Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hischsprung Disease (HD) adalah kelainan kongenital dimana tidak dijumpai


pleksus auerbach dan pleksus meisneri pada kolon. sembilan puluh persen (90%)
terletak pada rectosigmoid, akan tetapi dapat mengenai seluruh kolon bahkan
seluruh usus (Total Colonic Aganglionois (TCA)). Tidak adanya ganglion sel ini
mengakibatkan hambatan pada gerakan peristaltik sehingga terjadi ileus
fungsional dan dapat terjadi hipertrofi serta distensi yang berlebihan pada kolon
yang lebih proksimal.
Pasien dengan penyakit Hirschsprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick
Ruysch pada tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald
Hirschsprung yang mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1886.
Namun patofisiologi terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas hingga
tahun 1938, dimana Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon
yang dijumpai pada kelainan ini disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian
distal usus akibat defisiensi ganglion.
HD terjadi pada satu dari 5000 kelahiran hidup, Insidensi penyakit
Hirschsprung di Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara
5000 kelahiran hidup. (Askarpour & Samimi, 2008 & Pasumarthy & Srour,
2008). Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkat kelahiran 35
permil, maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakit
Hirschsprung. Kartono mencatat 20-40 pasien penyakit Hirschprung yang dirujuk
setiap tahunnya ke RSUPN Cipto Mangunkusomo Jakarta. Penderita Hisprung
laki-laki 4 kali lebih banyak dibanding perempuan dan ditemukan pada anak laki-
laki dibanding anak perempuan. (Holschneider dan Ure, 2005 ).
Seseorang yang menderita penyakit Mega Colon diberikan diet Tinggi Energi
Tinggi Protein untuk memberikan makanan lebih banyak daripada keadaan biasa
untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat, mencegah
mengurangi kerusakan jaringan tubuh dan menambah berat badan hingga
mencapai normal jika pasien dengan status gizi kurang.
Oleh karena itu kami tertarik mengembangkan suatu resep makanan yang
mengandung protein tinggi agar dapat memenuhi kebutuhan pasien serta
membantu pemulihan pasien lebih cepat.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Membuat pengembangan resep makanan tinggi protein
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Membuat resep makanan tinggi protein
2. Salah satu alternative pengembangan resep untuk membantu pemulihan
pasien Mega Colon
3. Menganalisis nilai gizi dari makanan makanan tinggi protein.
4. Mengidentifikasi tingkat kesukaan konsumen terhadap rasa dari
hidangan yang telah dimodifikasi.
5. Mengidentifikasi tingkat kesukaan konsumen terhadap warna dari
hidangan yang telah dimodifikasi.
6. Mengidentifikasi tingkat kesukaan konsumen terhadap aroma dari
hidangan yang telah dimodifikasi.
7. Mengidentifikasi tingkat kesukaan konsumen terhadap tekstur dari
hidangan yang telah dimodifikasi.
8. Mengidentifikasi mutu fisik dari hidangan yang telah dimodifikasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Pengembangan Resep

Modifikasi resep adalah mengubah resep dasar menjadi resep baru


untuk meningkatkan nilai gizi sebuah makanan modifikasi resep dapat
dilakukan dengan cara menambah atau mengurangi bumbu pada sebuah
masakan. Penambahan ukuran atau takaran bumbu juga merupakan salah satu
kunci yang akan menentukan variasi rasa dan jenis masakan.
Pengembangan resep adalah kegiatan untuk meningkatkan menu
sehingga lebih berkualitas dalam aspek rasa, aroma, penampilan dan nilai gizi
dengan tetap memperhatikan prinsip dasar dari resep awalnya. Selain itu,
pengembangan resep juga merupakan cara untuk menambah variasi menu dan
bertujuan untuk meningkatkan daya terima pasien terhadap menu yang
disajikan.
2.1.1 Makanan Biasa
Makanan biasa merupakan makanan sehari-hari yang beraneka ragam dan
bervariasi dengan bentuk, tekstur, dan aroma yang normal. Susunan
makanan mengacu pada pola menu seimbang dan Angka Kecukupan Gizi
(AKG) yang di anjurkan bagi seseorang yang sehat. Makanan biasa di
berikan kepada pasien yang berdasarkan penyakit tidak memerlukan
makanan khusus (diet). Walaupun tidak ada pantangan secara khusus,
namun makanan sebaiknya tetap di berikan dalam bentuk yang mudah
dicerna dan tidak merangsang pada saluran cerna (Ahli Gizi, 2016).

2.1.2 Definisi Penyakit Hirschsprung


Penyakit hirschsprung merupakan suatu anomali kongenital dengan
karakteristik tidak adanya saraf-saraf pada suatu bagian intestinal. Hal ini
menyebabkan adanya obstruksi intestin mekanis akibat dari motilitas yang
tidak adekuat. (Marry. E. Muscari, 2005).
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel
– sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak
adaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak
adanya evakuasi usus spontan (Cecily Betz & Sowden : 2002).
Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan
penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan
terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir ≤ 3 Kg, lebih banyak laki – lakidari
pada perempuan. (Arief Mansjoeer : 2000). Penyakit Hisprung disebut juga
kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini merupakan keadaan usus
besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan (aganglionik). Jadi, karena
ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas) yang tidak
mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi kelumpuhan usus besar dalam
menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon).
Panjang usus besar yang terkena berbeda- beda untuk setiap individu.
Penyakit ini sedikitnya empat kali lebih banyak terjadipada anak laki-laki
dibandingkan anak perempuan serta lebih umum terjadi pada anak-anak yang
mengalami down syndrome (abnormalitas kromosom). Penyakit hirschsprung
dapat bersifat akut dan mengancam keselamatan atau bahkan kronis
2.1.3 Etiologi Penyakit Hirschprung
Penyakit Hirschprung terjadi saat perkembangan fetus dimana terjadi
kegagalan perkembangan serabut saraf, kegagalan migrasi serabut saraf, atau
terhentinya perkembangan serabut saraf pada segmen usus. Faktor genetik
juga berperan dalam menyebabkan penyakit Hirschprung. 10% anak dengan
Down syndrome (abnormalitas kromosom) menderita penyakit Hirschprung.
Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam
lapisan dinding usus, mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70 %
terbatas di daerah rektosigmoid, 10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5
% dapat mengenai seluruh usus sampai pilorus. Diduga terjadi karena faktor
genetik sering terjadi pada anak dengan Down Syndrom, kegagalan sel neural
pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada
myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
2.1.4 Patofisiologi Penyakit Hirscprung
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya
kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa
kolon distal. Segmen aganglionik hampir selalu ada dalam rektum dan bagian
proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau
tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya
evakuasi usus spontan serta spinkter rektum tidak dapat berelaksasi sehingga
mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya
akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal
sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily & Sowden,
2002:197).
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk
kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong
ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan
terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi
obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar (Price, S &
Wilson, 1995:141). Aganglionic mega colon atau hirschprung dikarenakan
karena tidak adanya ganglion parasimpatik di submukosa (meissher) dan
mienterik (aurbach) tidak ditemukan pada satu atau lebih bagian dari kolon
menyebabkan peristaltik usus abnormal. Peristaltik usus abnormal
menyebabkan konstipasi dan akumulasi sisa pencernaan di kolon yang
berakibat timbulnya dilatasi usus sehingga terjadi megakolon dan pasien
mengalami distensi abdomen.
Aganglionosis mempengaruhi dilatasi sfingter ani interna menjadi
tidak berfungsi lagi, mengakibatkan pengeluaran feses, gas dan cairan
terhambat. Penumpukan sisa pencernaan yang semakin banyak merupakan
media utama berkembangnya bakteri. Iskemia saluran cerna berhubungan
dengan peristaltik yang abnormal mempermudah infeksi kumanke lumen usus
dan terjadilah enterocolitis. Apabila tidak segera ditangani anak yang
mengalami hal tersebut dapat mengalami kematian (kirscher dikutip oleh
Dona L.Wong, 1999:2000)
2.1.5 Klasifikasi Penyakit Hirschsprung
Klasifikasi penyakit Hirschsprumg adalah sebagai berikut:
a. Hirschsprung segmen pendek
Pada morbus hirschsprung segmen pendek daerah aganglionik meliputi
rektum sampai sigmoid, ini disebut penyakit hirschsprung klasik. Penyakit
ini terbanyak (80%) ditemukan pada anak laki-laki, yaitu lima kali lebih
banyak daripada perempuan.
b. Hirschsprung segmen panjang
Pada hirschsprung segmen panjang ini daerah aganglionik meluas lebih
tinggi dari sigmoid.
c. Hirschsprung kolon aganglionik total
Dikatakan Hirschsprung kolon aganglionik total bila daerah aganglionik
mengenai seluruh kolon.
d. Hirschsprung kolon aganglionik universal
Dikatakan Hirschsprung aganglionosis universal bila daerah aganglionik
meliputi seluruhkolon dan hampir seluruh usus halus

2.1.6 Penatalaksanaan Diet


Pada pasien Mega Colon (Hisprung) dengan status gizi kurang yaitu
dengan diberikan Diet Tinggi Energi Tinggi Protein :

1. Tujuan diet
a. Memberikan makana lebih banya daripada keadaan biasa untuk memenuhi
kebutuhan energi dan protein yang meningkat
b. Mencegah mengurangi kerusakan jaringan tubuh
c. Menambah berat badan hingga mencapai normal
2. Syarat
a. Energi tinggi yaitu 40-45 kkal/kg BB
b. Protein tinggi, yaitu 2-2,5 g/ kg BB
c. Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
d. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total
e. Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan normal
f. Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna
3. Prinsip diet
a. Tinggi energi
b. Tinggi protein
c. Cukup karbohidrat
d. Cukup lemak
e. Cukup mineral dan vitamin
f. Mudah cerna
g. Diberikan secara bertahap bila penyakit dalam keadaan berat dan
h. Makanan yang dapat mengurangi nafsu makan, seperti kue-kue manis dan
gurih tidak diberikan dekat sebelum waktu makan
i. Rendah serat yaitu pada usia 6 tahun sebanyak 22 gram/hari menurut (AKG
2012)
2. 2 Makanan tinggi protein
Adalah makanan yang memiliki protein yang tinggi baik dari nabati
maupun hewani. Protein hewani mengandung profil asam amino yang komplit
termasuk asam amino esensial. Adapun makanan atau jenis bahan makanan
yang tinggi protein adalah

1) Daging

Makanan berprotein tinggi selanjutnya adalah daging. Tidak ada salahnya


jika sesekali kita mengonsumsi daging kambing ataupun sapi. Ini karena
kandungan protein dalam daging sangat diperlukan untuk masa pertumbuhan
bagi anak-anak. Dalam 100 gram daging sapi mengandung 14 gram protein,
sedangkan dalam 100 gram daging kambing mengandung 27 gram protein. Tak
hanya mengandung protein saja, daging kambing dan sapi juga kaya akan zat
besi, vitamin B12, selenium serta fosfor yang baik untuk kesehatan.

2) Daging Ayam

Ayam merupakan sumber protein hewani yang baik, karena mengandung


asam amino essensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik.
Selain itu serat –serat dagingnya pendek dan lunak. Daging ayam menghasilkan
jumlah kalori yang rendah apabila dibandingkan dengan nilai kalori dari daging
sapi. Oleh karena itu daging ayam dapat dipakai sebagai bahan makanan yang
baik untuk mengawasi pertambahan berat badan, penyembuhan dari orang sakit
dan untuk orang – orang tua yang tidak aktif bekarja lagi.

3) Susu

Susu merupakan makanan alami yang hampir sempurna. Sebagian zat gizi
esensial ada dalam susu, di antaranya yaitu protein, kalsium, fosfor, vitamin A
dan vitamin B1. Susu merupakan sumber kalsium yang paling baik, karena di
samping kadar kalsium yang tinggi, laktosa di dalam susu juga membantu
absorbsi susu di dalam saluran cerna (Almatsier, 2002).

Menurut Winarno (1993), susu merupakan sumber protein yang sangat


tinggi. Kadar protein susu sapi sekitar 3,5 %. Protein susu pada umumnya dapat
dibagi menjadi dua golongan kasein dan protein whey. Kasein merupakan
komponen protein yang terbesar dalam susu dan sisanya berupa protein whey.
Kadar kasein protein dalam susu mencapak 80 % dari jumlah total protein yang
terdapat dalam susu sapi, sedangkan protein whey sebanyak 20%.
4) Tepung Terigu

Tepung terigu merupakan tepung yang berasal dari bahan dasar gandum
yang diperoleh dengan cara penggilingan gandum yang banyak digunakan dalam
industri pangan. Komponen yang terbanyak dari tepung terigu adalah pati,
sekitar 70% yang terdiri dari amilosa dan amilopektin. Besarnya kandungan
amilosa dalam pati ialah sekitar 20% dengan suhu gelatinisasi 56 - 62 (Belitz and
Grosch, 1987). Tepung terigu yang mempunyai kadar protein tinggi akan
memerlukan air lebih banyak agar gluten yang terbentuk dapat menyimpan gas
sebanyak-banyaknya.
BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Modifikasi resep ini dilaksanakan pada tanggal 3 April 2017, di


Laboratorium ITP Jurusan Gizi. Menggunakan panelis tidak terlatih yang berada di
lingkungan kampus gizi sebanyak 30 orang.

3.2 Pengembangan Resep

3.2.1 Nama Produk


Nama produk setelah dimodifikasi Cream Soup Beef Corn
3.2.2 Bahan - bahan ( 2 porsi )
Bahan untuk 14 porsi
- 50 gr daging cincang
- 50 gr ayam - 350 gr daging cincang

- ½ buah jagung manis - 350 gr ayam


- 200 ml kaldu daging
- 3 ½ buah jagung manis
- ¼ buah bawang Bombay
- 2 sdm tepung maizena (larutkan) - 1400 ml kaldu daging

- 1 ½ sdm tepung terigu - 1 ¾ buah bawang Bombay


- 100 ml susu cair plain
- 14 sdm tepung maizena
- Secukupnya merica bubuk
- Secukupnya daun bawang (larutkan)

- 2 sdm margarine - 10 ½ sdm tepung terigu


3.2.3 Cara Membuat
- 700 ml susu cair plain
1. Tumis bawang boombay dengan blueband hingga harum
- hingga
2. Tambahkan daging cincang dan ayam, masak Secukupnya merica
kecoklatan. bubuk
Masukkan
tepung terigu, aduk rata - Secukupnya daun bawang
3. Tambahkan kaldu daging, merica dan bumbu pelengkap lain. Masukkan
- 14 sdm margarine
susu cair dan larutan maizena. Tunggu hingga meletup letup.
4. Masukkan bulir – bulir jagung sambil dipenyet-penyet, setelah itu
masukkan seledri dan daun bawang. Beri merica/garam sesuai selera.
5. Sajikan.
3.2.4 Alat
- Wajan besar
3.2.5 Analisa Zat Gizi Cream Soup Beef Corn
Zat Gizi
Berat Energi
No Bahan Makanan P L KH Vit. A Vit. C Fe
(gram) (kkal)
(gram) (gram) (gram)
1. Daging sapi 25 51.8 4.5 3.5 0.0 7.5 0 0.7

2. ayam 25 75.5 4.6 6.3 0 202.5 0 0.4

3. Jagung manis 50 153,5 4 1,7 31,8 220 0 1,1


4. Bawang bombay 25 11,3 0,4 0,1 2,6 12,5 2,3 0,1
5. Tepung terigu 10 36,5 0,9 0,1 7,7 0 0 0,1
6. Tepung susu 25 127,3 6,2 7,5 9,1 392,5 1,5 0,2
7. Margarin 5 36 0 4,1 0 100 0 0
8. Maizena 5 17,2 0 0 4,3 0 0 0,1
Total/Porsi 509,1 20,6 23,3 55,5 935 3,8 2,7

3.2.6 Analisa Kebutuhan Bahan dan Biaya Cream Soup Beef Corn
Nama Bahan Berat Bahan sesuai Kebutuhan Harga/kg Harga Bahan sesuai Kebutuhan
Daging sapi 25 gr Rp 100.000 Rp 2500
Ayam 25 gr Rp 30.000 Rp 750
Jagung manis 50 gr Rp 8000 Rp 400
Bawang bombay 25 gr Rp 15000 Rp 375
Tepung terigu 10 gr Rp 7000 Rp 70
Tepung susu 25 gr Rp 8000 Rp 200
Margarin 5 gr Rp 3000 Rp 15
Maizena 5 gr Rp 5000 Rp 25
TOTAL Rp 4335

Daftar Belanja
Nama Bahan Berat Bahan sesuai Kebutuhan Harga/kg Harga Bahan sesuai Kebutuhan
Daging sapi Gr Rp Rp
Ayam Gr
Jagung manis Gr Rp Rp
Bawang bombay Gr Rp Rp
Tepung terigu Gr Rp Rp
Tepung susu Gr Rp Rp
Margarin Gr Rp Rp
Maizena Gr Rp Rp
TOTAL Rp

3. 3 Parameter mutu

3.3.1 Cara Menguji

1. Uji Organoleptik
Untuk uji organoleptik, uji yang kami gunakan adalah Uji Scoring dengan
cara menjumlahkan skor dari tiap kriteria organoleptik meliputi warna, aroma, rasa,
dan tekstur dari Cream Soup Beef Corn.

a. Jumlah panelis : 30 orang


b. Prosedur Uji Scoring
1. Semua panelis dikumpulkan di suatu tempat yang telah ditentukan
dan diberi penjelasan tentang cara pengujian dan pengisian
kuisioner
2. Sampel disiapkan di dalam gelas plastik
3. Panelis diminta mengisi formulir kuisioner yang telah disediakan
c. Alat Uji
- Formulir Uji Scoring
- Pulpen
d. Pengolahan data skor
Pengolahan data dengan cara menjumlahkan skor dari 30 panelis dan
dianalisis dengan menggunakan uji statistic.

Form Uji Cita Rasa

Aspek yang Dinilai


Pancake Warna Aroma Rasa Tekstur
Stroberi Kurang Tidak Tidak Kurang
Menarik Harum Enak Baik
menarik harum enak baik

2. Uji Fisik
a) Bahan : Pancake Stroberi

b) Alat :

 Neraca analitik 1 buah


c) Cara Kerja :

- Menimbang berat Cream Soup Beef Corn


3. Uji Mikrobiologi
Untuk uji mikrobiologi, kami menggunakan metode cawan tuang dengan 4 kali
pengenceran .
a. Prosedur Penelitian

- Alat Metode Cawan Tuang


Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
:Cawan petri,tabung reaksi, pipet volum, aquades, sampel, jarum ose,
bunsen, colony counter.
- Bahan Cawan Tuang
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
: Aquades steril, Nutrien Agar (NA), NaCl Fisiologis, Kapas,
Alkohol, 70 %, Alkohol 96%, Aluminium foil, Safranin, Lugol, Ungu
Kristal dan Pancake Stroberi.

b. Prosedur Kerja

- Sterilisasi alat
Alat yang akan digunakan dicuci dengan deterjen, wadah dengan
mulut lebar dibersihkan dengan merendamnya dalam deterjen selama
15 – 30 menit, 15 kemudian dibilas dengan air bersih dan terakhir
dengan air suling. Setelah kering alat – alat yang digunakan
dibungkus dengan koran atau kertas bersih kemudian diletakan dalam
bak untuk mencegah kontaminasi kemudian dioven selama 2 – 3 jam
pada suhu 1750C. Untuk alat – alat dan bahan seperti sarung tangan,
NA dan aquades disterilkan didalam autoclave pada suhu 1210C
selama 15 – 20 menit dengan tekanan 15 atm.
- Pembuatan Media Nutrien Agar (NA)
Ditimbang NA sebanyak 4,5 gram kemudian dilarutkan dalam 225 ml
aquades steril pada gelas beker, selanjutnya dipanaskan di atas
kompor gas dan diaduk secara perlahan-lahan. Setalah NA larut
semua, kemudian diangkat dan dituang ke dalam Erlenmeyer dan
ditutup dengan aluminium foil, lalu disterilkan di autoklaf dengan
suhu 121ºC selama 15 menit. Selanjutnya media siap digunakan.
- Pengolahan Sampel
Pertama-tama sampel dihaluskan dengan menggunakan lumpang dan
alu steril, setelah sampel menjadi halus ditimbang sebanyak 1 g
sampel pancake dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi
10 ml larutan (NaCl fisiologis) dan kemudian di vortex hingga
homogen. Dari suspensi tersebut diambil sebanyak 1 ml dengan
menggunakan dispo dan diencerkan menjadi 1:10 dengan
menambahkan NaCl sebanyak 9 ml, selanjutnya dibuat pengenceran
1:100, yaitu mengambil 1 ml dari hasil pengenceran sebelumnya,
demikian seterusnya hingga diperoleh pengenceran yang diinginkan.
- Inokulasi
Cara kerja yang dilakukan dalam perhitungan bakteri adalah
menumbuhkan bakteri pada media Nutrient Agar di cawan petri
dengan menggunakan metode tuang atau pour plate. Dari masing-
masing pengenceran diambil suspensi sebanyak 1 ml dengan
menggunakan dispo, lalu dipindahkan kedalam cawan petri kemudian
dituangkan Nutrient Agar cair sebanyak 10-15 ml. Cawan petri
digerakkan berlahan-lahan agar suspensi pancake tercampur rata
dalam media, kemudian didiamkan selama 10-15 menit sampai
nutrient agar menjadi dingin dan padat.
- Inkubasi
Setelah nutrient agar menjadi dingin dan padat kemudian diinkubasi
ke dalam inkubator dengan suhu 37ºC selama 72 jam atau selama tiga
hari dengan cara meletakkan cawan petri dalam keadaan terbalik,
dalam proses inkubasi ini perlu diamati perkembangan bakteri setiap
harinya.
- Perhitungan jumlah koloni bakteri
Setelah akhir masa inkubasi koloni yang terbentuk dihitung.
Perhitungan jumlah koloni dilakukan dengan menggunakan alat
hitung quebec coloni counter. Untuk menghitung koloni bakteri
digunakan rumus sebagai berikut :

Pengolahan data dengan cara melakukan perhitungan koloni bakteri pada


cawan .

4. Uji Kimia

Uji Kimia adalah uji dimana kualitas produk diukur secara objektif
berdasarkan kandungan kimia yang terdapat dalam suatu produk. (Kartika,
1998). Uji kimia yang dilakukan adalah dengan uji kadar protein dengan
metode kjedhal. Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk
penetapan nitrogen total pada asam amino, protein dan senyawa yang
mengandung nitrogen. Sampel didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalisis
dengan katalisator yang sesuai sehingga akan menghasilkan amonium sulfat.
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimus-gdl-saptiwidin-5980-3-babii.pdf

http://eprints.ung.ac.id/2614/6/2012-1-1002-612309011-bab2-13082012104527.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41933/4/Chapter%20II.pdf

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125768-S-5675-Hubungan%20antara-Literatur.pdf

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006-mamikrahma-54-3-
bab2.pdf

Anda mungkin juga menyukai