Anda di halaman 1dari 11

PSIKOLOGI KONSELING

“Tugas Individu Merangkum”

Nama : Sri Wahyuni


Npm : 201801500111
Kelas : Y2B

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
A. Memulai Konseling
Memulai konseling adalah bagaimana konseling itu dimulai atau disebut dengan
opening. Untuk melakukan opening atau membuka konseling perlu memperhatikan
beberapa hal, antara lain adalah : menyambut kehadiran klien, membicarakan topik
netral dan memindahkan pembicaraan topik netral ke dalam permulaan konseling.

a. Penyambutan
Menyambut kedatangan klien sangat diutamakan, dalam menyambut
kedatangan klien dapat kita menggunakan cara sebagai berikut :
1. Verbal
Memberi salam atau menjawab salam, dengan disertai penyebutan
nama klien, jika belum mengenal klien boleh dengan menanyakan
namanya, mempersilahkan duduk dan lain-lain.
2. Non-Verbal
Membuka pintu ruangan konseling, jabatan tangan, senyum dengan
ceria,mendampingi atau mengiri ke kursi, atau tindakan lain yang
berhubungan dengan gerak yang dilakukan kepada klien.
b. Pembicaraan Topik Netral
Ketika klien sudah merasa diterima, maka konselor dapat
melanjutkanpembicaraan dengan topik netral terlebih dahulu. Pembicaraan
yang bersifat umum dan tidak langsung menyinggung tentang masalah yang
sedang klien hadapi. Mulai dari menanyakan hal ringan seperti hobi klien,
objek yang ada disekitar ruangan konseling ataupun hal ringan lainnya.
Misalnya, bagaimana perjalanan menuju kemari ? cuaca yang tidak
menentu, ataupun hal yang menarik dibicarakan dengan klien.
c. Pemindahan Topik Netral ke Konseling
Jika klien mulai merasa bersahabat, mulailah dengan memasuki
pembicaraan atau mengajak klien untuk memulai pada permulaan
konseling. Cara nya: “setelah kita membicarakan … … … (isi topik netral,
barangkali ada sesuatu hal yang perlu kita bicarakan bersama dalam
pertemuan ini”.atau mempersilahkan klien untuk
B. Penerimaan dan Pengertian
Menerima dan mengerti masalah yang sedang dihadapi klien merupakan suatu
bentuk teknik dasar konseling. Dengan penerimaan dan penertian dapat menciptakan
hubungan antara konselor dan klien menjadi harmonis.
Teknik ini digunakan untuk mengetahui minat dan pemahaman yang
dikemukakan klien. Jika klien telah menerima konseloruntuk membantu masalah yang
dihadapinya. Dengan klien merasa nyaman dan aman dalam mengemukakan
masalahnya, karena kedua belah pihak sudah saling menerima yaitu antara konselor dan
klien. Agar penerimaan dapat berlangsung dengan baik, maka konselor bisa juga
menggunakan :
a. Bentuk Verbal
1. Bentuk Verbal Pendek : terus, ohh..... ya, lalu/ kemudian....
hemmm dan lain-lain.
2. Bentuk Verbal Panjang : saya memahami ...... , saya
mengerti......., saya merasakan......, saya mengikuti........., dan
lain-lain.
b. Bentuk Non-Verbal
Dapat dengan anggukan kepala, posisi duduk condong ke depan,
perubahan mimik, memelihara kontak mata dan lain lain. Contohnya :

Klien : Saya selalu merasa kecewa atas perbuatan nya, yang


menyakitkan saya.
Konselor : Saya dapat memahami kekecewaan anda (bentuk
verbal)
Klien : Coba saja bayangkan, saya telah berbuat baik padanya
tetapi balasannya ia Telah memfitnah saya sehingga saya merasa tidak
dapat berbuat apa-apa.
Konselor : (mengangguk-anggukan kepala kepada klien sambil
bersuara hem....hem...) (bentuk non verbal)

Dengan teknik ini bukan berarti bahwa konselor langsung


menerima dengan tanda setuju, sepaham dan sependapat dengan
pernyataan dan ungkapannya, melainkan sebatas penerimaan dan
pengertian terhadap masalahnya. Kemudian mencari akar masalah dan
sebab sebab munculnya masalah yang dikembalikan kepada klien untuk
menyelesaikannya.

C. Mengulangi pernyataan
Pada saart klien memberikan pernyataan tentang dirinya atau orang lain, konselor
mengulangi pernyataan tersebut jika itu dipandang penting dan berhubungan dengan
masalah yang sedang dibahas dengan memperhatikan :
1. Pengulangan harus persis sama dengan pernyataan klien, tidak boleh menambah
atau menguranginya.
2. Intonasi konselor hendaknya variatif dengan memperhatikan pernyataan klien
Contohnya :
Klien : Rasanya saya harus melakukan itu dengan sungguh-sungguh
Konselor : Anda akan melkaukannya dengan sungguh-sungguh.
Pengulangan dapat dilakukan jika dalam ucapan dan pernyataan ada keraguan
atau kurang yakin dari klien terhadap apa yang dinyatakan. Jika klien menyatakan
dengan tegas dan siap untuk mengerjakan, maka tidak perlu pengulangan oleh konselor.
Pengulangan ini berguna untuk memperkuat pernyataan yang diucapkan klien guna
memotivasi untuk melakukan nya.
D. Memantulkan Perasaan
Merupakan suatu teknik dasar konseling untuk mengungkapkan sesuatu yang
terdapat dalam diri klien, sehingga klien dapat lebih siap dan leluasa untuk
menyampaikan perasaan dan pikirannya. Menggunakan teknik ini dengan cara konselor
merespon setiap pertanyaan dan gagasan klien. Memantulkan perasaan dapat dengan
kata-kata pendahuluan sebagai berikut : agaknya, sepertinya, rupanya, kedengarannya,
nada-nadanya dan lainnya.

Namun konselor juga harus menghindari kata kata atau sikap sebagai berikut :
1. Kata kata atau pernyataan yang Stereotip
2. Pilih waktu yang tepat untuk merespon pernyataan klien
3. Gunakan kata kata perasaan yang melambangkan perasaan/sikap
4. Sesuaikan Bahasa yang digunakan dengan kondisi klien
Contohnya :
Klien : Saya sudah berusaha mengadakan pendekatan dengannya secara baik-baik,
tapi ia selalu menghindar
Konselor : Sepertinya kamu kecewa dengannya
Untuk mendapatkan pengungkapan klien, tidak semudah saat kita bertanya apa
yang konselor inginkan. Tetapi perlu memperhatikan apa yang akan kita cari dari
konseling ini dan apa yang dihasilkan dari konseling ini. Konselor dapat memberikan
beberapa pemantulan perasaan dan penjelasan pikiran dari klien sebagai berikut :
a. Merumuskan Pikiran dari Gagasan Klien (memantulkan isi) ;
Untuk mengungkapkan isi perasaan dan gagasan klien, dibutuhkan suatu
pernyataan atau ungkapan dalam bentuk representasi mental : yaitu meminta
klien untuk menceritakan kejadian atau pengalaman yang dialami klien baik
yang menyenangkan atau tidak. Bila terungkap secara eksplisit maka konselor
dapat merumuskan kembali dalam bentuk :
a. Kata-kata sendiri (konselor) seperti :
Klien : Saya berharap dengan pendekatan ini ia akan menerima saya;
Konselor : Anda yakin bahwa ia akan menerima anda!
b. Menggunakan kata-kata klien:
Sepertinya anda berharap pendekatan anda diterima.

b. Merumuskan perasaan :
Memantulkan perasaan klien tentang pengalaman yang dialami melalui
perasaannya, lebih terarah pada komponen afektif, dapat dilakukan secara
verbal atau non verbal. Yang dipantulkan umumnya perasaan yang nampak atau
telah tergambar. Dalam memantulkan kembali ini tidak boleh mengurangi atau
menambahkan nya.
Contohnya :
Klien : “saya sangat kecewa dengan cara ia menyampaikan berita itu!”
Konselor : “Anda sangat jengkel ketika berita itu anda terima.”

c. Penjelasan Pikiran dan Gagasan :


Konselor merefleksikan dari pesan klien berupa suatu keyakinan atau
pandangan serta mengevaluasi kejadian atau pengalamannya. Sebelum
mengungkapkan kembali, konselor hendak mengecek (meminta penjelasan)
apakah pemaknaan tersebut benar benar tepat. Saat konselor merumuskan
secara eksplisit mengharapkan umpan balik dari klien, seperti :
Konselor : apakah anda ingin mengatakan ………” Benarkah?
Penjelasan ini agak bersifat tentative (dugaan/rabaan), diharapkan akan
terungkap isi dan makna pernyataan klien. Untuk meminta tanggapan atau
umpan balik dapat menggunakan kalimat berikut :

Klien : “saya kira saya mampu berbuat itu, tetapi kadang kadang saya menjadi
ragu ragu. Mencoba sih mau saja, tetapi apakah aka nada guna nya?
Konselor : “Agaknya anda belum yakin tentang kemampuan anda”
(meminta umpan balik dengan menggunakan kalimat khusus)
Konselor : “Apakah anda belum yakin akan kemampuan anda?
(meminta umpan balik dengan menggunakan kalimat tanya)

d. Penjelasana Perasaan :
Penjelasan perasaan yang disampaikan konselor untuk mengetahui
apakah konselor tersebut telah menangkap dengan tepat isi dan bobot perasaan
yang telah disampaikan oleh klien sendiri.
Ungkapan perasaan secara verbal (memerintah, menuduh, menyindir,
memuji. Mencela, dll). Sedangkan secara nonverbal (berkeringat, gemetar,
gelisah). Maka dalam pertanyaan konselor lebih banyak menggunakan persepsi:
Contohnya
Klien : “saya rasakan hubungan antara kami baik dan saling menguntungkan”
Konselor : “anda merasa puas dan bahagia selama berhubungan dengan dia.
Benar demikian ? (Kata-kata Khusus)
“Apakah anda merasa puas dan bahagia selama berhubungan
dengan dia? Benarkah (kalimat tanya)

E. Klarifikasi
Teknik ini memperjelas pernyataan klien dalam mengungkapkan masalahnya
atau pada saat klien ingin melakukan tindakan atau perbuatan. Dalam klarifikasi
konselor perlu mendahuli respon dengan kata-kata: pada dasarnya, pada pokoknya,
pada intinya, singkat kata, dengan kata lain dan seterusnya. Dengan teknik
menentukan kata yang sangat tepat dan penting untuk menjadi bahasan selanjutnya,
misalnya :
Klien : “saya merasa terlalu bingung untuk menentukan apakah lebih baik
melanjutkan hubungan ini atau memutuskannya saja ....”
“ Mengerikan rasanya jika saya disuruh mengambil inisiatif ..”
“Sayalah yang akan bertanggung jawab .... dapat berakibat jelek”
Konselor : “Terlalu bingung?-mengerikan rasanya?- bertanggung jawab? –berakibat
jelek?”
Kata yang tercetak tebal merupakan kata yang dijadikan bahsan atau telaah
dalam proses konseling, sehingga akan lebih terarah dan jelas apa yang harus
dibahasnya.
F. Pembatasan
Dengan teknik ini bahasan dapat diarahkan kepada fokus masalahnya. Untuk
pemecahan dan penyelesaian masalah konselor memberikan petunjuk urutan langkah
berpikir dalam pembicaraan saat konseling berlangsung. Tahapan tersebut adalah
bagaimana memberikan batasan pada konseling, yg terdiri dari
a. Pembatasan waktu
 Pembatasan yang datangnya dari klien
Klien : sebetulnya saya sudah seminggu yang lalu ingin menemui
bapak, tapi baru kali ini saya dapat berjumpa. Dan hari ini saya dapat
menghadap bapak hanya dari pukul 09.00 hingga 10.00 karena kami
ada acara lagi
Konselor : kalau demikian mari kita manfaatkan waktu selama 30 menit
ini dengan sebaiknya.
 Pembatasan yang datangnya dari konselor
Klien: saya sulit sekali menyesuaikan diri dengan teman-teman
dikampus ini, karena itulah saya datang kemari untuk
memperbuncangkan dengan bapak
Konselor : baik, anda kemari untuk membahas masalah anda dengan
saya namun perlu diketahui bahwa pukul 10.00 nanti saya ada rapat
dengan pimpinan, kita hanya memiliki waktu 45 menit. Oleh karena itu
marilah kita gunakan waktu sebaik baiknya
b. Pembatasan peran.
Perlu mendapat kejelasan agar konseling tidak menjadi ajang diskusi atau
perdebatan antara konselor dengan klien, misalnya :
Klien : bagaimana jika bapak datang kepadanya untuk bicara agar ia
mengerti apa yang sayanm maksudkan
Konselor : anda meminta saya untuk bicara dengannya, perlu di
ketahui bahwa kita hanya memberikan jalan dan cara bagaimana anda
berbicara dengannya.
c. Pembatasan masalah
Jika ada klien yang datang dengan berbagai macam masalah dan
ketidakjelasan masalahnya yang diungkapkan, maka konselor harus dapat
segera memberikan pembatasan pada masalah yang utama. Dalam memberikan
pembatasan masalah ini, konselor dapat menawarkan pada klien untuk
membahas masalah lebih diutamakan. Jika klien datang dengan berbagai
masalah maka konselor lah yang mengarahkan masalah yang harus di bahas,
misalnya :
Klien : saya cemas menghadapi pekerjaan yang tidak pernah
terselesaikan, istri saya selalu menuntut belum lagi masalah anak
anak, dalam pergaulan saya selalu terisolir
Konselor: “Dalam pekerjaan yang anda lakukan apakah sesuai
dengan kemampuan anda? (yang selanjutnya mencari tahu tentang
kecemasan pekerjaan itu, dan beru mengarahkan penunjangnya)
d. Pembatasan Tindakan
Kedatangan klien yang kadang kala terbawa emosi, sehingga saat konseling
berlangsung dengan sendirinya, ia melakukan tindakan yang sulit dihindari.
Hendaknya konselor memberikan pesan untuk tidak bertindak yang tidak wajar.
Klien : ...(sedang wawancara, tiba-tiba mukanya merah dan tanggannya mulai
mengepal-ngepal).
Konselor : Silahkan anda bebas mengutarakan apa saja disini tetapi satu hal
yang tidak boleh anda lakukan disini yaitu merusak perabotan ruang ini.

G. Pengarahan
Pengarahan merupakan bentuk teknik koneling dalam wawancara yang sangat
berperan untuk tercapainya tujuan konseling. Dalam pengarahan konselor dapat
berbentuk pertanyaan, yang disampaikan secara langsung dan jelas pada sasarannya.
Oleh karena itu disini banyak menggunakan kalimat tanya.
Tujuan teknik ini agar klien dapat menjelaskan lebih lanjut, menggali lebih
dalam dan memperluas pandangannya yaitu memberikan stimulus berupa kalimat tanya
atau mempertegas pernyataannya.
a. Jenis Pengarahan Umum
Dengan pengarahan ini konselor memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengelaborasi, mengeksplorasi atau memberikan kesempatan klien untuk
bereaksi atau menjawab berbagai kemungkinan pertanyaan konselor sesuai
dengan keinginan klien.
Klien : “kemarin saya baru ketemu dengan ibu.”
Konselor : “ bisa anda ceritakan pertemuan anda dengan ibu.”
Setelah klien menceritakan namun mengalami ketersendatan dalam cerita,
konselor dapat mengarahkan bagaimana cerita tersebut dapat memberikan
gambaran masalah yang dihadapi klien terhadap keluarga terutama ibunya.
b. Jenis Pengarahan Khusus
Dengan pengarahn ini konselor membatasi pertanyaan atau mengarah ke suatu
reaksi atau jawaban yang lebih spesifik atau tertentu, sehingga tidak melebar
atau meluas.
Klien : “saya telah melakukan motivasi untuk menghilangkan perasaan dan
pikiran saya yang salah itu”
Konselor : “sekarang bagaimana perasaan dan pikiran anda”
Harus diperhatikan juga dalam bertanya jangan bersifat interogasi atau yang
membosankan.

H. Berdiam
Dalam diam suasana konseling menjadi hening tidak ada interaksi verbal antara
konselor dan klien. Tujuannya adalah memberikan kesempatan klien untuk istirahat
atau mereorganisasi pikiran dan perasaannya atau kalimat yang akan di kemukannya.
a. Diam dari Konselor
Dimana konsleing dan wawancara terpusat pada konselor dan pada saat
yang tepat konselor dapat merespon dengan teknik diam. Hal ini dilakukan
dengan mengurangi pertanyaan dan memberikan klien untuk lebih banyka
bicara dan konselor mulai lebih banyak diam.

Klien : “perasaan saya ini menginginkan untuk melakukannya dan apakah saya
mampu untuk melakukannya.”
Konselor : .........(diam untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk
istirahat dan mengungkapkan pikirannya. Jika klien tidak mengungkapkan
maka) “bagaimana pikiran anda”
b. Diam dari Klien
Teknik ini terjadi apabila konseling terpusat pada klien, maka konselor
memberikan teknik diam, karna klien telah mengungkapkan masalahnya dan
telah menerima perbuatannya. Lalu ketika lega atas ungkapannya, kemudian
klien berhenti bicara dan mau beristirahat. Saat diam klien diharapkan dapat
mereorganisasi pikiran dan perasaannya, serta memadukan pengalaman dan isu
baru ke dalam dirinya. Setelah istirahat diharapkan menyusun kalimat dengan
baik dan mungkin bisa menolak proses konseling. Misalnya:
Klien : “ ya, saya selalu menggunakan kebiasaan-kebiasaan orang tua untuk
menilai tingkah laku isteri , sehingga ia selalu marah kepada saya. Kalau ingat
semua saya sedih. (klien diam)
Konselor : ……..(diam beberapa saat, untuk memberikan kesempatan kepada
klien untuk mengalami perasaan-perasaannya secara mendalam. Jika klien
merasa tertekan cari topik lain atau memberikan kesempatan klien menyusun
kalimat meneruskab ungkapannya.
Jangan memberikan klien untuk diam terlalu lama agar tidak berubah
pandangan dan pikirannya, kita harus berbicara hal lain dengan cermat.

I. Penguatan
Dalam konsenling klien yang membuat pernyataan positif perlu diberikan
penguatan agar meningkatkan kepercayaan diri dan keyakinan klien, atas keraguan
pernyataan yang positif tersebut agar lebih bersemangat dan motivasi diri. Jenis-jenis
yang perlu diperhatikan yaitu prediksi penguatan, posdiksi penguatan, penguatan
factual.
a. Prediksi Penguatan
Rencana klien yang semula hanya angan saja, konselor memberikan penguatan
atas rencana klien yang positif. Missalnya:
Klien : “Baru saya sadari bahwa selama ini kurang perhatian terhadap
keluarga, mulai sekarang dan seterusnya akan lebih memperhatikan dan
memberikan waktu untuk mereka”.
Konselor : “itulah yang dibutuhkan kleuargamu, apabila anda melakukannya
pasti keluarga akan menerian keberadaanmu”.
b. Posdiksi Penguatan
Memberikan penguatan terhadap tingkah laku yang pernah dilakukan klien dan
terlihat hasilnya. Maksudnya klien memberikan pernyataan
Klien : “Setelah saya meninggalkan perbuatan itu, tapi hal itu muncul kembali
dan saya berusaha untuk tidak melakukannya dan sampai saat ini tidak
melakukannya kembali”.

Konselor : “Baik sekali, dengan berusaha keras dan motivasi anda berhasil
untuk tidak melakukan hal negative itu”.
c. Penguatan faktual
Dengan menyampaikan atau menginformasikan bahwa apa yang dialami klien
juga dialamu orang lain. Dalam memberikan penguatan factual jangan salah
paham antara klien dan konselor, yang berakibat klien tidak menerima
konselor.memberikan penguatan factual seperti:
Klien : saya baru saja dikhianati oleh teman saya, selama ini saya memberikan
apa yang diinginkannya dan selalu memperhatikan dengan kasig saying. Tiba-
tiba saya ditinggal tanpa sebab.
Konselor : “memang berat jika menjalin persahabatan lawan jenis. Tapi ini
kenyataan yang harus kita terima. Lebih baik ia meninggalkan sekarang
daripada nanti, apabila telah terjalin suatu ikatan”.

J. Penolakan
Melakukan penolakan suatu Teknik yang dipertegas karna dapat menghindari
suatu perbuatan yang berbahaya untuk klien dan orang lain yang berhubungan dengan
klien. Sewaktu memberikan penolakan konselor dapat dengan penolakan halus, terang-
terangan atau secara langsung. Misalnya:

Klien : jika persoalan tidak selesai dan tidak ada yang peduli, saya akan melarikan diri
meninggalkan suami dan anak-anak, biar suami merasakan beban merawat anak-anak.
Konselor : (secara halus) coba kamu pikirkan secara matang-matang terlebih dahulu
Konselor : (secara terangan-trengan) jangan kamu lakukan rencana itu akan
merugikan diri anda dan keluarga anda.

K. Saran / Nasehat
Saran atau nasehat diberikan pada saat proses atau waktu akhir konseling.
Namun digunakan apabila permintaan dari diri klien. Saran dan nasehat bertujuan agar
klien menjadi lebih jelas/lebih pasti mengenai rencana yang dilakukan. Dalam
memberikan nasehat bisa dengan langsung, persuasive dan alternative.
a. Nasehat secara langsung
Saran dan nasehat diberikan karna klien tidak tahu apa yang akan dikerjakan,
konselor dapat memberikannya secara langsung. Misalnya:
Klien : Apa yang harus saya lakukan bila nanti saya bertemu dengannya?
Konselor: Anda dapat melakukan apa yang telah kita bicarakan tadi, seperti
pertama …. (sewaktu membahas masalahnya), kedua … (dan seterusnya).
b. Nasehat secara persuasif
Memberikan kesempatan klien untuk mengerti apa yang akan dikerjakan dan
dirasakan. Misalnya ;
Klien : saya merasa kekecewaan ini telah berakhir, maka saya ingin tetap
bekerja sebagaimana biasa dan bergaul dengan yang lainnya.
Konselor : Itulah yang terbaik, kekecewaan telah hilang dan sekarang anda
dapat melakukan yang menurut anda baik.
c. Nasihat secara alternatif
Menunjukan kelebihan dan kelemahan yang klien lakukan
Klien : Saya telah bekerja lama di perusahaan ekspor import, kemudian ada
yang menawarkan jabatan baik diperusahaan jasa angkutan, saya bingung
mana yang harus diambil?
Konselor : Baiklah, mari kita bahas mana yang lebih baik dan mana yang
kurang baik, begitu juga keuntungan dan kerugian dari dua pilihan tersebut.
Konselor dan klien membahas plus minusnya sehingga klien mengetahui
kelebihan dan kekurangan masing-masing pilihan tersebut
Konselor : Setelah mengetahui plus minusnya maka pilihlah yang paling
menguntungkan dengan segala resikonya.

L. Kesimpulan
Digunakan konselor untuk menyimpulkan segala sesuatu yang dikemukakan
dalam proses wawancara konseling. Sedapat mungkin klien membuat kesimpulan maka
dengan begitu klien telah paham dan jelas atas jalannya konseling. Apabila konselor
yang memberikan kesimpulan maka berusaha meminta jawaban dari klien misalnya :
“Demikian?” atau “Begitu?”
a. Kesimpulan dengan bagian bagian
Dalam kesimpulan ini dimulai dengan kata-kata pendahuluan seperti: untuk
sementara ini, sampai saat ini, sejauh ini, selama ini dan sebagainya.
Misalnya ;
Konselor : Sejauh ini, dari pembicaraan kita dapat disimpulkan bahwa kita
telah membahas masalah yang anda hadapi dan factor-faktor penyebabnya.
Seperti …. (samapaikan factor yang terpenting dari yang telah dibicarakan
atau dibahas).
b. Kesimpulan keseluruhan atau akhir
Bentuk kesimpulan akhir tersebut didahului keseluruhan pembicaraan seperti:
sebagai puncak pembicaraan kita, sebagai penutup pembicaraan kita, sebagai
kesimpulan akhir, dari awal hingga akhir pembicaraan kita dan sebagainya.
Misalnya
Konselor : “Sebagai kesimpulan akhir dari pembicaraan kita dapat dihasilkan
bahwa anda mengalami kesulitan bergaul dengan teman sejawat, oleh karena
itu memulai pembicaraan dengan mereka. Untuk itu, besok anda belajar
memulai pembicaraan dengan seorang teman dengan cara memberi salam
sebelum dia menyalami anda”.

M. Pengakhiran
Digunakan untuk mengakhiri suatu konseling, baik mengakhiri untuk sementara dan
dilanjutkan pada pertemuan berikutnya maupun memang mengakhiri karna konseling telah
selesai. Berikut cara untuk mengakhiri konseling, yaitu:
1. Berpedoman pada Batasan waktu
2. Gunakan kesimpulan akhir
3. Mengingatkan klien terhadap tugas-tugas yang hendaknya dlaksanakan sebelum
pertemuan yang akan datang.
4. Memberikan tugas pekerjaan rumah kepada klien
Misalnya ;
Konselor : Sekarang sudah pukul 10.00 sesuai dengan kesepakatan kita maka kita akhiri
pertemuan ini dan dilanjutkan minggu depan. (berpedoman pada batas waktu yang telah
disepakati Bersama pada awal pertemuan)
Konselor : Akhirnya saya ingatkan kembali anda akan mencoba membuat jadwal pembicaraan
kita minggu depan (mengingatkan klien mengenai tugas yang perlu dilakukan sebelum
pertemuan yang akan datang).

Anda mungkin juga menyukai