Anda di halaman 1dari 33

JURNAL

PELAKSANAAN KLAIM ASURANSI KECELAKAAN


TENAGA KERJA KEPADA PEGAWAI KONTRAK DINAS
PEMADAM KEBAKARAN KABUPATEN BADUNG

OLEH

I N TOPHAN PURNAYA

NIM : 2015.001.2335

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NGURAH RAI

DENPASAR

2019
PELAKSANAAN KLAIM ASURANSI KECELAKAAN TENAGA KERJA
KEPADA PEGAWAI KONTRAK DINAS PEMADAM KEBAKARAN
KABUPATEN BADUNG

Oleh :
I N TOPHAN PURNAYA

Abstrak
Dalam rangka menciptakan perlindungan / jaminan sosial untuk
meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan kerja, Dinas Pemadam
Kebakaran Kabupaten Badung dalam kecelakaan kerja memadamkan
kebakaran sangatlah berat dan beresiko tinggi disebabkan karena didalam
memadamkan kebakaran para pegawai bejibaku dengan api untuk
memadamkan api. Jika terjadi kecelakaan kerja pada pegwai baik PNS
(Pegwai Negeri Sipil) ataupun Pegawai kontrak/ honorer akan di
tanggung oleh pihak Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Tujuan dari Penelitian ini adalah mengetahui dasar hukum pemberian
asuransi kecelakaan tenaga kerja bagi pegawai kontrak pada Dinas
Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung dan pelaksanaan klaim asuransi
kecelakaan kerja pegawai kontrak pada Dinas Pemadam Kebakaran
Kabupaten Badung. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini ialah
yuridis empiris yaitu suatu metode penulisan hukum yang berdasarkan
pada kenyataan yang terjadi dalam masyarakat, melakukan observasi atau
penelitian secara langsung ke lapangan guna mendapatkan kebenaran
yang akurat. Hasil penelitian dasar hukum pemberian asuransi
kecelakaan kerja bagi pegawai kontrak pada Dinas Pemadam Kebakaran
Kabupaten Badung sudah sesuai dengan Undang- Undang No 33 tahun
1947 tentang pembayaran gantikerugian kepada buruh yang mendapat
kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja dan pelaksaan klaim
asuransi kecelakaan kerja bagi pegawai kontrak di dinas pemadam
kebakaran Kabupaten Badung sudah sesuai dengan persyaratan yang
diatur dalam UU Ketenagakerjaan.
Kata Kunci : pelaksanaan klaim asuransi, kecelakaan tenaga kerja
IMPLEMENTATION OF LABOR ACCIDENT INSURANCE CLAIMS TO

EMPLOYEE CONTRACT SERVICES OF FIRE EXTINGUISHERS

BADUNG REGENCY

By:

I N TOPHAN PURNAYA

Abstract

In order to create social protection / security to improve work welfare and


protection, the Badung Fire Department in working accidents extinguishing fires
is very heavy and at high risk because in extinguishing fires the official
employees with fire to extinguish the fire. If there is a work accident at both civil
servants (civil servants) or contract employees / honorary employees will be borne
by the Social Security Organizing Agency (BPJS). The purpose of this study is to
find out the legal basis for granting labor accident insurance for contract
employees at the Badung Fire Department and the implementation of work
accident insurance claims for contract employees at the Badung Fire Department.
The method used in this study is empirical juridical, which is a method of writing
law based on the reality that occurs in the community, making observations or
research directly to the field in order to obtain accurate truths. The results of a
legal research base on the provision of work accident insurance for contract
employees at the Badung Fire Department are in accordance with Law No. 33 of
1947 concerning the payment of compensation for workers who have accidents
related to work relations and the implementation of work accident insurance
claims for contract employees in the service Badung Regency fire department is in
accordance with the requirements stipulated in the Manpower Act.
Keywords: implementation of insurance claims, labor accidents
1. Latar Belakang Masalah

Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum yang bertujuan

untuk mencapai kesejahteraan rakyatnya sehingga terbentuk suatu masyarakat

yang adil dan makmur, tenteram, aman, yang merata bagi seluruh Indonesia yang

masing-masing mempunyai mata pencaharian yang mencukupi kebutuhan

keluarga. Hal demikian itu hanya dapat dicapai melalui peningkatan keadaan

ekonomi dan peningkatan moral rakyat melalui pembangunan. Pembangunan

merupakan proses tindakan baik dari pemerintah maupun dari pihak swasta yang

meliputi segala segi kehidupan dan penghidupan penduduk, sehingga segala

kebutuhan terpenuhi untuk meningkatkan kesejahteraan sesuai dengan

perkembangan ilmu teknologi dan teknik yang semakin maju yang bertujuan

untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata spiritual

dan material sesuai dengan yang diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yaitu :

1) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan tumpah darah Indonesia.

2) Memajukan kesejahteraan umum.

3) Mencerdaskan kehidupan bangsa.

4) Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Pembangunan bagi Bangsa Indonesia tidak hanya dilakukan satu sisi saja

melainkan pembangunan yang meliputi dua bidang yaitu pembangunan fisik

adalah pembangunan yang meliputi bidang pertanian, pertambangan,

perdagangan, perhubungan, ekonomi, pariwisata dan telekomunikasi. Sedangkan


pembangunan mental atau rohani adalah pembangunan yang meliputi bidang

pendidikan, budaya, agama dan kesenian. Pembangunan ini dilaksanakan dalam

satu rangkaian investasi yang diperoleh melalui berbagai cara maupun sumber

baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri1.

Pembangunan ketenagakerjaan merupakan bagian dari pembangunan

nasional yang dilaksanakan bedasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam rangka pembangunan manusia

Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk

mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik materill

maupun spriritual. Di dalam pembangunan nasional tersebut, tenaga kerja

mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dalam

pembangunan dan dituntut dapat berpartisipasi, serta berperan aktif bersama

pengusaha dalam upaya menuju perbaikan dan peningkatan taraf hidup bangsa

dengan jalan meningkatkan produksi dan produktifitas kerja.

Pelaksanaan pembangunan ketenagakerjaan ini memerlukan Sumber Daya

Manusia (SDM). Sumber Daya Manusia yang dimaksud di sini adalah tenaga

kerja

yang tangguh, terampil, dan mempunyai skill. Menurut Undang-Undang Nomor

13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yaitu tenaga kerja diartikan sebagai :

“Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang

dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau untuk masyarakat”.

1
Endah Dian, 2013, Pelaksanaan Pemungutan Retribusi Alat Pemadam Api Ringan Oleh
Kantor Pemadam kebakaran Kota Surakarta Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun
2002 Tentang Pencegahan Biaya Kebakaran, Skripsi. Fakultas Hukum. Universitas
Muhammadyah Surakarta.
Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Payaman J. Simanjuntak, yang

mengartikan tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja,

yang sedang mencari kerja dan melakukan pekerjaan lain seperti sekolah ataupun

mengurus rumah tangga2. Peran serta tenaga kerja dalam pembangunan nasional

semakin meningkat disertai dengan berbagai tantangan, mengakibatkan semakin

tinggi resiko yang mengancam keselamatan kerja. Oleh karena itu tenaga kerja

perlu diberikan perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan

merupakan salah satu tanggung jawab dan kewajiban negara untuk memberikan

perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Indonesia mengembangkan

program jaminan sosial bedasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial

yang ditandai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor

formal.

Para pegawai di lingkungan instansi pemerintahan diselenggarakan

jaminan kesehatan yang diberikan atas dasar untuk meningkatkan kesejahteraan

para pegawai di bidang kesehatan dan untuk meningkatkan motivasi produktivitas

kerja para pegawai. Pemberian jaminan kesehatan di berikan atas dasar:

1. Undang-Undang Dasar 1945.

2. Undang-Undang No. 23/1992 tentang Kesehatan.

3. Undang-Undang No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN).

4. Keputusan Menteri Kesehatan No. 121/MENKES/SK/XI/2004 dan

No. 56/MENKES/SK/I/2005.

2
Lalu Husni 2007, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Edisi Revisi, Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Dinas Pemadam Kebakaran merupakan unsur pelaksana pemerintah

daerah di bidang penanggulangan kebakaran Dinas Pemadam Kebakaran dipimpin

oleh seorang kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Gubernur melalui Sekretariat Daerah. Dinas Pemadam Kebakaran dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya dikoordinasikan oleh Asisten Tata Praja dan

Aparatur. Dinas Pemadam Kebakaran mempunyai tugas melaksanakan usaha-

usaha pencegahan dan penanggulangan kebakaran serta pertolongan dan atau

penyelamatan terhadap bencana lain3.

Pegawai merupakan salah satu aset utama suatu instansi yang menjadi

perencana dan pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi. Mereka mempunyai

pikiran, perasaan, keinginan, status, dan latar belakang pendidikan, usia dan jenis

kelamin yang heterogen akan dibawa ke dalam suatu organisasi. Pegawai

mempunyai pikiran, dorongan perasaan, keinginan, kebutuhan status, latar

belakang pendidikan, usia dan jenis kelamin yang heterogen yang dibawa

kedalam organisasi perusahaan. Pegawai bukan mesin, uang dan material yang

sifatnya pasif dan dapat dikuasai serta diatur sepenuhnya dalam mendukung

tercapainya tujuan organisasi.

Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia harus sesuai dengan

kebutuhan organisasi supaya efektif dan efisien menunjang tercapainya

tujuan4.Pegawai instansi Pemadam Kebakaran di Dinas Pemadam Kebakaran

Kabupaten Badung terdiri dari 2 pegawai yaitu:

3
Wibowo Dwi Heri ,2012, Tinjauan Tentang Bentuk Dan Pelaksanaan Pemberian Asuransi
Pada Para Pegawai Pemadam Kebakaran Di Wilayah Kota Surakarta. Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
4
Hasibuan, Malayu , 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta, h.27.
1. Pegawai tetap atau pegawai negeri sipil (PNS).

Pegawai tetap / (PNS) menurut Pasal 1 huruf a Undang-undang Nomor 8

Tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian adalah: “Mereka yang

sudah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan

perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang

dan diserahkan tugas dalam suatu jabatan Negeri atau diserahi tugas

lainnya yang ditetapkan bedasarkan suatu peraturan perundang-undangan

yang berlaku”. Dasar Hukum Pengangkatan PNS5:

1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang

Nomor 43 Tahun 1999;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 jo. Peraturan Pemerintah

Nomor 11 Tahun 2002;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003;

4. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 11 Tahun

2002;

5. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 13 Tahun

2003.

2. Pegawai kontrak / honorer.

Menurut Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2005

menyebutkan bahwa tenaga honorer adalah “Seseorang yang diangkat oleh

pejabat pembina kepegawaian atau pejabat lain dalam pemerintahan untuk

melaksanakan tugas tertentu pada instansi pemerintahan atau yang

5
Sastra, Djatmika 1962, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Jakarta.
penghasilannya menjadi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Syarat pegawai honorer bila

ingin menjadi pegawai tetap / PNS 6:

a. Setiap unsur penilaian prestasi kerja / Daftar Penilaian Pelaksanaan

Pekerjaan (DP3) sekurang-kurangnya bernilai baik;

b. Telah memenuhi syarat kesehatanjasmani dan rohani untuk diangkat

menjadi pegawai negeri sipil, syarat kesehatan jasmani dan rohani

dinyatakan dalam surat keterangan yang dikeluarkan oleh dokter penguji

tersendiri / tim penguji kesehatan yang ditunjuk oleh menteri yang

bertanggung jawab di bidang kesehatan;

c. Telah lulus pendidikan dan pelatihan prajabatan, Syarat lulus pendidikan

dan petihan dinyatakan dengan surat tanda tamat.

Dalam rangka menciptakan perlindungan / jaminan sosial untuk

meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan kerja, Dinas Pemadam Kebakaran

Kabupaten Badung dalam kecelakaan kerja memadamkan kebakaran sangatlah

berat dan beresiko tinggi disebabkan karena didalam memadamkan kebakaran

para pegawai bejibaku dengan api untuk memadamkan api agar api yang akan

dipadamkan tidak menyebar ke daerah lain, maka pegawai dinas pemadam

kebakaran harus berhati-hati dalam memadamkan kebakaran, para pegawai harus

kompak dan bersatu dalam kinerja memadamkan kebakaran supaya tidak ada

anggota pemadam yang terluka, saat melakukan pemadaman api. Jika terjadi

kecelakaan kerja pada pegwai baik PNS (Pegwai Negeri Sipil) ataupun Pegawai

6
Ibid. h .17
kontrak/ honorer akan di tanggung oleh pihak Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) karena setiap pegawai yang bekerja di Dinas Pemadam Kebakaran

Kabupaten Badung telah diwajibkan memiliki BPJS. Seperti yang diatur dalam

Pasal 15 ayat 1 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial menyebutkan bahwa: “Pemberi kerja secara

bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjaannya sebagai peserta BPJS

sesuai dengan program jaminan sosial yang dimiliki” Sehingga hal tersebut

jangan sampai perusahaan maupun instansi pemerintahan mengabaikan hak dan

kewajiban terhadap karyawan dan tenaga kerjanya. Pada dasarnya masyarakat

berharap akan kesejahteraan dan keadilan personal maupun interpersonal.

Keadilan sosial yang tidak memandang akan status seseorang di dalam

masyarakat sangat diharapkan oleh setiap orang dengan adanya hak-hak dari

perseorangan yang bebas dan tidak mengikat yang dilindungi dan diatur oleh

peraturan ataupun kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Kebebasan

dalam masyarakat tidak dapat diartikan sesuka hati saja tetapi suatu kebebasan

yang diatur karena dengan sendirinya harus dibatasi. Pemerintah harus tegas

membantu dan melindungi pihak-pihak yang memiliki kedudukan ekonomi yang

lemah terhadap pihak yang memiliki7.

Kesehatan dan keselamaan kerja merupakan suatu masalah yang penting

dalam setiap proses operasional terutama pada setiap anggota Dinas Pemadam

Kebakaran. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan instrumen yang

menjamin pekerja dari rentannya dampak bahaya terjadinya kecelakaan kerja.

7
Aziz M, 2011, Perlindungan Hukum Terhadap Keselamatan Kerja Pemadam kebakaran
Menurut Undang-UndangNomor 13 Tahun 2013 dan Hukum Islam, Fakultas Syriah dan Hukum
universitas Islam Negeri Raden Fatah.
Perlindungan tersebut merupakan hak asasi manusia yang wajib dipenuhi oleh

instansi yang terkait. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi

akibat yang terjadi dari penyelamatan kerja. Penerapan jaminan kesehatan dan

keselamatan kerja tidak boleh dianggap sebagai upaya jaminan keselamatan kerja

yang biasa bagi pegawai dan bagi Dinas Pemerintah Kebakaran8.

Bedasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk

mengangkatnya dalam skripsi dengan judul “Pelaksanaan Klaim Asuransi

Kecelakaan Tenaga Kerja Kepada Pegawai Kontrak Pemadam Kebakaran

Pada Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten”.

2. Rumusan Masalah
Bedasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana dasar hukum pemberian asuransi kecelakaan tenaga kerja

bagi pegawai kontrak pada Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten

Badung?

2. Bagaimana pelaksanaan klaim asuransi kecelakaan kerja pegawai

kontrak pada Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung?

3. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan

analisa dan konstruksi yang dilakukan secara metodelogis, sistematis dan

konsisten. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini ialah yuridis

8
Tarwaka, Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat
Kerja, (Surakarta: Harapan Perss<2015).
empiris yaitu suatu metode penulisan hukum yang berdasarkan pada

kenyataan yang terjadi dalam masyarakat, melakukan observasi atau

penelitian secara langsung ke lapangan guna mendapatkan kebenaran yang

akurat dalam proses penyempurnaan penulisan skripsi ini. Bahder Johan

Nasution mengatakan bahwa penelitian empiris berarti ingin mengetahui

sejauh mana hukum itu bekerja didalam masyarakat9 .

b. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sifat

deskriptif. Penelitian secara deskriptif adalah penelitian yang berusaha

untuk menjabarkan pemecahan masalah yang ada sekarang bedasarkan

data-data yang ada, sehingga dilakukan kegiatan menyajikan data,

menganalisis data dan menginterpretasi. Penelitian dengan cara deskriptif

bertujuan untuk memecahkan masalah secara sistematis dan faktual

mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi. Penelitian deskriptif juga

bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan,

gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu

gejala atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala

dengan gejala lain dalam masyarakat10.

c. Jenis Data

Data yang diteliti dalam penelitian hukum empiris terdiri dari dua jenis

yaitu dat aprimer dan data sekunder.

9
Johan Nasution, Bahder¸ 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, h. 3
10
Sugiyono. 2013. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung, Alfabeta, h .13
1. Data primer adalah data yang bersumber dari penelitian lapangan

yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama dilapangan

dari informan.

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang bersifat

mengikat, yang terdiri dari perundang-undangan, bahan hukum

yang tidak dikodifikasikan, yurisprudensi, traktat, serta bahan

hukum dari zaman penjajahan yang hingga kini masih berlaku11.

2. Data sekunder adalah suatu data yang bersumber dari kepustakaan

yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung dari sumber

pertamanya, melainkan dari data yang sudah terdokumentasi dalam

bentuk bahan- bahan hukum.

a. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer. Bahan-bahan hukum

sekunder terdiri dari pustaka di bidang ilmu hukum, rancangan

peraturan perundang-undangan, artikel-artikel ilmiah, baik dari

media massa maupun internet12.

d. Teknik Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data guna menunjang karya ilmiah ini, maka

teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data primer

dan sekunder (data kepustakaan) yakni dengan cara inventarisasi dan

identifikasi bahan hukum yang dimaksud, dikumpulkan dengan melakukan

11
Mamuji, Sri, et. al. 2005. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Depok : Badan Penerbit
Fakultas Hukum Universitas Indonesa, h.8
12
Ibid.h. 9
penelusuran melalui daftar petunjuk peraturan perundang-undangan di

perpustakaan, internet dan tempat lain. Pengolahan data dilakukan secara

manual berdasarkan substansi peraturan disiplin dan pelanggarannya.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan berdasarkan jenis data

dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Data primer diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian. Data

primer diperoleh dengan menggunakan metode wawancara.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewer) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dalam penelitian ini,

teknik wawancara yang dipilih adalah dalam bentuk wawancara tak

terstruktur dimana peneliti mengajukan pertanyaan secara lebih

bebas dan leluasa, tanpa terikat oleh susunan pertanyaan yang telah

dipersiapkan sebelumnya.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui bahan-bahan

kepustakaan. Data sekunder diperoleh dengan cara melakukan studi

pustaka dan studi dokumen terhadap dokumen peraturan perundang-

undangan, buku-buku literatur dan dokumen-dokumen lainnya yang

berkaitan dengan obyek atau materi penelitian. Studi pustaka

merupakan cara memperoleh data-data dengan memfokuskan pada

data yang ada pada pustaka-pustaka baik terorganisir maupun yang


tidak. Studi pustaka dimaksudkan untuk mencari data-data sekunder

yang dibutuhkan guna menjelaskan data-data primer. Sedangkan

studi dokumentasi untuk memperoleh data yang bersifat dokumen-

dokumen resmi baik dari lembaga pemerintah maupun non

pemerintah. Studi dokumen bertujuan menerangkan data primer dan

juga data sekunder

e. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Untuk mendapatkan hasil atau jawaban atas permasalahan yang

diteliti, maka keseluruhan data yang terkumpul selanjutnya diolah dan

dianalisa dari aspek-aspek maupun teorinya. Analisis data yang

dilakukan adalah kualitatif, dalam arti keseluruhan data yang terkumpul

diklasifikasikan sedemikian rupa kemudian diambil yang ada

hubungannya dengan permasalahan yang akan dibahas. Akhirnya akan

diperoleh simpulan yang menjawab semua permasalahan yang diajukan.

Setelah data tersebut diolah, selanjutnya pembahasannya disajikan

secara analisis deskriptif yaitu memaparkan secara lengkap dan

mendetail aspek-aspek tertentu yang berkaitan atau yang bersangkut paut

dengan masalah, diberikan uraian-uraian dan disajikan secara berurutan

sesuai dengan data, yang pada akhirnya menjadi skripsi.


4. Hasil Dan Pembasan
a. Dasar Hukum Pemberian Asuransi Kecelakaan Kerja Bagi Pegawai

Kontrak Pada Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak

diharapkan dan tidak terencana yang mengakibatkan luka, sakit, kerugian

baik pada manusia, barang maupun lingkungan. Sebagai suatu kejadian

yang tak terduga, tidak dikehendaki bisa menimpa siapa saja terutama

pegawai atau pekerja yang bekerja bergelut dengan bahaya. Salah satu

pekerjaan yang sangat berisiko adalah pegawai pemadam kebakaran karena

mereka bergelut dengan api yang bisa menimbulkan kecelakaan kerja. Dinas

kebakaran Kabupaten Badung adalah dinas kebakaran terbesar di Provinsi

Bali yang memiliki kendaraan dan pegawai terbanyak jika dibandingkan

dengan kabupaten lainnya di Bali. Oleh karena itu asuransi kecelakaan kerja

sangat diperlukan diperlukan jika terjadi kecelakaan kerja terutama pada

pegawai kontrak di dinas kebakaran Kabupaten Badung.

Dalam peraturan Undang- Undang No. 33 tahun 1947 tentang

pembayaran gantikerugian kepada buruh yang mendapat kecelakaan

berhubung dengan hubungan kerja13.

Menurut hasil wawancara dengan Bapak I Wayan Wirya selaku

Kepala Dinas Kabupaten Badung pada hari Jumat tanggal 9 Agustus 2019

menyatakan bahwa dasar hukum pelaksanaan asuransi di Dinas Kabupaten

Badung sudah disesuaikan dengan peraturan perundang- undangan yang ada

13
Undang- Undang No. 33 tahun 1947 Tentang Pembayaran Gantikerugian Kepada Buruh Yang
Mendapat Kecelakaan Berhubung Dengan Hubungan Kerja.
dimana setiap kejadian kecelakaan pegawai kontrak sudah di tanggung oleh

asuransi atau Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) selain itu juga

mendapatkan santunan dari Dinas Kebakaran Kabupaten Badung, dimana

jika pegawai kontrak mengalami kecelakaan dan harus dirawat diberikan

santunan sebesar 2.500.000 dan jika sampai meninggal dunia jumlah

santunan 5.000.00014.

b. Pelaksanaan Klaim Asuransi Pegawai Kontrak Pada Dinas Pemadam

Kebakaran Kabupaten Badung

Proses Pengajuan Klaim

Semua pegawai di Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung

baik PNS (Pegawai Negeri Sipil) ataupun pegawai kontrak memiliki diikut

sertakan BPJS (Badan Pnyelenggaraan Jaminan Sosial) sebagai asuransi

yang menjamin jika terjadi kecelakaan kerja ataupun sakit. BPJS kesehatan

akan menjamin pegawai jika mengalami sakit dan memerlukan rawat jalan

ataupun rawat inap, sedangkan BPJS ketenagakerjaan akan menangung

pegawai kontrak jika terjadi kecelakaan kerja, maupun terjadi kecelaan saat

berangkat atau pulang dari kerja dan sebagai jaminan kematian. Dalam

BPJS kesehatan tidak terdapat klaim kecuali untuk pemeriksaan mata yang

memerlukan kaca, pemakain BPJS kesehatan jika pegawai sakit bisa

dilakukan dengan mencari fasilitas kesehatan tingkat pertama, selanjutnya

jika membutuhkan penanganan lebih lanjut bisa meminta rujukan untuk

14
Wirya, I Wayan, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung, tanggal 9 Agustus
2019
dibawa ke fasilitas kesehatan lanjutan, dan memerlukan tindakan seperti

rawat inap atau tindakan operasi akan ditanggung oleh BPJS kesehatan

sesuai dengan kelas rawat peserta atau pegawai. Selanjutnya dalam

pengajuan klaim BPJS kesehatan untuk pemeriksaan mata yang

membutuhkan kaca mata, terdapat beberapa proses yang harus dilewati

sebagai berikut :

1. Datangi fasilitas kesehatan pertama (Faskes 1)

Sama halnya dengan layanan BPJS Kesehatan lainnya, untuk pembelian

kacamata juga harus dimulai dari Faskes 1, wajib mendatangi Faskes 1,

sesuai dengan yang tertera pada kartu kepesertaannya, dan mengambil

surat rujukannya. Surat rujukan ini ditujukan ke dokter spesialis mata

atau poliklinik mata terdekat, yang telah ditentukan oleh BPJS

Kesehatan.

2. Kunjungi dokter spesialis mata

Sesampainya di tempat dokter spesialis mata dan poliklinik mata yang

ditunjuk BPJS Kesehatan tersebut, selanjutnya melakukan pemeriksaan

mata dan juga meminta resep untuk pembelian kacamata. Pastikan

mendatangi dokter atau poliklinik yang telah ditunjuk, agar proses

pembelian kacamata bisa berjalan lancar.

3. Legalisir resep

Setelah mendapatkan resep kacamata dari dokter yang ditentukan,

peserta wajib melegalisir resep tersebut agar bisa digunakan. Ini bisa
dilakukan dengan cara mendatangi loket BPJS Kesehatan terdekat dan

meminta legalisrr (tanda cap) atas resep itu kepada petugas di sana.

4. Datangi optik terdekat

Jika telah mendapatkan resep yang terlegalisir, melanjutkan proses

berikutnya, yakni mendatangi optik terdekat yang telah bekerjasama

dengan BPJS Kesehatan, dan melakukan pembelian kacamata yang

dibutuhkan, untuk proses pembelian ini, wajib membawa fotokopi KTP

dan kartu BPJS Kesehatan, termasuk yang aslinya juga apabila

dibutuhkan (tergantung kebijakan optik yang bersangkutan). Di sana

bisa membeli kacamata sesuai dengan resep yang dibawa, (berikut

besaran dana yang diberikan BPJS Kesehatan untuk pembelian

kacamata, diantaranya: peserta kelas I sebesar Rp 300.000, peserta kelas

II sebesar Rp 200.000 dan peserta kelas III sebesar Rp150.000).

Selanjutnya untuk BPJS ketenagakerjaan yang dapat digunakan bila terjadi

kecelakaan kerja, dan jaminan kematian untuk pegawai kontrak di Dinas

Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung. BPJS ketenagakerjaan sendiri adalah

program perlindungan untuk tenaga kerja dalam mengantisipasi resiko sosial

ekonomi tertentu atau dengan kata lain asuransi sosial dari lembaga negara.

Dulunya BPJS lebih dikenal dengan nama PT Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga

Kerja), namun pada tanggal 1 Januari 2014 berganti menjadi BPJS.

Berdasarkan Undang-undang No. 3 Tahun 1992, program BPJS

Ketenagakerjaan ini merupakan kewajiban yang perlu dibayarkan dari pihak

pemberi kerja (perusahaan) dan pekerja. BPJS ketenagakerjaan memberikan


jaminan kecelakaan kerja, memberikan perlindu jaminan kecelakaan kerja,

memberikan perlindungan atas risiko-risiko kecelakaaan yang terjadi dalam

hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah

menuju tempat kerja, dan perlindungan atas risiko kecelakaan kerja mulai dari

perjalanan pergi, pulang, dan ditempat bekerja, serta perjalanan dinas. BPJS

ketenagakerjaan memberikan tanggungan seperti 15.

1. Memberikan perawatan tanpa batas biaya sesuai kebutuhan medis

2. Santunan upah selama tidak bekerja (6 bulan pertama 100%, 6 bulan

kedua 75%, seterusnya hingga sembuh 50%)

3. Santunan Kematian akibat kecelakaan kerja sebesar 48x upah yang

dilaporkan oleh perusahaan (pemberi kerja) atau peserta

4. Bantuan Beasiswa untuk 1 orang anak. Beasiswa pendidikan bagi satu

orang anak dari peserta yang meninggal dunia atau mengalami cacat

total tetap akibat kecelakaan kerja sebesar Rp12 juta

5. Bantuan untuk kesiapan kembali bekerja. Pendampingan kepada

peserta yang mengalami kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja,

mulai dari peserta masuk perawatan di rumah sakit sampai peserta

tersebut dapat kembali bekerja.

6. Santunan meninggal dunia karena kecelakaan kerja sebesar Rp 85 juta

dan 1 orang anak ahli waris mendapatkan beasiswa pendidikan sampai

lulus sarjana atau beasiswa pelatihan kerja.

15
https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/page/Program-Jaminan-Kecelakaan-Kerja-(JKK).html
Proses klaim BPJS ketenagakerjaan, untuk kecelakaan kerja yang terjadi

sejak 1 Juli 2015, harus diperhatikan adanya masa kadaluarsa klaim untuk

mendapatkan manfaat. Masa kadaluarsa klaim selama selama 2 (dua) tahun

dihitung dari tanggal kejadian kecelakaan. Perusahaan harus tertib melaporkan

baik secara lisan (manual) ataupun elektronik atas kejadian kecelakaan kepada

BPJS Ketenagakerjaan selambatnya 2 kali 24 jam setelah kejadian kecelakaan,

dan perusahaan segera menindaklanjuti laporan yang telah dibuat tersebut

dengan mengirimkan formulir kecelakaan kerja tahap I yang telah dilengkapi

dengan dokumen pendukung. Tata cara pengajuan Jaminan Kecelakaan Kerja

(JKK), apabila terjadi kecelakaan kerja pengusaha wajib mengisi form BPJS

Ketenagakerjaan 3 (laporan kecelakaan tahap I) dan mengirimkan kepada BPJS

Keteneagakerjaan tidak lebih dari 2 x 24 Jam terhitung sejak terjadinya

kecelakaan16.

1. Setelah tenaga kerja dinyatakan sembuh/meninggal dunia oleh dokter yang

merawat, pengusaha wajib mengisi form 3a (laporan kecelakaan tahap II)

dan dikirim kepada BPJS Ketenagakerjaan tidak lebih dari 2 x 24 jam sejak

tenaga kerja dinyatakan sembuh/meninggal. Selanjutnya BPJS

Ketenagakerjaan akan menghitung dan membayar santunan dan ganti rugi

kecelakaan kerja yang menjadi hak tenaga kerja/ahli waris.

2. Form BPJS Ketenagakerjaan 3a berfungsi sebagai pengajuan permintaan

pembayaran jaminan disertai bukti-bukti:

a. Fotokopi kartu peserta BPJS Ketenagakerjaan

16
Ibid
b. Surat keterangan dokter yang merawat dalam bentuk form BPJS

Ketenagakerjaan 3b atau 3c

c. Kuitansi biaya pengobatan dan perawatan serta kwitansi pengangkutan

Kecelakaan kerja yang terjadi pada saat perjalanan menuju lokasi

terjadinya kebakaran kebakaran akan mendapatkan tanggungan dari PT.

Jasa Raharja selain dari BPJS ketenagakerjaan. Selanjutya caranya untuk

mengajukan klaim manfaat asuransi kecelakaan dari Jasa Raharja sebagai

berikut17:

1. Persyaratan

Adapun kondisi yang tidak mendapatkan jaminan adalah sebagai

berikut ini.

a. Kendaraan yang merupakan penyebab kecelakaan.

b. Kendaraan atau pejalan kaki yang menerobos penghalang jalur

kereta api.

c. Kecelakaan karena kesengajaan, percobaan bunuh diri atau

percobaan bunuh diri, mabuk, tidak sadar, atau karena melakukan

kejahatan.

d. Kecelakaan karena perlombaan kecepatan, bencana alam seperti

gempa bumi, letusan gunung berapi, angin puyuh, perang, dan

reaksi inti atom.

17
https://www.aturduit.com/articles/cara-klaim-manfaat-kecelakaan-jasa-raharja/
Sekarang waktunya memperhatikan apa saja yang harus disiapkan sebagai

kelengkapan proses pengajuan klaim.

1. Surat keterangan kecelakaan dari pihak Kepolisian.

2. Surat keterangan medis atau surat kematian dari pihak rumah sakit.

3. Membawa identitas korban dan ahli waris (Kartu Tanda Penduduk

(KTP), Buku Nikah, atau Kartu Keluarga).

4. Dapatkan formulir pengajuan klaim di kantor Jasa Raharja atau secara

online lewat jasaraharja.co.id.

5. Pengajuan tidak boleh lebih dari enam bulan setelah kecelakaan.

2. Melaporkan kecelakaan

Melakukan pelaporan kecelakaan pada pihak Kepolisian dan Jasa Raharja.

Pihak keluarga atau ahli waris bisa datang ke kantor Jasa Raharja untuk

melaporkan. Biasanya dalam 2 sampai 3 jam dari waktu kejadian, pihak

Kepolisian sudah memberikan laporan ke Jasa Raharja. Jadi, pastikan juga

Anda mendapatkan surat keterangan dari Kepolisian. Jasa Raharja tidak

akan memproses klaim manfaat kecelakaan jika tidak ada bukti berupa

laporan atau surat dari Kepolisian.

3. Mengisi formulir

Mengisi formulir yang disiapkan di kantor Jasa Raharja. Anda juga bisa

melakukan pengisian formulir secara online lewat website.

4. Menyerahkan semua dokumen

Menyerahkan kembali formulir yang sudah diisi dengan lampiran semua

dokumen yang dibutuhkan. Jika mengajukan klaim secara online, maka


dokumen yang diperlukan bisa diupload setelah pengisian formulir selesai.

Sedangkan bagi yang langsung datang ke kantor Jasa Raharja dan membawa

serta semua dokumen persyaratan yang dibutuhkan.

5. Persetujuan klaim dan penagihan dana

Pihak Jasa Raharja kemudian akan meninjau semua dokumen yang berikan

sebelum menentukan besaran biaya yang bisa diklaim. Jika semua proses

lancar, maka dana pun bisa di tagih ke Jasa Raharja. Batas penagihan dana

klaim manfaat kecelakaan maksimal 3 bulan setelah persetujuan. Namun

kalau ternyata kecelakaan tidak bisa diklaim, maka pihak Jasa Raharja akan

memberikan surat yang bisa digunakan untuk meminta jaminan ke BPJS

Kesehatan.

Menurut hasil wawancara dengan Bapak I Wayan Wirya selaku

Kepala Dinas Kabupaten Badung pada hari Jumat tanggal 9 Agustus 2019

menyatakan bahwa proses klaim asuransi baik yang berupa BPJS kesehatan

dan BPJS ketenagakerjaan jika pegawai mengalami kecelakaan, bagian

SDM (Sumber Daya Manusia) akan membantu untuk memenuhi apa saja

persyaratan untuk pengajuan klaim sampai santunan benar- benar diterima

oleh pegawai yang membutuhkan18.

18
Wirya, I Wayan, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung, tanggal 9 Agustus
2019
c. Analisa Kasus Kecelakaan Kerja Pegawai Kontrak Dinas Pemadam

Kebakaran Kabupaten Badung

Berdasarkan kasus yang telah dipaparkan diatas maka dapat ditarik

analisis bahwa kecelakaan kerja bagi pegawai kontrak pemadam kebakaran

pada dinas pemadam kebakaran kabupaten badung adalah sebagai berikut:

a. Melakukan Pekerjaan Membahayakan: terburu-buru dan tidak

memperhatikan kesiapan pekerja sebelum melakukan pekerjaan.

b. Masih adanya pekerja yang tidak mentaati peraturan-peraturan yang

dibuat oleh pihak Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung yang

berisikan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan sebelum melaksanakan

tugas atau pekerjaan misalnya Pengunaan Alat Pelindung Diri (APD).

c. Masih adanya pekerja yang tidak memperhatikan dan mentaati instruksi

atau petunjuk dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan.

d. Tidak Sesuai Dengan Instruksi Kerja: pekerja yang lalai atau tidak

memahami instruksi kerja baik yang tertulis maupun tidak sehinggah

dapat membahayakan dirinya sendiri dan orang lain.

Adapun upaya-upaya yang dilakukan oleh Dinas Pemadam

Kebakaran untuk Mengurangi tingkat kecelakaan kerja bagi pegawai

kontrak pemadam kebakaran Dinas pemadam Kebakaran Kabupaten

Badung adalah sebagai berikut:

a. Lebih memperhatikan kesehatan dan kesiapan pekerja sebelum

melaksanakan pekerjaan.
b. Memberikan pelatihan-pelatihan, instruksi, informasi, dan pegawasan

kepada pekerja dalam hal perlindungan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja.

c. Memberikan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) dan merawat

pekerja yang mengalami kecelakaan kerja.

d. Memakai Alat Perlindungan Diri (APD) secara lengkap yang dapat

melindungi diri pekerja dari resiko kecelakaan kerja.

e. Memberikan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

5. Penutup
Kesimpulan

1. Dasar hukum pemberian asuransi kecelakaan kerja bagi pegawai kontrak

Pada Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung sudah sesuai

dengan Undang- Undang No 33 tahun 1947 tentang pembayaran

gantikerugian kepada buruh yang mendapat kecelakaan berhubung

dengan hubungan kerja. Dimana sesuai dengan Pasal 1 yang berbunyi

perusahaan yang diwajibkan memberi tunjangan, majikan berwajib

membayar ganti kerugian kepada buruh yang mendapat kecelakaan

berhubung dengan hubungan kerja pada perusahaan itu. Sesuai dengan

hasil wawancara dengan Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten

Badung pegawai kontrak yang mengalami kecelakaan kerja menerima

santunan jika mengalami kecelakaan dan harus dirawat diberikan

santunan sebesar 2.500.000 dan jika sampai meninggal dunia jumlah

santunan 5.000.000 dari Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung.


2. Pelaksaan klaim asuransi kecelakaan kerja bagi pegawai kontrak di dinas

pemadam kebakaran Kabupaten Badung sudah sesuai dengan persyaratan

yang diatur dalam UU Ketenagakerjaan. Proses klaim BPJS

ketenagakerjaan, untuk kecelakaan kerja yang terjadi sejak 1 Juli 2015,

harus diperhatikan adanya masa kadaluarsa klaim untuk mendapatkan

manfaat. Masa kadaluarsa klaim selama selama 2 (dua) tahun dihitung dari

tanggal kejadian kecelakaan. Perusahaan harus tertib melaporkan baik

secara lisan (manual) ataupun elektronik atas kejadian kecelakaan kepada

BPJS Ketenagakerjaan selambatnya 2 kali 24 jam setelah kejadian

kecelakaan, dan perusahaan segera menindaklanjuti laporan yang telah

dibuat tersebut dengan mengirimkan formulir kecelakaan kerja tahap I

yang telah dilengkapi dengan dokumen pendukung. Tata cara pengajuan

Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), apabila terjadi kecelakaan kerja

pengusaha wajib mengisi form BPJS Ketenagakerjaan 3 (laporan

kecelakaan tahap I) dan mengirimkan kepada BPJS Keteneagakerjaan

tidak lebih dari 2 x 24 Jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan.

Saran

1. Agar pada saat penerimaan pegawai kontrak di Dinas Pemadam

Kabupaten Badung dijelaskan lebih jelas mengenai asuransi apa saja

yang didapatkan oleh pegawai kontrak agar tidak terjadi kerancuan

dikemudian hari, dan bagian SDM (Sumber Daya Manusia) di Dinas

Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung lebih aktif dalam meberikan


informasi mengenai apa- apa saja yang menjadi hak peserta asuransi baik

BPJS kesehatan maupun BPJS Ketenagakerjaa.

2. Agar diberikan pemahaman lebih dalam mengenai tata cara proses klaim,

agar tidak terjadi kesalahan proses klaim jika terjadi kecelakaan kerja,

dan pihak Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung juga ikut serta

membatu proses klaim asuransi baik dari BPJS Ketenagakerjaan maupun

PT. Jasa Raharja. Dan juga BPJS ketenagakerjaan sebaiknya

melaksanakan tanggung jawabnya secara optimal.


DAFTAR BACAAN

I. Buku
Abdulkadir ,Muhammad, 2006, Hukum Asuransi Indonesia,
Bandung, Citra Aditya Bakti.

Australian Standard, 1990, Australian Standard AS 1885.1-1990:


Workplace Injury and Disease Recording Standard.

Aziz M, 2011, Perlindungan Hukum Terhadap Keselamatan Kerja


Pemadam kebakaran Menurut Undang-UndangNomor 13 Tahun 2013 dan
Hukum Islam, Fakultas Syriah dan Hukum universitas Islam Negeri Raden
Fatah.

Bird, Frank Jr dan Germain, George L. 1990. Practical Loss Control


Leadership, USA, Institute Publishing.

Darwin Prinst. 2000. Hukum Ketenaga Kerjaan Indonesia, Bandung,


PT. Citra.

Endah, Dian Pelaksanaan Pemungutan Retribusi Alat Pemadam Api


Ringan Oleh Kantor Pemadam kebakaran Kota Surakarta Berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2002 Tentang Pencegahan Biaya
Kebakaran, Fakultas Hukum Universitas Muhammadyah Surakarta.

Hasibuan, Malayu , 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi


Aksara,

Husni, Lalu 2005, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, Jakarta, Raja


Grafindo Persada.

Johan Nasution, Bahder¸ 2008, Metode Penelitian Ilmu, Hukum,


Mandar Maju, Bandung.

Lalu, Husni 2007, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia,


Edisi Revisi, Jakarta, Raja Grafindo Persada.
Mamuji, Sri, et. al. 2005. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum,
Depok, Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesa.

Manulang, H. Sendjum, 1998, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan


Di Indonesia. Jakarta, PT Rineka Citra.

Midah, Agus 2010, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Dinamika


dan Kajian Teori, Bogor, Ghalia Indonesia.

Muis, Abdul 2005, Hukum Asuransi dan Bentuk-bentuk


Perasuransian, Medan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Poejosubroto, Santoso 1969, Beberapa Aspek Tentang Hukum


Pertanggungan Jiwa di Indonesia, Jakarta, Barata.

Prodjodikoro, Wirjono 1982, Hukum Asuransi Indonesia, Jakarta,


Intermasa.

Rusli, Hardijan 2003, Hukum Ketenagakerjaan, Jakarta, Ghalian


Indonesia.

Sari, Elsi Kartika dan Simanggunsong, Advendi 2004, Hukum Dalam


Ekonomi, Jakarta, Grasindo

Sastra, Djatmika 1962, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Jakarta.

Sedarmayanti. 2011. Tata Kerja dan Produktivitas Kerja Suatu


Tinjauan Dari Aspek Ergonomi Atau Kaitan Antara Manusia Dengan
Lingkungan Kerjanya, Bandung, Mandar Maju

Subijanto, 2011, Peran Negara Dalam Hubungan Tenaga Kerja


Indonesia, Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan.

Sugiyono,2013. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D.


Bandung, Alfabeta.

Suma’mur, 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan.


Jakarta, Haji Masagung.
Tarwaka, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Manajemen dan
Implementasi K3 di Tempat Kerja, Surakarta, Harapan Perss.

Wibowo, Dwi Heri ,2012, Tinjauan Tentang Bentuk Dan Pelaksanaan


Pemberian Asuransi Pada Para Pegawai Pemadam Kebakaran Di Wilayah
Kota Surakarta. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Jakarta.

II. Peraturan Perundang Undangan


Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003
Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Undang-undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial
Undang-undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial
Undang- Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
Undang- Undang No. 33 tahun 1947 Tentang Pembayaran Ganti kerugian
Kepada Buruh Yang Mendapat Kecelakaan Berhubung Dengan Hubungan Kerja.

III. INTERNET
https://www.aturduit.com/articles/cara-klaim-manfaat-kecelakaan-
jasa-raharja/
https://badungkab.go.id/instansi/diskarmat/page/165/SEJARAH.html
https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/page/Program-Jaminan-
Kecelakaan-Kerja-(JKK).html
www.definisi-pengertian.com
www.seputarpengetahuan.co.id
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemadam_kebakaran
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI
1. Nama lengkap : IN Tophan Purnaya
2. Tempat/Tanggal Lahir : Sibangkaja, 24 Pebruari 1993
3. Jenis Kelamin : Laki- laki
4. Status : Menikah
5. Tinggi/berat : 177 cm / 80 kg
6. Alamat Asal : Br. Piakan, Sibangkaja
7. Alamat Sekarang : Br. Piakan, Sibangkaja
8. Agama : Hindu
9. No Telp : 0817860045020
10. Email : topanpurnaya@yahoo.com

B. DATA KELUARGA
1. Nama Ayah : I Made Sukadana, SH
2. Nama Ibu : Ni Made Rai Astiti, S.Pd
3. Nama Kakak Kandung : Luh Desy Charisma, S.Pd
Kadek Charlina, S.Kep., Ns., MM

C. PENDIDIKAN FORMAL
1. 1998-1999 : TK Dharma Wangsa
2. 1999-2005 : SD Negeri 4 Sibanggede
2. 2005-2008 : SMP Negeri 3 Abiansemal
3. 2008-2011 : SMA Negeri 1 Abiansemal
D. PENGALAMAN BEKERJA

1. Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung 2014 - sekarang

Denpasar, 20 Agustus 2019

IN Tophan Purnaya

Anda mungkin juga menyukai