Anda di halaman 1dari 3

Warouw (2009) menjelaskan ketika anak-anak mulai menguasai strategi metakognitif dan belajar

kapan, bagaimana, dan mengapa menggunakan hal tersebut maka siswa sudah mampu belajar
lebih efektif dan intensif. Diperkuat juga oleh Dawson (2008) bahwa siswa yang diajarkan
keterampilan metakognitif akan memiliki pengaturan diri sehingga mampu belajar lebih baik dari
pada siswa yang tidak diajarkan keterampilan metakognitif. Lebih lanjut dijelaskan oleh Dawson
bahwa siswa dengan keterampilan metakognitif yang baik adalah pemikir kritis, pemecah
masalah, atau pembuat keputusan yang lebih baik dari pada siswa yang tidak memiliki
keterampilan metakognitif yang baik.

Students are given an ill structured problematic situation. The situation requires inquiry,
information gathering, and reflection. After information gathering and evaluation of data, the
root problem may change and let new avenues for the investigation. Students must analyze,
synthesize, and evaluate to gain a sense of the whole and formulate a viable solution. Well-
structured problems, on the other hand, provide the information, the compass, and a clear
destination for the problem solver, tapping only the lower-level thinking skills of knowledge,
comprehension, and application. They pursue information by phoning, questioning, and
experimenting. They clarify and share what they know. This process helps them access to prior
knowledge and begin to make connections. Students can share the problem and their solutions by
using concepts maps, charts, graphs, proposals, position papers, memos, maps, models, videos,
or home page on the World Wide Web (Delisle, 2002; Ngeow & Kong, 2001; Ram, 1999;
Gallagher et al, 1995; Greenwald, 2000; Reigeluth & Squire, 1998). (akcay), Concept maps
developed by the students helped them make the links between pieces of information and find
the conceptual whole among disparate perspectives. Maps also helped students understand that
science is organized around essential concepts, which are developed through nonlinear
associations of information. (Gallagher et al, 1995; Greenwald, 2000; Plucker & Nowak, 1999)

Pustaka [12] juga menyatakan bahwa sulit untuk menerapkan PBL pada siswa yang belum
sepenuhnya memahami nilai atau lingkup masalah dengan konten sosial. PBL sulit bagi pengajar
untuk mengubah gaya mengajar mereka [11] dan [12]. PBL sulit diterapkan oleh dosen karena
panduan kurikulum dan buku teks tidak mengandung berbagai contoh masalah atau alat penilaian
yang diperlukan [13]. Hal ini dapat berakibat mahasiswa atau bahkan pengajar kesulitan
mengajukan permasalahan autentik terkait materi pembelajaran. Tidak semua materi cocok untuk
diajarkan dengan PBL. PBL membutuhkan banyak materi dan membuat mahasiswa harus lebih
banyak menggunakan sumber buku teks untuk mencari informasi [11)

Metakognitif merupakan kesadaran berpikir seseorang tentang proses berpikirnya sendiri baik
tentang apa yang diketahui maupun apa yang akan dilakukan. Metakognitif memiliki dua
komponen, yaitu: (1) pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge) dan (2) keterampilan
metakognitif (metacognitive skills). Pengetahuan metakognitif berkaitan dengan pengetahuan
deklaratif, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan kondisional seseorang pada penyelesaian
masalah [23]. Sedangkan keterampilan metakognitif berkaitan dengan keterampilan prediksi
(prediction skills), keterampilan perencanaan (planning skills), keterampilan monitoring
(monitoring skills), dan keterampilan evaluasi (evaluation skills) [24] dan [25]. Pustaka [26]
menambahkan komponen kepercayaan metakognitif. The concept map is a graphic
metacognitive tool,6,7,8 which provides an external representation of structural knowledge – a
visual image – in the form of a two-dimensional semantic network.9,10 (Barbara sasa)

Parameter rubrik terkait dengan pengetahuan deklaratif, pengetahuan kondisional, strategi


manajemen informasi, pemantauan pemahaman dan evaluasi. Parameter jawaban dalam kalimat
mereka sendiri, jawaban yang sistematis, jawaban logis, tata bahasa yang benar, alasan jawaban
dan menjawab kebenaran (Corebima).

Schraw dan Dennison (1994) menemukan MAI, Sperling et al. (2004) tidak menemukan
hubungan antara skor pada MAI dan langkah-langkah dari prestasi akademik. Mereka terkejut
menemukan korelasi negatif antara nilai matematika SAT dan skor MAI. Corliss (2005) da
corebima juga melaporkan bahwa skor MAI tidak konsisten.

Rubrik khusus dirancang dirancang dalam kaitannya dengan kategori pengetahuan tentang
kognisi (pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan kondisional), serta
kategori Peraturan Kognisi (perencanaan, strategi manajemen informasi, pemantauan
pemahaman, strategi debugging, dan evaluasi). Karena ruang lingkup terbatas, beberapa kategori
Pengetahuan Kognisi serta Peraturan Kognisi tidak dapat disebut dalam proses merancang
rubrik. Kategori tentang Pengetahuan tentang Kognisi yang tidak dapat disebut adalah
pengetahuan kondisional, sedangkan kategori Peraturan Kognisi yang tidak bisa disebut strategi
manajemen informasi dan strategi debugging.

Pengetahuan metakognisi mengacu pada pengetahuan tentang kognisi seperti pengetahuan


tentang keterampilan (skill) dan strategi kerja yang baik untuk pebelajar dan bagaimana serta kapan
menggunakan keterampilan dan strategi tersebut. Selanjutnya, regulasi metakognisi mengacu pada
kegiatan-kegiatan yang mengontrol pemikiran dan belajar seseorang seperti merencanakan,
memonitor pemahaman, dan evaluasi (Schraw dan Dennison, 1994). Anderson & Krathwohl (2001).
Metakognitif merupakan aspek pengetahuan yang paling tinggi tingkatannya dalam revisi
taksonomi Bloom setelah faktual, konseptual, dan prosedural.

Angket ini diadaptasi dari Subandi (2005) meliputi aspek tertarik, terpacu, bingung, dan bosan
terhadap strategi pembelajaran yang diterapkan. Respon atau tanggapan ini dimaksudkan untuk
mendukung rekomendasi kemanfaatan strategi pembelajaran apabila disebarluaskan ke sekolah-
sekolah atau lembaga pendidikan lainnya.

Teacher quality is the most important variable in improving student outcomes (Goldhaber,
2016). Specifically, the quality of instruction provided by the teacher is the most important
school based influence on children’s academic skills (Crawford, Zucker, Williams,Bhavsar &
Landry, 2013), but we know that teachers vary significantly in their impact on student learning
(Chetty, Friedman & Rockoff, 2012).
Driscoll (2000) explains that constructivist theory asserts that knowledge can only exist within
the human mind, and that it does not have to match any real world reality. Learners will be
constantly trying to derive their own personal mental model of the real world from their
perceptions of that world. As they perceive each new experience, learners will continually
update their own mental models to reflect the new informat ion, and will, therefore, construct
their own interpretation of reality

Anda mungkin juga menyukai