Penyaji : Kelompok 2
Waktu : 25 Menit
Sasaran : Masyarakat
Tempat : Desa
A. Kegiatan
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 40 menit diharapkan pasien
mengerti dan mengenal tentangpenyakit difteri.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta dapat :
a) Menjelaskan pengertian penyakit difteri
b) Menyebutkantanda dan gejalapenyakit difteri
c) Menyebutkancara penularanpenyakit difteri
d) Menyebutkanpencegahan pada penyakit difteri
1
C. Sasaran
Masyarakat
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
1. Timbal balik
2. Leaflet
F. Pelaksanaan
2
d) Menyebutkan Mendengarkan dan
pencegahan pada memperhatikan
penyakit difteri
G. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Standar
a) Kesiapan peserta mengikuti penyuluhan tentang pencegahan
penyakit difteri
b) Media dan alat dipahami.
c) Tempat sesuai dengan kegiatan.
2. Evaluasi Proses
a) Kegiatan penyuluhan dilakukan sesuai dengan waktu yang
direncanakan.
b) Perawat dan peserta kooperatif dan aktif dalam mengikuti
penyuluhan.
3. Evaluasi Akhir
Setelah mengikuti penyuluhan maka peserta akan dapat:
a) Jelaskan pengertian penyakit difteri
b) Sebutkancara penularanpenyakit difteri
c) Sebutkan tanda dan gejala penyakit difteri
d) Sebutkan pencegahan pada penyakit difteri
3
Sumber :
Arvin, Behrman Klirgman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.
Maksum, Radji dan Harmita. 2008. Analisis Hayati. Jakarta: Gramedia.
Suharjo, J.B dan B. Cahyono. 2010. Vaksinasi. Jakarta: Kanisius.
Suryana. 1996. Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK. Jakarta: EGC.
4
MATERI DIFTERI
A. Pengertian
5
C. Cara Penularan
Bakteri C.diphtheriae dapat menyebar melalui tiga rute:
1. Bersin: Ketika orang yang terinfeksi bersin atau batuk, mereka akan
melepaskan uap air yang terkontaminasi dan memungkinkan orang di
sekitarnya terpapar bakteri tersebut.
2. Kontaminasi barang pribadi: Penularan difteri bisa berasal dari barang-barang
pribadi seperti gelas yang belum dicuci.
3. Barang rumah tangga: Dalam kasus yang jarang, difteri menyebar melalui
barang-barang rumah tangga yang biasanya dipakai secara bersamaan, seperti
handuk atau mainan.
Selain itu, Anda juga dapat terkontaminasi bakteri berbahaya tersebut apabila
menyentuh luka orang yang sudah terinfeksi.Orang yang telah terinfeksi
bakteri difteri dan belum diobati dapat menginfeksi orang nonimmunized
selama enam minggu - bahkan jika mereka tidak menunjukkan gejala apapun.
Faktor risiko
Orang-orang yang berada pada risiko tertular difteri meliputi:
a. Anak-anak dan orang dewasa yang tidak mendapatkan imunisasi terbaru
b. Orang yang hidup dalam kondisi tempat tingal penuh sesak atau tidak
sehat
c. Orang yang memiliki gangguan sistem kekebalan.
Siapapun yang bepergian ke tempat atau daerah endemik difteri
Difteri jarang terjadi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa,
karena telah mewajibkan imunisasi pada anak-anak selama beberapa
dekade.Namun, difteri masih sering ditemukan pada negara-negara
berkembang di mana tingkat imunisasinya masih rendah seperti halnya yang
saat ini terjadi di Jawa timur.
Komplikasi
Jika tidak diobati, difteri dapat menyebabkan:
* Gangguan pernapasan
6
4. Diphtheriae dapat menghasilkan racun yang menginfeksi jaringan di daerah
hidung dan tenggorokan.Infeksi tersebut menghasilkan membaran putih keabu-
abuan (psedomembrane) terdiri dari membran sel-sel mati, bakteri dan zat
lainnya.Membran ini dapat menghambat pernapasan.
5. Kerusakan jantung
Toksin (racun) difteri dapat menyebar melalui aliran darah dan merusak jaringan
lain dalam tubuh Anda, seperti otot jantung, sehingga menyebabkan
komplikasi seperti radang pada otot jantung (miokarditis). Kerusakan jantung
akibat miokarditis muncul sebagai kelainan ringan pada elektrokardiogram
yang menyebabkan gagal jantung kongestif dan kematian mendadak.
6. Kerusakan saraf
Toksin juga dapat menyebabkan kerusakan saraf khususnya pada tenggorokan, di
mana konduksi saraf yang buruk dapat menyebabkan kesulitan menelan.
Bahkan saraf pada lengan dan kaki juga bisa meradang yang menyebabkan otot
menjadi lemah. Jika racun ini merusak otot-otot kontrol yang digunakan untuk
bernapas, maka otot-otot ini dapat menjadi lumpuh. Kalau sudah seperti itu,
maka diperlukan alat bantu napas.
Dengan pengobatan, kebanyakan orang dengan difteri dapat bertahan dari
komplikasi ini, namun pemulihannya akan berjalan lama.
7. Penanganan
Difteri adalah penyakit yang serius. Para ahli di Mayo Clinic, memaparkan, ada
beberapa upaya pengobatan yang dapat dilakukan diantaranya:
a. Pemberian antitoksin: Setelah dokter memastikan diagnosa awal difteri,
anak yang terinfeksi atau orang dewasa harus menerima suatu antitoksin.
Antitoksin itu disuntikkan ke pembuluh darah atau otot untuk menetralkan
toksin difteri yang sudah terkontaminasi dalam tubuh.
b. Sebelum memberikan antitoksin, dokter mungkin melakukan tes alergi kulit
untuk memastikan bahwa orang yang terinfeksi tidak memiliki alergi
terhadap antitoksin. Dokter awalnya akan memberikan dosis kecil dari
antitoksin dan kemudian secara bertahap meningkatkan dosisnya.
7
a. Antibiotik: Difteri juga dapat diobati dengan antibiotik, seperti penisilin
atau eritromisin. Antibiotik membantu membunuh bakteri di dalam tubuh
dan membersihkan infeksi. Anak-anak dan orang dewasa yang telah
terinfeksi difteri dianjurkan untuk menjalani perawatan di rumah sakit
untuk perawatan.
c. Mereka mungkin akan diisolasi di unit perawatan intensif karena difteri
dapat menyebar dengan mudah ke orang sekitar terutama yang tidak
mendapatkan imunisasi penyakit ini.
D. Pencegahan
Jika Anda telah terpapar orang yang terinfeksi difteri, segeralah pergi ke
dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan. Dokter mungkin akan
memberi Anda resep antibiotik untuk mencegah infeksi penyakit itu.
Di samping juga pemberian vaksin difteri dengan dosis yang lebih
banyak.Pemberian antibiotik juga diperlukan bagi mereka yang diketahui sebagai
carrier (pembawa) difteri.
Difteri adalah penyakit yang umum pada anak-anak.Penyakit ini tidak
hanya dapat diobati tetapi juga dapat dicegah dengan vaksin.Vaksin difteri
biasanya dikombinasikan dengan vaksin untuk tetanus dan pertusis, yang dikenal
sebagai vaksin difteri, tetanus dan pertusis (DTP).Versi terbaru dari vaksin ini
dikenal sebagai vaksin DTP untuk anak-anak dan vaksin Tdap untuk remaja dan
dewasa. Pemberian vaksinasi sudah dapat dilakukan saat masih bayi dengan lima
tahapan yakni, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 12-18 bulan dan 4-6 tahun.
Vaksin difteri sangat efektif untuk mencegah difteri. Tapi pada beberapa
anak mungkin akan mengalami efek samping seperti demam, rewel, mengantuk
atau nyeri pasca pemberian vaksin. Pemberian vaksin DTP pada anak jarang
menyebabkan komplikasi serius, seperti reaksi alergi (gatal-gatal atau ruam
berkembang hanya dalam beberapa menit pasca injeksi), kejang atau shock.Untuk
beberapa anak dengan gangguan otak progresif - tidak dapat menerima vaksin
DTP.
8
Imunisasi DPT adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap
penyakit Diferi, Pertusis, Tetanus dengan cara memasukkan kuman difteri,
pertusis, tetanus yang telah dilemahkan dan dimatikan kedalam tubuh sehingga
tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk
melawan kuman atau bibit ketiga penyakit tersebut.