Anda di halaman 1dari 17

PEMERINTAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

RSUD. RATU AJI PUTRI BOTUNG


Jalan Propinsi Kilometer 09 Kelurahan Nipah-nipah Penajam 76141
Telepon (0542) 7211361 Faksimili 7211419rsudpenajam@yahoo.com

KEPUTUSAN DIREKTUR

RSUD RATU AJI PUTRI BOTUNG


Nomor : 445/03/PAN/RS ABADI-1/SK/I/2015

TENTANG PANDUAN PERAWATAN PASIEN PENYAKIT MENULAR


RSUD RATU AJI PUTRI BOTUNG

Menimbang :
1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSUD
Ratu Aji Putri Botung, maka diperlukan penyelenggaraan
pelayanan keperawatan yang aman dan berkualitas;
2. Bahwa agar penyelenggaraan pelayanan keperawatan di
RSUD Ratu Aji Putri Botung dapat terlaksana dengan baik,
perlu adanya Panduan Perawatan Pasien Penyakit Menular
RSUD Ratu Aji Putri Botung sebagai landasan bagi
penyelenggaraan Pelayanan keperawatan di RSUD Ratu Aji
Putri Botung;
3. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur
RSUD Ratu Aji Putri Botung.

Mengingat :
1. Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan;
2. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang-Undang No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
4. Undang-undang RI nomor 38 tahun 2014 Tentang
Keperawatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1691/MENKES/VIII/2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri kesehatan Nomor 012 tahun 2012
Tentang Akreditasi Rumah Sakit;
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
270/MENKES/PER/III/2007 Tentang Manajemen Manajerial
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 129/MENKES/SK/II/2008 tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
9. Kebijakan Menteri Kesehatan RI No.
1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit;
10. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan
11. Fasilitas Kesehatan Lainya, Depkes RI, 2011;
12. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 27 tahun 2017 tentang
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di fasilitas pelayanan
kesehatan

ME MUT USK AN

Menetapkan :

KESATU :
Memberlakukan Keputusan Direktur RSUD Ratu Aji Putri Botung
tentang Panduan Perawatan Pasien Penyakit Menular.
KEDUA :
Panduan Perawatan Pasien Penyakit Menular RSUD Ratu Aji Putri
Botung sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini;
KETIGA :
Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Panduan
Perawatan Pasien Penyakit Menular RSUD Ratu Aji Putri Botung
dilaksanakan oleh ketua komite Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi.
KEEMPAT :
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam
penetapan ini akan diadakan perubahan sebagaimana mestinya;
KELIMA :
Segala biaya yang timbul dari penetapan Surat Keputusan ini
dibebankan pada anggaran APBD/BLUD RSUD Ratu Aji Putri
Botung.

Ditetapkan di : Penajam Paser Utara


Pada Tanggal : 03 Januari 2018
Direktur
RSUD RATU AJI PUTRI BOTUNG

dr. Jansje Grace Makisurat


LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD RATU AJI PUTRI BOTUNG
NOMOR : 445/06/PAN/RS ABADI-1/SK/II/2015 TENTANG PANDUAN
PERAWATAN PASIEN PENYAKIT MENULAR.

PANDUAN PERAWATAN PASIEN PENYAKIT MENULAR RSUD RATU AJI


PUTRI BOTUNG

BAB I
DEFINISI

A. Penyakit menular atau infeksius adalah penyakit infeksi tertentu


yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
B. Penyakit Infeksi adalah merupakan suatu keadaan dimana ditemukan
adanya agen infeksi ( organisme ) yang disertai adanya respon imun dan
gejala klinik.
C. Kewaspadaan Isolasi adalah Kewaspadaan terhadap terjadinya
penularan yang digunakan untuk pasien yang diketahui atau diduga
menderita penyakit yang menular. Merupakan dasar untuk mengurangi
resiko penularan patogen yang berada dalam bahan yang berasal dari
tubuh pasien terinfeksi, yang terdiri dari Kewaspadaan Standar dan
Kewaspadaan Transmisi.
D. Kewaspadaan Standar adalah kewaspadaan yang dirancang untuk
diterapkan secara rutin dalam perawatan seluruh pasien dalam rumah sakit
dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya baik terdiagnosa infeksi atau di
duga terinfeksi atau kolonisasi.
E. Kewaspadaan Transmisi adalah kewaspadaan tambahan d a ri
kewaspadaan standar terutama setelah terdiagnosis jenis infeksinya.
F. Kewaspadaan Penularan melalui udara (Airborne Precaution) yaitu
kewaspadaan yang diterapkan pada pasien yang diketahui atau di duga
terinfeksi kuman pathogen yang penularannya melalui udara ( Mis : TBC,
Campak, Mumps, Chiken Pox/ cacar air )
G. Kewaspadaan penularan melalui percikan (Droplet Precaution). Diterapkan
kepada pasien yang diketahui atau diduga terinfeksi kuman pathogen
dengan penularan melalui udara. Partikel lebih kecil dari droplet (< 5um) dan
tinggal di udara dalam jangka waktu lama, sehingga udara terkontaminasi,
menular melalui udara terkontaminasi yang dihirup mis : Common Cold, TBC
Paru, Measles/Campak, Varicella, Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS).
H. Kewaspadaan penularan melalui sentuhan (Contact Precaution) adalah
Kewaspadaan yang diterapkan pada pasien yang diketahui atau diduga
terinfeksi yang resiko penularannya meningkat melalui kontak.
I. Isolasi adalah merupakan suatu konsep dan pedoman yang
dilakukan untuk memisahkan seseorang ( pasien ) yang infeksius dari
orang lain /tidak infeksius dengan menerapkan kewaspadaan standar
dan kewaspadaan berdasarkan transmisi (Isolation precautions).
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Kewaspadaan Standar
2. Kewaspadaan Transmisi
a. Transmisi Droplet
b. Transmisi Airbone
c. Transmisi Kontak
3. Kewaspadaan Universal dengan sarana terbatas.
BAB III
TATA LAKSANA

A. Kewaspadaan Standar
1. Kebersihan Tangan
a. Hindari menyentuh permukaan disekitar pasien agar tangan
terhindar dari kontaminasi patogen dari dan ke permukaan
b. Bila tangan tampak kotor, mengandung bahan berprotein, cairan
tubuh, cuci tangan dengan sabun antiseptik dan dengan air mengalir
c. Cuci tangan sesuai indikasi cuci
2. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
a. APD terdiri dari : Sarung tangan, apron/gowns, Pelindung mata,
hidung, mulut, pelindung kaki.
b. Petugas Kesehatan harus dapat mengkaji penggunaan APD
pada saat melakukan prosedur tindakan :Prosedur biasa, Resiko
terpapar darah/cairan tubuh, Resiko terkontaminasi.
c. Pakai bila mungkin terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi,
ekskresi dan bahan terkontaminasi, mukus membran dan kulit yang
tidak utuh, kulit utuh yang potensial terkontaminasi
d. Gunakan sarung tangan sesuai ukuran tangan dan jenis tindakan.
Pakai sarung tangan sekali pakai untuk merawat pasien. Lepaskan
sarung tangan segera setelah selesai, sebelum menyentuh benda dan
permukaan yang tidak terkontaminasi, sebelum beralih ke pasien lain
e. Jangan memakai sarung tangan 1 pasang untuk merawat pasien
yang berbeda. Gantilah sarung tangan bila tangan berpindah dari
area tubuh terkontaminasi ke area bersih
f. Cuci tangan setelah melepas sarung tangan
g. Masker bedah dapat digunakan secara umum untuk petugas
rumah sakit untuk mencegah transmisi melalui partikel besar dari
droplet saat kontak erat (<3 meter) dari pasien saat batuk / bersin.
h. Gunakan masker selama tindakan yang menimbulkan aerosol
walaupun pada pasien tidak diduga infeksi
i. Kenakan gaun pelindung (bersih, tidak steril) untuk melindungi
kulit, mencegah baju menjadi kotor, kulit terkontaminasi selama
prosedur/ merawat pasien yang memungkinkan terjadinya percikan
cairan tubuh pasien
j. Pilihlah gaun pelindung yang sesuai antara bahan gaun dan
tindakan yang akan dilakukan
k. Lepaskan gaun segera dan cucilah tangan untuk mencegah
transmisi mikroba ke pasien lain atau ke lingkungan
l. Kenakan saat merawat pasien infeksi yang secara epidemiologik
penting, lepaskan saat akan keluar ruang pasien
m. Jangan menggunakan gaun pakai ulang walaupun untuk pasien yang
sama.

3. Peralatan Perawatan Pasien


a. Buat aturan atau prosedur untuk menampung, transportasi peralatan
yang mungkin terkontaminasi darah atau cairan tubuh.
b. Lepaskan bahan organic dari peralatan kritikal, semi kritikal dengan
bahan pembersih sesuai dengan sebelum di sterilisasi.
c. Tangani peralatan pasien yang terkena darah , cairan tubuh,
sekresi, ekskresi dengan benar sehingga kulit dan mucus
membrane terlindungi, cegah baju terkontaminasi, cegah transfer
mikroba ke pasien lain dan lingkungan.
d. Pastikan peralatan yang telah dipakai untuk pasien infeksius
telah dibersihkan dan tidak di pakai untuk pasien lain.
e. Pastikan peralatan sekali pakai dibuang dan dihancurkan melalui
cara yang benar dan peralatan pakai ulang dip roses dengan benar.
f. Peralatan nonkritikal terkontaminasi didisinfektan setelah dipakai.
Peralatan semikritikal dan kritikal didisinfektan dan disterilisasi.
g. Peralatan makan pasien dibersihkan dengan air panas dan detergen.
h. Bila tidak tampak kotor , lap permukaan peralatan yang besar (USG,
X-ray) setelah keluar ruangan isolasi.
i. Bersihkan dan disinfeksi yang benar peralatan terapi pernafasan
terutama setelah dipakai pasien infeksi saluran pernafasan.

4. Pengendalian Lingkungan
a. Pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya merupakan salah satu aspek dalam upaya
pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit atau fasilitas
kesehatan lainnya.
b. Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat
diminimalkan dengan melakukan pembersihan lingkungan, disinfeksi
permukaan yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh
pasien, melakukan pemeliharaan peralatan medik dengan tepat,
mempertahankan mutu air bersih, mempertahankan ventilasi udara
yang baik.
c. Tujuan pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya adalah untuk menciptakan lingkungan
yang bersih aman dan nyaman sehingga dapat meminumalkan atau
mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme dari lingkungan
kepada pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat di sekitar
rumah sakit dan fasilitas kesehatan sehingga infeksi nosokomial dan
kecelakaan kerja dapat dicegah.

5. Pemrosesan Peralatan Pasien dan Penatalaksanaan Linen


a. Pengelolaan alat – alat bertujuan untuk mencegah penyebaran
infeksi melalui alat kesehatan, atau menjamin alat tersebut dalam
kondisi steril dan siap pakai. Semua alat, bahan dan obat yang akan
dimasukkan ke dalam jaringan dibawah kulit harus dalam keadaaan
steril. Proses penatalaksanaan peralatan dilakukan melalui 4 tahap
yaitu (1.) dekontaminasi; (2.) pencucian; (3.) sterilisasi atau DTT; (4.)
penyimpanan. Menangani linen yang sudah digunakan harus dengan
hati – hati dan menggunakan APD yang sesuai serta membersihkan
tangan secara teratur.
b. Prinsip umum :
1) Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukkan ke dalam
kantong atau wadah yang tidak rusak saat diangkut
2) Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang sudah
digunakan linen :
3) Semua bahan padat pada linen yang kotor harus dihilangkan
dan dibilas dengan air. Linen kotor tersebut kemudian
langsung dimasukkan ke dalam kantong linen di kamar pasien
4) Hilangkan bahan padat (feses) dari linen yang sangat
kotor (menggunakan APD yang sesuai) dan buang limbah padat
tersebut ke dalam toilet sebelum linen dimasukkan ke kantong
cucian
5) Linen yang sudah digunakan harus dibawa dengan hati – hati
untuk mencegah kontaminasi permukaan lingkungan atau orang –
orang disekitarnya.
6) Jangan memilah linen ditempat peraawatan pasien. Masukkan
linen yang terkontaminasi langsung ke kantong cucian di ruang
isolasi dengan memanipulasi minimal atau mengibas – ibaskan
untuk menghindari kontaminasi udara dan orang
7) Linen yang sudah digunakan kemudian harus dicuci sesuai
prosedur pencucian biasa
8) Cuci dan keringkan linen sesaui dengan standart dan prosedur
tetap fasilitas pelayanan kesehatan
9) Angkut linen dengan hati – hati
10) Angkut linen kotor dalam wadah / kantong tertutup
11) Transportasi / trolley linen bersih dan linen kotor harus dibedakan,
bila perlu diberi warna yang berbeda.
6. Kesehatan Karyawan / Perlindungan Petugas Kesehatan
a. Tindakan pertama pada pajanan bahan kimia atau cairan tubuh
1) Pada mata : bilas dengan air mengalir (15 menit)
2) Pada kulit : bilas dengan air mengalir (1 menit)
3) Pada mulut : segera kumur – kumur (1 menit)
4) Lapor ke Komite PPI, Panitia K3RS rekomendasi ke dokter IGD
b. Program kesehatan pada petugas kesehatan
Program kesehatan pada petugas kesehatan merupakan program
sebagai strategi preventif terhadap infeksi yang dapat ditransmisikan
dalam kegiatan pelayanan kesehatan, antara lain :
1) Monitoring dan support kesehatan petugas
2) Vaksinasi bila dibutuhkan
3) Vaksinasi terhadap infeksi saluran napas akut bila memungkinkan
4) Menyediakan antivirus profilaksis
5) Surveilans ILI membantu mengenal tanda awal transmisi infeksi
saluran napas akut dari manusia
6) Terapi follow up epi/pandemic infeksi saluran napas akut pada
petugas
7) Rencanakan petugas diperbolehkan masuk sesuai pengukuran
risiko bila terkena infeksi
8) Upayakan support psikososial
c. Tujuan :
1) Menjamin keselamatan petugas di lingkungan rumah sakit
2) Memelihara kesehatan petugas kesehatan
3) Mencegah ketidakhadiran petugas, ketidakmampuan petugas
bekerja, kemungkinan midekolegal dan KLB
4) Unsur yang dibutuhkan : Petugas yang berdedikasi, SOP yang
jelas dan terisolasi, Administrasi yang menunjang, Koordinasi yang
baik antar unit / instalasi, Penanganan paska pajanan infeksius,
Pelayanan konseling, Perawatan dan kerahasiaan medical record.
5) Evaluasi sebelum dan setelah penempatan : Status imunisasi,
Riwayat kesehatan yang lalu, Terapi saat ini, Pemeriksaan fisik,
Pemeriksaan laboratorium dan radiologi.
6) Edukasi : Sosialisasi SOP pencegahan dan
pengendalian infeksi (kewaspadaan isolasi, kewaspadaan
standar, kebijakan Depkes tentang PPI terkini).
7) Program Imunisasi
Keputusan pelaksanaan imunisasi petugas tergantung pada :
a) Risiko ekspos
b) Kontak petugas dengan pasien
c) Karakteristik pasien rumah sakit
d) Dana rumah sakit.
8) Pelaksanaan program dengan dana minimal :
Perlindungan minimal : imunisasi Hepatitis B, imunisasi masal dan
diulang tiap 5 tahun pasca imunisasi, disertai dengan program
manajemen paska pajanan tusukan tajam dan percikan bagi
petugas, meliputi :
a) Tes pada pasien sebagai sumber pajanan
b) Tes HBsAg dan AntiHBs petugas
c) Tes serologi yang tepat
d) 4) Penanganan yang tepat paska pajanan, dalam 48
jam diberi immunoglobulin hepatitis B
e) Bila perlu diberi booster
f) Penelitian dan pencegahan harus melingkupi seluruh petugas.

7. Penempatan Pasien
a. Tempatkan pasien yang potensial menimbulkan kontaminasi
lingkungan atau yang tidak dapat diharapkan menjaga kebersihan
atau control lingkungan ke dalam ruang rawat yang terpisah. Bila
ruang isolasi tidak memungkinkan, konsultasikan dengan petugas PPI
b. Cara penempatan sesuai jenis kewaspadaan terhadap transmisi
infeksi.

8. Hygiene Respirati / Etika Batuk


a. Target : pasien, keluarga dan pengunjung dengan infeksi saluran nafas
yang dapat di transmisikan
b. Efektif menurunkan transmisi patogen droplet melalui saluran
nafas (influenza, adenovirus, B pertusis, mycoplasma pneumoniae).
c. Edukasi petugas akan pentingnya pengendalian sekresi respirasi
untuk mencegah transmisi pathogen
d. Beri poster pada pintu masuk dan tempat strategis bahwa pasien
rawat jalan atau pengunjung dengan gejala klinis infeksi saluran napas
harus menutup mulut dan hidung dengan tisu kemudian membuangnya
dan mencuci tangan
e. Menyediakan tisu dan tempat sampah infeksius
f. Menyediakan sabun, wastefel dan cara mencuci tangan pada ruang
tunggu pasien rawat jalan, atau alcohol handrub
g. Pada musim infeksi saluran napas, tawarkan masker pada pasien
dengan gejala infeksi saluran napas dan pendampingnya. Anjurkan
untuk duduk berjarak > 1 meter dari pengunjung lain.
h. Pasien, petugas, pengunjung dengan gejala infeksi saluran napas
harus :
1) Menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin
2) Pakai tisu, saputangan, masker dan buang ke tempat sampah
infeksius bila sudah tidak digunakan lagi
3) Lakukan cuci tangan

9. Praktek Menyuntik yang Aman


a. Semua injeksi harus disiapkan di area bersih bebas kontaminasi.
b. Tehnik aseptik selalu dilakukan pada saat mengambil obat injeksi
dari vial dan saat memberikan ke pasien.
c. Pakai jarum steril, disposable untuk mencegah kontaminasi pada
peralatan injeksi.
d. Gunakan single dose vial jika memungkinkan.
e. Jangan gunakan single dose vial untuk banyak pasien.
f. Jangan tinggalkan sisa obat dan diberikan untuk waktu berikutnya.

10. Praktek untuk Lumbal Punksi


Pemakaian masker pada insersi cateter atau injeksi suatu obat ke dalam
area spinal / epidural melalui prosedur lumbal punksi misalnya saat
melakukan anastesi spinal dan epidural untuk mencegah transmisi droplet
flora orofaring.
CATATAN : Kewaspadaan Standar diterapkan untuk semua pasien yang
beresiko tinggi untuk menularkan penyakit atau pada pasien yang
kekebalan tubuhnya menurun, misalnya : Pasien dengan HIV atau pada
pasien yang rentan akibat imunosupresi, misalnya pada pasien dengan
SLE (Sindrom Lupus Eritema).

B. Kewaspadaan berdasarkan Transmisi


1. Airborne Precautions.
Diterapkan pada pasien yang menderita atau diduga menderita
mikroorganisme yang menular melalui udara diantaranya : TBC, Campak,
cacar air (dengan krusta yang banyak),herpes zoster dengan krusta yang
terlokalisir atau yang menyebar (Immunocompromised patient).
Penatalaksanaan

KEBUTUHAN PENULARAN MELALUI UDARA


Sarung tangan Sesuai kewaspadaan standar
Apron/gown Sesuai kewaspadaan standar
Masker 1. Masker N 95 (P2 Particulate respiratory) digunakan untuk
kasus TBC dan SARS
2. Untuk kasus lain bisa digunakan masker bedah. Masker
dipakai oleh petugas yang sama, dan dibuang setelah kontak.
3. Catatan : masker diganti setelah dipakai terus menerus selama
4 jam atau jika masker basah atau Kotor
Penempatan 1. Tempatkan pasien di ruang isolasi dengan tekanan
pasien negatif, aliran udara 6-12 x/ jam, pengeluaran udara
terfiltrasi sebelum udara mengalir keruang atau tempat
lain di Rumah Sakit.
2. Usahakan pintu ruang pasien tertutup.
3. Bila ruang terpisah tidak memungkinkan, tempatkan
pasien dengan pasien lain yang mengidap mikroba yang
sama, jangan dicampur dengan infeksi lain ( Kohorting )
dengan jarak > 1 meter.
CATATAN :
Konsultasikan dengan petugas PPIRS sebelum
menempatkan pasien bila tidak ada ruang isolasi bertekanan
negatif dan kohortong tidak memungkinkan.
Penanganan Membatasi furniture dan peralatan terpapar pasien.
Peralatan Peralatan yang digunakan ulang dilakukan desinfeksi dan
sterilisasi sesuai prosedur sebelum digunakan untuk pasien
lain
Transportasi 1. Pasien menggunakan masker bedah
pasien 2. Hubungi ruangan yang akan menerima pasien.
Petugas tidak perlu menggunakan masker jika pasien
sudah menggunakan masker
3. Pasien dengan adanya luka/lesi di kulit diberi tutup
Linen 1. Minimalkan kontak dan mengibaskan linen pasien.
2. Linen yang terkontaminasi dimasukkan ke dalam kantong
plastik berwarna kuning dan ditangani sesegera
mungkin. Dekontaminasi sesuai prosedur. Gunakan APD
saat menangani linen yang terkontaminasi

Limbah Tangani limbah sesuai prosedur


Lain-lain Cuci tangan sesuai prosedur dan five moment dan
setelah melepas APD
2. Droplet Precautions.
Diterapkan saat melakukan tindakan yang kontak dengan mebrane
mukosa atau konjungtiva pasien yang diduga menular. Partikel lebih
besar dari 5 ɥm, dan memercik dalam radius 1 meter.
Contoh Kondisi :
a. Bronchiolitis.
b. Meningo-coccal Infectius.
c. Viral infections termasuk influenza, Mumps & Rubella.

Penatalaksanaan

KEBUTUHAN PENULARAN MELALUI UDARA


Sarung tangan Sesuai kewaspadaan standar
Apron/gown Sesuai kewaspadaan standar
Masker Masker bedah. Petugas harus menggunakan maske
saat merawat pasien dengan batuk produktif, terutama bila
melakukan penanganan dengan jarak ± 1meter
Goggles/face Lindungi wajah bila ada resiko percikan
Penanganan Peralatan yang digunakan ulang dilakukan desinfeksi
shield
peralatan
Transportasi Pasien menggunakan
dan sterilisasi sesuaimasker bedah
prosedur sebelum digunakan untuk
pasien Hubungi
pasien lainruangan yang akan menerima pasien. Petugas
tidak perlu menggunakan masker jika pasien sudah
menggunakan masker
Linen 1. Minimalkan kontak dan mengibaskan linen pasien.
2. Linen yang terkontaminasi dimasukkan ke dalam kantong
plastik berwarna kuning dan ditangani sesegera
mungkin. Dekontaminasi sesuai prosedur. Gunakan APD
saat menangani linen yang terkontaminasi

Limbah Sesuai kewaspadaan standar


Lain-lain Cuci tangan sesuai prosedur &five moment, dan
setelah melepas APD

3. Contact Precautions.
Diterapkan untuk menurunkan resiko penularan mikroorganisme
pathogen melalui kontak langsung maupun tidak langsung diantaranya :
a. Kontak kulit dan kulit.
b. Kontaminasi dari peralatan pasien.
c. Lingkungan pasien.
Contoh kondisi :
1) Kolinisasi atau infeksi MRSA, EsβL (Extended spectrum
Betalactamase)
2) producing organism) VRE (Vancomycin Resisten Staphilococus).
3) Penyakit saluran pencernaan : Rotavirus, hepatitis A, Clostridium
difficle.
4) Respiratory : SARS, Bronchiolitis.
5) Infeksi kulit : Herpes Zoster, Scabies, HSV.

Penatalaksanaan
KEBUTUHAN PENULARAN MELALUI UDARA
Sarung tangan Saat kontak dengan pasien, peralatan pasien
Apron/gown Saat petugas kesehatan kontak dengan pasien,
peralatan pasienpasien
dan lingkungan dan lingkungan pasien

Masker Di gunakan jika ada resiko percikan cairan tubuh pasien


Goggles/face Digunakan jika ada resiko percikan cairan tubuh
Penanganan 1. Membatasi furniture dan peralatan terpapar pasien
shield
peralatan pasien
2. Peralatan yang digunakan ulang dilakukan desinfeksi dan
sterilisasi sesuai prosedur sebelum digunakan untuk
pasien lain
Transportasi 1. Hubungi ruangan yang dituju
pasien 2. Pastikan luka dikulit tertutup dan exudat
ditangani dengan baik
Linen 1. Minimalkan kontak dan mengibaskan linen pasien
2. Linen yang terkontaminasi dimasukkan ke dalam kantong
plastik berwarna kuning dan ditangani sesegera mungkin
3. Dekontaminasi sesuai prosedur
4. Gunakan APD saat menangani linen yang terkontaminasi
Limbah Tangani sesui prosedur
Lain-lain Cuci tangan sesuai prosedur &five moment, dan
setelah melepas APD

C. Kewaspadaan Universal Dengan Sarana Terbatas


Sarana kesehatan yang memiliki sumber daya terbatas, biasanya tidak
memiliki sarana ruang isolasi yang sesuai standart untuk tindakan
pengendalian infeksi seperti :
1. Tidak adanya ruangan bertekanan negatif untuk pasien dengan transmisi
airbone atau droplet
2. Alat pelindung yang terbatas
3. Disinfeksi udara dengan menggunakan ultraviolet
4. Serta penggunaan antibiotik yang berlebihan.
Dalam menghadapi situasi diatas dianjurkan untuk menitikberatkan pada
upaya perbaikan sarana cuci tangan. Ada beberapa petunjuk pokok
yang harus diingat tentang konsep ruang Isolasi apabila memiliki
sumber daya terbatas, yaitu :
1. Untuk mengendalikan kontak pernafasan
a. Tempatkan pasien di ruang terpisah atau sejauh mungkin
dari pasien lainnya.
b. Pakailah masker atau kain penutup hidung dan mulut bila
berdekatan dengan pasien.
c. Buanglah sputum sesuai petunjuk.
d. Instruksikan pada pasien untuk menutup mulut saat batuk.
e. Batasi pasien keluar dari ruang perawatan dan batasi pengunjung.
2. Untuk mengendalikan kontak langsung
a. Cucilah tangan dengan baik sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien.
b. Luka harus selalu tertutup.
c. Pengelolaan alat kesehatan sekurang – kurangnya harus
dilakukan disinfeksi sesuai dengan prosedur.
d. Buanglah pembalut, cairan tubuh dengan cara yang aman yaitu
sebagai sampah medis.
3. Untuk mengendalikan kontak tak langsung
a. Cucilah tangan dengan baik sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien.
b. Cuci semua alat dan linen dengan baik dengan
melalui proses dekontaminasi.
c. Jauhkan benda – benda yang berhubungan dengan pasien
isolasi dari pasien- pasien lain.
d. Untuk mengendalikan kontak melalui vektor : pakailah kelambu
atau kawat nyamuk untuk kamar pasien, Cegah adanya air
tergenang dan air bersih pada alat – alat rumah tangga yang
memungkinkan berkembang biaknya nyamuk vektor malaria dan
vektor demam berdarah Dengue diseluruh sarana kesehatan.
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Data pasien infeksius.


2. Laporan audit kepatuhan penerapan kewaspadaan standar.
3. Laporan penerapan kewaspadaan berdasarkan transmisi.

Anda mungkin juga menyukai