www.ppsolution.com
Pengantar
Buku ini ditulis dengan maksud penulis dapat berbagi pengalaman selama lebih dari 10 tahun
melakukan implementasi software sistim akuntansi di berbagai hotel.
Harus diakui bahwa para petugas administrasi akunting di hotel tidak memiliki latar belakang
pendidikan akuntansi walaupun demikian tetap dapat melakukan pengolahan data dengan
baik. Buku ini berusaha memberikan gambaran sekilas bagaimana proses akuntansi di hotel
secara menyeluruh sehingga dapat memberikan wawasan yang lebih luas.
Komputer beserta kelengkapannya sudah menjadi bagian dari proses akutansi di hotel, penulis
memberikan gambaran yang sederhana bagaimana komputer dapat membantu jika dipilih
yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan. Gambar yang ada pada buku ini adalah software
yang benar-benar telah digunakan dan di-implementasikan oleh penulis di dunia nyata. Banyak
manfaat yang dirasakan oleh pemakai, jika benar-benar mempelajari akan dapat meningkatkan
wawasan para penggunanya.
Jujur penulis katakan buku ini tidak sempurna, tapi dengan niat yang tulus ini penulis berharap
para pembaca mendapatkan manfaat dan gambaran yang dapat mengungkap permasahan
akuntansi khususnya diperhotelan dan restaurant. Dengan penuh harap penulis menunggu
sumbang saran dari para pembaca. Sumbang saran dapat dikirim ke jayanto@ppsolution.com
atau jayanto@yahoo.com.
Semoga buku ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca dan kemajuan kita semua.
Salam penulis,
Jayanto
Mari kita memulai sebuah perhitungan akutansi, sebagai contoh kita membuka sebuah warung kecil
seperti contoh di bawah ini.
Contoh:
Untuk berdagang kita harus memiliki modal usaha, lalu menyediakan barang untuk dijual. Dalam proses
jual beli dibutuhkan biaya misalkan ongkos kirim. Dengan angka dapat kita tulis seperti di bawah ini.
1. Modal yang digunakan 10.000,-
2. Dengan uang dibelikan barang 2 buah X dengan harga satu buah 2.500,- total 5,000.-
3. Selanjutnya 1 buah barang X dijual dengan seharga 3,500,-
4. Biaya ongkos kirim 100,-
Untuk itu diciptakanlah cara perhitungan yang akan mempermudah pembuatan laporan dengan
transaksi yang jelas dan mudah dimengerti oleh semua orang. Sehingga semua orang dapat membuat
sendiri, jika mengetahui persyaratannya.
Cost/Expenses
Harga Pokok/Biaya
Kotak-kotak tersebut tempat kita meletakkan Transaksi yang terjadi, tetapi harus berdasarkan syarat-
syarat yang jelas. Syarat yang berlaku ini juga harus dipahami oleh masyarakat secara luas. Untuk itu
didefinisikan syarat tersebut, seperti di bawah ini :
Sedangkan kotak Income/Revenue dan Cost/Expenses Menampilkan nilai Penjualan dan biaya, yang
selisih darinya menggambarkan keuntungan atau kerugian, maka ketika dilaporkan pasangan kedua
kotak ini disebut Profit & Loss atau Laba/Rugi.
Dalam Activa terdiri atas asset atau harta. Asset secara umum dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Current Asset (Harta Lancar)
2. Fixed Asset (Harta Tetap)
Jangka waktu siklus operasi perusahaan meliputi jangka waktu yang diperlukan perusahaan industri
untuk mengolah bahan mentah menjadi barang jadi sampai produk itu ditukarkan dengan uang. Siklus
operasi perusahaan gula, tembakau, penyulingan, dan perusahaan kayu pada umumnya lebih dari satu
tahun.
Surat-surat berharga itu dimiliki untuk jangka pendek, dengan maksud diperjualbelikan.
Umumnya investasi jangka panjang dimaksudkan untuk tujuan memperoleh penghasilan atau untuk
menguasai perusahaan lain. Diklasifikasikan sebagai investasi jangka panjang, oleh karena surat-surat
berharga tersebut tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan dalam jangka pendek.
• Furniture & Fixture: kursi, meja dan bangku, mesin-mesin kantor seperti mesin hitung,
komputer, mesin ketik yang diperlukan dalam operasi umum perusahaan. Peralatan ini secara
tidak langsung dipergunakan dalam rangka penjualan barang.
• Gedung & Bangunan: Bangunan yang dimiliki dan dipergunakan dalam operasi perusahaan.
Perusahaan hanya dapat memiliki satu gedung untuk berbagai macam aktifitas, dapat pula
memiliki beberapa bangunan yang terpisah misalnya gedung untuk produksi, gedung untuk
• Tanah : Tanah yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan. Bangunan dan tanah dicantumkan
secara terpisah, karena bangunan mempunyai umur penggunaan yang terbatas, sedangkan
tanah dipergunakan secara tak terbatas.
Di samping Aktiva berwujud seperti tersebut di atas, ada pula yang disebut Aktiva tidak terwujud, yakni
Aktiva tidak lancar yang berupa hak-hak yang dimiliki perusahaan seperti hak cipta, hak paten, merek
dagang, goodwill dan lain-lain.
2.4. Pasiva
Seperti disebutkan bahwa dalam kotak Pasiva terdiri atas :
Selanjutnya pada tahun berikut keuntungan/kerugian tahun lalu diakumulasikan dengan tahun-tahun
sebelumnya. Akumulasi ini dianggap sebagai Laba/Kerugian ditahan (Retained Earning).
2.5. Income/Revenue
Income berada pada laporan Laba/Rugi atau Profit & Lost. Yang dimaksud pendapatan adalah:
a. Pendapatan dari penjualan jasa yang diberikan oleh hotel pada tamu seperti sewa kamar, jasa
business center.
b. Pendapatan dari penjualan barang yang dihasilkan oleh hotel seperti penjualan makanan dan
minuman (Food & Beverage)
c. Penjualan selain kedua di atas seperti pendapatan dari bunga, pendapatan atas sewa ruangan
yang ada di hotel.
2.6. Cost/Expenses
Sangatlah penting untung mengawasi Food Cost dan Beverage Cost. Setiap bulan petugas Cost
Controller harus mengeluarkan laporan yang menggambarkan seberapa besar Food Cost & Beverage
Cost terhadap penjualan yang ada (Percentage of Cost). Secara khusus akan dijelaskan di bab-bab
selanjutnya.
2.6.2. Expenses
Expenses atau biaya terdiri atas semua pengeluaran yang digunakan untuk melakukan operasi hotel
dalam melayani tamu. Yang termasuk dari biaya adalah gaji, listrik, air, telpon (yang digunakan oleh
hotel), asuransi, gas, bahan bakar, pajak, alat tulis kantor, kertas, ongkos, credit card fee, management
fee dan sebagainya.
Untuk memudahkan pengawasan dalam laporan hotel mengelompokan berdasarkan jenis pengeluaran
yang sama, sehingga memudahkan pengawasannya. Jika ada biaya yang berada di luar dari biaya
yang telah dikelompokan maka dianggap sebagai biaya lain-lain.
Terdapat juga angka yang merupakan penyusutan dari aset yang hotel. Asset milik hotel, nilainya akan
berkurang selama asset tersebut dimiliki (baik digunakan atau tidak). Pengurangan ini disebut sebagai
Depresiasi (Depreciation). Sehingga dengan berjalannya waktu aset hotel akan berkurang,
pengurangan ini merupakan biaya (Expenses).
Di bagian bawah laporan Profit and Loss ini terdapat satu angka yang dengan perhitungan
Income/Revenue dikurangi dengan Cost & Expenses. Angka ini disebut Laba bulan berjalan (Current
Earning), jika positif berarti hotel untung. Jika negatif berarti hotel merugi untuk bulan tersebut.
Angka Laba/Rugi ini selanjutnya diletakkan juga di kotak Pasiva (seperti disebutkan sebelumnya).
Dengan melihat angka ini maka untuk membuat laporan keuangan lengkap, maka laporan Profit & Loss
harus dibuat terlebih dahulu.
Dengan penjelasan ke empat kotak di atas, maka dapatlah kita melakukan pencatatan sederhana
dengan contoh yang diberikan sebelumnya, yaitu :
3.1. Contoh
Untuk berdagang kita harus memiliki modal usaha, lalu menyediakan barang untuk dijual. Dalam proses
jual beli dibutuhkan biaya misalkan ongkos kirim. Dengan angka dapat kita tulis seperti di bawah ini.
1. Modal yang digunakan 10.000,-
2. Dengan uang dibelikan barang 2 buah X dengan harga satu buah 2.500,- total 5,000.-
3. Selanjutnya 1 buah barang X dijual dengan seharga 3,500,-
4. Biaya ongkos kirim 100,-
Cost/Expenses
2. Dengan uang dibelikan barang 2 buah dikali dengan harga satu buah 2.500,-
Cost/Expenses 0,-
Cost/Expenses
Cost (2.500.-)
Jelas terjadi selisih, tentu ini suatu Kesalahan. Tapi mari kita lihat Transaksi di kotak sebelah
Sales 3.500,-
Cost / Expenses (2. 500,-)
Keuntungan 1.000,-
Keuntungan 1.000,- sama dengan perbedaan yang terjadi di kotak Balance Sheet, untuk itu keuntungan
harus dimasukkan di kotak Pasiva sehingga menjadi seperti gambar di bawah ini :
Cost/Expenses
Cost ( 2,500.-)
Cost/Expenses
Cost (2,500.-)
Expenses ( 100,-)
Jika positif maka disebut sebagai keuntungan, sebaliknya negative disebut sebagai kerugian,
selisih tetap dimasukkan ke dalam kotak Balance Sheet. Sehingga kotak ajaib kita menjadi.
Cost/Expenses
Cost (2,500.-)
Expenses ( 100,-)
Debit Credit
Cash 10.000,- Modal 10.000,-
2. Dengan uang dibelikan barang 2 buah X dengan harga satu buah 2.500,- total 5,000.-
Pada saat membeli barang, uang yang ada di Kas berkurang sehingga pencatatan transaksi menjadi
seperti di bawah ini.
Debit Credit
Inventory 5.000,- Cash 5.000,-
Debit Credit
Cash 3.500,- Sales 3.500,-
Debit Credit
Cost 2.500,- Inventory 2.500,-
Debit Credit
Expenses 100,- Cash 100,-
Jika pencatatan secara manual cara di atas sulit untuk dibaca, sehingga dibuatlah sebuah daftar
khusus untuk setiap account yang disebut sebagai Ledger. Sehingga semua transaksi di atas menjadi
seperti di bawah ini.
Modal
Cash
Inventory
Sales
Harga Pokok
Ongkos Kirim
Selanjutnya komputer akan menyusun sendiri Ledger sesuai dengan yang telah dientry.
Sehingga selanjutnya dalam pencatatan komputer tidak menggunakan nama tetapi menggunakan
Account Code ini, sehingga akan memudahkan.
Account Number mewakili sekelompok jenis transaksi tertentu. Sehingga sangatlah penting untuk
mendefinisikan Account Number ini dengan jelas dan dimengerti oleh semua bagian di dalam badan
usaha yang bersangkutan.
Kesalahan penggunaan Account Code akan mengakibatkan kesalahan pada laporan keuangan. Tentu
saja mengakibatkan kekacauan di dalam laporan yang dihasilkan.
Dengan Chart of Account yang tersusun rapih maka akan memudahkan kita dalam mencatat transaksi
(Journal Entry), menyusun laporan dan membaca laporan. Untuk itu sebelum Chart of Account
digunakan sebaiknya dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
• Apakah Account yang ada sudah dapat mencatat semua transaksi keuangan yang ada ?
• Bagaimana jika ada penambahan Account yang baru ?
• Apakah dengan Chart of Account yang ada memudahkan pembuatan laporan keuangan ?
• Bagaimana kalau mencetak laporan dengan klasifikasi account tertentu, misalkan untuk mencetak
laporan Department tertentu, Cost Center tertentu ?
• Bagaimana kalau Account tersebut sudah tidak aktif lagi ?
Tentu masih banyak kriteria lain yang harus dipertanyakan, sesuai dengan kebutuhan yang ada atau
sesuai dengan bidang usaha.
Untuk melakukan kerja dengan baik, maka proses pencatatan di hotel dibagi menjadi beberapa bagian
yang sering disebut sebagai departmen. Secara umum departemen dibagi menjadi :
Ketika tamu menginap dan menggunakan fasilitas hotel, sebenarnya yang terjadi adalah tamu hutang
pada hotel, sehingga semua transaksi penggunaan fasilitas merupakan Piutang Hotel pada tamu.
Hutang tamu pada Hotel disebut sebagai Guest Ledger.
Guest Ledger harus diperhatikan setiap hari dan dicatat perubahan seperti di bawah ini :
Keterangan Amount
Yesterday Balance 5.000
Today Charges 1.500
Today Payments (3.000)
Today Balance 3.500
Keterangan Amount
Room Rate 100
Service 10% 10
Subtotal 110
Pajak PB1 10% 11
Total Charge 121
• Room Rate merupakan penjualan kamar bagi hotel, sehingga diletakkan pada kotak
Income/Revenue.
• Service bukanlah pendapatan bagi hotel tetapi merupakan hak karyawan, jika hotel menerima
uang dari tamu sudah menjadi kewajiban bagi hotel untuk mengembalikan pada yang berhak,
dalam hal ini karyawan. sehingga dicatat di kotak Liability (Kewajiban) yang berada pada kotak
Pasiva.
• Pajak PB1 juga bukanlah hak hotel, hotel hanya membantu mengumpulkan Pajak
Pembangunan (PB1) tersebut dan jika telah tiba waktunya akan diserahkan pada Pemerintah
Daerah setempat. Sehingga menjadi kewajiban bagi hotel untuk menyerahkan pada
Pemerintah Daerah, sehingga dicatat di kotak Liability (Kewajiban) yang berada pada kotak
Pasiva.
• Ketiga transaksi di atas berhubungan dengan piutang tamu pada hotel. Sehingga Journal
Entry yang terjadi adalah.
Dengan asumsi yang sama maka transaksi penjualan fasilitas hotel lainnya akan sama seperti Room
Charge seperti :
• Phone Call Charge
• Business Center Charge (Fax, Telex, Photocopy, Computer Rental)
• Food Sales
• Beverage Sales
• Paid Out
• Taxi
• dan berbagai transaksi penjualan lainnya.
Jika tamu membayar dengan uang tunai (cash), maka terjadi transaksi Cash pada Guest Ledger
seperti di bawah ini :
Sama halnya jika tamu membayar dahulu sebelum menggunakan fasilitas hotel (yang umum disebut
sebagai Cash Deposit/Advance Payment) sehingga transaksinya sama dengan transaksi Cash
Payment hanya saja terjadi sebelum tamu menggunakan fasilitas hotel.
Transaksi ketika tamu Check Out dari hotel menggunakan Credit Card menjadi,
Ketika Bank melunasi pembayaran transaksi Credit Card tersebut pada beberapa hari selanjutnya akan
muncul transaksi baru seperti di bawah ini. Tetapi transaksi ini terjadi bukan pada Front Office tetapi
pada Account Receivable Department (sering disebut sebagai Credit Department).
Jika tamu membayar menggunakan Debit Card, maka Credit Card Fee tidak ada. Jika transaksi
dilakukan secara on-line, maka sebenarnya tidak terjadi perpindahan dari piutang tamu pada hotel ke
piutang bank pada hotel. Karena Bank sudah secara otomatis melakukan transfer ke rekening bank
hotel.
Walaupun demikian, di beberapa hotel pencatatan tetap dilakukan seperti Credit Card, untuk
memudahkan pengawasan.
Ketika Perusahaan X melunasi hutangnya selanjutnya akan muncul transaksi baru seperti di bawah ini.
Tetapi transaksi ini terjadi bukan pada Front Office tetapi pada Account Receivable Department (sering
disebut sebagai Credit Department).
• Transaksi jelas pengelompokkannya, dengan menggunakan kode transaksi yang jelas. Hal ini
sangat membantu pada saat proses Income Audit.
• Mengelompokan transaksi berdasarkan sumber transaksi dicatat, contoh: transaksi Room
Charge, Transaksi Pembayaran dan lainnya.
• Walaupun Transaksi sudah dikelompokkan, sebaiknya data Keterangan dan Nomor Bukti
transaksi harus tetap dilengkapi.
• Tidak boleh menggambungkan transaksi yang pengelompokkannya berbeda, seperti
mengabungkan (merge) Room Charge + Service Charge + Tax, menjadi satu buah transaksi
saja. Contoh lain transaksi Point of Sales: Food Sales + Service Charge + Tax, menjadi satu
buah transaksi. Sehingga pada saat proses audit oleh Income Audit data tersebut harus
Ketiga catatan tadi harus menjadi perhatian khusus jika hotel ingin membeli software untuk digunakan
di hotel. Jika hal tersebut tidak dapat dipenuhi, maka ketika digunakan Income Audit harus bekerja extra
keras untuk mendapatkan laporan yang dapat digunakan untuk dibukukan dalam laporan keuangan.
Sehingga pada akhirnya Income Audit lebih banyak bekerja untuk memasukkan ulang (re-entry) data
yang ada atau lebih tepat kalau disebut sebagai Income Clerk, karena ia tidak melakukan proses
pengawasan (Audit).
Jika Front Office menggunakan komputer, maka transaksi yang ada diberi kode agar memudahkan
dalam pencatatan. Kode tersebut sering disebut sebagai Transaction Category Code atau Transaction
Department Code. Transaksi tamu ditampilkan seperti di gambar di bawah ini :
Selanjutnya dari laporan tersebut dibuat suatu journal yang selanjutnya akan dijadikan laporan
keuangan.
Income Auditor tidak membukukan transaksi baru, tetapi ia memiliki tugas yang penting yaitu:
• Melakukan Audit pada transaksi Front Office
• Melakukan Audit pada transaksi Point Of Sales
• Melakukan Audit pada transaksi Sales yang lainnya
• Membuat laporan penjualan harian termasuk akumulasi selama periode berjalan
• Membuat laporan operasi lainnya, seperti laporan Room Statistic
• Membuat journal untuk dibukukan sebagai penjualan dari laporan penjualan yang ada
Laporan penjualan harian (Daily Sales Report atau Manager Report) merupakan summary dari semua
transaksi yang terjadi antara Hotel dengan tamu. Jika transaksi hotel yang cukup besar dihitung secara
manual untuk dijadikan laporan ini tentu akan memakan waktu yang cukup banyak. Hal semacam ini
masih terjadi sampai saat ini, walaupun hotel sudah menggunakan software di Front Office, tetapi
laporan Daily Sales Report tetap dibuat secara manual (dengan re-entry) menggunakan spreadsheet.
Cara ini mengakibatkan pekerjaan utama Income Audit bukan lagi memeriksa transaksi yang tercatat di
Front Office, tetapi dibebani dengan menghitung ulang dan memasukkan ulang data yang ada. Yang
berakibat :
• Fungsi audit dari Income Audit menjadi kurang
• Membutuhkan waktu dan tenaga yang lebih besar
• Jika terjadi koreksi, antara data Front Office dengan Income Audit menjadi tidak konsisten
• Memungkinkan menurunnya kepercayaan pada laporan yang dihasilkan
• Laporan yang dihasilkan tidak dapat ditelusuri
Sering terjadi karena terjadi kesalahan, maka angka yang terjadi di Front Office harus diperbaiki
(koreksi). Proses ini dilakukan oleh Income Audit agar mendapatkan laporan penjualan (Daily Sales
Report) yang benar (setelah ada perbaikan). Akibat dari proses ini maka angka yang tercatat di Front
Office tidak akan sama dengan angka yang tercatat di Income Audit (dalam hal ini Daily Sales Report).
Demikian juga semua laporan Statistic yang ada di Front Office menjadi tidak sama. Untuk itu haruslah
disadari sebaiknya jika terjadi koreksi, usahakan jangan dilakukan di Income Audit, lakukan di Front
Office.
Gambar di bawah ini adalah contoh software yang secara otomatis menghasilkan sebuah spreadsheet
tanpa harus di-entry oleh Income Audit. Semua transaksi yang terjadi di Front Office telah
dikelompokan, jika ada transaksi yang termasuk dalam Room Rate, transaksi tersebut telah dipisahkan
secara otomatis, tanpa dihitung atau entry ulang.
Dari spreadsheet ini data dapat langsung di-export ke General Ledger tanpa harus di-entry ulang.
Secara umum bentuk laporan Daily Sales Report memiliki kolom sebagai berikut :
• Description, keterangan
• Today, penjualan hari ini
• Month To Date, penjualan sampai dengan hari ini dihitung dari awal bulan
• Month To Date Budget, budget untuk sampai dengan hari ini dihitung dari awal bulan
• Month To Date Variance, selisih antara budget dengan actual
• Year to Date, penjualan sampai hari ini dihitung dari awal tahun
• Year To Date Budget, budget untuk sampai dengan hari ini dihitung dari awal tahun
• Year To Date Variance, selisih antara budget dengan actual
Dari Daily Sales Report dibuatlah suatu journal transaksi untuk dicatat sebagai transaksi penjualan atau
lainnya di laporan keuangan. Pencatatan ini seperti dijelaskan pada Transaksi Front Office.
Income Audit juga harus mencatat perubahan Guest Ledger (di laporan Daily Sales Report), dalam
buku terpisah. Jika hotel menggunakan komputer, maka data ini dapat digunakan untuk mengawasi
keakuratan data yang ada di Front Office.
Sebuah batch transaksi berhubungan dengan satu bank provider, sehingga bisa saja satu bank
menanggung beberapa Credit Card. Misalnya Bank A akan menanggung semua pembayaran Visa
Setelah diketahui bahwa bank yang bersangkutan telah melunasi transaksi Credit Card tersebut maka
transaksi Credit Card tersebut dianggap lunas. Bank melunasi pembayaran Credit Card berdasarkan
Nomor Batch yang telah dijelaskan sebelumnya.
Total pembayaran yang dilakukan oleh bank tersebut tidak seluruh transaksi tetapi dikenakan biaya
(Credit Card Fee). Sehingga journal transaksi tersebut menjadi seperti di bawah ini.
8.3. Laporan
Pada akhir bulan petugas Account Receivable akan membuat beberapa laporan yang dapat
menjelaskan kondisi dari Piutang. Laporan-laporan yang harus dibuat adalah
Dari laporan ini maka dapat dilihat dengan jelas piutang mana saja yang harus diperhatikan sehingga
pelunasannya dapat segera dilakukan.
Berdasarkan Laporan ini pula dibuatlah surat kepada perusahaan bersangkutan seperti
• Remainder Letter 1, jika ada piutang yang umumnya lebih besar dari 30 hari
• Remainder Letter 2, jika ada piutang yang umumnya lebih besar dari 60
• Dan seterusnya
1. Company Code/Name
2. Opening Balance
3. New Invoice
4. Cash Receipt
5. Deposit & Adjustment
6. Ending Balance
Laporan ini sangat berguna untuk menyocokkan dengan laporan yang ada pada Laporan Keuangan
(yang dikerjakan oleh Bookkeeper).
Dari laporan ini pula dapat dihitung umur Piutang masing-masing perusahaan.
Dalam keseharian sering terjadi transaksi yang sudah tercatat di Account Receivable dari Front Office
harus ditelusuri dari mana transaksi tersebut berasal, siapa nama tamunya, berapa room rate yang
diberikan dan sebagainya.
Dengan menggunakan teknologi data mining, maka data ada dapat ditelusuri sampai ke sumbernya
seperti pada gambar di bawah ini.
Semua transaksi yang terjadi pada inventory tentu bersentuhan dengan Inventory. Sebenarnya
kesulitan terjadi karena kurangnya pengetahuan atas pengelompokan barang berdasarkan Account
Number yang ada. Sehingga pada akhirnya akan menyulitkan semua pihak.
Untuk itu seluruh bagian yang berhubungan dengan Inventory harus secara mendalam mengerti:
1. Pengelompokan barang berdasarkan jenisnya, seperti Food, Beverage, Cigarette, Material,
Asset dan sebagainya.
2. Pengelompokan barang berdasarkan pemakaiannya, department mana saja yang paling
sering menggunakan barang tersebut,
3. Unit of Measurement (Full Unit, Loose Unit, Recipe Unit, Unit Conversion)
4. Pada bagian penerimaan dan storekeeper, harus tahun setiap barang dan dapat
membedakan kwalitas barang.
5. Memiliki standard yang sama dalam pembuatan kode barang (Part Number), sering terjadi
barang yang sama diberi kode yang berbeda karena tidak adanya kesamaan dalam pemberian
kode.
6. Memiliki standard yang sama dalam pemberian nama, sering terjadi barang yang sama diberi
nama yang berbeda.
Dengan keadaan demikian maka Cost Controller harus jeli menentukan account mana yang digunakan
untuk setiap penggunaan barang. Jika secara manual setiap dokumen transaksi pemakaian barang
(Issuing) diisi account yang digunakan. Pada akhir hari semua transaksi dijumlahkan dan dibukukan
sebagai biaya atau harga pokok.
1. Untuk mengatasi hal ini dapat barang-barang yang ada harus dikelompokan dengan kriteria:
Barang harus dibedakan berdasarkan jenis barang, yaitu: Food, Beverage, Cigarette, Material
dan lainnya. Pengelompokan ini sesuai dengan Account Inventory yang akan dibukukan.
2. Walaupun barang yang sama pada saat pemakaian memiliki alokasi yang berbeda. Untuk itu
pengelompokan lebih lanjut juga berdasarkan kesamaan alokasi pemakaian. Misalnya: semua
Barang yang diterima dan dimasukkan ke dalam persediaan tergantung pada jenis barang tersebut.
Dengan diketahuinya jenis barang maka dengan cepat telah diketahui Account Code yang akan
digunakan.
Bisa terjadi bahwa barang yang dibeli bukan dianggap sebagai Inventory (Persediaan) tetapi dianggap
sebagai Asset. Misalnya pembelian Komputer, maka transaksi yang terjadi adalah:
Transaksi menjadi,
Jika ternyata jasa yang dibayar itu cukup besar dan manfaatnya dapat dirasakan dalam waktu yang
lama, maka biaya jasa tersebut dapat ditangguhkan dianggap sebagai harta dan akan dikurangi setiap
bulan. Hal semacam ini disebut sebagai biaya dibayar di muka.
Penentuan Account biaya harus ditentukan sesuai dengan asas manfaat yang diterima oleh
Department yang menggunakan.
Sedangkan jika barang yang dibeli dianggap langsung digunakan di dapur untuk membuat makanan
(seperti sayur kubis setiap hari dibeli dan dianggap langsung digunakan) transaksi ini dianggap sebagai
Harga Pokok Penjualan (HPP) atau Cost. Mirip dengan transaksi di atas.
Khusus untuk Direct Use (baik penerimaan barang dianggap sebagai biaya atau harga pokok), Account
Number harus dicatat sesuai dengan pengguna barang tersebut.
Jika saja barang yang dipesan adalah alat-alat kantor (stationary), maka pencatatan harus dengan teliti
sebab setiap department memiliki Account untuk mencatat biaya stationary. Sehingga selanjutnya
transaksi sudah jelas masuk ke Account yang sesuai.
Penentuan ini tentu sering menimbulkan masalah jika dari awal tidak ditentukan dengan jelas klasifikasi
barang dan alokasi biaya yang seharusnya dilakukan.
Sebagai catatan kesalahan juga sering terjadi karena satuan yang digunakan tidak sama, antara
pemesanan dan penerimaan. Untuk itu harus ada kesepakatan antara petugas Purchasing, petugas
Receiving dan Storekeeper.
Jika menggunakan komputer maka alokasi transaksi seharusnya sudah dapat diketahui begitu barang
diterima, seperti pada gambar di bawah ini :
9.4. Transfer
Dalam hotel tempat penyimpanan barang (gudang) umumnya lebih dari satu buah. Sehingga pasti
terjadi perpindahan barang dari satu gudang ke gudang lainnya.
Secara fisik transfer adalah memindahkan suatu barang dari satu tempat ke tempat lainnya dalam
hotel. Pemindahan barang ini tidak akan berubah jenis barang, yang berubah hanyalah tempatnya.
Sehingga tidak perlu dicatat secara accounting.
• Cost (harga pokok penjualan), digunakan menjadi bahan pembuatan makanan. Missal bears
untuk nasi goreng yang disantap tamu.
• Expenses (biaya), digunakan untuk operasi hotel. Misal bahan pembersih lantai.
Account untuk Inventory sudah jelas, berdasarkan jenis barang yang ada di persediaan. Untuk
menentukan Account untuk Cost (harga pokok penjualan) atau Expenses (biaya) harus dipastikan
department mana yang menggunakan barang tersebut sehingga dapat dipastikan nomor perkiraan
yang ada.
Sebagai contoh: pensil yang merupakan salah satu dari stationary jika digunakan oleh Housekeeping
untuk diletakkan di kamar akan menjadi Guest Supply, tapi jika pensil digunakan oleh Accounting
Department maka menjadi Stationary Expenses. Dengan demikian perlu dipastikan Account Code
masing-masing department yang menggunakan barang yang sama.
Dulu untuk menentukan alokasi biaya menggunakan manual, sehingga harus ada seseorang yang
menentukan Account Code setiap kali ada transaksi Issuing. Jika menggunakan komputer dengan
software (piranti lunak) yang telah dirancang dengan teliti, maka hal ini akan dilakukan oleh software
yang bersangkutan seperti pada gambar di bawah ini.
Jika alokasi biaya atau harga pokok tidak diketahui maka dapat dipastikan perhitungan harga pokok
dan biaya hotel tidak dapat dilakukan dengan teliti. Hal inilah yang akhirnya menimbulkan kekacauan
dalam pencatatan.
Pembukuan sama dengan pemakaian barang (Issuing). Ada beberapa hotel membedakan berdasarkan
jenis persediaan. Pencatatan tergantung siapa yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut.
Jika persediaan adalah Food dan Beverage maka dianggap sebagai harga pokok, tapi tidak semua
hotel menganut pendapat demikian.
Proses pencatatan ini dapat dilakukan setiap hari, misalkan dilakukan pada restaurant cepat saji (Fast
Food Restaurant), pada Bar. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengawasan tetapi
membutuhkan waktu dan tenaga yang besar, sehingga sering physical Adjustment ini hanya untuk
barang-barang tertentu saja (yang harganya cukup mahal atau pemakaian dalam jumlah banyak).
Dapat juga dilakukan setiap minggu sekali, tetapi secara umum hotel melakukan setiap bulan sekali dan
dilakukan pada tanggal terakhir bulan tersebut.
Jika tidak terjadi selisih antara nilai buku dan nilai yang ada di gudang maka tidak perlu dibukukan.
Tetapi jika terjadi selisih maka harus dibukukan, selisih bisa positif bisa negatif.
Pembukuan sama dengan pemakaian barang (Issuing). Ada beberapa hotel membedakan berdasarkan
jenis persediaan, bisa juga pencatatan tergantung siapa yang bertanggung jawab atas kejadian
tersebut. Jika persediaan adalah Food dan Beverage maka dianggap sebagai harga pokok. Sebaliknya
Jika nilai buku lebih besar dari nilai sebenarnya maka dicatat sebagai berikut :
Sebaliknya jika nilai buku lebih kecil dari nilai sebenarnya maka dicatat sebagai berikut :
Jika menggunakan komputer maka transaksi tersebut akan secara otomatis mencatat sesuai dengan
kondisi yang dijelaskan di atas.
Tentu pencatatan biaya/harga pokok tersebut menjadi salah, untuk itu pembukuan tersebut harus
diperbaiki agar sesuai. Proses ini disebut Credit To Cost secara sederhana dapat dikatakan bahwa
mengurangi Cost yang telah dicatat ke department yang lain. Berarti transaksi yang terjadi adalah
antara Cost/Expenses pada Cost/Expenses, seperti di bawah ini :
Terlihat bahwa terjadi pemindahan harga pokok/biaya department B menjadi harga pokok/biaya
department A.
Tentu saja harga pokok yang dijual tidaklah sesuai, karena ada bahan yang seharusnya menjadi dijual
digunakan sendiri untuk maksud yang berbeda. Maka harga pokok makan harus dikurangi oleh harga
pokok makanan yang disantap karyawan tersebut menjadi biaya department yang bersangkutan.
Karena sulit menemukan harga pokok (yang akan menjadi biaya) dari makanan yang dimakan oleh
karyawan tersebut, maka sering pencatatan hanya dilakukan dengan mengalikan dengan rata-rata Cost
9.10. Consumption
Berbicara tentang persediaan ada tiga hal yang merupakan kunci dari proses persediaan tersebut yaitu
• Berapa persediaan yang dibeli
• Berapa persedaan yang dipakai (Consume)
• Berapa sisa persediaan yang ada
Ketiga hal tersebut merupakah hasil akhir dari proses pencatatan persediaan. Pembelian barang sudah
jelas dicatat di bagian pembelian. Sisa barang sudah jelas dapat diperiksa langsun ke gudang.
Sebaliknya berapa persediaan yang dipakai menjadi satu hal yang perlu diperhatikan, karena
pemakaian persediaaan dicatat dari berbagai proses. Dari Issuing, Spoilage, Direct Use (Direct
Purchase) dan sebagainya.
Kesulitan ini tentu akan menjadi beban tersendiri jika proses pencatatan secara manual. Software yang
dirancang khusus untuk hotel dapat menelusuri pemakaian seperti di bawah ini :
Laporan yang digambarkan seperti pada Gambar 4, sudah sejak lama digunakan. Laporan tersebut
sangat mudah dibuat secara manual, karena proses perhitungannya sederhana dan dapat dicerna
dengan cepat.
Transfer
9 Beverage for Cooking (from bar) G 5
10 Food for Mixing (to bar) H (10)
11 Total Transfer I=G+H (5)
Credit to Cost
12 Welcome Drink J1 10
13 Employee Meal J2 30
14 Others Department J3 5
Total Credit To Cost J=J1+J2+J3 45
Jika diperhatikan proses perhitungan harga pokok di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
• Jika persediaan Food digunakan oleh bagian lain maka harga pokok dikurangi sejumlah yang
digunakan oleh departement lain (Credit To Cost)
• Baru sisa dari persediaan tersebut dianggap sebagai harga pokok.
Proses ini sangat sederhana untuk hotel yang hanya memiliki satu atau dua gerai (outlet). Jika outlet
sudah banyak maka proses perhitungan akan menjadi lebih rumit.
• Ketika barang diterima sudah diketahui pelakuan barang tersebut, sebagai persediaan atau
sebagai biaya atau harga pokok (direct purchase). Jelas disini sudah dapat dihitung berapa
harga pokok atau biaya yang akan terjadi.
• Jika barang masuk persediaan, ketika barang dikeluarkan atau digunakan maka telah
diketahui untuk apa barang tersebut digunakan, sebagai harga pokok atau sebagai biaya.
Sederhana sekali perhitungannya, tetapi cara terakhir ini jika dilakukan dengan cara manual akan sulit
dilakukan. Sehingga tidak pernah digunakan, tetapi jika perhitungan menggunakan komputer,
perhitungan ini dapat dilakukan dengan cepat dan akurat. Sehingga bentuk laporan di atas berubah
menjadi :
Expenses
9 Welcome Drink G1 15
10 Employee Meal G2 30
11 Others Department G3 5
12 Total Expenses G=G1+G2+G3 50
Cost of Production
13 Food H1 495
14 Beverage for Cooking H2 5
16 Total Cost of Production H=H1+H2 500
Proses pencatatan data dari nomor 1 sampai nomor 8 sama seperti perhitungan di atas. Tetapi
selanjutnya perhitunga sangat berbeda.
• Welcome Drink, Employee Meal, Others Department : dicatat pada sistem komputer sesuai
dengan departement yang menggunakan. Karena memang sudah diketahui pada saat
pemakaian dilakukan.
• Cost of Production (Food dan Beverage for Cooking) : dicatat sebagai harga pokok karena
telah diketahui dengan pasti pada saat digunakan.
• Selanjutnya perhitunga percentage sama seperti perhitungan sebelumnya.
Less House Use & Compliment sebenarnya tidak perlu lagi dihitung jika sistem komputer telah
menggunakan rumus resep makanan (recipe) yang ada. Sehingga makanan yang disantap tidak bukan
untuk penjualan dapat dihitung harga pokoknya seseuai dengan resep yang telah dibuat sebelumnya.
Dengan proses perhitungan demikian maka perhitungan harga pokok menjadi sangat jelas dan dapat
ditelusuri sesuai dengan data yang ada.
Pada saat hotel menerima atau akan menerima barang atau jasa dari pihak ke dua (pemasok atau
supplier), maka hotel secara langsung memiliki kewajiban untuk membayar senilai barang atau jasa
tersebut. Kewajiban untuk melunasi ini disebut sebagai hutang (Payable).
Bisa terjadi barang yang telah diterima dikembalikan karena berbagai alasan (Return) atau sering
disebut sebagai Retur. Jika hal ini terjadi maka kewajiban hotel pada pemasok akan berkurang,
sehingga sering disebut sebagai Credit Note. Transaksi yang akan dicatat adalah :
Jika hotel menggunakan sistim komputer, maka kedua transaksi tersebut secara otomatis akan dibuat
pada saat transaksi Penerimaan atau Pengembalian Barang di-entry di komputer. Sedangkan transaksi
bukan dari penerimaan barang, seperti tagihan telpon, listrik, air dan sebagainya maka data harus di-
entry dibagian hutang.
Dengan proses pencatan seperti ini maka pada akhir bulan semua transaksi benar-benar telah tercatat
dengan baik, tidak ada lagi catatan khusus pada laporan keuangan yang menyatakan tagihan mana
yang belum dicairkan.
Jika hotel tidak menggunakan sistim komputer maka pencatatan yang terjadi adalah :
Pada akhir periode, perbedaan antara transaksi yang dibukukan dengan bank akan menjadi catatan
pada laporan keuangan.
10.2. Laporan
Pada akhir periode maka dibuat laporan untuk menganalisa hutang hotel, laporan yang harus
dikeluarkan adalah
• Laporan Umur Hutang (Account Payable Aging Report)
• Laporan Perputaran Hutang (Account Payable Mutation Report)
Kedua laporan ini sudah menjadi kewajiban untuk dicetak dan dilampirkan pada laporan keuangan
pada akhir bulan.
Aging Report mengambarkan umur hutang hotel pada pemasok, sehingga dapat diketahui dengan jelas
pemasok mana yang harus segera dilunasi. Mutation Report mengambarkan perputaran hutang pada
periode tersebut. Laporan ini akan sangat membantu untuk memeriksa apakah ada kesalahan
pencatatan yang ada di Account Payable dengan General Ledger (Buku Besar).
Tidak hanya hal tersebut, semua transaksi yang ada di Account Payable, sistem komputer harus dapat
membuktikan dari mana sumber transaksi tersebut untuk membuktikan kecanggihan dari sistem
tersebut.
Dengan proses ini maka semua data hutang dapat dengan mudah ditelusuri dengan cepat, yang pada
akhirnya sangat membantu baik petugas administrasi hutang maupun hotel.
Sebagai catatan bahwa untuk Sistem komputer yang dirancang dengan baik dapat mencetak Aging
Report dan Mutation Report untuk periode yang telah lalu dan tentunya dapat mendukung Data Mining
seperti yang telah disebutkan di atas.