Anda di halaman 1dari 7

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

MODUL: GANGGUAN PERKEMBANGAN

PALSI SEREBRAL

TINGKAT KEMAMPUAN SKDI 2006: 3B

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


2011

Ilmu Kesehatan Anak – FK UNISBA 79


NEUROPEDIATRI: Palsi Serebral

Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Khusus Metoda Sarana dan Prasarana
Umum

Mahasiswa diharapkan Mahasiswa diharapkan dapat : BST Nara sumber :


dapat:
 Mengetahui definisi dan CRS dr. Lia Marlia, Sp.A
 Menjelaskan definisi, etiologi palsi serebral
CSS Sumber Pustaka:
etiologi, klafisikasi,  Menjelaskan klasifikasi
faktor risiko, patologi palsi serebral 1. Johnston MV. Cerebral palsy. Dalam: Kliegman
penyakit palsi  Menjelaskan patologi palsi RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF,
serebral. serebral penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-
 Menegakkan  Menjelaskan faktor resiko 18. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007. hlm.
diagnosis penyakit terjadi palsi serebral 2494-5.
palsi serebral  Melakukan anamnesis dan 2. Swaiman KF, Russman BS. Cerebrel palsy. Dalam:
berdasarkan pemeriksaan fisik, dari Swaiman KF, Ashwal S, penyunting. Pediatric
anamnesis dan palsi serebral neurology principles & practice. Edisi ke-3. St Louis:
pemeriksaan fisik.  Mengetahui Mosby; 1999. hlm. 312-22.
 Mengetahui penatalaksanaan palsi 3. Passat J. Kelainan perkembangan. Dalam:
penatalaksanaan serta serebral Soetomenggolo TS, Ismael S, penyunting. Buku ajar
prognosisnya pada neurologi anak. Edisi ke-2. Jakarta; BP IDAI, 2000.
 Mengetahui prognosis
anak hlm. 104-20.
palsi serebral
Ruangan :

 Rawat inap
 Poliklinik tumbuh kembang

Ilmu Kesehatan Anak – FK UNISBA 80


PANDUAN PRESEPTOR
PALSI SEREBRAL

Definisi
Palsi serebral adalah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang menetap dan
tidak progresif, terjadi pada usia dini dan merintangi perkembangan otak normal
dengan menunjukkan kelainan posisi dan pergerakan disertai kelainan neurologis
berupa gangguan korteks serebri, ganglia basalis dan serebrum.

Etiologi
Penyebabnya dapat dibagi 3 bagian, yaitu:
1. Pranatal
Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin,
misalnya lues, toksoplasma, rubella dan penyakit inklusi sitomegali,
anoksia dalam kandungan, terkena sinar radiasi dan keracunan kehamilan
dapat menimbulkan palsi serebral. Kelainan yang mencolok biasanya
gangguan pergerakan dan retardasi mental.
2. Perinatal
Anoksia, perdarahan otak, prematuritas, ikterus, meningitis purulenta
adalah keadaan-keadaan pada masa perinatal yang dapat menjadi penyebab
palsi serebral.
3. Pascanatal
Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan
dapat menyebabkan palsi serebral. Misalnya trauma kapitis, meningitis,
ensefalitis dan luka pada otak paska bedah.

Epidemiologi
Palsi serebral merupakan kelainan perkembangan yang sering ditemui dengan
prevalens 2/1000. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Collaborative
Perinatal Project di Amerika Serikat, ditemukan bahwa 80% anak palsi serebral
lahir cukup bulan dengan faktor risiko antenatal. Hanya kurang dari 10% yang
mengalami asfiksia intrapartum. Infeksi maternal selama proses persalinan seperti
korioamnionitis, ketuban pecah dini, sepsis maternal, infeksi saluran kemih
meningkatkan risiko terjadinya palsi serebral pada bayi dengan berat lahir normal.

Ilmu Kesehatan Anak – FK UNISBA 81


Prevalens palsi serebral pada bayi berat lahir rendah lebih tinggi, terutama
pada bayi dengan berat lahir <1000 gram. Hal tersebut berhubungan dengan
kejadian perdarahan intraserebral dan leukomalasia periventrikular.

Tabel 37. Klasifikasi


Perkembangan Penyakit
Klasifikasi Gejala
motor penyerta
Minimal Perkembangan Kelainan tonus sementara, reflex Gangguan
motor normal, primitif menetap terlalu lama, komunikasi,
hanya terganggu kelainan postur ringan, gangguan gangguan
secara kualitatif dalam gerak motor kasar dan belajar
halus misalnya clumsiness

Ringan Berjalan umur Beberapa kelainan pada


24 bulan pemeriksaan neurologis,
perkembangan refleks primitif
abnormal, respon postural
terganggu, gangguan motor
misalya tremor atau gangguan
koordinasi

Sedang Berjalan umur 3 Berbagai kelainan neurologis, Retardasi


tahun, kadang- refleks primitif menetap dan mental,
kadang kuat, respons postural terlambat gangguan
memerlukan belajar dan
bracing. Tidak komunikasi,
memerlukan alat kejang
khusus

Berat Tidak bisa Gejala neurologis dominan, Retardasi


berjalan atau refleks primitif menetap, respons mental,
berjalan dengan postural tidak muncul kejang
alat bantu,
kadang-kadang
perlu operasi
Sumber: Buku ajar neurologi anak

Manifestasi klinis
1. Gangguan motorik
Pada umumnya pasien palsi serebral dibawa karena keluhan keterlambatan/
gangguan motorik, terjadi peninggian tonus otot dan refleks yang disertai

Ilmu Kesehatan Anak – FK UNISBA 82


dengan klonus dan refleks Babinski yang positif. Tonus otot yang meninggi
itu menetap dan tidak hilang meskipun pasien dalam keadaan tidur.
Peninggian tonus itu tidak sama derajatnya pada suatu gabungan otot,
karena itu tampak sikap khas dan cendrung terjadi kontraktur.
2. Tonus yang berubah
Bayi yang mengalami palsi serebral, biasanya pada usia bulan pertama
tampak flasid dan berbaring seperti kodok terlentang, tetapi bila dirangsang,
atau mulai diperiksa tonus ototnya berubah menjadi spastik.
3. Koreoatetosis
Kelainan yang khas ialah sikap yang abnormal dengan pergerakan yang
terjadi dengan sendirinya (involuntary movement). Pada 6 bulan pertama
tampak bayi flasid, tetapi sesudah itu barulah muncul kelainan tersebut.
4. Ataksia
Ataksia adalah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya
flasid dan menunjukkan perkembangan motor terlambat. Kehilangan
keseimbangan tampak bila belajar duduk. Mulai berjalan sangat lambat dan
semua pergerakan canggung dan kaku.
5. Gangguan pendengaran
Terdapat pada 5-10% anak dengan palsi serebral. Gangguan berupa kelainan
neurogen terutama persepsi nada tinggi, sehingga sulit menangkap kata-
kata.
6. Gangguan bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retardasi mental. Gerakan
yang terjadi dengan sendirinya di bibir dan lidah menyebabkan sukar
mengontrol otot-otot tersebut sehingga anak sulit membentuk kata-kata,
sering tampak anak berliur.

7. Gangguan mata
Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refleks
Pada keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak. Hampir 25% pasien
palsi serebral menderita kelainan mata.

Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis
palsi serebral ditegakkan

Ilmu Kesehatan Anak – FK UNISBA 83


2. Pungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
penyebabnya suatu proses degeneratif. Pada palsi serebral css normal.
3. Pemeriksaan EEG dilakukan pada pasien kejang atau golongan
hemiparesis baik yang disertai kejang ataupun tidak.
4. Foto rontgen kepala/pemeriksaan pencitraan kepala
5. Penilain psikologis perlu dikerjakan untuk tingkat pendidikan yang
dibutuhkan.
6. Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab lain dari retardasi
mental.

Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan kausal, hanya bersifat simtomatik. Pada keadaan ini perlu
kerjasama tim berupa dokter anak, neurologi, psikiater, dokter mata, dokter THT,
ahli ortopedi, psikolog, fisioterapi, occupational therapist, pekerja sosial, guru
sekolah luar biasa dan orangtua pasien.
1. Fisioterapi
Tindakan ini harus dimulai secara intensif, orangtua turut membantu
program latihan di rumah. Untuk mencegah kontraktur perlu diperhatikan
posisi pasien pada waktu istirahat atau tidur. Bagi pasien yang berat
dianjurkan untuk sementara tinggal di pusat latihan. Fisioterapi ini
dilakukan sepanjang pasien hidup.
2. Pendidikan
Pasien serebral palsi dididik sesuai dengan tingkat intelegensianya, di
sekolah umum atau di sekolah luar biasa.
3. Obat-obatan
Pada pasien serebral palsi dengan kejang, diberikanobat antikonvulsan
rumat yang sesuai dengan karakteristik kejangnya. Pada keadaan tonus otot
yang berlebihan, obat dari golongan benzodiazepine dapat menolong,
seperti diazepam, klordiazepoksid, nitrazepam. Pada keadaan koreoatetosis
diberikan artan.
4. Pembedahan
Bila terjadi hipertonus otot atau hiperspastisisas, dianjurkan untuk dilakukan
pemedahan otot, tendon atau tulang untuk reposisi kelainan terebut.
Pembedahan stereostaktik dianjurkan pada pasien denga pergerakan
koreoatetosis yang berlebihan.

Prognosis

Ilmu Kesehatan Anak – FK UNISBA 84


Prognosis pasien dengan manifestasi motor yang ringan adalah baik, makin
banyak manifestasi penyerta dan makin berat manifestasi motornya, maka makin
buruk prognosisnya.

Sumber Pustaka:
1. Johnston MV. Cerebral palsy. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson
HB, Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18.
Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007. hlm. 2494-5.
2. Swaiman KF, Russman BS. Cerebrel palsy. Dalam: Swaiman KF, Ashwal S,
penyunting. Pediatric neurology principles & practice. Edisi ke-3. St Louis:
Mosby; 1999. hlm. 312-22.
3. Passat J. Kelainan perkembangan. Dalam: Soetomenggolo TS, Ismael S,
penyunting. Buku ajar neurologi anak. Edisi ke-2. Jakarta; BP IDAI, 2000.
hlm. 104-20.

Ilmu Kesehatan Anak – FK UNISBA 85

Anda mungkin juga menyukai