Panduan Penulisan Resep
Panduan Penulisan Resep
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemberian obat yang ditujukan untuk pengobatan suatu penyakit/kumpulan gejala
merupakan salah satu langkah dalam pengobatan terhadap pasien, dimana langkah ini
harus benar-benar mengutamakan penggunaan obat yang rasional. Dalam konteks
pengobatan, rasional berarti tepat diagnosa, tepat indikasi, tepat dosis, tepat waktu
pemberian obat. Pilihan ini mencakup jenis obat dan ketepatan kondisi pasien, dosis,
waktu pemberian, rute pemberian, kombinasi obat dan lamanya pengobatan.
Tindakan/terapi dimulai setelah pemberian obat kepada pasien dan hasilnya harus
dipantau serta diverifikasi apakah telah sesuai dengan tujuan terapi. Dalam penggunaan
obatnya, pasien harus diberikan penjelasan tentang obat yang diminum, indikasi/tujuan
obat, waktu minum obat, rute minum obat, efek samping obat, hal apa saja yang harus
dihindari selama minum obat dan lama obat tersebut diminum. Apabila hasil
menunjukkan perbaikan atau sesuai dengan tujuan terapi maka terapi bisa diteruskan atau
kalau tidak berhasil dihentikan, terapi perlu dikaji ulang.
Kesalahan terapi (medication errors) sering terjadi di praktik umum maupun
rumah sakit. kesalahan pemilihan jenis obat, dosis, cara pemakaian, penulisan yang sulit
dibaca merupakan faktor yang bisa meningkatkan kesalahan terapi. Setiap langkah mulai
pengumpulan data pasien (anamnesis, pemeriksaan jasmani, dan pemeriksaan penunjang
lainnya) berperan penting untuk pemilihan obat dan akhirnya penulisan resep.
Penulisan resep yang benar harus mengacu pada tatanan atau aturan yang baku
sesuai dengan kebijakan rumah sakit sehingga meminimalkan kesalahan dalam
pembacaan resep oleh apoteker/farmasi. Agar terdapat keseragaman pada penulisan resep
oleh dokter, maka seluruh dokter harus mengikuti standar penulisan resep yang benar
yang berdasarkan peraturan dari direktur rumah sakit.
B. TUJUAN PANDUAN
1. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di rumah sakit.
2. Memberikan pelayanan farmasi yang dapat menjamin efektifitas, keamanan dan
efisiensi penggunaan obat.
3. Meningkatkan kerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lain yang terkait dalam
pelayanan farmasi
4. Melaksanakan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka meningkatkan
penggunaan obat secara rasional
C. RUANG LINGKUP
Seluruh staf medis fungsional, maupun dokter yang diberi izin praktek di RSU
Indo Sehat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Setiap penulisan obat harus menyesuaikan ketentuan status pasien. Tujuan
penulisan resep agar dapat mengaplikasikan pengetahuan dokter dalam memberikan obat
kepada pasien melalui blanko resep atau instruksi pengobatan dengan kop RSU Indo
Sehat.
Tulisan harus jelas dan dapat dibaca, dengan menggunakan istilah dan singkatan
yang lazim, dengan demikian seorang dokter harus mengetahui dan paham obat yang
masuk dalam daftar Formularium Rumah Sakit yang dibuat oleh Komite Farmasi dan
Terapi RSU Indo Sehat. Untuk menghindari kesalahan pembacaan oleh tenaga di instalasi
Farmasi, maka Dokter penulis resep harus menuliskan resep dengan jelas,
terbaca dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
BAB II
RESEP
A. Definisi Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi kepada apoteker,
baik dalam bentuk paper maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan
obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku
C. Jenis-Jenis Resep
1. Resep Standar (R/Officinalis) yaitu resep yang komposisinya telah dibakukan dan
dituangkan ke dalam buku farmakope atau buku standar lainnya. Penulisan resep
sesuai dengan buku standar.
2. Resep Magistrales (R/Polifarmasi) yaitu resep yang sudah dimodifikasi atau
diformat oleh dokter. bisa berupa campuran atau tunggal yang diencerkan dalam
pelayanannya harus diracik terlebih da!ulu.
3. Resep Medicinal yaitu resep obat jadi, bisa berupa obat paten, merek dagang
maupun generic, dalam pelayanannya tidak mangalami peracikan. Buku referensi
organisasi Internasional untuk standarisasi (ISO), Indonesia Index Medical
Specialities (IIMS), Daftar Obat di Indonesia (DOI) dan lain-lain
4. Resep obat generik yaitu penulisan resep obat dengan nama generik dalam bentuk
sediaan dan jumlah tertentu. Dalam pelayanannya bisa atau tidak mengalami
peracikan
D. Penulis Resep
1. Dokter Umum
2. Dokter Spesialis
3. Dokter Gigi, terbatas pada pengobatan gigi dan mulut
L. Langkah Preskripsi
1. Pemilihan obat yang tepat
Hal yang sangat penting untuk menjadi pertimbangan dalam memilih obat:
a. Bagaimana rasio manfaat dengan risiko obat yang dipilih
b. Bagaimana keamanan (efek samping, kontra indikasi) obat yang dipilih
c. Jenis bahan obat apa (bahan baku, formula standar, bahan generik, atau bahan
paten) yang dipilih
d. Pertimbangan biaya/harga obat
2. Penetapan cara pemberian dan aturan dosis yang tepat
a. Cara pemberian obat
Yang diperlukan dalam menentukan cara pemberian obat:
Tujuan terapi
Kondisi pasien
Sifat fisika-kimia obat
Bioavaibilitas obat
Manfaat
b. Aturan dosis obat
Penentuan dosis obat perlu mempertimbangkan :
Kondisi pasien (seperti: umur, berat badan, fisiologi dan fungsi organ
tubuh)
Kondisi penyakit ( akut, kronis, berat/ringan)
Indeks terapi obat (lebar/sempit)
Cara/rumus perhitungan dosis anak (pilih yang paling teliti)
c. Jadwal Pemberian
meliputi frekuensi, satuan dosis per kali dan saat/waktu pemberian obat.
Dalam resep tertuang dalam unsur signatura.
d. Frekuensi Penggunaan Obat
e. Lama Pemberian
3. Pemilihan formula resep yang tepat
Ada 4 formula resep yang dapat digunakan untuk menyusunan preskripsi dokter
(Formula R/Officinalis, R/ Magistrales, R/Medicinal, R/ obat generik ). Pemilihan
formula tersebut perlu mempertimbangkan:
Yang dapat menjamin ketepatan dosis (dosis individual)
Yang dapat menjaga stabilitas obat
Agar dapat menjaga kepatuhan pasien dalam meminum obat
Biaya/harga terjangkau
4. Penulisan preskripsi dalam blanko resep yang benar
5. Pemberian informasi bagi penderita yang tepat
M. Pedoman Cara Penulisan Resep Dokter
1. Ukuran blanko resep (lebar 10-12 cm; panjang 15-20 cm)
2. Satu lembar resep maksimal 6 item obat
3. Penulisan Nama Obat (bagian inscriptio) :
a. dimulai dengan huruf besar
b. ditulis secara lengkap atau dengan singkatan resmi (dalam farmakope
indonesia atau nomenklatur internasional), misal : Ac. salic.; acetosal
c. tidak boleh ditulis dengan nama kimia (misal:kalium chlorida dengan KCl)
atau singkatan lain dengan huruf kapital (misal:chlorpromazin dengan CPZ)
4. Penulisan Jumlah Obat
a. satuan berat : mg (miligram), g (gram)
b. satuan volume : ml (mililiter), l (liter)
c. satuan unit : UI/IU
d. Penulisan jumlah obat dengan satuan biji menggunakan angka romawi
misal : Tab. novalgin no.XII,
Tab. stesolid 5 mg no.X (decem)
m.f. 1.a. pulv.d.t.d. no.X
e. Penulisan Alat Penakar :
dalam singkatan bahasa latin dikenal :
C = sendok makan (volume 15ml)
Cth = sendok teh (volume 5ml)
Gtt = guttae (1 tetes : 0,05 ml)
catatan : hindari penggunaan sendok makan dan sendok teh rumah tangga
karena volumenya tidak selalu 15 ml untuk sendok makan dan 5 ml untuk
sendok teh. gunakan sendok plastik (5 ml) atau alat lain (volume 5, 10, 15 ml)
yang disertakan dalam sediaan cair paten.
f. Arti Prosentase (%):
0,5% (b/b) = 0,5% g dalam 100 g sediaan
0,5% (b/v) = 0,5% g dalam 100 ml sediaan
0,5% (v/v) = 0,5% ml dalam 100 ml sediaan
g. hindari penulisan dengan angka decimal (misal : 0,... ; 0,0.... ; 0,00....)
5. Penulisan Kekuatan Obat
a. Penulisan kekuatan obat dalam sediaan jadi (generik/paten) yang beredar di
pasaran dengan beberapa kekuatan, maka kekuatan yang diminta harus ditulis,
missal Tab. Primperan yang 5 mg atau yang 10 mg
b. Penulisan volume obat minum dan berat sediaan topikal dalam tube dari
sediaan jadi/paten yang tersedia beberapa kemasan, maka harus ditulis, misal :
Allerin exp. yang volume 60 ml atau 120 ml
garamycin cream yang 5 g/tube atau 15 g/tube
6. Penulisan Bentuk Sediaan Obat (merupakan bagian Subscriptio) dituliskan tidak
hanya untuk formula magistralis, tetapi juga untuk formula officinalis dan
spesialitis, misal : Tab. Antalgin mg 250.X
Tab. Novalgin mg 250 X
m.f.l.a. pulv. no.X
7. Penulisan Jadwal Dosis/aturan pemakaian (bagian Signatura)
a.harus ditulis secara benar
misal : s. t.d.d. pulv. I . p.c. atau s.p.r.n. t.d.d. tab.I
b.untuk pemakaian yang rumit gunakan tanda s.u.c (usus cognitus) / pemakaian
sudah tahu. Penjelasan kepada pasien ditulis pada kertas dengan bahasa yang
dipahami.
8.Setiap selesai menuliskan resep siberi tanda penutup (untuk 1. R/) atau tanda
pemisah di antara R/ (untuk > 2 R/). Resep ditulis sekali jadi, tidak boleh ragu-
ragu, hindari coretan-coretan, hapusan atau tindasan.
9. Penulisan tanda iter resep yang memerlukan pengulangan dapat ditulis tanda iter
(n)x disebelah kiri atas dari resep untuk seluruh resep yang diulang. bila tidak
semua resep, maka ditulis di bawah setiap resep yang diulang. resep yang tidak
boleh diulang, dapat diberi tanda NI di sebelah kiri atas dari resep untuk seluruh
resep yang tidak boleh diulang. Bila tidak semua resep, maka ditulis di bawah
setiap resep yang diulang.
10. Penulisan tanda cito atau PIM
apabila diperlukan harus ditulis di sebelah kanan pada bagian atas kertas resep.
Penanganan bila resep tidak terbaca atau tidak jelas yakni sebagai berikut :
Resep yang diterima oleh petugas apotek dilakukan identifikasi kelengkapan
resep,yaitu:
- Tanggal resep, nama dokter, nomor resep, nama pasien, tanggal lahir
pasien.
- Aturan pakai (frekuensi, dosis, rute pemberian) ditulis dengan jelas.
- Tidak menggunakan istilah dan singkatan sehingga mudah dibaca dan
tidak disalahartikan.
Resep yang kurang jelas penulisannya didiskusikan terlebih dahulu bersama
staf apotek dan membaca riwayat pengobatan pasien.
Jika resep belum jelas maka apoteker mengkonfirmasikan ke perawat dan
meminta perawat yang menangani pasien tersebut agar melihat status
pemberian obat pasien
Jika resep belum jelas maka menghubungi dokter untuk memperoleh
kejelasan resep
Apabila dokter tidak dapat dihubungi maka dapat menghubungi ke bagian
pelayanan medik untuk selanjutnya meneruskan informasi ke dokter/SMF/
dokter jaga apakah resep tersebut obatnya harus diganti
Apabila sudah mendapatkan kejelasan dari dokter, maka perawat secepatnya
mengkonfirmasikan resep ke instalasi farmasi untuk segera dilayani dan
disiapkan obatnya.
P. Pengelolaan Resep
1. Resep yang telah dikerjakan, disimpan menurut urutan tanggal dan nomor
penerimaan / pembuatan resep.
2. Resep yang mengandung narkotika dan psikotropika harus dipisahkan dari resep
lainnya, tandai garis merah di bawah nama obatnya.
3. Resep dibendel sesuai kelompoknya yaitu berdasarkan status pasien yang
dibendel setiap hari dan per bulan.
4. Bendel resep diberi tanggal, bulan dan tahun yang mudah dibaca dan disimpan di
tempat yang telah ditentukan
5. Penyimpanan bendel resep dilakukan secara berurutan dan teratur sehingga
memudahkan untuk penelususran resep.
6. Resep yang diambil dari bendel pada saat penelusuran harus dikembalikan pada
bendel semula tanpa merubah urutan.
7. Resep yang telah disimpan melebihi 3 tahun dapat dimusnahkan dan cara
pemusnahannya adalah dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang memadai
8. Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker pengelola bersama dengan sekurang-
kurangnya seorang petugas apotek.
9. Pada saat pemusnahan harus dibuat berita acara pemusnahan yang
mencantumkan:
a. Hari dan tanggal pemusnahan
b. Tanggal yang terawal dan terakhir dari resep
c. Berat resep yang dimusnahkan dalam kilogram.
DAFTAR PUSTAKA
Simatupang, A. Proses keputusan terapi dan masalah dalam Pemakaian obat. cermin Dunia
kedokteran 1992;78:57-60
velo GP; Minuz P. medication errors: prescribing faults and prescription error. Br J Clin
Pharmacol 2009: 67(6): 624-8
simatupang,A..Pedoman WHO tentang Penulisan resep yang Baik sebagai Bagian Penggunaan
obat yang rasional WHO Guide to good Prescribing as Part of rational Drug Use 2012