Anda di halaman 1dari 2

PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 959 Date May 24,2019

Characters 7126 Exclude Url

0% 100% 0 43
Plagiarism Unique Plagiarized Unique Sentences
Sentences
Content Checked For Plagiarism

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis Paru (TB Paru) merupakan penyakit akibat kuman mycobacterium
tuberculosis sehingga dapat menyerang semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru-paru yang biasanya merupakan
lokasi infeksi primer. Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi saluran napas bagian bawah yang menyerang jaringan
paru atau parenkim paru oleh basil mycobacterium tuberculosis (Kementerian Kesehatan RI, 2018b). Di seluruh dunia, TB
adalah salah satu dari 10 penyebab utama kematian penyebab utama dari agen infeksi tunggal (di atas HIV / AIDS). Jutaan
orang terus jatuh sakit dengan TB setiap tahun. Pada 2017, TB menyebabkan sekitar 1,3 juta kematian (kisaran, 1,2-1,4 juta).
Tingkat keparahan epidemi nasional sangat bervariasi antar negara. Pada 2017, jumlahnya kurang dari 10 kasus baru per
100.000 penduduk di sebagian besar berpenghasilan tinggi negara, 150–400 di sebagian besar dari 30 beban TB tinggi negara,
dan di atas 500 di beberapa negara termasuk Mozambik, Filipina, dan Afrika Selatan (World Health Organization, 2018).
Indonesia jumlah kasus baru TB sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017 (data per 17 Mei 2018). Sedangkan menurut jenis
kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan. Bahkan
berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Begitu
juga yang terjadi di negara-negara lain. Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada fakto risiko TBC
misalnya merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum obat. Survei ini menemukan bahwa dari seluruh partisipan laki-laki
yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,7% partisipan perempuan yang merokok (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2016 menyatakan bahwa CNR BTA+ pada tahun 2016 (58,15 per 100.000
penduduk) mengalami penurunan dibandingkan tahun 2015 (68,88 per100.000 penduduk). Sedangkan CNR seluruh kasus TB
juga terjadi penurunan menjadi 86,42 per 100.000 penduduk pada tahun 2016 dibandingkan tahun 2015 (93.00 per 100.000
penduduk). CNR TB BTA + tahun 2016 yang tertinggi terdapat di Kota Dumai (100%) diikuti Kota Pekanbaru (91%) dan
Kabupaten Rokan Hilir (63,3%). Dan CNR TB BTA + yang terendah adalah Kabupaten Indragiri Hilir (17,00%) diikuti Kabupaten
Bengkalis (36,3%) dan Kabupaten Indragiri Hulu (42,1%) (Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2016). Berdasarkan profil Dinas
Kesehatan Kota Pekanbaru tahun 2016 jumlah seluruh kasus TB semua tipe berjumlah 1.821 kasus. Sementara jumlah kasus
baru TB paru BTA+ berjumlah 969 kasus. Jumlah penderita TB anak 44 anak. Persentase BTA + paru terhadap suspek adalah
18.37 %. Angka kesembuhan 45,47 %, angka pengobatan lengkap 24,85 %. Angka keberhasilan pengobatan 70.32 % sedangkan
jumah kematian selama pengobatan 20 orang (Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, 2017). Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Kota Pekanbaru, dari 22 Puskesmas yang ada di Kota Pekanbaru Tahun 2017, kasus tuberkulosis tertinggi terdapat
di Puskesmas Rejosari sebanyak 155 kasus, dengan proporsi menurut jenis kelamin yaitu laki-laki 87 (56%) kasus dan
perempuan 68 (43,87%) kasus dan tertinggi terdapat digolongan umur 35-54 tahun yaitu sebanyak 70 kasus, sedangkan pada
tahun 2018 kasus tuberkulosis tertinggi terdapat di Puskesmas Rejosari yaitu sebanyak 136 kasus, dengan proporsi menurut
jenis kelamin yaitu laki-laki 84 (61,8%) kasus dan perempuan 52 (38,2%) kasus dan tertinggi terdapat digolongan umur 15-34
tahun yaitu sebanyak 52 kasus. Jadi jumlah kumulatif penderita tuberkulosis di Puskesmas Rejosari dari tahun 2017 s/d 2018
berjumlah 291 kasus. Menurut Skinner (1938) dalam (Notoatmodjo, 2012) bahwa salah satu klasifikasi batasan perilaku
kesehatan adalah pemeliharaan kesehatan (Health Maintenance) yaitu perilaku seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan bilamana sakit. Perilaku pencegahan penyakit termasuk salah satu aspek
dari perilaku pemeliharaan kesehatan tersebut. Adapun 3 prinsip upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan dan
pengendalian penyakit, yaitu: upaya mendeteksi penyakit dengan melakukan deteksi dini atau diagnosa awal, upaya
melakukan prevensi, upaya bagaimana melakukan respon. Berdasarkan penelitian Rahman et al. perlu adanya pemberian
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang dilakukan oleh tenaga kesehatan bekerjasama dengan kader kesehatan di desa
tentang upaya pencegahan tuberkulosis, agar terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam pencegahan
penyakit tuberkulosis sehingga dapat menekan dan mencegah penularan penyakit. Menurut Penelitian (Rahman et al., 2017)
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara sikap dengan upaya pencegahan tuberkulosis. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian Djannah sikap responden tentang perilaku pencegahan penularan penyakit tuberkulosis di Sleman
Yogyakarta didapatkan sebagian besar memiliki sikap yang baik. Faktor pengetahuan, sikap dan perilaku mempunyai
pengaruh besar terhadap status kesehatan individu maupun masyarakat dan berperan penting dalam menentukan
keberhasilan suatu program penanggulangan penyakit dan pencegahan penularannya termasuk penyakit tuberkulosis.
Menurut hasil penelitian Simak bahwa masyarakat yang memiliki pengetahuan yang rendah mempunyai risiko tertular
tuberkulosis sebesar 2,5 kali lebih banyak dari orang yang berpengetahuan tinggi, untuk sikap yang kurang 3,1 kali lebih besar
tuberkulosis sebesar 2,5 kali lebih banyak dari orang yang berpengetahuan tinggi, untuk sikap yang kurang 3,1 kali lebih besar
berpeluang tertular dari orang yang memiliki sikap yang baik (Rahman et al., 2017). Pada dasarnya ada empat tingkatan
pencegahan penyakit secara umum, yakni: pencegahan tingkat dasar (primordial prevention) yang meliputi usaha memelihara
dan mempertahankan kebiasaan atau pola hidup yang sudah ada dalam masyarakat yang dapat mencegah meningkatnya
resiko terhadap penyakit, pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan
pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang
tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan terhadap terjadinya cacat dan terakhir
adalah rehabilitasi. Keempat tingkatan tersebut saling berhubungan erat sehingga dalam pelaksanannya sering dijumpai
keadaan yang tumpeng tindih (Syahputra, 2015). Berdasarkan survey awal di lapangan, dari 10 responden, 7 diantaranya
memiliki pengetahuan yang rendah tentang tuberkulosis paru, sikap yang negatif terhadap perilaku pencegahan tuberkulosis
paru, dan masih kurangnya informasi yang diterima masyarakat dari petugas kesehatan mengenai pencegahan tuberkulosis
paru, serta sebagian besar masyarakat tidak mendapat dukungan keluarga dalam melakukan pencegahan tuberkulosis paru.
Menurut hasil penelitian Simak bahwa masyarakat yang memiliki pengetahuan yang rendah mempunyai risiko tertular
tuberkulosis sebesar 2,5 kali lebih banyak dari orang yang berpengetahuan tinggi, tinggi, untuk sikap yang kurang 3,1 kali lebih
besar berpeluang tertular dari orang yang memiliki sikap yang baik (Rahman et al., 2017).

Sources Similarity

Anda mungkin juga menyukai

  • Resume 2
    Resume 2
    Dokumen6 halaman
    Resume 2
    Fistia Cendana D'zuta
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen4 halaman
    Daftar Pustaka
    Fistia Cendana D'zuta
    Belum ada peringkat
  • Makalah Cover
    Makalah Cover
    Dokumen1 halaman
    Makalah Cover
    Fistia Cendana D'zuta
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Bag 1S
    Bab 1 Bag 1S
    Dokumen2 halaman
    Bab 1 Bag 1S
    Fistia Cendana D'zuta
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Konflik KLP 6
    Manajemen Konflik KLP 6
    Dokumen19 halaman
    Manajemen Konflik KLP 6
    Fistia Cendana D'zuta
    Belum ada peringkat
  • Makalah Cover
    Makalah Cover
    Dokumen1 halaman
    Makalah Cover
    Fistia Cendana D'zuta
    Belum ada peringkat
  • ISI Kepemimpinan
    ISI Kepemimpinan
    Dokumen11 halaman
    ISI Kepemimpinan
    Fistia Cendana D'zuta
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang
    Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang
    Dokumen11 halaman
    Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang
    Fistia Cendana D'zuta
    Belum ada peringkat
  • Makalah Cover
    Makalah Cover
    Dokumen1 halaman
    Makalah Cover
    Fistia Cendana D'zuta
    Belum ada peringkat
  • SURVEILANS BENCANA
    SURVEILANS BENCANA
    Dokumen22 halaman
    SURVEILANS BENCANA
    Fistia Cendana D'zuta
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan
    Satuan Acara Penyuluhan
    Dokumen6 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan
    Fistia Cendana D'zuta
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka Konsep Sehat Sakit
    Daftar Pustaka Konsep Sehat Sakit
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka Konsep Sehat Sakit
    Fistia Cendana D'zuta
    Belum ada peringkat
  • Adm 3 Dan 4
    Adm 3 Dan 4
    Dokumen19 halaman
    Adm 3 Dan 4
    Fistia Cendana D'zuta
    Belum ada peringkat
  • Resume Materi Semester
    Resume Materi Semester
    Dokumen5 halaman
    Resume Materi Semester
    Fistia Cendana D'zuta
    Belum ada peringkat
  • PPT
    PPT
    Dokumen7 halaman
    PPT
    Fistia Cendana D'zuta
    Belum ada peringkat
  • Cover Pengendalian Vektor Lalat
    Cover Pengendalian Vektor Lalat
    Dokumen2 halaman
    Cover Pengendalian Vektor Lalat
    Fistia Cendana D'zuta
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    Fistia Cendana D'zuta
    Belum ada peringkat
  • Kisah Sukses
    Kisah Sukses
    Dokumen5 halaman
    Kisah Sukses
    Fistia Cendana D'zuta
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    Fistia Cendana D'zuta
    Belum ada peringkat
  • Adm 3 Dan 4
    Adm 3 Dan 4
    Dokumen19 halaman
    Adm 3 Dan 4
    Fistia Cendana D'zuta
    Belum ada peringkat
  • Test 1234
    Test 1234
    Dokumen1 halaman
    Test 1234
    Fistia Cendana D'zuta
    Belum ada peringkat
  • Analisis Dampak Kependudukan
    Analisis Dampak Kependudukan
    Dokumen5 halaman
    Analisis Dampak Kependudukan
    Fistia Cendana
    Belum ada peringkat
  • 5
    5
    Dokumen1 halaman
    5
    Fistia Cendana D'zuta
    Belum ada peringkat
  • OPTIMASI
    OPTIMASI
    Dokumen15 halaman
    OPTIMASI
    BollyIthuIvard
    Belum ada peringkat
  • Analisis Dampak Kependudukan
    Analisis Dampak Kependudukan
    Dokumen5 halaman
    Analisis Dampak Kependudukan
    Fistia Cendana
    Belum ada peringkat
  • Balita 201data
    Balita 201data
    Dokumen5 halaman
    Balita 201data
    Fistia Cendana D'zuta
    Belum ada peringkat
  • Arthtritis Penyuluhan
    Arthtritis Penyuluhan
    Dokumen12 halaman
    Arthtritis Penyuluhan
    Fistia Cendana D'zuta
    Belum ada peringkat
  • Animasi
    Animasi
    Dokumen2 halaman
    Animasi
    Fistia Cendana D'zuta
    Belum ada peringkat
  • Animasi
    Animasi
    Dokumen2 halaman
    Animasi
    Fistia Cendana D'zuta
    Belum ada peringkat