu kesatuan berantai, yakni a) faktor
Namun ada kesamaan umum, yaitu kecelakaan disebabkan oleh dua golongan
human acts)
A. Faktor Manusia
-Umur
akibat kerja. Golongan umur tua mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi untuk
13
karena umur muda mempunyai reaksi dan kegesitan yang lebih tinggi (Menurut
Hunter dalam Hernawati, 2008). Namun umur muda pun sering pula mengalami
kasus kecelakaan akibat kerja, hal ini mungkin karena kecerobohan dan sikap suka
usia lebih banyak mengalami kecelakaan dibandingkan dengan pekerja yang lebih
tua. Pekerja muda usia biasanya kurang berpengalaman dalam pekerjaanya (ILO,
1989).
-Jenis Kelamin
Tingkat kecelakaan akibat kerja pada perempuan akan lebih tinggi daripada
pada laki-laki. Perbedaan kekuatan fisik antara perempuan dengan kekuatan fisik
laki-laki adalah 65%. Secara umum, kapasitas kerja perempuan rata-rata sekitar 30%
lebih rendah daripada laki-laki. Tugas yang berkaitan dengan gerak berpindah, laki
laki mempunyai waktu reaksi lebih cepat daripada perempuan, baik pergerakan kaki,
-Pengalaman kerja
terhadap kecelakaan kerja bertambah baik sesuai dengan usia, masa kerja atau
kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat
kerja yang bersangkutan (Suma’mur 1989). Tenaga kerja baru biasanya belum
kerja karena mesin terutama terjadi pada buruh yang mempunyai pengalaman kerja
-Tingkat pendidikan
pendidikan dengan lapangan yang tersedia bahwa pekerja dengan itngkat pendidikan
rendah, seperti Sekolah Dasar atau bahkan tidak pernah bersekolah akan bekerja di
kecelakaan kerja karena beban fisik yang berat dapat mengakibatkan kelelahan yang
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja.
Pendidikan adalah pendidikan formal yang diperoleh disekolah dan ini sangat
pendidikan non formal seperti penyuluhan dan pelatihan juga dapat berpengaruh
-Kelelahan
Kelelahan merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup lagi untuk
fungsi kesadaran otak dan perubahan pada organ di luar kesadaran. Kelelahan
disebabkan oleh berbagai hal, antara lain kurang istirahat, terlalu lama bekerja,
pekerjaan rutin tanpa variasi, lingkungan kerja yang buruk, serta adanya konflik
(Silalahi, 1991).
B. Faktor Lingkungan
-Lokasi/Tempat kerja
Tempat kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan bagi suatu usaha, dimana
terdapat tenaga kerja yang bekerja, dan kemungkinan adanya bahaya kerja di tempat
itu (Silalahi, 1991). Disain dari lokasi kerja yang tidak ergonomis dapat
menimbulkan kecelakaan kerja. Tempat kerja yang baik apabila lingkungan kerja
-Peralatan/perlengkapan
dalam perencanaan adalah memilih peralatan dan perlengkapan yang efektif sesuai
bagian-bagian kritis yang dapat menimbulkan keadaan bahaya, yaitu (Silalahi, 1991):
1. bagian-bagian fungsional
2. bagian-bagian operasional
16
-Shift Kerja
adalah bekerja diluar jam kerja normal, dari Senin sampai Jumat termasuk hari libur
dan bekerja dimulai dari jam 07.00 sampai dengan jam 19.00 atau lebih. Shif kerja
shift kerja siang, tetapi shif kerja pagi-siang tidak menutup kemungkinan dalam
2.3 Bahaya
Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotesi
lainnya. Karena hadirnya bahaya maka diperlukan upaya pengendalian agar bahaya
Bahaya merupakan sifat yang melekat dan menjadi bagian dari suatu zat,
sistem, kondisi atau peralatan. Misalkan api, secara alamiah mengandung sifat panas
17
yang bila mengenai benda atau tubuh manusia dapat menimbulkan kerusakan atau
cidera.
tempat rekreasi, mal, jalan raya, sarana olahraga dan lain-lain. Di tempat
kerja juga banyak jenis bahaya seperti di pertambangan, pabrik kimia, kilang
bahaya dengan baik dan seksama. Jenis bahaya dapat diklasifikasiakan antara
a) Bahaya Mekanis
b) Bahaya Listrik
Adalah sumber bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat
listrik, baik dari jaringan listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang
c) Bahaya Kimiawi
Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan
d) Bahaya Fisik.
terjadinya kejadian berbahaya atau paparan dengan keparahan dari cidera atau
Sedangkan manajemen risiko adalah suatu proses untuk mengelola risiko yang ada
cara pengelolaannya, tingkat risiko mungkin berbeda dari yang paling ringan atau
rendah sampai ke tahap yang paling berat atau tinggi. Melalui analisis dan evaluasi
pengendalian agar tidak terjadi bencana atau kerugian lainnya ( Sugandi, 2003).
kejadian dan konsekkuensi atau akibat yang dapat ditimbulkannya. Dari definisi
19
selamanya risiko diartikan sebagai sesuatu yang negatif. Contohnya adalah seseorang
terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik (Ramli, 2010).
“suatu kegiatan yang dilakukan untuk menanggapi risiko yang telah diketahui
(melalui rencana analisa risiko atau bentuk observasi lain) untuk meminimalisasi
konsekuensi buruk yang mungkin muncul”. Untuk itu risiko harus didefinisikan
dalam bentuk suatu rencana atau prosedur yang reaktif. Kerzner (2001)
kerugian.
20
terjadi kegagalan.
kegiatan dan merupakan alat untuk melindungi perusahaan dari setiap kemungkinan
(Ramli,2010) :
perangkat. Khusus untuk risiko K3, ada beberapa metoda yang dapat dipakai untuk
analisis awal (Budiono, 2003). Preliminary Hazard Analysis dilakukan jika tidak ada
suatu informasi mengenai sistem (Colling, 1990). PHA dilakukan pada kegiatan
identifikasi bahaya pada tahap awal (pra desain) untuk memberikan rekomendasi
tahapan pekerjaan desain final. Hasil PHA adalah berupa daftar sumber bahaya dan
risiko yang berhubungan dengan detail desain lengkap dengan rekomendasi kepada
perencanaan dalam upaya menghindari dan mengendalikan sumber bahaya dan risiko
yang akan terjadi Data yang diperlukan dalam PHA kriteria desain tempat kerja
keadaan tidak terkendali. Metode ini dilakukan oleh kelompok para ahli dari multi
disiplin ilmu dan dipimpin oleh spesials keselamatan kerja yang berpengalaman atau
HAZOPS bertujuan untuk meninjau suatu proses atau operasi pada suatu
mendorong kearah kejadian atau kecelakaan yang tidak diinginkan. Biasanya metode
ini dipakai pada insudtri proses seperti industri kimia, petrokimia dan kilang minyak
(Ramli,2010).
Menurut Cooling (1990) FMEA adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengalami kegagalan dan efek yang ditimbulkan dari kegagalan. FMEA secara
sistematis menilai komponen dari suatu sistem tentang bagaimana sistem dapat
gagal, lalu mengevaluasi efek dari kegagalan tersebut, tingkat bahaya yang
komprehensif. Proses dasar dari FMEA adalah dengan membeuat daftar semua
bagian dari sistem dan kemudian analisa apa saja dampak jika sistem tersebut gagal
FMEA adalah tabulasi dari sistem, peralatan pabrik, dan pola kegagalannya serta
efeknya terhadap operasi. FMEA adalah uraian mengenai bagaimana suatu peralatan
membuka yang seharusnya tertutup, mati, bocor dan lainnya. Dampak dari kegagalan
dan mengidentifikasikan sumber bahaya yang ada dari tiap langkah-langkah tersebut
5. What if
Pemeriksaan yang dilakukan dari proses atau operasi yang dilakukan oleh
pertanyaan yang dimulai dengan "bagaimana jika" (“what if”) untuk mengidentifikasi
yang ada, sehingga dapat menyarankan alternatif untuk pengurangan risiko. Teknik
ini memberikan kebebasan yang luas kepada peserta dalam berpikir dan memberikan
mengkritik teknik ini menilai teknik ini terlalu luas dan tidak fokus sehingga sulit
mendapatkan hasil yang lebih rinci lagi. Namun teknik ini lebih baik digunakan
kepada mereka yang kurang memahami teknik identifikasi bahaya, namun memiliki
6. Brainstorming
Sumber informasi tentang bahaya dapat diperoleh dari semua pihak. Semakin
banyak sumber informasi yang digunakan akan semakin luas, dalam dan rinci
informasi yang diperoleh. Karena itu, salah satu teknik sederhana untuk
“brainstorming” untuk menggali potensi bahaya yang ada, atau diketahui oleh
FTA atau pohon kegagalan dikembangkan pertama kali pada tahun 1961 oleh
US Army ketika merancang peluru kendali. FTA menggunakan metoda analisis yang
bersifat deduktif. Dimulai dengan menetapkan kejadian puncak (top event) yang
mungkin terjadi dalam sistem atau proses, misalnya kebakaran atau ledakan.
Selanjutnya semua kejadia yang dapat menimbulkan akibat dari kejadian puncak
Sebelum suatu kegiatan dimulai perlu dilakukan kajian analisa risiko untuk
mengetahui apa saja dan besarnya potensi bahaya yang timbul selama kegiatan
periksa. Metoda ini sangat mudah dan sederhana yaitu dengan membuat daftar
aktifitas rutin ataupun non rutin diperusahaan, kemudian melakukan penilaian risiko
dari bahaya tersebut lalu membuat program pengendalian bahaya tersebut agar dapat
dimini malisir tingkat risikonya ke yang lebih rendah dengan tujuan mencegah terjadi
identifikasi bahaya, peniliaian dan pengendalian risiko yang merupakan bagian dari
perusahaan.
dilakukan penilaian risiko dan pengendalian risiko untuk mengurangi paparan bahaya
manajemen risiko K3. Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui
melakukan pengelolaan risiko dengan baik. Menurut Stuart Hawthron cara sederhana
atau pengendalian risiko. Tanpa mengenal bahaya, maka risiko tidak dapat
26
dan pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan mengenal bahaya yang ada,
adalah dengan Mengidentifikasi semua kegiatan baik yang rutin maupun tidak rutin
(abnormal) di unit kerja, atau kegiatan yang dapat menyebabkan keadaan darurat.
diidentifikasi.
sehingga dapat dilakuakan pemilahan risiko yang memiliki dampak besar terhadap
Hasil analisa risiko dievaluasi dan dibandingkan dengan kriteria yang telah
ditetapkan atau standard dan norma yang berlaku untuk menentukan apakah risiko
tersebut dapat diterima atau tidak. Jika risiko dinilai tidak dapat diterima, harus
dikelola atau ditangani dengan baik. Penilaian risiko (Risk Assessment) mencakup
dua tahapan proses yaitu menganalisa risiko (Risk Analysis) dan mengevaluasi risiko
(Risk Evaluation). Kedua tahapan ini sangat penting karena akan menentukan
dengan tingkat kemungkinan dan tingkat keparahan pada Tabel risiko WRAC
(WRAC = workplace risk assessment and control atau kontrol dan penilaian risiko
tempat kerja).
dengan mengklasifikasikan risiko yang ada mulai dari tingkatan paling rendah
1. Eliminasi
Hirarki teratas adalah eliminasi dimana bahaya yang ada harus dihilangkan
2. Subsitusi
Dengan pengendalian ini akan menurunkan bahaya dan risiko melalui sistem
30
ulang maupun desain ulang. Missal : sistem otomatisasi pada mesin untuk
kekuatan serta arus listrik, mengganti bahan baku padat yang menimbulkan
3. Engineering control
4. Warning System
intruksi, tanda, label yang akan membuat orang waspada akan adanya bahaya
kepadanya. Aplikasi didunia industry untuk pengendalian jenis ini antara lain
5. Administrative control
Alat pelindung diri dirancang untuk melindungi diri dari bahaya dilingkungan
kerja serta zat pencemar, agar tetap selalu aman dan sehat. Adapun langkah-
tidak tepat untuk pekerjaan, atau tidak nyaman atau tidak sesuai
dijumpai.
di tempat kerja.
memindahkan bahaya yang bisa saja terjadi. Dan pengendalian risiko di unit kerja
Preheater adalah alat dalam unit produksi semen yang berfungsi untuk
melepaskan material sebelum dibakar didalam rotary kiln. Tujuan pemanasan ini
sehingga umpan kiln nantinya sudah siap untuk mengalami proses selanjutnya
sehingga akan didapatkan terak dengan hasil yang baik. Adapun jenis-jenis preheater
Preheater jenis ini dalam pemanasan awal terhadap raw mix dilakukan dalam
dua aliran suspention preheater. Stage tingkat I,III,IV (dihitung dari bawah
yang merupakan single unit merupakan counter current HE. Pemisahan aliran
gas di dalam dua aliran pada stage tingkat I, III, dan IV menyebabkan
penggunaan siklon yang lebih kecil untuk volumetric gas yang sama dengan
tingkat pemisahan yang lebih tinggi. Dopol preheater kiln tersedia sampai
Terdiri atas 3 tingkat yang tersusun atas double cyclone yang bekerja dengan
aliran parallel dan terdiri atas satu preheater shaft berbentuk kerucut sebagai
Ciri khusus dari jenis preheater ini adalah dalam hal tingkat keamanan
operasinya yang tinggi. ZAP ini tersedia dalam dua jenis, yaitu twin
constraction dan single tower yang memiliki kapasitas 2000 ton klinker/hari.
Stage paling atas di dalam Preheater jenis ini tersusun atas double cyclone
yang berfungsi untuk pemisahan debu. Konsumsi panas preheater ini antara
530000 dan 595000 Btu/bbl klinker dengan kapasitas operasi 9000 bbl/hari.
Prerov, Czechoslovakia
35
Dua siklon paling atas sebagai penangkap debu sedangkan dua siklon yang
lebih rendah berfungsi untuk resirkulasi dan pemanasan awal raw mix.
ada expansion joint sehingga diharapkan dapat mengurangi false air masuk.
pemanas. Karena hisapan SP fan maka gas panas tersebut akan naik ke
preheater dan dimanfaatkan untuk proses kalsinasi dan penguapan air. Jenis
tingkat siklon dengan siklon berikutnya yang disebut dengan connection duct. Setiap
siklon dan connection duct membentuk satu tingkat preheater. Preheater stage diberi
nomor I sampai IV, dari top ke bottom. Perpindahan panas bila di tinjau dalam setiap
stage berlangsung secara counter current flow. Di dalam connection duct terjadi
perpindahan panas antara gas panas dari kiln dengan material selama perjalanan ke
siklon berikutnya. Gas panas mengalir dari bagian bawah preheater sedangkan raw
mix (kiln feed) dialirkan dari bagian atas preheater. Perpindahan panas dari gas
kepadatan menjadi dalam duct (80%) dan sisanya terjadi dalam siklon, sekaligus
proses pemisahan. Hal ini dikemukakan oleh peneliti dari Soviet Cement Plant yang
bernama Mr.Spassky (Duda, 1975). Jadi duct berfungsi sebagai tempat pemindahan
panas sedangkan siklon berfungsi sebagai tempat pemisahan material. Panas yang
terkandung dalam gas keluar preheater dimanfaatkan untuk pengeringan pada unit
memanaskan awal bahan baku sebelum masuk ke dalam rotary kiln. Suspension
preheater terdiri dari siklon untuk memisahkan bahan baku dari gas pembawanya,
riser duct yang lebih berfungsi sebagai tempat terjadinya pemanasan bahan baku
(karena hampir 80% -90% pemanasan debu berlangsung di sini), dan kalsiner untuk
proses pemanasan bahan baku terjadi dengan mengalirkan gas hasil sisa proses
dengan proses kalsinasi sebagian dari bahan baku, asal peralatan suspension
bakar (dan udara) untuk memenuhi kebutuhan energi yang diperlukan untuk proses
kalsinasi tersebut. Peralatan terakhir ini sudah banyak ditemui untuk pabrik baru
dengan kapasitas produksi yang cukup besar, dan disebut dengan suspension
kecil dibandingkan dengan yang terjadi di dalam preheater dengan kalsiner. Pada
suspension preheater dengan kalsiner ini derajat kalsinasi raw mix (artinya
prosentase bahan baku yang telah mengalami proses kalsinasi) pada saat masuk ke
penelitian selama ini, tidak akan melebihi 40%. Sebagai konsekuensi dari pemakaian
kedua jenis preheater ini, proses yang terjadi di dalam kiln akan sedikit berbeda,
demikian pula energi yang dibutuhkannya. Pada prinsipnya dengan adanya kalsiner
sebagian besar proses kalsinasi dipindahkan dari kiln ke kalsiner sehingga proses
kalsinasi yang terjadi di kiln tinggal sedikit. Dengan demikian pada suspension
preheater dengan kalsiner ini, di dalam kiln tinggal terjadi sedikit proses kalsinasi,
klinkerisasi dan sintering, serta awal pendinginan klinker saja. Untuk itu biasanya
Pada proses kalsinasi, energi yang dibutuhkan merupakan energi laten reaksi
sehingga tidak untuk meningkatkan temperatur bahan baku dan sebagian atau seluruh
udara pembakaran diambil dari udara pendinginan klinker di cooler yang telah
merekuperasi panas pendinginan klinker. Udara pembakaran dari cooler ini disebut
dengan udara tertier. Oleh karena itu di dalam kalsiner ini beda temperatur antara gas
dan material paling rendah. Dengan penggunaan kalsiner ini pembakaran klinker
(klinkerisasi dan sintering) dapat dilakukan pada rotary kiln yang lebih kecil dengan
waktu tinggal yang tepat. Dasar pemikiran penggunaan kalsiner ini adalah bahwa
rotary kiln, sebagai alat penukar panas, perpindahan panas yang efektif terjadi pada
secara radiasi. Sedang pada tempat yang bertemperatur lebih rendah seperti zona
kalsinasi perpindahan panas yang terjadi lebih didominasi oleh mekanisme konveksi
tidak cukup ekonomis dilakukan di dalam kiln karena kecepatan aliran gas cukup
pembakaran klinker bila proses kalsinasi dilakukan sebagian besar di luar kiln.
1. Diameter kiln dan thermal load-nya lebih rendah terutama untuk kiln dengan
bahan bakar dibakar di kiln. Dengan kalsiner ini, dibandingkan dengan kiln
yang hanya menggunakan SP saja, maka suplai panas yang dibutuhkan di kiln
hanya 35% – 50%. Biasanya sekitar 40 % bahan bakar yang dibakar di dalam
untuk suatu ukuran kiln tertentu, dengan adanya kalsiner ini, kapasitas
produksinya dapat mencapai hampir dua kali atau dua setengah kali lipat
karena temperatur yang diinginkan di kalsiner relatif rendah (850 – 900 oC),
sehingga peluang pemanfaatan bahan bakar dengan harga yang lebih murah,
dialihkan ke kalsiner.
1. Temperatur gas buang keluar dari top cyclone relatif lebih tinggi. Untuk
mengatasi hal ini dirancang siklon dengan penurunan tekanan yang rendah
2. Temperatur klinker yang keluar dari kiln relatif lebih tinggi karena
mengatasi hal ini biasanya digunakan pendingin klinker yang efektif yaitu
grate cooler.
daya listrik pada motor ID fan. Namun hal ini biasanya dikompensasi dengan
4. Lokasi kalsiner, ducting, tambahan alat pembakaran, duct udara tersier akan
Dari uraian di atas banyak orang membedakan konfigurasi sistem kiln (SP,
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain ukuran partikel bahan baku,
proses pemisahan oleh siklon dan proses pemanasan bahan baku oleh gas panas. Satu
dan lainnya dari beberapa parameter tersebut saling berkaitan. Agar lebih rinci,
berikut ini akan diuraikan secara singkat kaitan antara satu parameter dengan
parameter lainnya.
keselamatan dan kesehatan bagi pekerja. Dalam OHSAS terdapat manajemen risiko
yang dirancang menjadi satu komponen untuk meminimalir risiko dan dinamakan
HIRARC (Hazard identification, risk assessment and risk control). HIRARC disusun
Untuk dapat meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja berikut dapat
HIRARC
Penilaian Risiko
Pengendalian Risiko
keselamatan pekerja yang bekerja pada alat suspension preheater bagian produksi di
plant 6 dan 11 PT.Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Dalam penelitian ini peneliti
Control) yang dimulai dari cara mengidentifikasi risiko, cara menganalisis risikonya
hingga pengendalian risiko. Penelitian ini dimulai dengan mengambil data angka
kecelakaan selama kurun waktu 3 tahun terakhir (2010, 2011 dan 2012), jumlah
angka pekerja di pabrik Indocement Field Citeureup dan didapatkan bahwa dari 20
divisi, plant 6 dan 11 layak untuk dianalisis tingkat risiko pekerjaannya. Kemudian
setelah melihat data investigasi dari sumber HSE pusat didapatkan bahwa
departemen bagian produksi memiliki potensi bahaya yang lebih besar dari
lingkup dan tahapan proses kerja departemen produksi yang ada di plant 6 dan 11.
43
44
Bagan 3.1
Kerangka Berpikir
PT Indocement Peneliti
Analisis
Perbandingan
45
manajemen risiko K3. Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui
melakukan pengelolaan risiko dengan baik. Menurut Stuart Hawthron cara sederhana
Alat Ukur : Tabel HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment And Risk
Hasil Ukur : Diketahuinya potensi-potensi bahaya apa saja yang dapat terjadi
2. Penilaian Risiko
sehingga dapat dilakuakan pemilahan risiko yang memiliki dampak besar terhadap
Alat Ukur : Tabel HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment And Risk
3. Pengendalian Risiko
a. Jika risiko tidak dapat dihilangkan atau dikurangi dapat menggunakan alat
c. Apabila belum dapat mengendalikan risiko, dapat dialihkan kepada pihak yang
kompeten.
Alat Ukur : Tabel HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment And Risk
Alat Ukur : Tabel HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment And Risk
Hasil Ukur : Diketahuinya potensi-potensi bahaya apa saja yang dapat terjadi
METODOLOGI PENELITIAN
pekerja yang bekerja pada alat suspension preheater bagian produksi di plant 6 dan
observasi yang telah di observasi oleh peneliti untuk menentukan tingkat risiko
Assessment and Risk Control) yang dimulai dengan mengidentifikasi risiko, cara
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juli tahun 2013 di
penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahaminya. Fungsi informan
dalam penelitian adalah sebagai sumber untuk mencari informasi mengenai penyebab
perilaku pekerja sehingga terjadinya risiko kecelakaan dalam bekerja pada alat
48
49
purposive sampling, yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat
oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat informan yang sudah diketahui
Pada penelitian ini informan akan dibagi menjadi tiga bagian yakni :
a. Informan Utama
Informan utama dalam penelitian ini adalah pekerja yang memang bekerja
di alat proses pembuatan semen yakni suspension preheater bagian produksi di plant
6 dan 11.
b. Informan Kunci
Informan kunci adalah informan yang tidak terkait dengan pelaksanaan, akan
tetapi informan adalah orang yang berpengalaman dan ahli dalam hal tersebut.
Informan kunci dalam penelitian ini adalah seorang pekerja di bagian SHE (safety
c. Informan Pendukung
merawat secara rutin. Jadi pekerja ini tahu betul risiko yang mengancam pekerja
Tbk Citeureup.
d. Alat perekam
e. Kertas catatan
f. Alat tulis
g. Kamera
h. Laptop
51
1. Data Primer
2. Data Sekunder
operasional prosedur.
A. Pengamatan
untuk mengamati peristiwa yang terjadi dan subjek menyadari adanya orang
keabsahan data.
52
B. Wawancara
pertemuan antara dua orang atau lebih secara langsung berbicara untuk
bertukar informasi yang ada dan ide dengan Tanya jawab secara lisan
sehingga dapat dibangun makna dalam suatu topik tertentu (Prastowo, 2010).
Dalam penelitian ini, teknik wawancara akan digunakan yang berguna untuk
mencari penyebab risiko-risiko apa saja yang terdapat di plant dan 11 bagian
C. Analisis dokumen
prosedur identifikasi potensi bahaya dan risiko, data rekam HIRARC plant 6
dan 11, SOP (standar operasional prosedur) pada alat suspension preheater
cukup besar manfaatnya dalam penelitian ini. Dokumen resmi yang akan
keabsahan data yang ada. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
(Nasution, 2003) yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain
digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data.
Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki
vaiditas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.
teori. Namun sebagai teknik pengumpulan data ada dua jenis triangulasi yaitu
yang sama. Triangulasi sumber adalah penggunaan teknik yang sama oleh peneliti
untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda. Adapun untuk mencapai
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
b. Pengolahan dan analisis data yang dilakukan adalah untuk mencari faktor
rekaman.
Analisa data dimulai dengan menghitung nilai risiko yang diperoleh dari hasil
rating konsekuensi, paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai risiko untuk
pembanding dalam tahap penilaian tingkat risiko dalam bentuk skor. Selanjutnya
skor yang di peroleh di bandingkan dengan standar yang ada untuk melihat apakah
nilai tersebut masih bisa di terima atau tidak dan apakah perlu penanganan lain untuk
mengurangi risiko tersebut sampai pada batas yang bisa di terima pekerja.
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk narasi dan dilengkapi dengan
matriks hasil wawancara. Penyajian data akan didukung dengan hasil pengamatan
HASIL PENELITIAN
enam perusahaan yang memiliki delapan pabrik semen pada tanggal 16 Januari
Juni 1973 mulai membangun tanur putar pertama dengan kapasitas 500.000 ton
semen pertahun. Pembangunan tanur ini selesai pada tahun 1975 dan diresmikan
pada tanggal 4 Agustus 1975 yang kemudian tanggal ini diresmikan sebagai hari
jadi perseroan.
pada tanggal 4 Agustus 1976, pabrik yang ke dua dari DICE dengan
kapasitas produksi sebesar 500.000 ton semen pertahun diresmikan dan menjadi
pabrik kedua milik perseroan. Pabrik ketiga adalah milik PT Perkasa Indonesia
Industries Inc. dengan kapasitas 1.000.000 ton semen pertahun yang diresmikan
keempat ini memiliki kapasitas yang sama dengan pabrik ketiga dan dibangun
oleh kontraktor yang sama. pada tahun 1981 juga, tepatnya tanggal 11 maret
56
57
dengan kapasitas produksi terpasang 150.000 ton semen putih per tahun dan
50.000 ton semen minyak (oil well cement) pertahun dengan kontraktor
Kawasaki Heavy Industries Inc./Nihon cement. produksi pabrik ini dimulai pada
Tbk. peresmian pabrik ke delapan perseroan dilakukan pada tanggal 26 Juli 1985
Enterprise (PAMICE).
(BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Pada tahun 1991 PT. Indocement
Barat yang sebelumnya telah memiliki 8 plant yang tersebar di Citeureup, Jawa
barat. Kapasitas produksi pada pabrik ke-9 ini mencapai 1.3 juta ton semen
1994 Perseroan mencatatkan seluruh sahamnya di BEJ dan BES yang akan
kembali pabrik ke-10 nya di Cirebon dengan kapasitas produksi 1.3 juta ton
semen pertahun. Pada 18 April 2001, Kimmeridge Enterprise Pte. Ltd. (anak
demikian, pada tanggal tersebut Heidelberg Cement Group telah resmi menjadi
pada tahun 1997 pabrik ke-11 selesai dibangun. Dan pabrik ke-12 di bangun di
Ordinary Portland Tipe I, Tipe II dan Tipe V, serta Semen Sumur Minyak (Oil
Well Cement) dan Semen Putih. Sampai saat ini, Indocement merupakan satu-
Pada tanggal 1 januari 1985 memiliki hukum tanggal 17 mei 1985 dengan
surat izin yang diperoleh dari menteri keuangan Republik Indonesia No. SI-
Cirebon. Pabrik ini dinamakan plant 9 dengan kapasitas produksi 1.2 juta
dengan kapasitas produksi yang sama. selanjutnya pada tahun 1999 di Citeureup
dengan sistem joint venture (Indocement : 51%, Korea Devt. Co.: 46%, Marubeni
Corp.: 3%) didaerah Tarjun, Kalimantan dengan kapasitas produksi 2.4 juta
5.1.3 Visi, Misi, Motto dan Logo PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Visi : Pemain utama dalam bisnis semen domestic dan pemimpin pasar di bidang
Misi : Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan semen dan bahan bangunan
pembangunan berkelanjutan.
Logo :
hingga 8 dan pabrik 11 yang berada di Citeureup, Bogor. Dimana asal muasal
kapasitas produksi sebesar 11.9 juta ton per tahun dengan cadangan bahan
bakunya dapat memuat hingga lebih dari 80 tahun dengan tegangan listrik
Komplek pabrik di Palimanan memiliki dua pabrik yakni pabrik ke-9 dan
ke-10 dengan kapasitas produksinya 3.9 juta ton semen pertahun dan mampu
dengan kapasitas produksi 2.8 juta ton pertahun dengan cadangan bahan bakunya
berikut :
2. Dewan Komisaris
63
3. Dewan Rideksi
perusahaan.
4. Plant Coordinator
perusahaan.
dibawahnya.
divisi.
6. Departement Head
7. Planner /Inspektor
8. Superintendent
9. Foreman
10. Pelaksana
B. Divisi Penunjang
manajemen harus berjalan dengan baik pula, dimana setiap pekerjaan diatur
waktu kerja yang teratur dan pasti akan membuat karyawan dapat
Packing Departement :
Tabel 5.1 Jam Kerja Normal untuk Mining dan Packing Departement
Hari Waktu Keterangan
07.00 - 11.30 Jam Kerja
Senin-Kamis 11.30 – 13.00 Istirahat
13.00 – 16.30 Jam Kerja
07.00 - 11.00 Jam Kerja
Jum’at 11.00 – 13.00 Istirahat
13.00 – 16.30 Jam Kerja
65
Tabel 5.2 Jam Kerja Normal untuk Non Mining dan Packing
Departement
Hari Waktu Keterangan
08.00-12.15 Jam Kerja
Senin-Kamis 12.15-13.00 Istirahat
13.00-17.00 Jam Kerja
08.00-11.00 Jam Kerja
Jum’at 11.00-13.00 Istirahat
13.00-17.00 Jam Kerja
Sumber : Bagian Personalia PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Waktu kerja shift ada dua macam, yaitu untuk bagian produksi,
paperbag.
Tabel 5.3 Jam Kerja Shift untuk bagian produksi, pengendalian mutu, elektrik ,power
station dan paperbag.
Shift Jam Kerja
A 07.00-15.00
B 15.00-23.00
C 23.00-07.00
Karyawan yang terkena sistem shift ini bekerja selama 6 hari dan libur
2 hari. pembagian jam kerja pada 6 hari ini adalah 2 hari kerja pada shift A,
2 hari kerja pada hari shift B, dan 2 hari pada shift C. Apabila waktu kerja
pada sistem shift ini berkenaan dengan hari besar maka jam kerjanya
sebagai berikut :
1. Semen Portland
Semen putih adalah semen yang dibuat dengan bahan baku batu kapur
yang mengandung oksida besi dan oksida magnesia yang sangat rendah
67
kedalam sumur minyak atau gas. Semen sumur Minyak digunakan antara
minyak dari pengaruh air yang korosif, untuk menyangga rangka sumur
semen Pozzoland dan bubuk bahan lain yang mempunyai sifat Pozzoland
limbah industri, tanah gambut, dan tanah rawa yang tidak bisa dilakukan
Semen ini terbuat dari campuran semen portland tipe I dengan bahan
abu terbang berupa abu hasil pembakaran batubara. Semen jenis ini
yang cukup banyak berupa daerah perbukitan disekitar lokasi pabrik yang
mengandung batu kapur, tanah liat dan silica. Ketiga komponen ini
digunakan juga pasir besi dan gypsum sebagai bahan baku tambahan.
bulldozer. Alat ini mengeruk tanah yang bergelombang hingga rata untuk
kapur yang memiliki kekerasan yang tinggi. Batuan kapur di bor 9-13 meter
(zona aman) Ketika semua aman bahan peledak diledakkan atas perintah
operator minning atau penambangan sesuai dengan SOP yang berlaku pada
pukul 12.00 hingga 13.00 WIB dengan ketentuan tidak ada karyawan atau
atas alat angkut. Alat yang digunakandi quarry D sebagian besar adalah
yang dapat diterima oleh raw mill. Alat crushing memecahkan bahan
material lime stone untuk dikirim ke gudang lime stone dengan alat
material yang jatuh dari atas akan sliding dan bergulir turun sehingga akan
secara kontinyu tanpa harus menunggu pembukaan seksi yang baru dan
mampu menyimpan dalam jumlah yang besar dan operasinya lebih mudah.
dengan dump truck yang memiliki kapasitas 30 ton dan untuk menaikannya
plant dan untuk mempersiapkan bahan baku agar memenuhi standar ukuran
Dalam pembuatan semen, pasir besi digunakan sebagai bahan korektif yang
syarat. Kebutuhan pasir besi dan biji besi dipenuhi oleh PT Aneka Tambang
Thailand, Jepang Australia atau dari PT.Petrokimia Gresik. Pasir silika dibeli
clay berlangsung pada rotary dryer dan untuk lime stone berlangsung pada
impact dryer dengan memanfaatkan panas yang diambil dari exhaust gas
hingga 30 mm dengan kadar air dijaga 1%. Batu kapur yang telah
- Tanah liat dan pasir silica dari tempat penyimpanan diangkut dengan belt
pengeringan oleh gas panas yang keluar dari SP. Setelah keluar dari SP
rotary dryer, tanah liat dimasukkan ke dalam storage sementara oleh belt
elevator.
weighing feeder dan dialirkan ke dalam air separator. Di air separator ini
terjadi pemisahan partikel halus dan kasar, dimana partikel yang sudah halus
73
dan telah memenuhi syarat akan terbawa oleh udara panas ke cyclone dan di
cyclone akan terjadi pemisahan partikel halus dengan udara panas sedangkan
partikel kasar yang masuk air separator akan jatuh keluar separator dan
kembali ke dalam air separator untuk diproses kembali. Output dari cyclone
yang berupa partikel halus dialirkan ke air blending silo dan diteruskan lagi
ke storage silo. Output udara panas dari raw mill yang masih membawa
Unit)
1. Tahap homogenisasi
• Bata tahan api lebih tahan lama karena operasi kiln lebih stabil dengan
berikut :
preheater.
Tepung baku yang terdapat dalam raw meal silo yang lebih dikenal
dengan nama kiln feed dialirkan oleh air sliding conveyor ke tangki
akhir.
Produk yang keluar dari cement mill akan terbagi atas dua arah. Produk
grit separator sedangkan produk semen yang relatif kasar akan jatuh ke air
separator. Didalam alat ini, partikel yang halus akan terbawa menuju enam
buah cyclone lalu terbawa pada bucket elevator. Kemudian ditiup dengan
silo, sedangkan partikel kasar akan masuk kembali kedalam cement mill
Didalam in line packer terdiri dari enam buah corong pengisian yang
50kg. Pada unit packing terdapat juga pengemasan dalam ukuran besar yaitu
jumbo bag dengan kapasitas 1 ton dan 1.5 ton dan semen curah 19-20 ton.
Untuk semen curah, semen yang berasal dari bin langsung didistribusikan ke
76
loading truck. Untuk mencegah polusi udara maka pada unit pengantongan
Suspension Preheater (SP) hanya digunakan pada proses kering dimana meal
(tepung baku) hasil pengeringan dan penggilingan di raw mill ditumpahkan ke aliran
exhaust gas dari kiln. Tahapan proses di SP ini diawali dengan pengumpanan raw
meal ke dalam saluran gas yang berada di stage 1 (paling atas). Raw meal tersebut
akan mengalami pemanasan oleh gas yag berasal dari siklon yang berada di bawah.
Setelah mengalami pemanasan, raw meal dipisahkan oleh siklon dengan gaya
sentrifugal. Gaya ini menyebabkan raw meal akan terlempar ke dinding siklon
karena memiliki massa yang lebih besar dibandingkan gas dan selanjutnya raw meal
Raw meal akan tersuspensi dalam aliran gas panas sehingga terjadi
perpindahan panas yang efektif. Ditinjau dari prinsip perpindahan panasnya dikenal
dua jenis SP, yaitu SP counter current dan SP co-current. Pada SP counter current
material masuk dari samping atas dan gas panas dari bawah. Suspensi ini akan keluar
lewat atas preheater. Sistem ini ada kelemahannya yaitu waktu kontaknya rendah
Dalam proses kerja alat SP, kiln feed masuk bagian atas (connection duct
antara siklon stage I dan II), saat itu juga umpan terbawa aliran gas panas dari stage
II sehingga masuk ke siklon stage I. Bersamaan dengan itu terjadi transfer panas dari
gas panas ke kiln feed. Panas ini kemudian digunakan untuk menaikkan suhu kiln
feed sekaligus untuk menguapkan air yang ada didalam kin feed. Adanya gas
sentrifugal menyebabkan bagian umpan yang lebih halus akan terbawa aliran gas
menuju ke siklon atasnya sedangkan bagian yang lebih kasar/berat akan jatuh pada
bagian bawah siklon. Umpan tanur yang jatuh ke bawah, keluar dari pipa umpan
tersebut terbawa lairan gas panas dari siklon III menuju siklon II lewat connection
duct. Di siklon II tersebut umpan menjalani proses seperti di siklon I. karena gaya
sentrifugal, bagian umpan yang lebih berat jatuh kebawah siklon II da keluarkan
Keluar dari pipa material siklon II, bersama-sama gas panas dari siklon IV
umpan terbawa ke atas lewat connection duct menuju ke siklon III. Umpan
mengalami pemanasan oleh gas dari siklon IV sampai mencapai suhu kalsinasi yaitu
sekitar suhu 600 derajat. Di connection duct siklon III inilah proses kalsinasi mulai
terjadi. Proses kalsinasi di siklon III ini terjadi sampai derajat kalsinasi 75%. Secara
total pengamatan maka terlihat bahwa proses pemanasan kiln feed adalah berlawanan
arah dimana gas panas berjalan dari bagian bawah menuju puncak SP berjalan
menuju ke bagian bawah. Tetapi bila diamati secara bagian per bagian tiap stage
maka akan tampak bahwa aliran gas panas dari kiln feed berjalan searah.
78
Persiapan : - Alat-alat lampu spotlight, slang angin, tang, kunci inggris, pipa
bahaya.
selalu pada posisi yang lebih tinggi dari posisi material yang
dirojok.
- Rojok material dari bagian atas lewat pocking hole atau lewat
- Bila yang macet K-1 atau C-1, setelah chute terbebas dari
SLC Calciner.
luar standard).
C. Inspeksi Decarbonation
- Kondisi man hole atau pocking hole di inlet kiln & SP tertutup
bahwa.
luar standar).
D. Pengaturan Temperatur di SP
material.
Tindakan pencegahan :
Tindakan Koreksi :
Pilih salah satu tindakan diatas, jika belum teratasi lanjutkan langkah
Pilih salah satu tindakan diatas, jika belum teratasi lanjutkan langkah
E. Pengaturan Draught di SP
kalsinasi material
Tindakan pencegahan :
Tindakan koreksi :
Catatan : Jika kenaikan draught secara tiba-tiba dan naik drastis, stop
sempurna.
Tindakan pencegahan :
Tindakan koreksi :
Catatan : Jika kenaikan draught secara tiba-tiba dan naik drastis, stop
d) bahaya-bahaya yang timbul dari luar tempat kerja yang berdampak pada
Tujuannya adalah untuk melihat perbandingan hasil analisis risiko pada alat
suspension preheater.
Assessment and Risk Control) dengan section burning pada kegiatan alat
suspension preheater. Section burning dibagi atas dua kegiatan proses yaitu
5.4.2 Hasil Identifikasi Bahaya suspension preheater dari hasil observasi dan
wawancara
HIRARC (Hazard Identification, risk assessment and risk control). Dari hasil
terdapat beberapa pekerjaan yang termasuk dalam kategori high risk atau
keselamatan kerja yaitu bahaya mekanis, bahaya listrik, bahaya kimiawi dan
berasal dari material panas baik dari mesin cyclone maupun semburan akibat
“…Kita kan ngecek cooting, kalau kita gak hati-hati bisa kesembur
“…kebisingan dari alat sama suhu panas, karena kita kalau diluar
aja kan kerasa panas dari cyclonenya… Apalagi suhu dalamnya tuh bisa
contohnya dari cyclone, cube itu panas semua sekitar 200 derajat. Semua
sistim ada di SP dan radiasi nya kena panas aja. Nah kalau tersentuh bisa
cidera. Terus tersembur material panas kondisi normal bisa terkena karena
pressure… (HSE A)
“…Kalau kita bicara SP, itu paling panas, kebisingan, debu ya itu
aja…” (HSE B)
material panas kalo glogging biasanya produksi yang ngerjain kan nyembur
“…Yang utama panas, rata-rata panas kan bisa melepuh tuh jika
(Informan Tehnik C)
panas, serta radiasi panas merupakan sumber bahaya yang terdapat di SP.
kebisingan, …” (Karyawan A)
sampai saat ini yang saya tau sih nggak ada temen saya yang terjatuh dari
ketinggian gitu…”(Karyawan B)
area kerjanya..”(HSE A)
memakai maske…”(HSE B)
97
diantaranya adalah bahaya fisik, bahaya mekanis, dan bahaya listrik. Bahaya
fisik terdapat pada pekerjaan yang efek bahayanya berdampak kepada pekerja
baik secara langsung (misal : tersembur material panas) atau berdaya jangka
pekerja (misal : tangan terjepit blower). Dan bahaya listrik yang dapat
bahaya yang ada di SP adalah bahaya Fisik, dan listrik namun belum
di SP.
“…Ya kalo kita melihat jenis bahaya kan beda ya sama yang tadi tu
sumber bahaya, menurut saya ya jenis bahaya di SP itu bahaya dari material
panas itu fisik ya karena kalo terjadi nanti kena ke tubuh langsung. Terus
jenis bahaya beberapa karyawan HSE menyebutkan dengan baik dan jelas.
“…Jenis bahaya di SP itu mulai dari bahaya fisik yang terdapat dari
pekerja juga bisa kesetrum jika ada konsleting malah dapat terjadi
kebakaran. Sama itu dek bahaya dari alat-alatnya ya dari mesin SP nya juga
jadi kurang begitu spesifik ya kalo bicara jenis bahaya di SP….Gak papa ya
ini yang saya tahu aja, menurut saya itu jenis bahaya dari mesin SP nya ya,
terus ya kalo di bagian kami ya pasti di jenis bahaya listrik karena pekerja
99
juga ngelakuin pekerjaan instalasi listrik di area kerja SP… itu aja sih…”(
Pekerja Tehnik A)
aja sih bahaya kecelakaan kerja dari panas udara sekitarnya kan panas
bahaya listrik ya pas kita betulin instalasi listrik, terus jenis lainnya itu fisik
pak dari pekerjaan clogging tu…bisa luka bakar karena kan materialnya
nyembur kalo gak hati-hati saat clogging ya bisa terluka bakar…suara dari
kiln nya jga kan masih kerasa sampe ke pekerja di SP berakibat kebisingan
100
jga, ya kalo mau dijelasin semua banyak banget tar kita bisa langsung liat
langsung ke lapangan pak kalo mau bisa saya antarkan kita naik ke
SP…”(Pekerja A)
numpuk banget kalo diinjek ya langsung ngangkat semua debunya itu bisa
alatnya dari besi jadi kalo nyetrum ya bisa juga kena ke pekerjanya,
semburan api juga bisa, panas api dari cyclonennya ya masih banyak
lagi…”(Pekerja C)
hampir sama dengan pekerja utama di SP. Berikut wawancara dengan pekerja
“…secara umum dan kebanyakan sih karena panas sama api, karena
semua pekerja yang ke SP pasti terpapar suhu panas SP…” (Pekerja Tehnik
A)
kalo pekerja nggak hati-hati ya bisa terbakar juga, terus pas lewat bawah
sebutkan, maka dari itu peneliti membuat HIRARC ulang yang didapatkan
dari hasil observasi, wawancara dan data perusahaan. Berikut tabel HIRARC
yang dibuat oleh peneliti dengan 19 jenis kegiatan pekerjaan di area SP.
102
Dari hasil wawancara dan tabel identifikasi yang ada, peneliti menemukan 19
aktivitas pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja di SP. Dan dapat disimpulkan bahwa
dan listrik yang dapat dikatakan mempunyai risiko tinggi. Namun belum mengetahui
secara keseluruhan sumber bahaya yang terdapat di lingkungan area kerja suspension
didapatkan dari suhu panas atau material panas yang terdapat di area kerja SP.
Memang secara umum bahaya yang tinggi/ high risk didapatkan dari material panas
dan pekerjaan clogging namun bahaya lain secara bersamaan bisa saja terjadi.
lembar observasi yang bertujuan untuk mendapatkan data yang akurat dan mengukur
Tabel 5.7 Lembar Observasi Identifikasi Risiko pada suspension preheater milik PT Indocement Tunggal Prakarsa
-Material Panas
-Tersengat arus listrik
-Berdebu
-Bekerja di ketinggian
-Confined spaced
-Pencahayaan yang kurang baik
-Alat angkat/angkut material yang
diangkat.
-Lempengan mesin rusak
-Area sempit
2 Sumber Bahaya di SP -Udara Panas
-Suara blower
-Material clogging
-Kebocoran gas
-Radiasi panas suhu luar
-Konduksi dari panas besi tangga
-Paparan debu lantai tangga
-Lift Konsleting
-Tali baja lift putus
-Percikan api las
-Bahaya Fisik
-Bahaya Mekanis
-Bahaya Kimia
3 Jenis Bahaya di SP
-Bahaya Listrik
-Bahaya Psikologis
-Bahaya Biologi
109
-Luka Bakar
-Kebisingan
-Cidera ringan/berat
-Iritasi kulit atau mata
-Gangguan pernapasan
-Tersengat arus listrik
-Dehidrasi
4 Risiko/ dampak di SP -Terbentur
-Terjepit
-Tertimpa
-Kejatuhan benda terjatuh
-Menabrak
-Kejatuhan material
-Lift Mati
-Meninggal
110
Berdasarkan hasil analisa dapat ditentukan peringkat risiko sehingga dapat dilakukan
pemilahan risiko yang memiliki dampak besar terhadap perusahaan dan risiko yang
ringan atau dapat diabaikan. Hasil analisa risiko dievaluasi dan dibandingkan dengan
kriteria yang telah ditetapkan atau standar dan norma yang berlaku untuk
menentukkan apakah risiko tersebut dapat diterima ataupun ditolak. Jika risiko
dinilai tidak dapat diterima harus dikelola atau ditangani dengan baik.
analisis risiko dari setiap tahapan pekerjaan proses produksi di suspension preheater.
wawancara dengan informan dan data dokumen didapatkan hasil penilaian risiko
berupa ketentuan work risk assessment control (WRAC) merupakan hasil dari tabel
menimbulkan cidera sama sekali/ near miss, dan tidak merusak lingkungan serta
merusak alat maka score yang akan diberikan adalah 1. Namun jika menimbulkan
kerugian untuk ketiganya maka score yang diberikan akan meningkat hingga level
tertinggi yakni 5.
Tabel 5.10 Matriks risiko WRAC (Work Risk Assessment Control) PT.ITP Tbk
yaitu dampak terhadap manusia, lingkungan dan alat/proses kerja. Selanjutnya jika
dikombinasikan dengan kemungkinan atau likelihood akan diperoleh peringkat risiko
yang dikategorikan atas risiko Tinggi, ketat, bersyarat dan rendah.
Suatu kejadian akan dinilai sebagai disaster atau bencana jika memenuhi
kriteria sebagai berikut :
o Mengakibatkan fasilitas atau korban tewas lebih dari satu orang.
o Mengakibatkan kerugian finansial lebih dari 500 ribu dollar
Amerika atau menimbulkan dampak terhadap perusahaan secara
menyeluruh. Kerugian sangat besar dan sulit untuk dipulihkan
kembali.
o Dari sisi kelangsungan bisnis, kejadian akan mengakibatkan
kerugian total bagi perusahaan (misalnya kebakaran di SP dan
menyebabkan ledakan) atau dampak parah lainnya.
o Menimbulkan dampak lingkungan yang luas dan berskala rasional
atau global.
o Mendapatkan tekanan dan pemberitaan skala luas atau global.
114
akan di nilai tingkatan bahaya mulai dari terendah hingga yang paling tinggi.
Pada tabel penilaian risiko milik PT ITP hanya satu yang dinilai pada tiap-
tiap jenis pekerjaan. Hasil dari WRAC (Work Risk Assessment Control)
konsekuensi (S) dengan tingkatan risiko mulai dari rendah hingga tingkatan
yang tinggi. Hasil dari penilaian ini dinamakan tingkat keparahan. Namun
“pembersihan coating riser duct” Berikut adalah tabel yang dibuat oleh PT
ITP Tbk :
115
Tabel 5.12 Penilaian Risiko pada pekerjaan di alat suspension preheater PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Kemungkinan Konsekuensi Tingkat
NO Nama Kegiatan Sumber Bahaya Risiko/dampak WRAC*
(O) (S) Risiko
Material panas
Kerja di
1 Mengatasi ketiggian 3 4 23 Tinggi
Gangguan pernapasan
Clogging
Berdebu
Udara Panas
Material panas
Kerja
diketinggian
2 Pembersihan Berdebu Iritasi 3 4 23 Tinggi
coating riser duct
Udara panas
Alat kerja
Material panas
3 Pembersihan BE Mesin berputar Kontak Material 4 4 21 Ketat
Tempat sempit
4 Pembersihan 5 4 23 Tinggi
Terbentur
Chute Tempat agak
gelap
116
Tabel 5.13 Hasil Observasi Penilaian Risiko Pekerjaan Di Area Suspension Preheater
Kemungkinan Konsekuensi Tingkat
NO Nama Kegiatan Sumber Bahaya Risiko/dampak WRAC*
(O) (S) Risiko
Material panas 4 5 24 Tinggi
Luka bakar,meninggal
Kerja di Cidera ringan/berat, 4 5 24 Tinggi
1 Mengatasi ketiggian meninggal
Clogging Iritasi Kulit atau mata,
Berdebu 5 3 20 Ketat
gangguan pernapasan
Udara Panas Dehidrasi 3 2 8 Rendah
Alat
9 Pengoperasian angkat/angkut Menabrak, kejatuhan 2 4 14 Bersyarat
Alat angkat/angkut material yang material
diangkat
Ledakan, terbakar,
Mengatasi
10 Tabung kejatuhan alat atau 1 5 15 Bersyarat
kebakaran
bertekanan api material, Iritasi
kecil/APAR
121
Menabrak, kejatuhan
Stripping 3 3 13 Bersyarat
material
machine
122
Konduksi dari
Lebam/memar, luka
panas besi 5 3 20 Ketat
Menaiki dan bakar
18 tangga
menuruni tangga
SP
Paparan debu Gangguan pernapasan, 5 3 20 Ketat
lantai tangga iritasi
Lebam/Memar, cidera
Terpeleset di 1 4 10 Bersyarat
ringan-berat
tangga
kelengkapan pada tata cara pembuatan HIRARC di bagian analisis tingkat keparahan
dan konsekuensi yang ada pada pekerjaan di SP. Dan PT Indocement membuat
tatanan pada penilaian risiko cukup baik walau ada satu yang belum memenuhi
syarat yaitu citra perusahaan. Citra perusahaan merupakan kegiatan suatu perusahaan
perusahaan oleh publiknya bisa berbentuk citra baik, sedang maupun buruk.
125
keseluruhan manajemen risiko. Jika pada tahapan sebelumnya lebih banyak bersifat
konsep dan perencanaan, maka pada tahap ini sudah merupakan realisasi dari upaya
pengendalian risiko yang lebih spesifik untuk bahaya K3 dengan pendekatan yang
diantaranya:
a. Eliminasi
b. Subsitusi
c. Engineering control
d. Pengendalian administratif
berikut :
menjamin risiko atau bahaya hilang seratus persen, sehingga masih ada
a.Jika risiko tidak dapat dihilangkan atau dikurangi dapat menggunakan alat
berlaku,
tingkatan bahaya mulai dari rendah hingga tinggi. Maka dari itu peneliti
adalah dari segi kelengkapan dalam menangani risiko yang terjadi. Upaya
pengendalian yang dimiliki PT ITP Tbk hanya sebatas APD namun dalam
yang dimiliki oleh PT ITP Tbk namun pada jenis pekerjaan lainnya belum di
pada area kerja SP, berikut adalah tabel yang telah dibuat peneliti :
130
Work Risk
Assessment Tingkat
NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Control
Pengendalian Risiko
Risiko
(WRAC)
Penangungg jawab dari
Superintendent, adanya SOP,
membuat SIKA dan JSA, safety talks,
Material Panas Luka bakar,meninggal 24 Tinggi training (OJT: On job training), APD
(Safety glass, safety helm, safety
gloves, masker,ear plug, aluminized
clothing, safety shoes)
Penangungg jawab dari
Superintendent, adanya SOP,
membuat SIKA dan JSA, safety talks,
Cidera ringan/berat,
Kerja Diketinggian 24 Tinggi training (OJT: On job training), APD
Mengatasi meninggal
1 (Safety glass, safety helm,harness,
Clogging
safety gloves, masker,ear plug,
aluminized clothing, safety shoes)
Penangkapan debu memakai dust
collector dan Elektrostatic
precipitator(EP), penangungg jawab
dari Superintendent, adanya SOP,
Iritasi Kulit atau mata,
Berdebu 20 Ketat membuat SIKA dan JSA, safety talks,
gangguan pernapasan
training (OJT: On job training), APD
(Safety glass, safety helm, safety
gloves, masker,ear plug, aluminized
clothing, safety shoes)
131
Work Risk
Assessment Tingkat
NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Control
Pengendalian Risiko
Risiko
(WRAC)
Penangungg jawab dari
Superintendent, adanya SOP,
membuat SIKA dan JSA, safety talks,
Mengatasi
1 Udara Panas Dehidrasi 8 Rendah training (OJT: On job training), APD
Clogging
(Safety glass, safety helm, safety
gloves, masker,ear plug, aluminized
clothing, safety shoes)
Adanya SOP, membuat SIKA dan
JSA, safety talks, training (OJT: On
Material panas Luka Bakar,meninggal 24 Tinggi job training), APD (Safety glass,
safety helm, safety gloves, masker, ear
plug, aluminized clothing,
Adanya SOP, membuat SIKA dan
JSA, safety talks, training (OJT: On
Cidera ringan/berat,
Kerja diketinggian 24 Tinggi job training), APD (Safety glass,
Pembersihan meninggal
safety helm,harness, safety gloves,
2 coating riser masker, ear plug, aluminized clothing
duct Penangkapan debu memakai dust
collector dan Elektrostatic
precipitator(EP), maintenance alat secara
rutin, adanya SOP, membuat SIKA dan
Iritasi Kulit atau mata,
Berdebu 20 Ketat JSA, safety talks, training (OJT: On job
gangguan pernapasan training), APD (Safety glass, safety helm,
safety gloves, masker, ear plug,
aluminized clothing, safety shoes)
132
Work Risk
Assessment Tingkat
NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Control
Pengendalian Risiko
Risiko
(WRAC)
Adanya SOP, membuat SIKA dan
JSA, safety talks, training (OJT: On
Udara panas Dehidrasi 8 Rendah job training), APD (Safety glass,
safety helm,harness, safety gloves,
Pembersihan masker, ear plug, aluminized clothing
2 coating riser Maintenance alat secara rutin, adanya
duct SOP, membuat SIKA dan JSA, safety
Terbentur, terjepit, talks, training (OJT: On job training),
Alat kerja 18 Ketat
tertimpa APD (Safety glass, safety
helm,harness, safety gloves, masker,
ear plug, aluminized clothing
Penangungg jawab dari
Superintendent, adanya SOP,
membuat SIKA dan JSA, safety talks,
Luka Bakar,meninggal
Material panas 24 Tinggi training (OJT: On job training), APD
(Safety glass, safety helm, safety
gloves, masker, ear plug, aluminized
Pembersihan BE clothing, safety shoes)
3 (Bucket Inspeksi peralatan kerja, maintenance alat
elevator) kerja, penangungg jawab dari
Superintendent, adanya SOP, membuat
Terbentur, terjepit, SIKA dan JSA, safety talks, training
Mesin berputar 18 Ketat (OJT: On job training), APD (Safety
tertimpa
glass, safety helm, safety gloves, masker,
ear plug, aluminized clothing, safety
shoes)
133
Work Risk
Assessment Tingkat
NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Control
Pengendalian Risiko
Risiko
(WRAC)
Penangungg jawab dari
Superintendent, adanya SOP,
membuat SIKA dan JSA, safety talks,
Terbentur, terjepit
training (OJT: On job training), APD
Confined spaced 23 Tinggi
(Safety glass, safety helm, safety
gloves, masker,ear plug aluminized
clothing, safety shoes)
Work Risk
Assessment Tingkat
NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Control
Pengendalian Risiko
Risiko
(WRAC)
Inspeksi untuk pemeriksaan rutin,
maintenance alat secara rutin,
penangungg jawab dari
Superintendent, adanya SOP,
Luka Bakar,meninggal
Material panas 24 Tinggi membuat SIKA dan JSA, safety talks,
training (OJT: On job training), APD
(Safety glass, safety helm, safety
gloves, masker,ear plug aluminized
clothing, safety shoes)
Adanya SOP, membuat SIKA dan
JSA, safety talks, training (OJT: On
Cidera ringan/berat,
Pemeriksaan job training), APD (Safety glass,
Kerja diketinggian meninggal 24 Tinggi
5 damper cyclone safety helm, safety gloves,harness,
di SP masker,ear plug aluminized clothing,
safety shoes)
Penangkapan debu memakai dust
collector dan Elektrostatic precipitator
(EP), Inspeksi untuk pemeriksaan rutin,
maintenance alat secara rutin,
penangungg jawab dari Superintendent,
Iritasi Kulit atau mata, adanya SOP, membuat SIKA dan JSA,
Berdebu 20 Ketat
gangguan pernapasan safety talks, training (OJT: On job
training), APD (Safety glass, safety helm,
safety gloves, masker,ear plug aluminized
clothing, safety shoes)
135
Work Risk
Assessment Tingkat
NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Control
Pengendalian Risiko
Risiko
(WRAC)
Adanya SOP, membuat SIKA dan
JSA, safety talks, training (OJT: On
Pemeriksaan
job training), APD (Safety glass,
5 damper cyclone Udara panas Dehidrasi 8 Rendah
safety helm, safety gloves, masker,ear
di SP
plug aluminized clothing, safety shoes)
Work Risk
Assessment Tingkat
NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Control
Pengendalian Risiko
Risiko
(WRAC)
Penangkapan debu memakai dust
collector dan Elektrostatic precipitator
(EP), adanya signal sign, Inspeksi untuk
pemeriksaan rutin, maintenance alat
secara rutin, penangungg jawab dari
Iritasi kulit atau mata,
Berdebu 20 Ketat Superintendent, Foreman, adanya SOP,
gangguan pernapasan membuat SIKA dan JSA, safety talks,
training (OJT: On job training), APD
(Safety glass, safety helm, safety gloves,
Mengelas masker,ear plug, aluminized clothing,
6 safety shoes)
dinding cyclone
Adanya signal sign, Inspeksi untuk
pemeriksaan rutin, maintenance alat
secara rutin, penangungg jawab dari
Superintendent, Foreman, adanya SOP,
Udara panas Dehidrasi, luka bakar 18 Ketat membuat SIKA dan JSA, safety talks,
training (OJT: On job training), APD
(Safety glass, safety helm, safety gloves,
masker,ear plug, aluminized clothing,
safety shoes)
Inspeksi untuk pemeriksaan rutin,
Aktivitas maintenance alat secara rutin, penangungg
pembersihan jawab dari Superintendent, Foreman,ping
coating/ bata machine, adanya SOP, membuat SIKA dan
Material dari Luka bakar,
7 saat bricklining 19 Ketat JSA, safety talks, training (OJT: On job
coating meninggal training), APD (Safety glass, safety helm,
menggunakan
safety gloves, masker,ear plug, aluminized
stripping
clothing, safety shoes)
machine
137
Work Risk
Assessment Tingkat
NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Control
Pengendalian Risiko
Risiko
(WRAC)
Adanya signal sign, Inspeksi untuk
pemeriksaan rutin, penangungg jawab
dari Superintendent, Foreman,ping
Gas panas yang Cidera ringan/berat, machine, adanya SOP, membuat SIKA
19 Ketat dan JSA, safety talks, training (OJT: On
keluar meninggal
job training), APD (Safety glass, safety
helm, safety gloves, masker,ear plug,
aluminized clothing, safety shoes)
Penangkapan debu memakai dust
collector dan Elektrostatic precipitator
Aktivitas (EP), adanya signal sign, Inspeksi untuk
pembersihan pemeriksaan rutin, penangungg jawab
coating/ bata Iritasi kulit atau mata, dari Superintendent, Foreman,ping
Berdebu 20 Ketat machine, adanya SOP, membuat SIKA
7 saat bricklining gangguan pernapasan
dan JSA, safety talks, training (OJT: On
menggunakan job training), APD (Safety glass, safety
stripping helm, safety gloves, masker,ear plug,
machine aluminized clothing, safety shoes)
Adanya signal sign, Inspeksi untuk
pemeriksaan rutin, penangungg jawab
dari Superintendent, Foreman,ping
machine, adanya SOP, membuat
Udara Panas Dehidrasi 5 Rendah SIKA dan JSA, safety talks, training
(OJT: On job training), APD (Safety
glass, safety helm, safety gloves,
masker,ear plug, aluminized clothing,
safety shoes)
138
Work Risk
Assessment Tingkat
NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Control
Pengendalian Risiko
Risiko
(WRAC)
Aktivitas Adanya signal sign, Inspeksi untuk
pembersihan pemeriksaan rutin, penangungg jawab
dari Superintendent, Foreman,ping
coating/ bata
Menabrak, kejatuhan machine, adanya SOP, membuat SIKA
7 saat bricklining Stripping Machine 14 Bersyarat dan JSA, safety talks, training (OJT: On
material
menggunakan job training), APD (Safety glass, safety
stripping helm, safety gloves, masker,ear plug,
machine aluminized clothing, safety shoes)
Penangkapan debu memakai dust
collector dan Elektrostatic precipitator
(EP, Inspeksi untuk pemeriksaan rutin,
maintenance alat secara rutin,
Iritasi Kulit atau mata, penangungg jawab dari Superintendent,
Berdebu 20 Ketat adanya SOP, membuat SIKA dan JSA,
gangguan pernapasan
safety talks, training (OJT: On job
training), APD (Safety glass, safety helm,
safety gloves, masker,ear plug,
Pembersihan aluminized clothing, safety shoes)
8
material di SP Penangkapan debu memakai dust
collector dan Elektrostatic precipitator
(EP, Inspeksi untuk pemeriksaan rutin,
maintenance alat secara rutin,
Dehidrasi penangungg jawab dari Superintendent,
Lokasi Panas 12 Bersyarat adanya SOP, membuat SIKA dan JSA,
safety talks, training (OJT: On job
training), APD (Safety glass, safety helm,
safety gloves, masker,ear plug,
aluminized clothing, safety shoes)
139
Work Risk
Assessment Tingkat
NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Control
Pengendalian Risiko
Risiko
(WRAC)
Penangkapan debu memakai dust
collector dan Elektrostatic
precipitator (EP, Inspeksi untuk
pemeriksaan rutin, maintenance alat
secara rutin, penangungg jawab dari
Pembersihan Kejatuah material,
8 Area Sempit 17 Bersyarat Superintendent, adanya SOP,
material di SP terpeleset
membuat SIKA dan JSA, safety talks,
training (OJT: On job training), APD
(Safety glass, safety helm, safety
gloves, masker,ear plug, aluminized
clothing, safety shoes)
maintenance alat secara rutin,
penangungg jawab dari
Superintendent, adanya SOP,
Pengoperasian Alat angkat/angkut
Menabrak, kejatuhan membuat SIKA dan JSA, safety talks,
9 Alat material yang 14 Bersyarat
material training (OJT: On job training), APD
angkat/angkut diangkat
(Safety glass, safety helm, safety
gloves, masker,ear plug, aluminized
clothing, safety shoes)
Adanya tim pemadam
kebakaran(Fireman), maintenance alat
Mengatasi Ledakan, terbakar, secara rutin, adanya SOP, training (OJT:
Tabung
10 kebakaran kejatuhan alat atau 15 Bersyarat On job training menganai tata cara
bertekanan, api pemakaian APAR), APD (Safety glass,
kecil/APAR material, Iritasi
safety helm, safety gloves, masker,ear
plug, aluminized clothing, safety shoes)
140
Work Risk
Assessment Tingkat
NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Control
Pengendalian Risiko
Risiko
(WRAC)
Inspeksi untuk pemeriksaan rutin,
penangungg jawab dari
Superintendent, adanya SOP,
Luka membuat SIKA dan JSA, safety talks,
Material panas 24 Tinggi
bakar,meninggal,iritasi training (OJT: On job training), APD
(Safety glass, safety helm, safety
gloves, masker,ear plug, aluminized
clothing, safety shoes)
Inspeksi untuk pemeriksaan rutin,
penangungg jawab dari
Superintendent, adanya SOP,
membuat SIKA dan JSA, safety talks,
Kerja di area SP Kerja diketinggian Jatuh dari ketinggian 24 Tinggi
11 training (OJT: On job training), APD
dan spray tower (Safety glass, safety helm,harness,
safety gloves, masker,ear plug,
aluminized clothing, safety shoes)
Penangkapan debu memakai dust
collector dan Elektrostatic precipitator
(EP), Inspeksi untuk pemeriksaan rutin,
maintenance alat secara rutin,
Iritasi Kulit atau mata, penangungg jawab dari Superintendent,
Berdebu 20 Ketat adanya SOP, membuat SIKA dan JSA,
gangguan pernapasan
safety talks, training (OJT: On job
training), APD (Safety glass, safety helm,
safety gloves, masker,ear plug,
aluminized clothing, safety shoes)
141
Work Risk
Assessment Tingkat
NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Control
Pengendalian Risiko
Risiko
(WRAC)
Inspeksi untuk pemeriksaan rutin,
penangungg jawab dari
Superintendent, adanya SOP,
Kerja di area SP membuat SIKA dan JSA, safety talks,
11 Udara panas Dehidrasi 8 Rendah
dan spray tower training (OJT: On job training), APD
(Safety glass, safety helm,harness,
safety gloves, masker,ear plug,
aluminized clothing, safety shoes)
Penangkapan debu memakai dust
collector dan Elektrostatic precipitator
(EP), Melaksanakan pemeriksaan
Terjepit, getaran, audiometri , maintenance alat secara
Kerja di ruang gangguan rutin, penangungg jawab dari
Suara blower
12 blower fine coal pendengaran. 17 Bersyarat Superintendent, adanya SOP, membuat
Sp calciner SIKA dan JSA, safety talks, training
(OJT: On job training), APD (Safety
glass, safety helm, safety gloves,
masker,ear plug, aluminized clothing,
safety shoes)
Penangungg jawab dari
Superintendent, adanya SOP,
membuat SIKA dan JSA, safety talks,
Pembersihan Luka
13 Material panas 24 Tinggi training (OJT: On job training), APD
coating bakar,meninggal,iritasi
(Safety glass, safety helm, safety
gloves, masker,ear plug, aluminized
clothing, safety shoes)
142
Work Risk
Assessment Tingkat
NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Control
Pengendalian Risiko
Risiko
(WRAC)
Penangungg jawab dari
Superintendent, adanya SOP,
membuat SIKA dan JSA, safety talks,
Kerja diketinggian Jatuh dari ketinggian 24 Tinggi training (OJT: On job training), APD
(Safety glass, safety helm, safety
gloves, masker,ear plug, aluminized
clothing, safety shoes)
Penangkapan debu memakai dust
collector dan Elektrostatic precipitator
(EP), pembersihan debu secara manual
dengan di sapu, disekop dan dibuang ke
penampungan, maintenance alat secara
Pembersihan Iritasi Kulit atau mata, rutin, penangungg jawab dari
13 Berdebu 20 Ketat Superintendent, adanya SOP, membuat
coating gangguan pernapasan
SIKA dan JSA, safety talks, training
(OJT: On job training), APD (Safety
glass, safety helm, safety gloves,
masker,ear plug, aluminized clothing,
safety shoes)
Penangungg jawab dari
Superintendent, adanya SOP,
membuat SIKA dan JSA, safety talks,
Udara panas Dehidrasi 8 Rendah training (OJT: On job training), APD
(Safety glass, safety helm, safety
gloves, masker,ear plug, aluminized
clothing, safety shoes)
143
Work Risk
Assessment Tingkat
NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Control
Pengendalian Risiko
Risiko
(WRAC)
Penangungg jawab dari
Superintendent, adanya SOP,
membuat SIKA dan JSA, safety talks,
Pembersihan Menabrak, kejatuhan
13 Stripping machine 13 Bersyarat training (OJT: On job training), APD
Coating material
(Safety glass, safety helm, safety
gloves, masker,ear plug, aluminized
clothing, safety shoes)
Penangungg jawab dari
Superintendent, adanya SOP,
membuat SIKA dan JSA, safety talks,
training (OJT: On job training), APD
Material panas Luka
24 Tinggi (Safety glass, safety helm, safety
dinding SP bakar,meninggal,iritasi
gloves, masker,ear plug, aluminized
Pembersihan
clothing, safety shoes)
sisa bata/
castable saat
14 shutdown dan
Penangungg jawab dari
tumpahan
Superintendent, adanya SOP,
material saat
membuat SIKA dan JSA, safety talks,
clogging
training (OJT: On job training), APD
Lokasi ketinggian Jatuh dari ketinggian 24 Tinggi (Safety glass, safety helm,harness,
safety gloves, masker,ear plug,
aluminized clothing, safety shoes)
144
Work Risk
Assessment Tingkat
NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Control
Pengendalian Risiko
Risiko
(WRAC)
Penangkapan debu memakai dust
collector dan Elektrostatic
precipitator (EP), maintenance alat
secara rutin, penangungg jawab dari
Superintendent, adanya SOP,
Iritasi Kulit atau mata, membuat SIKA dan JSA, safety talks,
Berdebu 20 Ketat
gangguan pernapasan training (OJT: On job training), APD
(Safety glass, safety helm, safety
gloves, masker,ear plug, aluminized
Pembersihan clothing, safety shoes)
sisa bata/
castable saat
14 shutdown dan Penangkapan debu memakai dust
tumpahan collector dan Elektrostatic
material saat precipitator (EP), maintenance alat
clogging secara rutin, penangungg jawab dari
Superintendent, adanya SOP,
membuat SIKA dan JSA, safety talks,
Udara panas Dehidrasi 8 Rendah training (OJT: On job training), APD
(Safety glass, safety helm, safety
gloves, masker,ear plug, aluminized
clothing, safety shoes)
145
Work Risk
Assessment Tingkat
NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Control
Pengendalian Risiko
Risiko
(WRAC)
Penangkapan debu memakai dust
collector dan Elektrostatic
Pembersihan precipitator (EP), maintenance alat
sisa bata/ secara rutin, penangungg jawab dari
castable saat Superintendent, adanya SOP,
14 shutdown dan Material clogging Kebakaran/ledakan 25 Tinggi membuat SIKA dan JSA, safety talks,
tumpahan training (OJT: On job training), APD
material saat (Safety glass, safety helm, safety
clogging gloves, masker,ear plug, aluminized
clothing, safety shoes)
Work Risk
Assessment Tingkat
NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Control
Pengendalian Risiko
Risiko
(WRAC)
Penangkapan debu memakai dust
collector dan Elektrostatic
precipitator (EP), maintenance alat
secara rutin, melakukan inspeksi
secara rutin dan berskala, penangungg
Iritasi Kulit atau mata,
Berdebu 20 Ketat jawab dari Superintendent, adanya
gangguan pernapasan
SOP, membuat SIKA dan JSA, safety
talks, training (OJT: On job training),
APD (Safety glass, safety helm, safety
gloves, masker,ear plug, aluminized
Melakukan
clothing, safety shoes)
Inspeksi
Penangungg jawab dari
Oksigen Pada
15 Superintendent, adanya SOP,
outlet ILC
membuat SIKA dan JSA, safety talks,
Calciner dan
Udara panas Dehidrasi 8 Rendah training (OJT: On job training), APD
SLC Calciner
(Safety glass, safety helm, safety
gloves, masker,ear plug,harness,
aluminized clothing, safety shoes)
Penangungg jawab dari
Superintendent, adanya SOP,
membuat SIKA dan JSA, safety talks,
Gangguan pernapasan,
Kebocoran gas 15 Bersyarat training (OJT: On job training), APD
keracunan
(Safety glass, safety helm, safety
gloves, masker,ear plug,harness,
aluminized clothing, safety shoes)
147
Work Risk
Assessment Tingkat
NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Control
Pengendalian Risiko
Risiko
(WRAC)
Melakukan inspeksi secara rutin dan
berskala, penangungg jawab dari
Superintendent, adanya SOP,
Luka membuat SIKA dan JSA, safety talks,
Material panas 24 Tinggi
bakar,meninggal,iritasi training (OJT: On job training), APD
(Safety glass, safety helm, safety
gloves, masker,ear plug, aluminized
clothing, safety shoes)
Melakukan inspeksi secara rutin dan
berskala, penangungg jawab dari
Superintendent, adanya SOP, membuat
SIKA dan JSA, safety talks, training
Melakukan Kerja diketinggian Jatuh dari ketinggian 24 Tinggi (OJT: On job training), APD (Safety
16 inspeksi glass, safety helm,harness, safety gloves,
Decarbonation masker,ear plug, aluminized clothing,
safety shoes)
Penangkapan debu memakai dust
collector dan Elektrostatic precipitator
(EP), maintenance alat secara rutin,
melakukan inspeksi secara rutin dan
berskala, penangungg jawab dari
Iritasi Kulit atau mata,
Berdebu 20 Ketat Superintendent, adanya SOP, membuat
gangguan pernapasan SIKA dan JSA, safety talks, training
(OJT: On job training), APD (Safety
glass, safety helm, safety gloves,
masker,ear plug, aluminized clothing,
safety shoes)
148
Work Risk
Assessment Tingkat
NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Control
Pengendalian Risiko
Risiko
(WRAC)
Maintenance alat secara rutin,
melakukan inspeksi secara rutin dan
berskala, penangungg jawab dari
Melakukan Superintendent, adanya SOP,
16 inspeksi Udara panas Dehidrasi 8 Rendah membuat SIKA dan JSA, safety talks,
Decarbonation training (OJT: On job training), APD
(Safety glass, safety helm, safety
gloves, masker,ear plug, aluminized
clothing, safety shoes)
Penangungg jawab dari
Superintendent, adanya SOP,
membuat SIKA dan JSA, safety talks,
Luka
Material panas 24 Tinggi training (OJT: On job training), APD
bakar,meninggal,iritasi
(Safety glass, safety helm, safety
gloves, masker,ear plug, aluminized
clothing, safety shoes)
Pengaturan Melakukan inspeksi secara rutin dan
17
temperatur di SP berskala, penangungg jawab dari
Superintendent, adanya SOP,
membuat SIKA dan JSA, safety talks,
Kerja diketinggian Jatuh dari ketinggian 24 Tinggi training (OJT: On job training), APD
(Safety glass, safety helm, safety
gloves, masker,ear plug, aluminized
clothing, safety shoes)
149
Work Risk
Assessment Tingkat
NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Control
Pengendalian Risiko
Risiko
(WRAC)
Penangkapan debu memakai dust
collector dan Elektrostatic
precipitator (EP), maintenance alat
secara rutin, melakukan inspeksi
secara rutin dan berskala, penangungg
Iritasi Kulit atau mata,
Berdebu 20 Ketat jawab dari Superintendent, adanya
gangguan pernapasan
SOP, membuat SIKA dan JSA, safety
talks, training (OJT: On job training),
APD (Safety glass, safety helm, safety
Pengaturan
17 gloves, masker,ear plug, aluminized
temperatur di SP
clothing, safety shoes)
Melakukan inspeksi secara rutin dan
berskala, penangungg jawab dari
Superintendent, adanya SOP,
Udara panas membuat SIKA dan JSA, safety talks,
Dehidrasi 8 Rendah
training (OJT: On job training), APD
(Safety glass, safety helm, safety
gloves, masker,ear plug, aluminized
clothing, safety shoes)
Penangungg jawab dari
Superintendent, adanya SOP, safety
Menaiki dan Radiasi panas suhu
talks, training (OJT: On job training),
18 menuruni tangga luar Dehidrasi, Luka bakar 20 Ketat
APD (Safety glass, safety helm, safety
SP
gloves, masker,ear plug, aluminized
clothing, safety shoes)
150
Work Risk
Assessment Tingkat
NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Control
Pengendalian Risiko
Risiko
(WRAC)
Penangungg jawab dari
Superintendent, adanya SOP, safety
Lebam/memar, luka
Konduksi dari talks, training (OJT: On job training),
bakar 20 Ketat
panas besi tangga APD (Safety glass, safety helm, safety
gloves, masker,ear plug, aluminized
clothing, safety shoes)
Penangkapan debu memakai dust
collector dan Elektrostatic
precipitator (EP), penangungg jawab
Menaiki dan
Paparan debu Gangguan pernapasan, dari Superintendent, adanya SOP,
18 menuruni tangga 20 Ketat
lantai tangga iritasi safety talks, training (OJT: On job
SP
training), APD (Safety glass, safety
helm, safety gloves, masker,ear plug,
aluminized clothing, safety shoes)
Penangungg jawab dari
Superintendent, adanya SOP, safety
Lebam/Memar, cidera
Terpeleset di talks, training (OJT: On job training),
ringan-berat 10 Bersyarat
tangga APD (Safety glass, safety helm, safety
gloves, masker,ear plug, aluminized
clothing, safety shoes)
Maintenance lift secara rutin dan
berskala, safety talks, training (OJT: On
Menaiki dan job training), safety sign, adanya
19 Lift Konsleting Lift Mati 1 Rendah prosedur menaiki lift, APD (Safety glass,
menuruni Lift
safety helm, safety gloves, masker,ear
plug, aluminized clothing, safety shoes)
151
Work Risk
Assessment Tingkat
NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Control
Pengendalian Risiko
Risiko
(WRAC)
Maintenance lift secara rutin dan
berskala, safety talks, training (OJT:
On job training), safety sign, adanya
Menaiki dan Cidera parah,
19 Tali Baja lift putus 25 Tinggi prosedur menaiki lift, APD (Safety
menuruni Lift meninggal
glass, safety helm, safety gloves,
masker,ear plug, aluminized clothing,
safety shoes)
152
NO Jenis Pengendalian
Ada Tidak Keterangan
Bahaya
1 Eliminasi
2 Subsitusi
3 Engineering control
4 Administrative control
5 Alat Pelindung diri
diri (APD). Namun dalam hasil observasi hanya tiga pengendalian yang dapat
dipakai dalam area kerja suspension preheater. Hasilnya adalah Engineering control,
RPN = O X S X D
Risiko yang dapat diterima (acceptable risk) adalah jika nilai RPN < 64,
tetapi bila nilai > 64 ; atau belum terpenuhinya peraturan perundangan atau standar
153
peningkatan :
a. program
o Menyusun rincian untuk setiap program dengan format one sheet project (
manajemen darurat :
sekali (daftar action plan, pada daftar pengendalian operasi atau daftar
manajemen darurat).
Namun HIRARC yang dimiliki oleh PT.ITP belum membuat kegiatan action
plan dikarenakan semua jenis kegiatannya dibawah range <64. Seperti dari
sumbernya bahwa setiap sumber bahaya yang dibawah point 64 dari hasil perkalian
154
RPN tidak dilakukannya program action plan. Selain itu, kendala dana/ cost yang
harus diberikan untuk melaksanakan program action plan membuat perusahaan tidak
mudah untuk mengeluarkan dana yang jumlahnya besar. Akan tetapi, peneliti tetap
risiko:
155
1. Pada penelitian ini, penulis melakukan observasi dan wawancara pada proses
ada pada proses pekerjaan di Suspension Preheater (SP). Identifikasi dan analisis
2. Peneliti tidak dapat menampilkan gambar atau dokumentasi proses kerja secara
kerja SP.
3. Peneliti tidak melampirkan beberapa data seperti data invertigasi kecelakaan, dan
161
162
Ditempat kerja terdapat sumber bahaya yang beraneka ragam mulai dari
kapasitas bahaya yang rendah hingga bahaya tinggi. Kita tidak dapat mencegah
kecelakaan jika tidak dapat mengenal bahaya dengan baik dan seksama. Jenis
kimiawi, dan fisik. Dari risiko keselamatan yang telah diidentifikasikan, risiko
iritasi kulit dari paparan debu dan semen langsung, dehidrasi ringan
hingga akut karena situasi lingkungan kerja yang panas, terpapar sinar api
tertimpa alat dari alat riser duct, bucket elevator dan blower fine coal sp
menabrak dan kejatuhan material dari alat angkut dan stripping machine,
terjadi kebakaran dan ledakan dari tabung bertekanan api dan pekerjaan
163
primer berupa wawancara dan observasi kepada pekerja di SP, karyawan HSE, dan
rekan kerja pekerja. Didapatkan hasil identifikasi berupa sembilan belas jenis
1. Mengatasi clogging
1a.Identifikasi bahaya
sendiri. Hal ini terjadi karena senyawa-senyawa sulfur, dan kloin yang
dapat berasal dari raw meal ataupun bahan bakar alternatif, menguap di
zona burning kiln dan terbawa dalam bentuk gas kembali ke preheater,
karena suhu yang rendah maka gas-gas tersebut kembali kedalam bentuk
padat, bercampur dengan raw mix lalu kembali masuk ke burning zone
sumber bahaya berupa material panas yang berkisar 700 derajat celcius
Dalam suhu luar SP berada pada suhu >40 derajat celcius dalam radius 1
a. Material Panas
panas dari alat cyclone preheater dapat berakibat luka bakar ringan
165
berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada angka 5 dengan
dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya
SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis)
b.Kerja di ketinggian
konsekuensi (S) berada pada angka 5 dengan hasil work risk assessment
bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman)
c.Berdebu
gangguan pernapasan, iritasi kulit atau mata. Debu adalah salah satu
dengan 500 mikron. Untuk itu bahaya yang ditimbulkan cukup besar
berada pada angka 5 dan konsekuensi (S) berada pada angka 3 dengan
hasil work risk assessment 20 yang berada pada tingkatan risiko “ketat”.
precipitator, bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin
kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis) dan pemakaian APD
d.Udara Panas
dalam kategori jenis bahaya fisik (Ramli, 2010). Suhu panas di area SP
berkisar kurang lebih 40-50 derajat celcius pada suhu luar dan lebih dari
167
suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam SP . Risiko dehidrasi dapat
kemungkinan (O) berada pada angka 3 dan konsekuensi (S) berada pada
preheater berkisar 800 derajat celcius lebih rendah dari burning kiln zone
kembali ke dalam bentuk yang tidak terlalu padat atau sticky dan
celcius yang dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh pekerja hingga
Dalam suhu luar SP berada pada suhu >40 derajat celcius dalam radius 1
a. Material Panas
cyclone preheater dapat berakibat luka bakar ringan hingga berat serta
dan konsekuensi (S) berada pada angka 5 dengan hasil work risk
dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin
kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis) memberikan training
b.Kerja di ketinggian
(O) berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada angka 5
dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat
dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya
SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis), dan
c.Berdebu
setiap hari memiliki tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 5 dan
konsekuensi (S) berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment
berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job
d.Udara Panas
pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam
SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan
3 dan konsekuensi (S) berada pada angka 2 dengan hasil work risk
masker.
e.Alat KerjaS
terbentur, terjepit dan tertimpa dari alat. Menurut Miner (1994) hal
angka 3 dan konsekuensi (S) berada pada angka 4 dengan hasil work risk
pada penggunaan alat kerja, SOP, memiliki SIKA, JSA dan pemakaian
APD.
Sifat material yang dipindahkan berupa serbuk, granular dan pasir yang
kering. Material raw mix merupakan hasil proses dari raw mill yang
sumber bahaya berupa material panas dari area kerja yang dapat berisiko
a. Material panas
berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada angka 5 dengan
SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis)
b. Mesin berputar
tertimpa dari alat. Menurut Miner (1994) hal tersebut tergolong dalam
berada pada angka 4 dengan hasil work risk assessment 18 yang berada
4. Pembersihan chute
4a.Identifikasi bahaya
satu alat ke alat lainnya melalui alat ini yang berupa corong yang
a. Confined spaced
yang terbatas/ confined spaced karena ukuran ruangan tidak begitu luas.
kerja yang cukup sehingga memiliki ruang udara yang cukup yang
(S) berada pada angka 4 dengan hasil work risk assessment 23.
dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan
bucket elevator, dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety
konsekuensi (S) berada pada angka 4 dengan hasil work risk assessment
bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman)
bucket elevator, dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety
c. Kekurangan oksigen
kurang, suplai oksigen yang terdapat pada ruangan ini cukup terbatas.
berada pada angka 5 dan konsekuensi (S) berada pada angka 4 dengan
dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya
SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis)
5a.Identifikasi bahaya
Damper adalah alat pengatur udara yang berfungsi untuk merubah
(pertukaran panas yang ada) dari instalasi dan hidup dari internal
ini terdapat sumber bahaya berupa material panas dari area kerja yang
adalah :
a.Material Panas
preheater dapat berakibat luka bakar ringan hingga berat serta jika tidak
konsekuensi (S) berada pada angka 5 dengan hasil work risk assessment
bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman)
b. Kerja di ketinggian
(O) berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada angka 5
dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat
dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya
SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis)
damper cyclone, dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety
c.Berdebu
setiap hari memiliki tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 5 dan
konsekuensi (S) berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment
berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job
safety analysis), dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety
d.Udara Panas
pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam
SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan
konsekuensi (S) berada pada angka 2 dengan hasil work risk assessment
pemakaian APD.
6a.Identifikasi bahaya
tersebut diantaranya adalah sinar api las, tersengat arus listrik, berdebu,
ini pekerja dapat berisiko luka bakar dari percikan las dan iritasi mata
dan konsekuensi (S) berada pada angka 5 dengan hasil work risk
dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin
memiliki sumber dari listrik instalasi las. Hal ini dapat mengakibatkan
pekerja tersengat listrik 220 volt dari alat las. Risiko ini digolongkan
angka 3 dan konsekuensi (S) berada pada angka 5 dengan hasil work risk
dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin
kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis) memberikan training
mengelas dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety gloves,
c.Berdebu
setiap hari memiliki tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 5 dan
konsekuensi (S) berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment
berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job
safety analysis), dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety
d.Udara panas
Suhu panas di area SP berkisar kurang lebih 40-50 derajat celcius
pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius bahkan mencapai
939 derajat ketika sampai di riser duct. Risiko dehidrasi dapat dialami
181
kemungkinan (O) berada pada angka 3 dan konsekuensi (S) berada pada
angka 4 dengan hasil work risk assessment 18. Pengendalian yang sudah
melindungi tangan dari paparan panas dinding cyclone juga baju tahan
panas.
stripping machine
coating, gas panas yang keluar dari riser duct, berdebu area SP, udara
luka bakar dan meninggal dunia. Suhu panas di area SP berkisar kurang
lebih 40-50 derajat celcius pada suhu luar dan lebih dari suhu 800
derajat celcius pada suhu dalam SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh
kemungkinan (O) berada pada angka 2 dan konsekuensi (S) berada pada
angka 5 dengan hasil work risk assessment 19. Pengendalian yang sudah
b. Gas panas
Ketika alat stripping machine diaktifkan maka akan ada gas panas
yang keluar dari dinding cyclone dan gas dapat terhirup oleh pekerja.
berada pada angka 2 dan konsekuensi (S) berada pada angka 5 dengan
hasil work risk assessment 19 yang berada pada tingkatan risiko “ketat”.
precipitator, bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin
kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis), dan pemakaian APD
c. Berdebu
setiap hari memiliki tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 5 dan
konsekuensi (S) berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment
berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job
safety analysis), dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety
d. Udara panas
pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam
SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan
berada pada angka 2 dan konsekuensi (S) berada pada angka 2 dengan
e.Stripping Machine
dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan
8. Pembersihan material di SP
kerja tetap optimal. Terdapat tiga sumber bahaya dari pekerjaan ini
a.Berdebu
setiap hari memiliki tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 5 dan
konsekuensi (S) berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment
berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job
safety analysis) dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety
b. Lokasi panas
pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam
SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan
3 dan konsekuensi (S) berada pada angka 2 dengan hasil work risk
186
pemakaian APD.
Alat angkat atau alat angkut di area SP memakai alat hoist crane.
Hoist adalah bagian dari crane yang berfungsi sebagai alat pemindah
dari alat dan benda yang bergerak yang dapat berisiko menabrak kepada
kemungkinan (O) berada pada angka 2 dan konsekuensi (S) berada pada
10a.Identifikasi bahaya
adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk
diisi ulang sesuai dengan jenis dan kontruksinya. Dalam bekerja di area
Dalam pekerjaan ini hanya ada satu risiko dari mengatasi APAR
yakni:
material dan iritasi dari paparan zat yang terkandung dalam APAR.
kemungkinan (O) berada pada angka 1 dan konsekuensi (S) berada pada
a. Material Panas
kemungkinan (O) berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada
yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang
berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job
b. Kerja di ketinggian
(O) berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada angka 5
dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat
dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya
SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis)
c.Berdebu
setiap hari memiliki tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 5 dan
190
konsekuensi (S) berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment
berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job
safety analysis) dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety
d.Udara Panas
pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam
SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan
konsekuensi (S) berada pada angka 2 dengan hasil work risk assessment
APD.
a. Suara blower
(EP), bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja
aman) dan formulir JSA (Job safety analysis) memberikan training yang
safety shoes)
192
machine.
a. Material Panas
Material panas dari alat riser duct dapat berakibat luka bakar
berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada angka 5 dengan
dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya
SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis)
b.Kerja di ketinggian
(O) berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada angka 5
dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat
dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya
SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis)
coating, dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety gloves,
c.Berdebu
setiap hari memiliki tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 5 dan
konsekuensi (S) berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment
berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job
194
safety analysis) dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety
d.Udara Panas
pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam
SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan
konsekuensi (S) berada pada angka 2 dengan hasil work risk assessment
APD.
e.Stripping Machine
konsekuensi (S) berada pada angka 4 dengan hasil work risk assessment
bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman)
14a.Identifikasi bahaya
atau dalam keadaan shut down. Pekerja akan masuk kedalam cyclone
a.Confined spaced
dibuat ukuran ruang kerja yang cukup sehingga memiliki ruang udara
dan konsekuensi (S) berada pada angka 4 dengan hasil work risk
dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin
kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis) memberikan training
196
bucket elevator, dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety
b.Kerja di ketinggian
(O) berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada angka 5
dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat
dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya
SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis)
safety shoes)
c.Berdebu
setiap hari memiliki tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 5 dan
konsekuensi (S) berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment
berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job
safety analysis) dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety
d.Udara Panas
pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam
SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan
konsekuensi (S) berada pada angka 2 dengan hasil work risk assessment
APD.
e.Material Clogging
atau api karena akan ada proses tekanan mengeluarkan api yang dapat
memiliki nilai paling besar yakni 25. Angka ini didapatkan dari
melakukan aktivitas pekerjaan, adanya SOP, dan surat izin kerja aman,
15. Melakukan inspeksi oksigen pada outlet ILC calciner dan SLC
Calciner
kadar oksigen dalam gas Outlet ILC Calciner dan SLC Calciner.
a. Material Panas
kemungkinan (O) berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada
yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang
199
berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job
pekerjaan inspeksi Oksigen pada outlet ILC dan SLC, dan pemakaian
b.Kerja di ketinggian
(O) berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada angka 5
dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat
dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya
SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis)
inspeksi Oksigen pada outlet ILC dan SLC, dan pemakaian APD (Safety
safety shoes)
c.Berdebu
setiap hari memiliki tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 5 dan
konsekuensi (S) berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment
200
berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job
safety analysis) dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety
d.Udara Panas
pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam
SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan
konsekuensi (S) berada pada angka 2 dengan hasil work risk assessment
APD.
e.Kebocoran gas
dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan
201
SLC, dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety gloves,
pada area panas langsung diantaranya adalah material panas dari cyclone
a.Material Panas
kemungkinan (O) berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada
yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang
berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job
shoes)
b.Kerja di ketinggian
(O) berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada angka 5
dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat
dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya
SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis)
c.Berdebu
setiap hari memiliki tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 5 dan
konsekuensi (S) berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment
203
berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job
safety analysis) dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety
d.Udara Panas
pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam
SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan
konsekuensi (S) berada pada angka 2 dengan hasil work risk assessment
APD.
Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk menjaga kondisi suhu dan
udara panas.
a. Material Panas
kemungkinan (O) berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada
yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang
berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job
safety shoes)
b.Kerja di ketinggian
(O) berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada angka 5
205
dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat
dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya
SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis)
temperatur SP, dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety
c.Berdebu
setiap hari memiliki tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 5 dan
konsekuensi (S) berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment
berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job
safety analysis) dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety
d.Udara Panas
pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam
SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan
konsekuensi (S) berada pada angka 2 dengan hasil work risk assessment
APD.
tangga dibuat dari bahan besi dimana besi merupakan salah satu bahan
diantaranya adalah radiasi suhu panas luar dari cyclone preheater ketika
menyebabkan lebam atau memar dan luka bakar jika suhu luar cyclone
pernapasan dan iritasi pada mata dan kulit jika bersentuhan langsung.
207
Dalam pekerjaan ini hanya ada dua risiko dari pekerjaan menaiki
(S) berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment 20.
adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety
menaiki dan menuruni tangga, dan pemakaian APD (Safety glass, safety
menyebarkan radiasi panasnya besi pada tangga akan ikut memanas dan
dapat menimbulkan risiko lebam/ memar dan luka bakar. Risiko ini
berada pada angka 5 dan konsekuensi (S) berada pada angka 3 dengan
aman) dan formulir JSA (Job safety analysis) memberikan training yang
dan konsekuensi (S) berada pada angka 3 dengan hasil work risk
(EP), dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, penanggung jawab
dari superitendent, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir
d.Terpeleset di tangga
kemungkinan (O) berada pada angka 1 dan konsekuensi (S) berada pada
ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis) memberikan
tangga, dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety gloves,
Setiap pekerja atau karyawan lain yang bekerja di area tersebut dapat
lift bisa saja keadaan konsleting mendadak yang dapat menyebabkan lift
akan mati. Kemudian tali labrang lift juga bisa putus sewaktu-waktu jika
210
Dalam pekerjaan ini hanya ada dua risiko dari pekerjaan menaiki
a.Lift Konsleting
Keadaan lift tidak akan selalu dalam kondisi baik, kadangkali lift
berada pada angka 5 dengan hasil work risk assessment control adalah
keadaan lift secara rutin, safety talks, adanya rambu darurat jika lift tiba-
kemungkinan (O) berada pada angka 5 dan konsekuensi (S) berada pada
keadaan lift secara rutin, safety talks, adanya rambu darurat jika lift tiba-
dengan peneliti dapat ditemukan perbandingan pada tabel HIRARC dimana pada
1. Melakukan Inspeksi oksigen pada outlet ILC Calciner dan SLC Calciner
3. pengaturan temperatur di SP
4. Pembersihan coating
8. Pembersihan sisa bata/ castable saat shutdown dan tumpahan material saat
clogging
risikonya. Namun peneliti membuat tabel HIRARC dengan tidak sama sekali
menjadikan salah satu sumber bahaya menjadi yang paling penting. Karena
disetiap pekerjaan dan sumber bahaya memiliki risikonya sendiri dan butuh di
lakukan pengendalian risiko masing-masing dari sumber bahaya yang telah ada.
superitendent namun ketika tabel HIRARC mengarah kepada jenis pekerjaan yang
ada hubungannya dengan alat kerja atau mesin yang dipakai pada saat pengerjaan
oleh karyawan sistem pemeriksaan atau maintenance alat tidak diberlakukan dalam
tabel HIRARC. Berikut adalah tindakan pengendalian lebih lanjut yang telah
dibuang ke penampungan.
pernapasan, iritasi kulit dan mata. Maka dari itu debu yang ada akan di
sekop dan di sapu kemudian dikumpulkan dalam satu tempat yang akan
berdiri pertama kali di tahun 1975 dan memakai EP sejak tahun 1991.
duct mencapai 939 derajat celcius dan suhu luar cyclone berkisar 40-50
dehidrasi karena asupan kebutuhan air tetap terjaga. Di dalam tubuh, sel-
otot dan organ-organ pada rongga badan, seperti paru-paru atau jantung,
sel-sel jaringan seperti tulang atau gigi. Konsumsi cairan yang ideal untuk
1 ml air untuk setiap 1 kkal konsumsi energi tubuh atau dapat juga
diketahui berdasarkan estimasi total jumlah air yang keluar dari dalam
tubuh. Secara ratarata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2.5 L cairan
per harinya. Sekitar 1.5 L cairan tubuh keluar melalui urin, 500 ml
melalui keluarnya keringat, 400 ml keluar dalam bentuk uap air melalui
per- harinya (Irawan, 2007). Maka dari itu setiap pekerja yang bekerja di
area suhu yang panas diharuskan minum agar terhindar dari dehidrasi.
c. Signal sign
yang ada di area SP tidak begitu maksimal. Dalam hasil observasi tidak
Maka dari itu pemberian signal sign atau rambu keselamatan sangat
berpengaruh agar pekerja atau orang lain yang masuk ke area tersebut
dapat mengetahui sumber bahaya apa saja yang ada di area SP.
215
d. Maintenance alat
e. Penyediaan APD
Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan oleh pekerja
usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir. Alat pelindung diri haruslah
(APD) harus tersedia dari perusahaan agar dapat digunakan pekerja demi
melindungi diri dari bahaya dan risiko. Namun dari hasil observasi, APD
tidak diberikan APD baju tahan api dan panas dengan alasan tidak
segala situasi dimana pekerja bekerja di ketinggian lebih dari 2 meter atau
digunakan.
Pemberlakuan tindakan tegas dari foreman atau HSE agar pekerja mau
membuat kebijakan pemberlakuan monitoring akan dilakukan jika hasil RPN (Risk
Priority Number) lebih dari 64. Hal ini dimaksudkan supaya dapat meminimalisir
serba pelik banyak dipakai sekarang ini, bahan-bahan tehnis baru banyak
217
intensif kerja operasionil dan tempo kerja para pekerja. Hal-hal ini
kecelakaan.
pesawat-pesawat dan sebagainya yang serba pelik serta cara-cara kerja yang
adanya pengetahuan keselamatan kerja dan kesehatan kerja yang maju dan
tepat. Selanjutnya dengan peraturan yang maju akan dicapai keamanan yang
baik dan realistis yang merupakan faktor sangat penting dalam memberikan
Tekan
218
yang melebihi dari tekanan udara luar, dan dipakai untuk menampung gas
atau campuran gas termasuk udara, baik dikempa menjadi cair dalam
keadaan larut atau beku. Dalam peraturan ini berlaku untuk perencanaan,
4.Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
beracun.
beracun.
beracun.
beracun.
beracun.
beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
19.Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
21.Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau
lebih.
25.Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi yang
mengion.
27.Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,
minyak mineral, antrasena atau persenyawaan, produk atau residu dari zat
tersebut.
29.Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang
30.Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi
yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau
sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. APD wajib
a. Pelindung kepala
c. Pelindung telinga
f. Pelindung kaki
g. Pakaian pelindung
i. Pelampung
dilakukan oleh seluruh pegawai atau hasil dari inspeksi atau audit. APD yang
222
rusak , retak atau tidak dapat berfungsi dengan baik harus dibuang atau
Jumlah dan kualifikasi operator untuk ketel uap serat kurikulum operator
Setiap tempat kerja harus dibuat ukuran ruang kerja yang cukup
sehingga memiliki ruang udara yang cukup yang sedikitnya 10m – 15m
untuk ruangan minimal. Suhu kerja harus sesuai dengan keberadaan suhu
tubuh pekerja, jika tidak memadai haruslah memakai APD hingga memasuki
cahaya yang baik setinggi tempat kerja yang sebenarnya atau setinggi perut
Pesawat angkat dan angkut ialah suatu pesawat atau alat yang
atau orang secara vertikal dan atau horizontal dalam jarak yang ditentukan.
harus memiliki lisensi K3 dan buku kerja. Jumlah operator harus memenuhi
kualifikasi dan jumlah sesuai dengan jenis dan kapasitas pesawat angkat dan
kerja.
dilakukan oleh pegawai atau ahli keselamatan kerja spesialis bidang listrik.
Alat pemadam api ringan ialah alat yang ringan serta mudah dilayani
oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran.
bagian paling atas berada pada ketinggian 1.2 m dari permukaan lantai
kecuali jenis CO2 dan tepung kering dapat ditempatkan lebih rendah dengan
syarat, jarak antara dasar alat pemadam api ringan tidak kurang 15 cm dari
serta harus dilakukan maintenance dengan rutin jika masa berlaku telah
habis.
225
Juru las
Juru las dianggap terampil apabila telah menempuh ujian las dengan
hasil yang memuaskan dan mempunyai sertifikasi juru las. Juru las
digolongkan atas :
dan Barang.
dan dipasang dalam kereta serta dinyatakan dalam jumlah orang atau jumlah
bobot muatan yang diangkut dalam kilogram. Penetapan jumlah orang yang
dapat diangkut harus sesuai dengan SNI. Kerangka lift, tali baja, teromol dan
Setiap lift sebelum dipakai harus diperiksa dan diuji terlebih dahulu
sesuai dengan standar uji, yang telah di tentukan. Pemeriksaan dan pengujia
tenaga kerja.
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Hasil identifikasi risiko keselamatan kerja yang terdapat pada alat suspension
bakar, cidera ringan hingga berat, iritasi kulit atau mata, gangguan pernapasan,
atau mesin, kejatuhan material, terpeleset, lift mati, hingga yang paling parah
2. Dari hasil observasi penelitian dan data berupa dokumen serta hasil wawancara
yaitu :
-Mengatasi Clogging
-Pembersihan coating riser duct
-Pembersihan BE
-Pembersihan Chute
-Pemeriksaan damper cyclone di SP
-Mengelas dinding cyclone
-Aktivitas pembersihan coating/ bata saat bricklining menggunakan
stripping machine
-Pembersihan material di SP
-Pengoperasian Alat angkat/angkut
228
229
-Pengaturan temperatur di SP
-Menaiki dan menuruni tangga SP
-Menaiki dan menuruni menggunakan Lift
diangkat, lempengan mesin rusak, area sempit, udara Panas, suara blower,
material clogging, kebocoran gas, radiasi panas suhu luar, konduksi dari panas
besi tangga, paparan debu lantai tangga, lift konsleting, dan tali baja lift putus.
mulai dari skor terendah hingga tertinggi. Berikut adalah tingkatan risiko dari
B. Tingkatan risiko “ketat” terdapat pada range 18-22 pada pada pekerjaan di
sempit, gas panas yang keluar dari cyclone, radiasi panas suhu luar
C. Tingkatan risiko “bersyarat” terdapat pada range 10-17 pada pada pekerjaan
yang panas, area yang sempit, alat angkat/angkut material yang diangkat,
D. Tingkatan risiko “rendah” terdapat pada range 1-9 pada pada pekerjaan di
pada saat mengatasi clogging, uadara panas ketika membersihkan riser duct
Tbk pada alat suspension preheater bagian produksi adalah penangkapan debu
audiometri, membuat SIKA (surat ijin kerja aman), JSA (Job safety analysis),
afety talks, training , APD (Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear
7.2 Saran
A. Perusahaan seharusnya memiliki APD dengan lengkap karena ketika tamu atau
karyawan lain datang ke area SP tidak diberikan APD dengan sesuai standar.
B. Pengawasan dari foreman dan karyawan HSE harus dilakukan dengan rutin dan
behavior yang terjadi pada pekerja di rasa lebih baik di bandingkan dengan fokus
langsung di tanggulangi.
mempunyai pilar hukum dengan kuat dan dapat mematuhi peraturan yang
berlaku.
• APD berupa shock absorben yang berguna untuk menahan pekerja dari
bahaya ketinggian.
TAHUN 2013
Identitas Informan
No Informan :
Nama Lengkap :
Usia :
Alamat Lengkap :
1. Berapa lama anda bekerja di bagian produksi pada alat suspension preheater?
4. Sumber bahaya dari mana saja yang terdapat pada alat suspension preheater?
5. Jenis bahaya apa saja yang terdapat pada alat suspension preheater?
6. Risiko kerja apa saja yang terdapat pada alat suspension preheater?
7. Apa Pernah anda mengalami Kecelakaan kerja di bagian alat suspension preheater ?
9. Ceritakan lah kronologis kecelakaan yang anda alami dan bagaimana itu bisa terjadi?
11. Apa yang anda langsung lakukan setelah terjadi kecelakaan pada diri anda?
12. Upaya Apa saja yang perusahaan lakukan setelah anda mengalami kecelakaan kerja?
14. Apakah anda telah dilatih atau mengetahui SOP pada pekerjaan anda?
15. Berapa lama anda harus meninggalkan pekerjaan anda atau loss time demi mengobati
16. Menurut anda seberapa sering kejadian kecelakaan serupa tersebut terjadi?
17. Selain peristiwa pertama, apakah ada peristiwa lainnya yang anda alami di bagian alat
suspension preheater ?
Pedoman Wawancara
TAHUN 2013
Identitas Informan
No Informan :
Nama Lengkap :
Usia :
Alamat Lengkap :
1. Berapa lama anda bekerja sebagai SHE di plant 6/11 pada bagian produksi di alat
suspension Preheater?
3. Sumber bahaya dari mana saja yang terdapat pada alat suspension preheater?
4. Jenis bahaya apa saja yang terdapat pada alat suspension preheater?
5. Risiko kerja apa saja yang terdapat pada alat suspension preheater?
7. Kecelakaan kerja apa saja yang pernah terjadi di plant 6/11 pada bagian produksi di alat
suspension Preheater?
9. Upaya apa yang langsung dilakukan oleh perusahaan untuk mengatasi kecelakaan yang
10. Apakah mesin suspension preheater rutin dilakukan maintenance atau perawatan rutin?
12. Apakah pekerja diberikan atau difasilitasi Alat pelindung diri (APD) yang sesuai dengan
pekerjaanya?
13. Apakah HIRARC di perusahaan sudah dijalankan dengan baik dan benar?
14. Apakah dari tim SHE memiliki rekaman dokumen terkait kejadian kecelakaan kerja di
15. Apakah ada upaya tindakan lebih lanjut (action plan) terhadap kecelakaan yang terjadi?
Pedoman Wawancara
TAHUN 2013
Identitas Informan
No Informan :
Nama Lengkap :
Usia :
Alamat Lengkap :
1. Berapa lama anda bekerja sebagai maintenance alat di plant 6/11 pada bagian produksi di
4. Sumber bahaya dari mana saja yang terdapat pada alat suspension preheater?
5. Jenis bahaya apa saja yang terdapat pada alat suspension preheater?
6. Risiko kerja apa saja yang terdapat pada alat suspension preheater?
7. Apakah anda pernah melihat kecelakaan kerja yang terjadi kepada rekan kerja anda di
bagian suspension preheater atau anda pernah mengalami kecelakaan kerja di bagian
yang sama?
10. Apakah anda mengetahui apa saja yang dilakukan perusahaan setelah anda atau rekan