PERHATIAN !
1. Dikerjakan di rumah
2. Jawaban dalam bentuk soft copy (file) dikumpulkan kepada ketua kelas
paling lambat hari Minggu, 7 April 2019 pk. 12.00. Selanjutnya ketua
kelas mengkompilasi menjadi 2 folder(sesuai kelompok soal) dan
mengirimkan melalui email ke sarojaapoteker@gmail.com
3. SELAMAT UJIAN
2. Mengapa instalasi farmasi rumah sakit yang mempunyai unit produksi internal
seharusnya juga mempunyai laboratorium internal ? Jelaskan !
4. Pada proses pelayanan resep obat rawat inap di rumah sakit. Informasi obat
apa saja yang dibutuhkan apoteker yang sebaiknya tersedia dalam sintem
informasi obat yang terpadu di rumah sakit? Jelaskan !
5. Lakukan identifikasi resiko pada pelayanan depo farmasi rawat jalan dan
bagaimana melakukan manajemen resikonya? Jelaskan !
1
YAYASAN PHARMASI SEMARANG
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
Jln. Sarwo Edi Wibowo Plamongan Sari km 1 Pucanggading Semarang, telp. (024)6706147-
8
JAWABAN:
2
Pembatasan sistem peresepan dan dispensing obat
Untuk itu perlu disediakan buku pedoman pengobatan di masing-masing pusat
pelayanan kesehatan, formulir formulir resep dengan jumlah R/ yang terbatas, dan
sebagainya.
Pembentukan dan pemberdayaan Komite Farmasi danTerapi (KFT) Komite
Farmasi dan Terapi mempunyai tugas dan fungsi untuk meningkatkan atau
menerapkan Penggunaan Obat secara Rasional di Rumah Sakit.
Informasi Harga
Akan memberi dampak sadar biaya bagi para provider serta pasien/ masyarakat.
Pengaturan pembiayaan
Bentuk pengaturan ini dapat merupakan pembiayaan berbasis kapitasi dan cost-
sharing.
2. Mengapa instalasi farmasi rumah sakit yang mempunyai unit produksi internal
seharusnya juga mempunyai laboratorium internal ? Jelaskan !
JAWABAN:
3
In proses Control
Pengawasan setelah produksi
JAWABAN:
pengumpulan
pembersihan
pengeringan
pengemasan
sterilisasi
penyimpanan
pendistribusian
4
4. Pada proses pelayanan resep obat rawat inap di rumah sakit. Informasi obat
apa saja yang dibutuhkan apoteker yang sebaiknya tersedia dalam sintem
informasi obat yang terpadu di rumah sakit? Jelaskan !
JAWABAN:
5
Literatur pendukung Brosur tentang obat-obat tertentu, memberikan
kesempatan kepada pasien untuk membaca lagi jika lupa.
Alat peraga, dapat menggunakan audiovisual, gambar-gambar, poster,
maupun sediaan yang berisi placebo.
Alat komunikasi
Dalam memberikan pelayanan informasi obat dapat dilakukan secara
langsung ataupun tidak langsung. Untuk pelayanan dengan cara tidak
langsung dilakukan dengan menggunakan alat bantu komunikasi seperti
telepon. Dengan adanya alat komunikasi yang memadai maka apoteker
dapat melaksanakan pelayanan informasi obat tanpa terhalang oleh jarak
dengan pasien sehingga apoteker tetap dapat memberikan pelayanan
informasi obat dengan baik.
5. Lakukan identifikasi resiko pada pelayanan depo farmasi rawat jalan dan
bagaimana melakukan manajemen resikonya? Jelaskan !
JAWABAN:
Berikut ini merupakan contoh dari resiko yang mungkin terjadi pada pelayanan
resep pasien rawat jalan:
1. Salah membaca tulisan dokter, sehingga pasien tidak mendapat obat sesuai
penyakitnya, dapat berakibat fatal bila obat yang diberikan teryata
memberikan dampak yang berbahaya bagi pasien.
2. Salah mengambil obat karena mirip nama atau kemasan (LASA, look a like
sound a like), karena tidak dipisahkan dalam penyimpanannya, ataupun
kesalahan karena ketidak telitian pengambilan.
3. Salah memberikan etiket (tertukar dengan etiket obat lain), sehingga dalam
aturan pakainya dapat terjadi kesalahan.
4. Tidak mengkaji resep ada tidaknya interaksi antar obat, sehingga bila ada
interaksi yang menurunkan potensinya, tujuan pengobatan tidak dapat
berjalan maksimal.
6
5. Salah memberikan obat kepada pasien yang bukan seharusnya (misalnya
tertukar karena nama sama), sehingga dapat menyebakan efek yang dapat
berbahaya bagi pasien.
6. Salah memberikan informasi kepada pasien (misalnya penggunaan obat off
label, tapi pasien tidak ditanya terlebih dahulu, sehingga terjadi kesalahan
informasi).
Cara mengatasi Resiko :
a. Melakukan analisa resiko
Setelah seluruh resiko diidentifikasi, maka dilakukan pengukuran tingkat
kemungkinan dan dampak resiko. Pengukuran resiko dilakukan setelah
mempertimbangkan pengendalian resiko yang ada. Pengukuran resiko dilakukan
menggunakan criteria pengukuran resiko secara kualitatif, semi kualitatif atau
kuantitatif tergantung pada ketersediaan data tingkat kejadian peristiwa dan
dampak kerugian yang ditimbulkannya. Pengukuran secara kualitatif dilakukan
dengan memberikan deskripsi dari resiko yang terjadi, seperti contoh :
7
Sedangkan pengukuran secara kuantitatif dilakukan dengan memberikan
paparan secara statistic berdasarkan data sesungguhnya, seperti contoh :
Hal ini akan menentukan evaluasi dan tata laksana selanjutnya. Untuk
resiko atau insiden dengan kategori hijau dan kuning maka evaluasi cukup
dengan investigasi sederhana sedangkan untuk kategori merah muda dan merah
perlu dilakukan evaluasi lebih mendalam.
b. Mengatasi resiko
Resiko yang tidak dapat diterima atau ditoleransi segera dibuatkan rencana
tindakan untuk meminimalisir kemungkinan dampak terjadinya resiko dan
personel yang bertanggung jawab untuk melaksanakan rencana tindakan.
Pemilihan cara menangani resiko dilakukan dengan mempertimbangkan
biaya dan manfaat, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan rencana
tindakan lebih rendah daripada manfaat yang diperoleh dari pengurangan
dampak kerugian resiko.
Seluruh resiko yang diidentifikasi, dianalisis, dievaluasi dan ditangani
dimasukkan ke dalam register resiko yang memuat informasi mengenai nama
resiko, uraian mengenai indikator resiko, faktor pencetus terjadinya peristiwa
yang merugikan, dampak kerugian bila resiko terjadi, pengendalian resiko yang
ada, ukuran tingkat kemungkinan atau dampak terjadinya resiko setelah
mempertimbangkan pengendalian yang ada dan rencana tindakan untuk
meminimalisir tingkat kemungkinan atau dampak terjadinya resiko, serta
personil yang bertanggung jawab melakukannya.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam mengatasi resiko pada
pelayanan depo farmasi rawat jalan, yaitu :
1. Melakukan sosialisasi terhadap kebijakan pimpinan Rumah Sakit.
8
2. Mengidentifikasi pilihan tindakan untuk mengatasi resiko.
3. Menetapkan kemungkinan pilihan (cost benefit analysis).
4. Menganalisa resiko yang mungkin masih ada.
5. Mengimplementasikan rencana tindakan, meliputi menghindari resiko,
mengurangi resiko, memindahkan resiko, menahan resiko dan mengendalikan
resiko.
6.
c. Mengevaluasi resiko
Dilakukan dengan membandingkan resiko yang telah dianalisis dengan
kebijakan pimpinan Rumah Sakit serta menentukan prioritas masalah yang
harus segera diatasi.Setelah resiko diukur tingkat kemungkinan dan
dampaknya, maka disusunlah urutan prioritas resiko. Mulai dari resiko dengan
tingkat resiko tertinggi sampai dengan resiko terendah. Resiko yang tidak
termasuk dalam resiko yang dapat diterima atau ditoleransi merupakan resiko
yang menjadi prioritas untuk segera ditangani. Setelah diketahui besarnya
tingkat resiko dan prioritas resiko, maka perlu disusun peta resiko.
Peta resiko dapat dibuat berdasarkan prioritas resiko, seperti contoh berikut
:
1. Penerimaan resep (identitas pasien, umur, berat badan untuk pasien
anak)
2. Pembacaan resep (pengkajian)
3. Pengentrian ke komputer untuk pengklaiman keuangan
4. Pembuatan etiket
5. Penyiapan obat (dispensing)
6. Penggabungan antara etiket dan obat yang telah disiapkan
7. Pemberian informasi kepada pasien ketika menyerahkan obat.
Menjadi prioritas utama dalam penerimaan resep, terutama saat
pembacaan resep (bila salah membaca resep, salah pula obat yang diberikan).
Diperlukan juga ketelitian dalam kesesuaian antara lembar resep dengan
lembar SEP atau jaminan pasien.
9
Resiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi lebih lanjut
sesuai score dan grading yang didapat dalam analisis. Dapat dihitung dengan
rumus :
d. Memantau resiko
Perubahan kondisi internal dan eksternal menimbulkan resiko baru,
mengubah tingkat kemungkinan atau dampak terjadinya resiko dan cara
penanganan resikonya. Sehingga setiap resiko yang teridentifikasi masuk dalam
register resiko dan peta resiko perlu dipantau perubahannya.
e. Mengkomunikasikan resiko
Setiap tahapan kegiatan identifikasi, analisis, evaluasi dan penanganan
resiko dikomunikasikan atau dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan
terhadap aktivitas bisnis yang dilakukan perusahaan untuk memastikan bahwa
tujuan manajemen resiko dapat tercapai sesuai dengan keinginan pihak yang
10
berkepentingan. Pihak yang berkepentingan berasal dari internal (manajemen,
karyawan) dan eksternal (pemasok, pemerintah daerah atau pusat, masyarakat
sekitar lingkungan rumah sakit). Rumah sakit menjadi indikator yang sangat
penting. Dikarenakan dengan adanya sistem informasi obat yang baik, akan
mempercepat dalam pelayanan obat sehingga pengobatan medis kepada pasien
dapat dengan cepat tertangani, tindakan medis yang diterima pasien akan akurat
yaitu sesuai dengan yang dibutuhkan pasien (tepat obat, tepat dosis dll),
memudahkan dalam informasi mengenai obat yang terdapat dalam formularium
rumah sakit, proses dalam pengolahan administrasi juga mudah dan cepat, selain
itu perencanaan pengobatan pada pasien hingga pengadaan obat menjadi
terorganisir rapi, dalam proses monitoring dan evaluasi penggunaan obat menjadi
lebih teratur dan mempermudah dalam proses pengambilan keputusan atau
kebijakan dalam pengelolaan obat.
11