Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“PENCEGAHAN PENYAKIT DIFTERI”

Pokok bahasan : Difteri

Penyaji : Kelompok 2

Hari dan tanggal : Sabtu , 26 Mei 2018

Waktu : 25 Menit

Sasaran : Masyarakat

Tempat : Desa

Penyuluh : Mahasiswa kelompok 2 kelas 1B PSIK NR

A. Kegiatan

Penyuluhan kesehatan tentang pencegahan penyakit difteri

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 40 menit diharapkan pasien
mengerti dan mengenal tentangpenyakit difteri.

2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta dapat :
a) Menjelaskan pengertian penyakit difteri
b) Menyebutkantanda dan gejalapenyakit difteri
c) Menyebutkancara penularanpenyakit difteri
d) Menyebutkanpencegahan pada penyakit difteri

1
C. Sasaran

Masyarakat

D. Metode

1. Ceramah
2. Tanya jawab

E. Media dan Alat

1. Timbal balik
2. Leaflet

F. Pelaksanaan

No Kegiatan Pendidik Peserta Waktu

1 Pembukaan Memberi salam Menjawab salam 5 menit


Menjelaskan tujuan Mmendengarkan dan
Mmemperhatikan

2 Kegiatan a) Menjelaskan Mendengarkan dan 15 menit


inti pengertian penyakit memperhatikan
difteri
b) Menyebutkan tanda Mendengarkan dan
dan gejalapenyakit memperhatikan
difteri
c) Menyebutkancara Mendengarkan dan
penularanpenyakit memperhatikan
difteri

2
d) Menyebutkan Mendengarkan dan
pencegahan pada memperhatikan
penyakit difteri

3 Penutup Tanya jawab Bertanya dan menjawab 10


Menjawab salam menit
Menutup dan mengucapkan
salam

G. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Standar
a) Kesiapan peserta mengikuti penyuluhan tentang pencegahan
penyakit difteri
b) Media dan alat dipahami.
c) Tempat sesuai dengan kegiatan.
2. Evaluasi Proses
a) Kegiatan penyuluhan dilakukan sesuai dengan waktu yang
direncanakan.
b) Perawat dan peserta kooperatif dan aktif dalam mengikuti
penyuluhan.
3. Evaluasi Akhir
Setelah mengikuti penyuluhan maka peserta akan dapat:
a) Jelaskan pengertian penyakit difteri
b) Sebutkancara penularanpenyakit difteri
c) Sebutkan tanda dan gejala penyakit difteri
d) Sebutkan pencegahan pada penyakit difteri

3
Sumber :
Arvin, Behrman Klirgman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.
Maksum, Radji dan Harmita. 2008. Analisis Hayati. Jakarta: Gramedia.
Suharjo, J.B dan B. Cahyono. 2010. Vaksinasi. Jakarta: Kanisius.
Suryana. 1996. Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK. Jakarta: EGC.

4
MATERI DIFTERI

A. Pengertian

Difteri adalah infeksi bakteri yang bersumber dari Corynebacterium


diphtheriae, yang biasanya mempengaruhi selaput lendir dan tenggorokan.Difteri
umumnya menyebabkan sakit tenggorokan, demam, kelenjar tonsil (amandel)
bengkak, dan lemas.Dalam tahap lanjut, difteri bisa menyebabkan kerusakan pada
jantung, ginjal dan sistem saraf.Kondisi seperti itu pada akhirnya bisa berakibat
sangat fatal dan berujung pada kematian.karena bakteri mengeluarkan racun yang
mengganggu fungsi organ-organ yang mengalami kerusakan tersebut. manusia
yang kurang memilki sistem kekebalan tubuh terutama yang tidak mendapatkan
suntikan imunisasi lengkap saat masih kecil atau kanak-kanak mudah terserang
bakteri ini.

B. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala difteri meliputi, sakit tenggorokan dan suara serak, nyeri
saat menelan, pembengkakan kelenjar (kelenjar getah bening membesar) di leher,
dan terbentuknya sebuah membran tebal abu-abu menutupi tenggorokan dan
amandel, sulit bernapas atau napas cepat, demam, dan menggigil.
Tanda dan gejala biasanya mulai muncul 2-5 hari setelah seseorang
menjadi terinfeksi. Orang yang terinfeksi C. Diphtheria seringkali tidak
merasakan sesuatu atau tidak ada tanda-tanda dan gejala sama sekali.
Orang yang terinfeksi namun tidak menyadarinya dikenal sebagai carier
(pembawa) difteri.Sumber penularan penyakit difteri ini adalah manusia, baik
sebagai penderita maupun sebagai carier.
Tipe kedua dari difteri dapat mempengaruhi kulit, menyebabkan nyeri
kemerahan, dan bengkak yang khas terkait dengan infeksi bakteri kulit
lainnya.Sementara itu pada kasus yang jarang, infeksi difteri juga mempengaruhi
mata.

5
C. Cara Penularan
Bakteri C.diphtheriae dapat menyebar melalui tiga rute:
1. Bersin: Ketika orang yang terinfeksi bersin atau batuk, mereka akan
melepaskan uap air yang terkontaminasi dan memungkinkan orang di
sekitarnya terpapar bakteri tersebut.
2. Kontaminasi barang pribadi: Penularan difteri bisa berasal dari barang-barang
pribadi seperti gelas yang belum dicuci.
3. Barang rumah tangga: Dalam kasus yang jarang, difteri menyebar melalui
barang-barang rumah tangga yang biasanya dipakai secara bersamaan, seperti
handuk atau mainan.
Selain itu, Anda juga dapat terkontaminasi bakteri berbahaya tersebut apabila
menyentuh luka orang yang sudah terinfeksi.Orang yang telah terinfeksi
bakteri difteri dan belum diobati dapat menginfeksi orang nonimmunized
selama enam minggu - bahkan jika mereka tidak menunjukkan gejala apapun.
Faktor risiko
Orang-orang yang berada pada risiko tertular difteri meliputi:
a. Anak-anak dan orang dewasa yang tidak mendapatkan imunisasi terbaru
b. Orang yang hidup dalam kondisi tempat tingal penuh sesak atau tidak
sehat
c. Orang yang memiliki gangguan sistem kekebalan.
Siapapun yang bepergian ke tempat atau daerah endemik difteri
Difteri jarang terjadi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa,
karena telah mewajibkan imunisasi pada anak-anak selama beberapa
dekade.Namun, difteri masih sering ditemukan pada negara-negara
berkembang di mana tingkat imunisasinya masih rendah seperti halnya yang
saat ini terjadi di Jawa timur.
Komplikasi
Jika tidak diobati, difteri dapat menyebabkan:
* Gangguan pernapasan

6
4. Diphtheriae dapat menghasilkan racun yang menginfeksi jaringan di daerah
hidung dan tenggorokan.Infeksi tersebut menghasilkan membaran putih keabu-
abuan (psedomembrane) terdiri dari membran sel-sel mati, bakteri dan zat
lainnya.Membran ini dapat menghambat pernapasan.
5. Kerusakan jantung
Toksin (racun) difteri dapat menyebar melalui aliran darah dan merusak jaringan
lain dalam tubuh Anda, seperti otot jantung, sehingga menyebabkan
komplikasi seperti radang pada otot jantung (miokarditis). Kerusakan jantung
akibat miokarditis muncul sebagai kelainan ringan pada elektrokardiogram
yang menyebabkan gagal jantung kongestif dan kematian mendadak.
6. Kerusakan saraf
Toksin juga dapat menyebabkan kerusakan saraf khususnya pada tenggorokan, di
mana konduksi saraf yang buruk dapat menyebabkan kesulitan menelan.
Bahkan saraf pada lengan dan kaki juga bisa meradang yang menyebabkan otot
menjadi lemah. Jika racun ini merusak otot-otot kontrol yang digunakan untuk
bernapas, maka otot-otot ini dapat menjadi lumpuh. Kalau sudah seperti itu,
maka diperlukan alat bantu napas.
Dengan pengobatan, kebanyakan orang dengan difteri dapat bertahan dari
komplikasi ini, namun pemulihannya akan berjalan lama.
7. Penanganan
Difteri adalah penyakit yang serius. Para ahli di Mayo Clinic, memaparkan, ada
beberapa upaya pengobatan yang dapat dilakukan diantaranya:
a. Pemberian antitoksin: Setelah dokter memastikan diagnosa awal difteri,
anak yang terinfeksi atau orang dewasa harus menerima suatu antitoksin.
Antitoksin itu disuntikkan ke pembuluh darah atau otot untuk menetralkan
toksin difteri yang sudah terkontaminasi dalam tubuh.
b. Sebelum memberikan antitoksin, dokter mungkin melakukan tes alergi kulit
untuk memastikan bahwa orang yang terinfeksi tidak memiliki alergi
terhadap antitoksin. Dokter awalnya akan memberikan dosis kecil dari
antitoksin dan kemudian secara bertahap meningkatkan dosisnya.

7
a. Antibiotik: Difteri juga dapat diobati dengan antibiotik, seperti penisilin
atau eritromisin. Antibiotik membantu membunuh bakteri di dalam tubuh
dan membersihkan infeksi. Anak-anak dan orang dewasa yang telah
terinfeksi difteri dianjurkan untuk menjalani perawatan di rumah sakit
untuk perawatan.
c. Mereka mungkin akan diisolasi di unit perawatan intensif karena difteri
dapat menyebar dengan mudah ke orang sekitar terutama yang tidak
mendapatkan imunisasi penyakit ini.

D. Pencegahan
Jika Anda telah terpapar orang yang terinfeksi difteri, segeralah pergi ke
dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan. Dokter mungkin akan
memberi Anda resep antibiotik untuk mencegah infeksi penyakit itu.
Di samping juga pemberian vaksin difteri dengan dosis yang lebih
banyak.Pemberian antibiotik juga diperlukan bagi mereka yang diketahui sebagai
carrier (pembawa) difteri.
Difteri adalah penyakit yang umum pada anak-anak.Penyakit ini tidak
hanya dapat diobati tetapi juga dapat dicegah dengan vaksin.Vaksin difteri
biasanya dikombinasikan dengan vaksin untuk tetanus dan pertusis, yang dikenal
sebagai vaksin difteri, tetanus dan pertusis (DTP).Versi terbaru dari vaksin ini
dikenal sebagai vaksin DTP untuk anak-anak dan vaksin Tdap untuk remaja dan
dewasa. Pemberian vaksinasi sudah dapat dilakukan saat masih bayi dengan lima
tahapan yakni, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 12-18 bulan dan 4-6 tahun.
Vaksin difteri sangat efektif untuk mencegah difteri. Tapi pada beberapa
anak mungkin akan mengalami efek samping seperti demam, rewel, mengantuk
atau nyeri pasca pemberian vaksin. Pemberian vaksin DTP pada anak jarang
menyebabkan komplikasi serius, seperti reaksi alergi (gatal-gatal atau ruam
berkembang hanya dalam beberapa menit pasca injeksi), kejang atau shock.Untuk
beberapa anak dengan gangguan otak progresif - tidak dapat menerima vaksin
DTP.

8
Imunisasi DPT adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap
penyakit Diferi, Pertusis, Tetanus dengan cara memasukkan kuman difteri,
pertusis, tetanus yang telah dilemahkan dan dimatikan kedalam tubuh sehingga
tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk
melawan kuman atau bibit ketiga penyakit tersebut.

E. Manfaat Imunisasi DPT Dasar


Salah satu upaya agar anak-anak jangan sampai menderita suatu penyakit
adalah dengan jalan memberikan imunisasi. Dengan imunisasi ini tubuh akan
membuat zat anti dalam jumlah banyak, sehingga anak tersebut kebal terhadap
penyakit. Jadi tujuan imunisasi DPT adalah membuat anak kebal terhadap
penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus.
Selain itu manfaat pemberian imunisasi DPT adalah :
a. Untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap
penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus.
b. Apabila terjadi penyakit tersebut, akan jauh lebih ringan dibanding terkena
penyakit secara alami.
c. Evaluasi :
1. Evaluasi Struktur : Diharapkan penyuluhan berjalan sesuai dengan
strukturyang telah dibuat.
2. Evaluasi proses : Diharapkan peserta sasaran mengikuti sampai kegiatan
selesai dilaksanakan.
3. Evaluasi Hasil : Diharapkan sasaran mengerti tentang penanganan dan
pencegahan difteri

Anda mungkin juga menyukai