Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENELITIAN

HOME VISIT ( ASI EKSKLUSIF ) PENGALAMAN BELAJAR


LAPANGAN KELURAHAN SAMBULI KECAMATAN NAMBO KOTA
KENDARI

OLEH

FINDARI RAHMAN

J1A1 17 208

LOKASI : KELURAHAN SAMBULI

KECAMATAN : NAMBO

KABUPATEN : KENDARI

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan laporan dengan judul “Home Visit

(ASI Eksklusif) Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) Kelurahan Sambuli

Kecamatan Nambo Kota Kendari Tahun 2019” ini dapat terselesaikan sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan.

Laporan Home Visit Pengalaman Belajar Lapangan merupakan salah satu

penilaian dalam PBL. Pada hakekatnya, laporan ini memuat tentang keluarga

binaan dengan melakukan penyuluhan meningkatkan pengetahuan ASI Ekslusif

dan sekaligus melakukan evaluasi hasil kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa

PBL.

Saya selaku peserta Pengalaman Belajar Lapangan anggota kelompok 5

(Lima), mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Yusuf Sabilu M.si Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

2. Bapak Prof. Dr. H. Ruslan Majid, M.kes selaku Wakil Dekan Fakultas

Kesehatan Masyarakat bidang Akademik, Bapak Dr Suhadi, SKM, M.kes

selaku Wakil Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat bidang Umum,

Perencanaan Dan Keuangan, dan Ibu Dr. Nani Yuniar S.sos, M.kes selaku

Wakil Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat bidang Kemahasiswaan dan

alumni, serta seluruh staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu

Oleo.
3. Ibu Dr. Asnia Zainuddin, M.kes. selaku Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat

4. Ibu Akifah, S.KM., M.PH. selaku Pembimbing Lapangan Kelompok 5

Kelurahan Sambuli.

5. Seluruh Dosen Pembimbing Lapangan PBL yang senantiasa mengawasi

bimbingannya.

6. Bapak Sukering, S.Sos. selaku Kepala Kelurahan Sambuli Kecamatan Nambo

Kota Kendari

7. Tokoh – tokoh masyarakat dan tokoh – tokoh agama beserta seluruh

masyarakat Kelurahan Sambuli atas kerja samanya sehingga pelaksanaan

kegiatan home visit dapat berjalan sesuai jalur.

8. Keluarga Ibu Salri yang telah meluangkan waktunya untuk kami lakukan home

visit.

9. Seluruh teman – teman kelompok yang tidak dapat disebutkan namanya satu

persatu.

Sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa laporan home visit PBL

ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik

dan saran yang membangun, sehingga kiranya dapat dijadikan sebagai patokan

pada penulisan laporan home visit berikutnya. Akhir kata, semoga laporan home

visit ini dapat bermanfaat, Amin.

Kendari, Juli 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL ........................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv
DAFTAR ISTILAH ...................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan Kegiatan .......................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. ASI Eksklusif. …………………………………………………................... 6


B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketidakberhasilan ASI Eksklusif…….14

BAB III METODE PENELITIAN

A. Cara Pemilihan ............................................................................................. 26


B. Lokasi dan Waktu Kegiatan ........................................................................ 26
C. Intervensi .......................................................................................................26
D. Data Umum Responden .............................................................................. 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Kegiatan Home Visit ..............................................................29


B. Pengamatan Objek Kegiatan .......................................................................30

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 31
B. Rekomendasi .............................................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................vi
LAMPIRAN.................................................................................................................... vii
DAFTAR ISTILAH / SINGKATAN

No. Singkatan Kepanjangan / Arti

1. ASI Air Susu Ibu

2. IMD Inisiasi Menyusui Dini

3. MPASI Makanan Pendamping ASI

4. PASI Pengganti ASI


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan yang diciptakan khusus yang keluar

langsung dari payudara seorang ibu untuk bayi. ASI merupakan makanan

bayi yang paling sempurna, praktis, murah dan bersih karena langsung

diminum dari payudara ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang

dibutuhkan bayi untuk memenuhi kebutuhan gizi di 6 bulan pertamanya.

Jenis ASI terbagi menjadi 3 yaitu kolostrum, ASI masa peralihan dan ASI

mature. Kolostrum adalah susu yang keluar pertama, kental, berwarna kuning

dengan mengandung protein tinggi dan sedikit lemak (Walyani, 2015).

Kandungan ASI antara lain yaitu sel darah putih, zat kekebalan, enzim

pencernaan, hormon dan protein yang sangat cocok untuk memenuhi

kebutuhan hingga bayi berumur 6 bulan. ASI mengandung karbohidrat,

protein, lemak, multivitamin, air, kartinin dan mineral secara lengkap yang

sangat cocok dan mudah diserap secara sempurna dan sama sekali tidak

mengganggu fungsi ginjal bayi yang sedang dalam tahap pertumbuhan.

Komposisi ASI dipengaruhi oleh stadium laktasi, ras, keadaan nutrisi,dan diit

ibu (Soetjiningsih, 2012).

ASI dihasilkan oleh kelenjar payudara melalui proses laktasi. Pemberian

ASI perlu karena memberikan beberapa manfaat bagi bayi antara lain, dapat
memberikan kehidupan yang baik dalam pertumbuhan maupun

perkembangan bayi, mengandung antibodi yang melindungi bayi dari

penyakit infeksi bakteri, virus, jamur, dan parasit, mengandung komposisi

yang tepat karena kandungan ASI diciptakan sesuai dengan kebutuhan bayi,

meningkatkan kecerdasan bayi, terhindar dari alergi yang biasanya timbul

karena konsumsi susu formula, bayi merasakan kasih sayang ibu secara

langsung saat proses menyusui, dan ketika beranjak dewasa akan mengurangi

risiko untuk terkena hipertensi, kolesterol, overweight, obesitas dan diabetes

tipe 2.

Bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif akan lebih rentan untuk terkena

penyakit kronis, seperti jantung, hipertensi, dan diabetes setelah ia dewasa

serta dapat menderita kekurangan gizi dan mengalami obesitas. Pemberian

ASI eksklusif selain bermanfaat bagi bayi juga bermanfaat.

Pemberian ASI eksklusif selain bermanfaat bagi bayi juga bermanfaat bagi

ibu diantaranya sebagai kontrasepsi alami saat ibu menyusui dan sebelum

menstruasi, menjaga kesehatan ibu dengan mengurangi risiko terkena kanker

payudara dan membantu ibu untuk menjalin ikatan batin kepada anak.

Pemberian ASI dapat membantu mengurangi pengeluaran keluarga karena

tidak membeli susu formula yang harganya mahal (Walyani, 2015).

Proses pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi berumur

0–6 bulan disebut ASI eksklusif. ASI eksklusif yang dimaksud yaitu bayi

tidak diberikan apapun, kecuali makanan yang langsung diproduksi oleh ibu

yaitu ASI (Yuliarti, 2010). World Health Organization (WHO) dan United
Nation Childrens Fund (UNICEF) merekomendasikan sebaiknya anak hanya

diberi air susu ibu (ASI) selama paling sedikit enam bulan pertama dalam

kehidupan seorang bayi dan dilanjutkan dengan makanan pendamping yang

tepat sampai usia 2 tahun dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan

kematian anak.

Kadangkala ibu mendapatkan informasi yang salah tentang manfaat ASI

eksklusif, mengenai cara menyusui yang benar, dan apa yang harus dilakukan

bila timbul kesukaran dalam menyusui. Proses pemberian ASI bisa saja

mengalami hambatan dikarenakan produksi ASI berhenti (Febriyanti,

Rosalina dan Dwi Ernawati, 2015).

Hambatan dalam pemberian ASI eksklusif antara lain ASI keluar sedikit,

ibu takut payudara turun, dan ibu bekerja. Beberapa faktor yang

mempengaruhi penggunaan ASI eksklusif antara lain faktor pengetahuan,

factor meniru teman, faktor sosial budaya, factor psikologis, faktor fi sik ibu,

faktor perilaku, faktor tenaga kesehatan (Soetjiningsih, 2012).

Faktor pengetahuan dan informasi yang didapat akan mempengaruhi niat

seorang ibu untuk memberikan ASI Eksklusif. Faktor yang berpengaruh

terhadap niat ibu hamil dalam memberikan ASI Eksklusif yaitu usia

kehamilan, norma sosial, pekerjaan ibu, dan pengalaman menyusui ibu

(Jatmika, 2015).

Berdasarkan data Profi l Provinsi Jawa Timur, menyebutkan bahwa

cakupan ASI eksklusif pada bayi 0–6 bulan pada Tahun 2012 sebesar

58,20%. Persentase cakupan mengalami peningkatan pada Tahun 2013 yaitu


sebesar 70,8%. Pada Tahun 2014 persentase cakupan ASI sebesar 74%.

Cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2010 sebesar

26,29%. Tahun 2011 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar 44,6%.

Tahun 2012, persentase cakupan ASI Eksklusif sebesar 51,16% (Kementrian

Kesehatan RI, 2014).

Keluarga yang menjadi binaan merupakan keluarga yang terpilih secara

random dan dilihat dari responden yang tidak melakukan pemberian ASI

Eksklusif. Dan kegiatan penyuluhan pada rumah tersebut akan lebih

mengfokuskan pada pengetahuan responden tersebut. Home Visit merupakan

kegiatan yang dilakukan dalam rangka memberikan pengetahuan kepada

masyarakat maupun lingkup kecil seperti keluarga dengan cara memberikan

tambahan pengetahuan dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan ASI

Ekslusif. Di dalam home visit ini dilakukan penyuluhan-penyuluhan yang

lebih bersifat intens dan lebih mendekat dengan masyarakat.

Kelurahan Sambuli merupakan wilayah yang terletak di Kecamatan

Nambo Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara dengan luas wilayah 4.184

KM2. Kelurahan Sambuli terdiri dari 6 (enam) RT dan 2 (dua) RW.

Dari uraian tersebut peserta PBL bertujuan melakukan home visit untuk

mengetahui lebih jauh mengenai pengetahuan masyarakat tentang ASI

Esklusif yang ada di Kelurahaan Sambuli.


B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengetahuan ibu tentang pemberian ASI Esklusif?

C. Tujuan Kegiatan

Tujuan Umum

Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan ibu-ibu mengetahui dan

memahami mengenai pentingnya ASI Eksklusif.

Tujuan Khusus

Setelah diberikan penyuluhan :

1. Ibu dapat menjelaskan pengertian ASI Eksklusif

2. Ibu dapat menjelaskan komposisi dari ASI Eksklusif

3. Ibu dapat menjelaskan apa keunggulan dan manfaat dari ASI Eksklusif

4. Ibu dapat menjelaskan hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi

produksi ASI

5. Ibu dapat menjelaskan apa yang dapat dilakukan ibu jika sedang

bepergian atau bekerja


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. ASI ESKLUSIF

1.1 Pengertian ASI Esklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan

cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta

tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur

nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat (Roesli, 2000).

Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga berhubungan dengan tindakan

memberikan ASI kepada bayi hingga berusia 6 bulan tanpa makanan dan

minuman lain, kecuali sirup obat. Setelah usia bayi 6 bulan, barulah bayi

mulai diberikan makanan pendamping ASI, sedangkan ASI dapat diberikan

sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2005).

ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan

bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi,

hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi.

Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin,2004).

ASI adalah sebuah cairan ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi

bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit.

Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan

air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda.
Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang

mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf

(Yahya, 2007).

1.2 Manfaat ASI eksklusif

Komposisi ASI yang unik dan spesifik tidak dapat diimbangi oleh susu

formula. Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga bagi

ibu yang menyusui. Manfaaat ASI bagi bayi antara lain; ASI sebagai nutrisi,

ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi, mengembangkan kecerdasan,

dan dapat meningkatkan jalinan kasih sayang (Roesli, 2000).

Manfaat ASI bagi bayi adalah sebagai nutrisi. ASI merupakan sumber gizi

yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan

pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik

kualitas dan kuantitasnya. Dengan tata laksana menyusui yang benar, ASI

sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi

normal sampai usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan, bayi harus mulai diberikan

makanan padat, tetapi ASI dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih.

Negara-negara barat banyak melakukan penelitian khusus guna memantau

pertumbuhan bayi penerima ASI eklslusif dan terbukti bayi penerima ASI

eksklusif dapat tumbuh sesuai dengan rekomendasi pertumbuhan standar

WHO-NCHS (Danuatmaja, 2003).


Selain itu juga, ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Dengan

diberikan ASI berarti bayi sudah mendapatkan immunoglobulin (zat

kekebalan atau daya tahan tubuh ) dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar

zat tersebut dengan cepat akan menurun segera setelah kelahirannya. Badan

bayi baru lahir akan memproduksi sendiri immunoglobulin secara cukup saat

mencapai usia sekitar 4 bulan. Pada saat kadar immunoglobulin bawaan dari

ibu menurun yang dibentuk sendiri oleh tubuh bayi belum mencukupi,

terjadilah suatu periode kesenjangan.

Disamping itu, ASI juga dapat mengembangkan kecerdasan bayi.

Perkembangan kecerdasan anak sangat berkaitan erat dengan pertumbuhan

otak. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan otak anak adalah nutrisi

yang diterima saat pertumbuhan otak, terutama saat pertumbuhan otak cepat.

Lompatan pertumbuhan atau growt spourt sangat penting karena pada inilah

pertumbuhan otak sangat pesat. Kesempatan tersebut hendaknya

dimanfaatkan oleh ibu agar pertumbuhan otak bayi sempurna dengan cara

memberikan nutrisi dengan kualitas dan kuantitas optimal karena kesempatan

itu bagi seorang anak tidak akan berulang lagi (Danuatmaja, 2003).

Air susu ibu selain merupakan nutrient ideal, dengan komposisi tepat, dan

sangat sesuai kebutuhan bayi, juga mengandung nutrient-nutrien khusus yang

sangat diperlukan pertumbuhan optimal otak bayi. Nutrient-nutrient khusus

tersebut adalah taurin, laktosa, asam lemak ikatan panjang (Danuatmaja,

2003).

Kemudian yang terakhir adalah ASI dapat menjalin kasih sayang. Bayi
yang sering berada dalam dekapan ibunya karena menyusui, dapat merasakan

kasih sayang ibu dan mendapatkan rasa aman, tenteram, dan terlindung.

Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang menjadi dasar perkembangan

emosi bayi, yang kemudian membentuk kepribadian anak menjadi baik dan

penuh percaya diri (Ramaiah, 2006).

Bagi ibu, manfaat menyusui itu dapat mengurangi perdarahan setelah

melahirkan. Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan maka

kemungkinan terjadinya perdarahan setelah melahirkan (post partum) akan

berkurang (Siswono 2001). Karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan

kadar oksitosin yang berguna juga untuk konstriksi/penutupan pembuluh

darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti. Hal ini akan

menurunkan angka kematian ibu yang melahirkan. Selain itu juga, dengan

menyusui dapat menjarangkan kehamilan pada ibu karena menyusui

merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil. Selama

ibu memberi ASI eksklusif 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama

setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi merusia 12 bulan

(Glasier, 2005).

Disamping itu, manfaat ASI bagi ibu dapat mengurangi terjadinya kanker.

Beberapa penelitian menunjukan bahwa menyusui akan mengurangi

kemungkinan terjadinya kanker payudara. Pada umumnya bila semua wanita

dapat melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga

angka kejadian kanker payudara akan berkurang sampai sekitar 25%.

Beberapa penelitian menemukan juga bahwa menyusui akan melindungi ibu


dari penyakit kanker indung telur. Salah satu dari penelitian ini menunjukan

bahwa risiko terkena kanker indung telur pada ibu yang menyusui berkurang

sampai 20-25%. Selain itu, pemberian ASI juga lebih praktis, ekonomis,

murah, menghemat waktu dan memberi kepuasan pada ibu (Maulana, 2007).

1.3 Fisiologi Pengeluaran ASI

Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara

rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Kemampuan ibu

dalam menyusui/laktasipun berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan

yang lebih besar dibandingkan yang lain. Laktasi mempunyai dua pengertian

yaitu pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dan pengeluaran ASI (Refleks Let

Down/Pelepasan ASI) (Maryunani, 2009).

Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dimulai sejak kehamilan. Selama

kehamilan terjadi perubahan-perubahan payudara terutama besarnya

payudara, yang disebabkan oleh adanya proliferasi sel-sel duktus laktiferus

dan sel-sel kelenjar pembentukan ASI serta lancarnya peredaran darah pada

payudara. Proses proliferasi ini dipengaruhi oleh hormon-hormon yang

dihasilkan plasenta, yaitu laktogen, prolaktin, kariogona dotropin, estrogen,

dan progesteron. Pada akhir kehamilan, sekitar kehamilan 5 bulan atau lebih,

kadang dari ujung puting susu keluar cairan kolostrum. Cairan kolostrum

tersebut keluar karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan hormon

prolaktin dari hipofise. Namun, jumlah kolostrum tersebut terbatas dan

normal, dimana cairan yang dihasilkan tidak berlebihan karena kadar


prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu dihambat oleh hormon estrogen

(Maryunani, 2009).

Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun dengan

lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi

hambatan terhadap prolaktin oleh estrogen. Hormon prolaktin ini merangsang

sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu ibu (Maryunani, 2009).

Penurunan kadar estrogen memungkinan naiknya kadar prolaktin dan

produksi ASI pun mulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan

disebabkan oleh bayi menyusui pada payudara ibu. Pada ibu yang menyusui,

prolaktin akan meningkat pada keadaan : stress atau pengaruh psikis,anestesi,

operasi, rangsangan puting susu, hubungan kelamin, pengaruh obat-obatan.

Sedangkan yang menyebabkan prolaktin terhambat pengeluarannya pada

keadaan: ibu gizi buruk, dan pengaruh obat-obatan (Badriul, 2008).

Pengeluaran ASI (Refleks Letdown/pelepasan ASI) merupakan proses

pelepasan ASI yang berada dibawah kendali neuroendokrin, dimana bayi

yang menghisap payudara ibu akan merangsang produksi oksitosin yang

menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Kontraksi dari sel-sel ini akan

memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem

duktus untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut

bayi sehingga ASI tersedia bagi bayi (Maryunani, 2009).


Faktor-faktor yang memicu peningkatan reflex ”letdown/pelepasan ASI”

ini yaitu pada saat ibu : melihat bayinya, mendengarkan suara bayi, mencium

bayi, dan memikirkan untuk meyusui bayi. Sementara itu, faktor-faktor yang

menghambat reflex”letdown/pelepasan ASI yaitu stress seperti : keadaan

bingung/psikis kacau, takut, cemas, lelah, malu, merasa tidak pasti/merasakan

nyeri.

Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos uterus berkontraksi

sehingga mempercepat lepasnya plasenta dari dinding uterus dan membantu

mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, setelah bayi lahir maka

bayi harus segera disusukan pada ibunya (Inisiasi Menyusui Dini ). Dengan

seringnya menyusui, penciutan uterus akan terjadi makin cepat dan makin

baik. Tidak jarang perut ibu akan terus terasa mulas yang sangat pada hari-

hari pertama menyusui, hal ini merupakan mekanisme alamiah yang baik

untuk kembalinya uterus ke bentuk semula (Maryunani, 2009).

1.4 Komposisi ASI

ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena itu bayi

yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air walaupun

berada ditempat yang suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan

saluran cerna bayi, sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI.

Hal tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang

mendapat susu formula.Komposisi ASI yaitu : karbohidrat, protein,

lemak,mineral,vitamin (Hubertin, 2004 ).


Di dalam ASI terdapat laktosa, laktosa ini merupakan karbohidrat utama

dalam ASI yang berfungsi sebagai salah satu sumber untuk otak. Kadar

laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua kali lipat dibanding laktosa yang

ditemukan pada susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak

terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi

(7-14 hari setelah melahirkan). Setelah melewati masa ini maka kadar

karbohidrat ASI relatif stabil. (Badriul, 2008).

Selain karbohidrat, ASI juga mengandung protein. Kandungan protein ASI

cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam

susu formula. Protein dalam ASI dan susu formula terdiri dari protein whey

dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang

lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu formula lebih banyak

mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah

casein yang terdapat di dalam ASI hanya 30%, dibanding susu formula yang

mengandung protein dalam jumlah yang tinggi (80%) (Badriul, 2008).

Disamping itu juga, ASI mempunnyai asam amino yang lengkap yaitu

taurin. Taurin diperkirakan mempunyai peran pada perkembangan otak

karena asam amino ini ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada jaringan

otak yang sedang berkembang.

ASI juga mengandung lemak, kadar lemak dalam ASI pada mulanya

rendah kemudian meningkat jumlahnya (Husaini, 2001). Lemak ASI berubah

kadarnya setiap kali diisap oleh bayi yang terjadi secara otomatis. Selain

jumlahnya yang mencukupi, jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung
lemak rantai panjang yang merupakan lemak kebutuhan sel jaringan otak dan

sangat mudah dicerna serta mempunyai jumlah yang cukup tinggi. Dalam

bentuk Omega 3, Omega 6, DHA (Docoso Hexsaconic Acid) dan

Acachidonid acid merupakan komponen penting untuk meilinasi bayi

(Hubertin, 2004).

Disamping karbohidrat, lemak, protein, ASI juga mengandung mineral,

vitamin K, vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan vitamin yang larut dalam air.

Hampir semua vitamin larut dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin

C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap

kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam

ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu

dengan gizi kurang (Badriul, 2008).

Tabel 1 Komposisi Air Susu Ibu dan Susu Sapi

Zat Gizi Satuan ASI Susu Sapi

Per 100 ml Per100 ml

Air Gram (g) 89,7 90,2

Energi Kalori 70 (66 – 75) 67

Protein Gram (g) 1,07 3,4

Kasein 1 : 1,5 1 : 0,2

Lemak Gram (g) 4,2 3,0

Laktose Gram (g) 7,4 4,8

Retinol Ug 60 31

Tiamin Mg 0,02 0.04


B-Karotenes Mg 0,00 19

Vitamin D
Larut lemak Ug 0,01 0,03
Larut air Ug 0,80 0,15

Vitamin C Mg 3,8 1,5

Vitamin B12 Ug 0,01 0,31

Riboflacin Mg 0.03 0.02

Niachin Mg 0,62 0.89

Asam Folat Ug 5,2 5,2

Kalsium Mg 35 124

Besi Mg 0.08 0,05

Tembaga Ug 39 21

Seng Ug 295 361

Sumber : Suharjo,1992.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakberhasilan ASI Eksklusif

Alasan ibu untuk tidak menyusui terutama yang secara eksklusif sangat

bervariasi. Namun yang sering diungkapkan sebagai berikut (Danuatmaja,

2003).

2.1 Faktor Internal

2.1.1 Ketersediaan ASI

Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah 1) tidak melakukan

inisiasi menyusui dini 2) menjadwal pemberian ASI 3) memberikan minuman


prelaktal (bayi diberi minum sebelum ASI keluar ), apalagi memberikannya

dengan botol/dot 4) kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat

menyusui (Badriul, 2008 ).

Inisiasi menyusui dini adalah meletakkan bayi diatas dada atau perut ibu

segera setelah dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian

menghisapnya setidaknya satu jam setelah melahirkan. Cara bayi melakukan

inisiasi menyusui dini disebut baby crawl. Karena sentuhan atau emutan dan

jilatan pada puting ibu akan merangsang pengeluaran ASI dari payudara. Dan

apabila tidak melakukan inisiasi menyusui dini akan dapat mempengaruhi

produksi ASI (Maryunani, 2009).

Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui paling baik

dilakukan sesuai permintaan bayi (on demand ) termasuk pada malam hari,

minimal 8 kali sehari. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi

menyusui. Makin jarang bayi disusui biasanya produksi ASI akan berkurang.

Produksi ASI juga dapat berkurang bila menyusui terlalu sebentar. Pada

minggu pertama kelahiran sering kali bayi mudah tertidur saat menyusui. Ibu

sebaiknya merangsang bayi supaya tetap menyusui dengan cara menyentuh

telinga/telapak kaki bayi agar bayi tetap menghisap (Badriul, 2008).

Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih, air gula, air

madu, atau susu formula dengan dot. Seharusnya hal ini tidak boleh dilakukan

karena selain menyebabkan bayi malas menyusui, bahan tersebut mungkin

menyebabkan reaksi intoleransi atau alergi. Apabila bayi malas menyusui


maka produksi ASI dapat berkurang, karena semakin sering menyusui

produksi ASI semakin bertambah (Danuatmaja, 2003).

Meskipun menyusui adalah suatu proses yang alami, juga merupakan

keterampilan yang perlu dipelajari. Ibu seharusnya memahami tata laksana

laktasi yang benar terutama bagaimana posisi menyusui dan perlekatan yang

baik sehingga bayi dapat menghisap secara efektif dan ASI dapat keluar

dengan optimal. Banyak sedikitnya ASI berhubungan dengan posisi ibu saat

menyusui. Posisi yang tepat akan mendorong keluarnya ASI dan dapat

mencegah timbulnya berbagai masalah dikemudian hari (Cox, 2006).

Cuti melahirkan di Indonesia rata-rata tiga bulan. Setelah itu, banyak ibu

khawatir terpaksa memberi bayinya susu formula karena ASI perah tidak

cukup. Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif, karena

waktu ibu bekerja bayi dapat diberi ASI perah yang diperah minimum 2 kali

selama 15 menit. Yang dianjurkan adalah mulailah menabung ASI perah

sebelum masuk kerja. Semakin banyak tabungan ASI perah, seamakin besar

peluang menyelesaikan program ASI eklusif (Danuatmaja, 2003).

2.1.2 Pekerjaan / aktivitas

Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk

mendapatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Wanita yang

bekerja seharusnya diperlakukan berbeda dengan pria dalam hal pelayanan

kesehatan terutuma karena wanita hamil, melahirkan, dan menyusui.


Beberapa alasan ibu memberikan makanan tambahan yang berkaitan

dengan pekerjaan adalah tempat kerja yang terlalu jauh, tidak ada penitipan

anak, dan harus kembali kerja dengan cepat karena cuti melahirkan singkat

(Mardiati, 2006).

Padahal untuk meningkatkan sumber daya manusia harus sudah sejak

janin dalam kandungan sampai dewasa. Karena itulah wanita yang bekerja

mendapat perhatian agar tetap memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan dan

diteruskan sampai 2 tahun (pusat kesehatan kerja Depkes RI,2005).

2.1.3 Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan

ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan akan memberikan pengalaman

kepada ibu tentang cara pemberian ASI eksklusif yang baik dan benar yang

juga terkait dengan masa lalunya. Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi

dalam dirinya secara sukarela ddan penuh rasa percaya diri untuk mampu

menyusui bayinya. Pengalaman ini akan memberikan pengetahuan,

pandangan dan nilai yang akan menberi sikap positif terhadap masalah

menyusui (Erlina, 2008).

Akibat kurang pengetahuan atau informasi, banyak ibu menganggap susu

formula sama baiknya , bahkan lebih baik dari ASI . Hal ini menyebabkan ibu

lebih cepat memberikan susu formula jika merasa ASI kurang atau terbentur
kendala menyusui. Masih banyak pula petugas kesehatan tidak memberikan

informasi pada ibu saat pemeriksaan kehamilan atau sesudah bersalin

(Prasetyono, 2005).

Untuk dapat melaksanakan program ASI eksklusif , ibu dan keluarganya

perlu menguasai informasi tentang fisiologis laktasi, keuntungan pemberian

ASI, kerugian pemberian susu formula, pentingnya rawat gabung,cara

menyusui yang baik dan benar, dan siapa harus dihubungi jika terdapat

keluhan atau masalah seputar menyusui.

2.1.4 Kelainan pada payudara

Tiga hari pasca persalinan payudara sering terasa penuh, tegang, dan nyeri.

Kondisi ini terjadi akibat adanya bendungan pada pembuluh darah di

payudara sebagai tanda ASI mulai banyak diproduksi. Tetapi, apabila

payudara merasa sakit pada saat menyusui ibu pasti akan berhenti

memberikan ASI padahal itu menyebabkan payudara mengkilat dan

bertambah parah bahkan ibu bisa menjadi demam (Roesli, 2000). Jika

terdapat lecet pada puting itu terjadi karena beberapa faktor yang dominan

adalah kesalahan posisi menyusui saat bayi hanya menghisap pada putting.

Padahal seharusnya sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi.

Puting lecet juga dapat terjadi pada akhir menyusui, karena bayi tidak pernah

melepaskan isapan.
Disamping itu, pada saat ibu membersihkan puting menggunakan alkohol

dan sabun dapat menyebabkan puting lecet sehingga ibu merasa tersiksa saat

menyusui karena sakit (Maulana, 2007).

2.1.5 Kondisi kesehatan ibu

Kondisi kesehatan ibu juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara

eksklusif. Pada keadaan tertentu, bayi tidak mendapat ASI sama sekali,

misalnya dokter melarang ibu untuk menyusui karena sedang menderita

penyakit yang dapat membahayakan ibu atau bayinya, seperti penyakit

Hepatitis B, HIV/AIDS, sakit jantung berat, ibu sedang menderita infeksi

virus berat, ibu sedang dirawat di Rumah Sakit atau ibu meninggal dunia

(Pudjiadi, 2001).

Faktor kesehatan ibu yang menyebabkan ibu memberikan makanan

tambahan pada bayi 0-6 bulan adalah kegagalan menyusui dan penyakit pada

ibu. Kegagalan ibu menyusui dapat disebakan karena produksi ASI berkurang

dan juga dapat disebabkan oleh ketidakpuasan menyusui setelah lahir karena

bayi langsung diberi makanan tambahan.

2.2 Faktor Eksternal

2.2.1 Faktor petugas kesehatan

Program laktasi adalah suatu program multidepartemental yang melibatkan

bagian yang terkait, agar dihasilkan suatu pelayanan yang komrehensif dan

terpadu bagi ibu yang menyusui sehingga promosi ASI secara aktif dapat

masyarakat dalam hal perilaku sehat. Promosi ASI eksklusif yang optimal
dalam dilakukan tenaga kesehatan. Dalam hal ini sikap dan pengetahuan

petugas kesehatan adalah faktor penentu kesiapan petugas dalam mengelola

ibu menyusui. Selain itu sistem pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan

juga mempengaruhi kegiatan menyusui (Arifin, 2004).

Perilaku tenaga kesehatan biasanya ditiru oleh setiap tumbuh

kembangnya sangatlah penting untuk mendukung keberhasilan ibu dalam

menyusui bayinya (Elza, 2008). Selain itu adanya sikap ibu dari petugas

kesehatan baik yang berada di klinis maupun di masyarakat dalam hal

menganjurkan masyarakat agar menyusui bayi secara eksklusif pada usia 0-6

bulan dan dilanjutkan sampai 2 tahun dan juga meningkatkan kemampuan

petugas kesehatan dalam hal memberikan penyuluhan kepada masyarakat

yang luas (Erlina, 2008).

2.2.2 Kondisi kesehatan bayi

Kondisi kesehatan bayi juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara

eksklusif. Bayi diare tiap kali mendapat ASI, misalnya jika ia menderita

penyakit bawaan tidak dapat menerima laktosa, gula yang terdapat dalam

jumlah besar pada ASI (Pudjiadi, 2001).

Faktor kesehatan bayi adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan

ibu memberikan makanan tambahan pada bayinya antara lain kelainan

anatomik berupa sumbing pada bibir atau palatum yang menyebakan bayi

menciptakan tekanan negatif pada rongga mulut, masalah organik, yaitu

prematuritas, dan faktor psikologis dimana bayi menjadi rewel atau sering
menangis baik sebelum maupun sesudah menyusui akibatnya produksi ASI

ibu menjadi berkurang karena bayi menjadi jarang disusui (Soetjiningsih,

1997).

2.2.3 Pengganti ASI (PASI) atau susu formula

Meskipun mendapat predikat The Gold Standard, makanan paling baik,

aman, dan satu dari sedikit bahan pangan yang memenuhi kriteria pangan

berkelanjutan (terjangkau, tersedia lokal dan sepanjang masa, investasi

rendah). Sejarah menunjukkan bahwa menyusui merupakan hal tersulit yang

selalu mendapat tantangan, terutama dari kompetitor utama produk susu

formula yang mendisain susu formula menjadi pengganti ASI (YLKI, 2005).

Seperti di Indonesia sekitar 86% yang tidak berhasil memberikan ASI

eksklusif karena para ibu lebih memilih memberikan susu formula kepada

bayinya. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya penggunaan susu formula

lebih dari 3x lipat selama 5 tahun dari 10,8% pada tahun 1997 menjadi 32,5%

tahun 2002 (Depkes, 2006).

2.2.4 Keyakinan

Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh, air manis, dan jus

kepada bayi menyusui dalam bulan-bulan pertama umum dilakukan.

Kebiasaan ini seringkali dimulai saat bayi berusia sebulan. Riset yang

dilakukan di pinggiran kota Lima, Peru menunjukkan bahwa 83% bayi

menerima air putih dan teh dalam bulan pertama. Penelitian di masyarakat
Gambia, Filipina, Mesir, dan Guatemala melaporkan bahwa lebih dari 60%

bayi baru lahir diberi air manis dan/atau teh. Nilai budaya dan keyakinan

agama juga ikut mempengaruhi pemberian cairan sebagai minuman tambahan

untuk bayi. Dari generasi ke generasi diturunkan keyakinan bahwa bayi

sebaiknya diberi cairan. Air dipandang sebagai sumber kehidupan, suatu

kebutuhan batin maupun fisik sekaligus (LINKAGES, 2002).

Apabila dikaitkan dengan ASI eksklusif, persepsi suku mandailing itu

masih banyak yang salah tentang ASI eksklusif. Masyarakat mandailing

berangapan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak baik untuk bayi, karena

masyarakat lebih percaya dengan budanya dan kebiasaan-kebiasaan yang

didapatkan dari generasi sebelumnya.

Biasanya pada saat bayi berusia 0-6 bulan sudah diberikan makanan

pendamping seperti air tajin, teh manis dan nasi bubur. Oleh karena itu,

masyarakat mandailing jarang memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan

bahkan tidak memberikan ASI (Pandapotan,2005)

Keunggulan ASI:

a) Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan

dan perkembangan fisik serta kecerdasan.

b) Mengandung zat kekebalan.

c) Melindungi bayi dari alergi.

d) Aman dan terjamin kebersihannya, karena langsung disusukan

kepada bayi dalam keadaan segar.


e) Tidak akan pemah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat

diberikan kapan saja dan di mana saja.

f) Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan

pernapasan bayi.

1. Proses pemberian ASI:

a) Sebelum menyusui ibu harus yakin mampu menyusui bayinya dan

mendapat dukungan dari keluarga.

b) Bayi segera diteteki/disusui sesegera mungkin paling lambat 30

menit setelah melahirkan untuk merangsang agar ASI cepat keluar

dan menghentikan pendarahan.

c) Teteki/susui bayi sesering mungkin sampai ASI keluar, setelah itu

berikan ASI sesuai kebutuhan bayi, waktu dan lama menyusui tidak

perlu dibatasi, dan berikan ASI dari kedua payudara secara

bergantian.

d) Berikan hanya ASI saja hingga bayi berusia 6 bulan. Setelah bayi

berusia 6 bulan, selain ASI diberikan pula Makanan Pendamping

ASI (MP-ASI) dalam bentuk makanan lumat dan jumlah yang

:sesuai dengan perkembangan umur bayi. 5. Pemberian ASI tetap

dilanjutkan hingga bayi berusia 2 tahun.

2. Bagiamana cara menyusui yang benar:

a) Sebelum menyusui bayi, terlebih dahulu ibu mencuci kedua

tangannya dengan menggunakan air bersih dan sabun sampai

bersih.
b) Lalu bersihkan kedua puting susu dengan kapas yang telah

direndam terlebih dahulu dengan air hangat.

c) Waktu menyusui bayi, sebaiknya ibu duduk atau berbaring dengan

santai, pikiran ibu harus dalam keadaan tenang (tidak tegang).

d) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.

e) Upayakan badan bayi menghadap kepada badan ibu, rapatkan dada

bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu.

f) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.

g) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat

bayi dengan lengan ibu bagian dalam.

h) Bayi disusui secara bergantian dari susu sebelah kiri, lalu ke

sebelah kanan sampai bayi merasa kenyang.

i) Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi

dibersihkan dengan kapas yang telah direndam air hangat.

j) Sebelum ditidurkan, bayi harus disendawakan dulu supaya udara

yang terhisap bisa keluar dengan cara meletakkan bayi tegak lurus

pada ibu dan perlahan-lahan diusap belakangnya sampai

bersendawa. Udara akan keluar dengan sendirinya.

3. Bagaimana cara menjaga mutu dan jumlah produksi ASI:

a) Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, banyak makan sayuran

dan buah-buahan. Makan lebih banyak dari biasanya.

b) Banyak minum air putih paling sedikit 8 gelas sehari.


c) Cukup istirahat dengan tidur siang/berbaring selama 1 -2 jam dan

menjaga ketenangan pikiran,

d) Susui bayi sesering mungkin dan kedua payudara kin dan kanan

secara bergantian hingga bayi tenang dan puas.


BAB III

METODE HOME VISIT

A. Cara Pemilihan

Cara memilih salah satu yang untuk di lakukan home visit ialah dengan

mengacu pada hasil penyuluhan ASI Esklusif di rumah warga di kelurahan

Sambuli, terdapat 82 responden atau 82% yang memberikan ASI Eksklusif

dan sebanyak 18 responden atau 18% tidak melakukan pemberian ASI

Eksklusif. Di pilih 1 rumah yang akan di kunjungi yang tentunya rumah

tersebut yang tidak melakukan pemberian ASI Eksklusif.

B. Lokasi & Waktu Kegiatan

Kegiatan Home visit ini dilakukan oleh Mahasiswa PBL I dan II dengan

lokasi Rumah kediaman Bapak Muh. Sabar terletak di lingkungan I dengan

kategori penyuluhan ASI Eksklusif Kelurahan Sambuli Kecamatan Nambo

Kab. Kota Kendari kegiatan yaitu tanggal 23 – 25 Juli 2019 .

C. Intervensi

Intervensi yang di lakukan yaitu intervensi fisik dan non fisik yang

dilakukan melalui penyuluhan dengan menggunakan metode bercerita untuk

menjalin keakraban dan tanya jawab. Selain itu menggunakan metode

observasi untuk mengamati seberapa banyak pengetahuan dari hasil

penyuluhan tersebut.
D. Data Umum Responden

Nama KK : Muh. Sabar

Nama Responden : Dewi

Umur : 27 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : Pra-Sekolah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Kelurahan Sambuli, Lingkungan I

Daftar Anggota Keluarga

Umur Hub.
Pend.
No Nama Agama Keluarg Pekerjaan
L P Terakhir
a

58 Universita Ibu rumah


1 Salri - Islam Mertua
Thn s tangga

25 Menant Karyawan
2 Muh. Sabar - Islam SD
Thn u Swasta

27 Pra- Ibu rumah


3 Dewi - Islam Anak
Thn Sekolah tangga

11 Pra-
4 Rusman - Islam Anak Nelayan
Thn Sekolah

5 Atna - 6 Islam Cucu SD Pelajar

Thn
Alasan memilih rumah keluarga Bapak Muh. Sabar yang sekaligus sebagai

responden adalah berdasarkan hasil pendataan yang di lakukan di kegiatan PBL I

yang bertujuan mengidentifikasi masalah kesehatan. Berdasarkan masalah

kesehatan yang di temukan pada kegiatan PBL I menunjukan bahwa rumah

keluarga Bapak Muh. Sabar terdaftar dalam 18 responden atau 18% yang tidak

melakukan pemberian ASI Eksklusif.

E. Variabel Pengetahuan Responden Tentang ASI Eksklusif

untuk variabel pengetahuan responden ASI eksklusif diperoleh dari hasil

komposit 10 pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah ibu pernah mendengar tentang ASI Eksklusif 1. Ya 2.Tidak


sebelumnya?
2. Pengertian ibu tentang manfaat pemberian ASI,cara 1.Ya 2.Tidak
pemberian ASI, kandungan ASI?
3. Ada keluarga yang mendukung dalam pemberian ASI 1.Ya 2.Tidak
Eksklusif?
4. Apakah Sebelumnya pernah diberikan penyuluhan 1.Ya 2.Tidak
tentang Asi Eksklusif?
5. Apakah ibu mengerti istilah IMD (Inisiasi Menyusui 1.Ya 2.Tidak
Dini)?
6. Apakah ibu pernah diberikan informasi tentang IMD 1.Ya 2.Tidak
oleh petugas kesehatan setempat?
7. Apakah di lingkungan sekitar ( tetangga, keluarga ) 1.Ya 2.Tidak
sudah banyak yang mengkonsumsi susu formula?
8. Apakah di lingkungan ibu menyarankan menggunakan 1.Ya 2.Tidak
susu formula?
9. Apakah selama menyusui ibu pernah mengalami 1.Ya 2.Tidak
perasaan sedih, cemas/marah?
10. Apakah ibu melakukan IMD? 1.Ya 2.Tidak

Jawaban benar mendapat skor 1, sedangkan jawaban salah mendapat skor 0.

Sehingga jika menjawab betul semua maka skor maksimal adalah 10 sedangkan

jika salah semua skor minimal adalah 0. Selanjutnya pengetahuan ibu tentang ASI
Eksklusif dikatagorikan berdasar total skor yang diperoleh: (1) Baik, jika total

skor 8-10, (2) Sedang, jika total skor 6-7 dan (3) Kurang, jika total skor 0-5.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Kegiatan

Adapun tujuan umum dari pelaksanaan penyuluhan ASI Ekslusif

ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan mengenai manfaat ASI dan

menyusui secara eksklusif dan memotivasi ibu hamil agar saat bayinya

lahir nanti ibu mau memberikan ASI secara ekslusif selama 6 bulan

kepada bayinya.

Kegiatan penyuluhan ini dilakukan pada :

Hari / Tanggal : Selasa, 23 Juli 2019

Pukul : 09:00 – 11:00 WIB

Tempat : Rumah Bapak Muh. Sabar

Target Sasaran : Ibu Dewi

Materi : ASI Ekslusif

- Pengertian ASI Ekslusif

- Komposisi ASI Eksklusif

- Manfaat Eksklusif

- Hal-halyang mempengaruhi produksi

ASI

- Apa saja yang harus dilakukan ibu

apabila sedang bepergian atau

bekerja
Metoda : Kuesioner (mutiple choice questions)

Media : Lembar balik

Selama penyuluhan berlangsung, responden dengan semangat dan fokus

dalam memperhatikan materi yang disampaikan dan berantusias dalam

memberikan pertanyaan pada sesi tanya jawab.

B. Pengamatan Objek kegiatan

Pengamatan objek dilakukan setelah diberikan intervensi non fisik dan

dilihat seberapa besar tingkat pemahaman objek tentang ASI Esklusif.

Hasil pengamatan terbagi kedalam dua tahap yaitu tahapan pengamatan

sikap dan tindakan, dengan lampiran kegiatan sebagai berikut:

a. Pengamatan sikap yang dilakukan kepada keluarga Ibu Dewi di

dilakukan selama sehari setelah diadakan penyuluhan kesehatan

dengan melihat sikap ibu tentang pengetahuan yang telah diberikan

sebelumnya.

b. Pengamatan selanjutnya dilakukan selama 2 hari untuk melihat

perubahan tindakan dari ibu tersebut dan melihat keberhasilan

program penyuluhan yang dilakukan dengan bertanya soal materi

penyuluhan yang sama.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara secara langsung yang saya

dapatkan bahwa responden telah mengetahui tentang ASI Ekslusif.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyuluhan ini dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil mengenai

pentingnya memberikan ASI secara ekslusif kepada bayi. Selain itu, ibu

hamil juga dapat mengetahui berbagai manfaat memberikan ASI secara

ekslusif kepada bayi, sehingga ibu hamil dapat lebih termotivasi untuk

nantinya memberikan ASI secara ekslusif kepada bayinya. Berdasarkan

evaluasi yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner pre-test dan post-

test, didapatkan peningkatan pengetahuan ibu hamil mengenai ASI Eksklusif.

B. Rekomendasi

Mengacu pada kegiatan home visit yang telah saya lakukan, maka

rekomendasi yang dapat saya ajukan yaitu :

1. Diharapkan pada keluarga yang menjadi pembinaan dalam kegiatan home

visit agar menjadi panutan bagi keluarga lain sehingga tercipta kelompok

masyarakat yang memiliki pengetahuan yang baik.

2. Diharapkan agar peningkatan pengetahuan dapat menjadi acuan bagi

pemerintah setempat dalam hal pengembangan pengetahuan tentang ASI

esklusif.

3. Diharapkan juga pemerintah atau aparat Kelurahan memberikan

penyuluhan kepada masyarakat betapa pentingnya ASI esklusif.


DAFTAR PUSTAKA

Danuatmaja, B., Mila, M. 2013 . 40 HariPasca Persalinan Masalah dan


Solusinya.Jakarta: Pustaka Pembangunan SwadayaNusantara.
Glanz, K., Barbara K. R., and K.Viswanath. 2008. Health Behavior and Health
Education Theory, Research, and Practice. 4th Edition. United States of
America : Jossey-Bass.
Jatmika, S. E. D. 2015. Norma Masyarakat Untuk Meningkatkan Niat Ibu Hamil
Dalam Memberikan ASI Eksklusif. Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”. Vol
06(01): hal 51–55.
Kementrian Kesehatan RI. 2014. INFODATIN (Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI). Jakarta Selatan.
Kurniawati, D. 2014. Faktor Determinan yang Mempengaruhi Kegagalan
Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 6–12 bulan di Kelurahan
Mulyorejo Wilayah Kerja Puskesmas Mulyorejo Surabaya.Program Studi
Kesehatan Masyarakat.Universitas Airlangga.
Roesli, U. 2008. Seri 1 Mengenal ASI Eksklusif. Taurus Agriwidya.
Setyarini, Any, dkk. 2015. Pengaruh pemberian asi eksklusif dan non eksklusif
terhadap mental emosional anak usia 3-4 tahun Jurnal Gizi Indonesia. Vol.
4(1). hal 16-21
Soetjiningsih. 2012. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Walyani, E. S. 2015. Perawatan Kehamilan dan Menyusui Anak Pertama agar
Bayi Lahir dan Tumbuh Sehat. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Yusrina Arifa, Shrimarti Rukmini Devy. 2016. Faktor Yang Mempengaruhi Niat
Ibu Memberikan Asi Eksklusif Di Kelurahan Magersari, Sidoarjo Jurnal
Promkes. Vol. 4(1). hal 11–21
LAMPIRAN

(Penyuluhan kepada Ibu Dewi)

(Obervasi lapangan)

Anda mungkin juga menyukai