1. Jelaskan tentang tekhnik anestesi umum atau lokal atau regional untuk prosedur bedah ortopedi rawat jalan dan rawat inap.
Anestesia untuk bedah ortopedi –I merupakan tindakan anestesia untuk tindakan bedah pada kasus kasus ortopedi sederhana (
misalnya reposisi patah tulang tertutup, debridement patah tulang terbuka , ORIF anggota gerak bawah, arthroscopy sendi lutut,
dll), dengan PSASA 1-2, bisa berupa sungkup atau LMA (inhalasi), TIVA, regional SAB.
Persiapan operasi, puasa 6-8 jam (dewasa), atau 4 jam( anak anak )
Pasang infus dengan IV kateter yang besar
Periksa sumber oksigen dan gas anestesi lainnya (N2O)
Periksa kesiapan mesin anestesia, tes mesin dengan manual baging maupun dengan ventilator
Premedikasi dengan Opiod (Petidin,Fentanyl,Morphin) dan Sedatif (Diazapam, Midazolam) selama 10-15 menit
Preoksigenasi dengan O2 6-8 l/menit 3-4 menit
Induksi dengan Induktor seperti Propofol,Pentotal,Ketamin,Etomidate
Sungkup
Gunakan Sungkup (FaceMask) dengan Obat Anestesi Inhalasi (Halotan,Isofluran,Sevofluran) dengan menaikkan konsentrasinya
secara bertahap setiap 4 kali tarikan napas sampai mencapai 1-2 kali MAC
Maintenance dengan O2 2l/menit : N2O 2l/menit dan Obat Anestesi Inhalasi (Halotan,Isofluran,Sevofluran) 0,5-2 % untuk anak dan
bayi sesuai dengan Fresh Gas Flow (FGF) sementsra pasien bernapas spontan.
LMA
Bila menggunakan LMA maka LMA dipasang setelah pasien dalam keadaan tidur dalam ditandai dengan hilangnya refleks bulu mata,
kemudian di sambungkan ke konektor mesin Anestesi dan berikan Obat Anestesi Inhalasi 1 kali MAC.
Maintenance O2 2l/menit : N2O 2l/menit dan Obat Anestesi Inhalasi (Halotan,Isofluran,Sevofluran) 0,5-2 % untuk anak dan bayi
sesuai dengan Fresh Gas Flow (FGF) dan pasien bernapas spontan
Selesai Operasi pasien di bangunkan dengan nenurunkan obat inhalasi secara bertahap sampai nol dan mematikan N2O dan
menaikkan O2 6-8 l/ menit sampai pasien sadar benar bisa angkat kepala atau bisa berkomunikasi
Pasien ditransport ke PACU dan di observasi minimal 2jam
Komplikasi Anestesi
Persiapan operasi, puasa 6-8 jam (dewasa), atau 4 jam( anak anak )
Pasang infus dengan IV kateter yang besar
Periksa sumber oksigen dan gas anestesi lainnya (N2O)
Periksa kesiapan mesin anestesia, tes mesin dengan baging manual maupun dengan ventilator
Premedikasi dengan opiod (Petidin, Fentanyl, Morphin) dan sedatif (Diazapam, Midazolam) selama 10-15 menit
Preoksigenasi dengan O2 6-8 l/menit 3-4 menit
Induksi dengan Anestesi Intravena seperti Propofol, Pentotal, Ketamin, Etomidate
Maintenance dengan Anestesi Intravena seperti Propofol, Pentotal, Ketamin, Etomidate sesuai dengan dosis
Selesai Operasi pasien di bangunkan sampai pasien sadar benar bisa angkat kepala atau bisa berkomunikasi
Pasien ditransport ke PACU dan di observasi minimal 2jam
Posisikan pasien lateral dekubitus atau duduk, ganjal bahu dan kepala pasien bila diposisikan lateral dekubitus.
Tentukan landmark celah antara L2-3, L3-4 atau L4-5. Celah antara L3-4 atau prosesus spinosus L4 tegak lurus dari spina iliaka anterior
superior.
Berikan anestesi lokal pada celah yang akan dilakukan penusukan jarum spinal.
Lakukan penusukan jarum spinal (atau introduser) pada celah yang telah diberi anestesi lokal. Penusukan jarum harus sejajar dengan
prosesus spinosus atau sedikit membentuk sudut kearah sefalad, dengan arah bevel ke lateral atau sefalad.
7 Lakukan penusukan jarum spinal (atau introduser) pada celah yang telah diberi anestesi lokal. Penusukan jarum harus
sejajar dengan prosesus spinosus atau sedikit membentuk sudut kearah sefalad, dengan arah bevel ke lateral atau sefalad.
8 Dorong jarum sampai melewati resistensi ligamentum flavum dan dura, terasa loss of resistence pada rongga subarahnoid.
9 Cabut mandren jarum, dan pastikan posisi jarum sudah tepat yang ditandai dengan mengalir keluar cairan cerebrospinal
yang bening. Jarum dapat dirotasikan 90° untuk memastikan kelancaran liquor yang keluar. Penusukkan harus diulang bila
liquor tidak keluar atau keluar darah.
10 Sambungkan jarum dengan spuit berisi obat anestesi lokal yang sudah dipersiapkan. Aspirasi sedikit liquor, bila lancar
suntikan obat anestesi lokal secara perlahan. Lakukan aspirasi ulang untuk memastikan ujung jarum tetap pada posisi yang
tepat dan suntikan kembali obat.
3. J
11 Setelah selesai cabut jarum dan kembalikan posisi pasien sesuai dengan yang diinginkan.
e
l Cara penyuntikkan paramedian pada dasarnya sama seperti diatas, hanya jarum spinal disuntikkan pada 1,5 cm lateral
a dan 1cm kaudal dari celah penyuntikkan yang dituju.
s
k
an tentang pemberian terapi cairan selama dan pasca pembedahan :
Terapi cairan intraoperatif seharusnya meliputi penyediaan kebutuhan cairan dasar dan penggantian defisit residual preoperatif
seperti kehilangan intraoperatif (darah, redistribusi cairan, dan penguapan). Pemilihan jenis larutan intravena tergantung pada prosedur
pembedahan dan perkiraan hilangnya darah. Pada presedur yang melibatkan kehilangan darah dan pergeseran cairan yang minimal, larutan
pemeliharaan dapat digunakan. Pada prosedur yang lain, cairan atau larutan ringer’s laktat mumnya digunakan bahkan untuk kebutuhan
pemeliharaan.
Dalam praktek, banyak klinikus memberikan larutan RL kira-kira tiga sampai empat kali volume darah yang hilang, atau ratio koloid
1:1 sampai transfusi dapat dilakukan. Darah diganti sesuai dengan yang hilang dengan rekonstitusi packed red blood cell.
Tabel 29-5
Neonatus
- Prematur 95 ml/kg
- Aterm
85 ml/kg
Bayi 80 ml/kg
Dewasa
- Pria 75 ml/kg
- Wanita
65 ml/kg
Transfusi dapat ditentukan preoperatif dari hematokrit dan perkiraan volume darah ( tabel 29-5). Pasien dengan hematokrit
normal seharusnya di transfusi jika volume darah yang hilang lebih besar daripada 10-20%. Hal ini berdasarkan pada kondisi kesehatan pasien
dan prosedur pembedahan. Jumlah kehilangan darah yang terjadi jika hematokrit turun hingga 30% dapat dihitung sebagai berikut :
Wanita dengan berat badan 85 kg mempunyai hematokrit preoperatif 35 %. Berapa banyak kehilangan darah yang akan
menurunkan hematokritnya sampai 30 %?
Disamping itu transfusi darah seharusnya hanya dipertimbangkan jika kehilangan darah pasien melebihi 800 ml. Selanjutnya, trasfusi
tidak direkomendasikan sampai hematokrit menurun hingga 24% (hemoglobin < 8.0 g/dl), tetapi seharusnya mencakup perhitungan kehilangan
darah dan kondisi komorbid yaitu penyakit jantung yang mana kasus transfusi mungkin diindikasikan jika kehilangan darah hanya 800 ml.
1. Satu unit sel darah merah akan meningkatkan hemoglobin 1 gr/dl. Dan hematokrit 2-3% (pada orang dewasa)
2. 10 ml/kg sel darah merah akan meningkatkan konsentrasi hemoglobin 3 g/dl dan hematokrit 10%.
Tabel 29-6.
TRANSFUSI
Membran sel darah manusia diperkirakan mengandung paling sedikit 300 determinan antigen yang berbeda. Paling sedikit 20
pemisahan sistem antigen golongan darah yang diketahui. Tiap ekspresi dibawah kontrol genetik dari lokus kromosom yang terpisah.
Sayangnya, hanya system ABO dan system Rh yang penting pada sebagian besar transfusi darah. Seseorang sering menghasilkan antibodi
(alloantibodi) pada alel yang kurang dalam tiap sistem. Antibodi seperti itu bertanggung jawab pada sebagian besar reaksi serius transfusi.
Antibodi mungkin terjadi secara alami atau sebagai respon pada sensitasi dari transfusi sebelumnya atau kehamilan.
Fresh frozen plasma (FFP) mengandung protein plasma termasuk faktor pembekuan. Transfusi fresh frozen plasma diindikasikan
untuk pengobatan defisiensi faktor isolasi, kegagalan terapi warfarin, dan untuk mengoreksi koagulopati yang disebabkan oleh penyakit hati.
Tiap unit FFP meningkatkan faktor pembekuan 2-3% pada orang dewasa. Dosis awal terapeutik biasanya 10-15 ml/kg. Tujuannya untuk
mencapai 30% dari konsentrasi faktor koagulasi normal.
FFP dapat juga digunakan pada pasien yang menerima transfusi darah masif (lihat dibawah) dan untuk melanjutkan transfusi
platelet. Pasien dengan defisiensi antitrombin III atau purpura trombositopenia trombotik juga menggunakan transfusi FFP.
Tiap unit FFP mempunyai resiko infeksi yang sama dengan tiap unit whole blood. Kadang kadang pasien dapat menjadi peka
terhadap protein plasma. Tiap unit ABO yang cocok umumnya dapat diberikan tetapi tidak dianjurkan. Seperti sel darah merah, FFP harus
dihangatkan pada suhu 37ºC sebelum transfusi.
Platelet
Transfusi platelet seharusnya diberikan karena adanya perdarahan pada pasien dengan trombositopenia atau disfungsi platelet.
Transfusi platelet profilaksis juga diindikasikan pada pasien dengan jumlah platelet dibawah 10,000-20,000 x 109/L karena peningkatan faktor
resiko perdarahan spontan.
Transfusi Granulosit
Transfusi granulosit yang dihasilkan dengan leukapheresis dapat diindikasikan pada pasien neutropenik dan infeksi bakteri yang
tidak respon dengan antibiotik. Transfusi granulosit mempunyai lama masa hidup yang sangat pendek dalam sirkulasi sehingga setiap harinya
dibutuhkan transfusi 10-30 x 109 granulosit. Irradiasi dari unit ini menurunkan insiden reaksi kulit terhadap host, kerusakan endotel paru-paru,
dan masalah lain yang berhubungan dengan transfusi leukosit (lihat dibawah) tetapi mungkin berpengaruh buruk terhadap fungsi granulosit.
Keberadaan filgrastim (granulocyte colony-stimulating factor atau G-CSF dan sargramostim (granulocyte-macrophage colony-stimulatingFactor,
atau GM-CSF) telah mengurangi secara besar-besaran penggunaan transfusi granulosit.
2. Tramadol 100mg dalam NSS 500ml drips intravena dalam 8 jam dikombinasikan dengan NSAIDs intravena (parecoxib 2x40mg, ketorolac
3x30mg, metamizol 3x1g, deksketoprofen 3x50mg)
b. EPIDURAL ANALGESIA
Menggunakan teknik regional epidural dengan meletakkan kateter epidural dan memberikan obat – obat anestetik lokal, opioid dan
adjuvant lainnya pada masa pasca bedah baik secara intermittent maupun kontinyu
Penentuan letak kateter epidural terutama ditentukan oleh jenis operasi dan insisi bedah dengan prinsip bahwa letak kateter epidural
berada pada bagian tengah dari segmen dermatom insisi bedah.