Anda di halaman 1dari 13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tulang Vertebra Servikalis

Tulang vertebra servikalis merupakan bagian dari tulang belakang yang terdiri
atas tujuh bagian (CV1-CV7). Tulang vertebra servikalis merupakan tulang pendek
yang berbentuk silindris kecil sebagai badan vertebra yang terletak di depan sumsum
tulang belakang dan bekerja sama dengan otot, sendi, ligamen dan tendon untuk
memberikan dukungan, struktur serta stabilisasi dari leher. Tulang ini merupakan
bagian yang paling kecil dari tulang belakang, kecuali ruas tulang pertama dan kedua.
Mempunyai ciri-ciri yaitu, korpus yang kecil dan persegi panjang, lebih panjang
kesamping dibandingkan kebelakang. Lengkungnya besar mengakibatkan prosesus
spinosus diujungnya memecah menjadi dua atau bifida. Prosesus tranversusnya
berlubang-lubang karena terdapat banyak foramina sebagai jalur lewat arteri
vertebralis.3,6,17-19

2.1.1 Anatomi Vertebra Servikalis

Secara anatomis, tulang vertebra servikalis terbagi atas dua bagian yaitu
bagian atas (CV1 dan CV2) dan bagian bawah (CV3-CV7). Ada tiga tulang vertebra
servikalis yang memiliki struktur anatomi yang unik dan memiliki nama khusus.
Vertebra servikalis yang pertama disebut dengan atlas, yang kedua disebut axis dan
yang ketujuh disebut vertebra prominens. Berikut ini adalah ketujuh ruas tulang
vertebra servikalis, yaitu.2,3,17

1.Atlas
Tulang vertebra servikalis yang pertama disebut dengan atlas karena ruas
tulang yang pertama mendukung keseluruhan tengkorak kepala. Atlas tidak memiliki
korpus sehingga bentuknya hampir menyerupai cincin. Atlas juga tidak mempunyai

Universitas Sumatera Utara


prosessus spinosus, namun mempunyai tuberkulum anterior dan tuberkulum posterior
(Gambar 1).

Gambar 1. Anatomi Atlas15

2. Axis
Tulang vertebra servikalis yang kedua disebut dengan axis atau epistripheus
karena membentuk poros diatasnya dan kepala berputar disekitar tulang axis. Axis
merupakan bagian yang paling besar dari tulang vertebra servikalis. Ciri khas dari
tulang ini adalah prosesus odontoid yang kuat dan tegak lurus dari permukaan atas
korpus (dens), (Gambar 2).

Gambar 2. Anatomi Axis15

Universitas Sumatera Utara


3. Vertebra Servikalis Tipikal (CV3-CV6)
Anatomi tulang vertebra servikal ketiga hingga keenam dianggap memiliki
ciri yang sama, yaitu memiliki prosesus spinosus yang bercabang (bifida), pada
prosesus transversus terdapat foramen transversarium pada setiap sisi yang dilewati
oleh pembuluh arteri dan vena serta pleksus saraf simpatik. Prosesus transversus
terdiri atas bagian anterior dan posterior yang bergabung diluar foramen (Gambar 3).

Gambar 3. Anatomi CV3-CV615

4. Vertebra Servikalis 7 (Vertebra Prominens)


Memiliki nama lain vertebra prominens karena memiiki ciri khas yaitu adanya
prosesus spinosus yang panjang dan menonjol serta tidak bercabang, memiliki
prosesus transversum yang cukup besar dan foramen transveriumnya tidak selalu ada
atau umumnya memiliki ukuran yang lebih kecil pada satu atau kedua sisi (Gambar 4).

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4. Vertebra Prominens15

2.1.2 Pertumbuhan Tulang Vertebra Servikalis

Pada penelitian Bench mengenai pertumbuhan tulang vertebra servikalis pada


berbagai kelompok umur yang dihubungkan terhadap lidah, wajah dan perkembangan
gigi menggunakan porion sebagai titik patokan untuk menentukan panjang tulang
vertebra servikalis. Bench menemukan bahwa pada masa gigi desidui, terjadi
peningkatan jarak porion ke tulang vertebra servikalis kedua sebesar 2,1 mm per
tahun, 2,9 mm per tahun untuk CV3, 3,5 mm pertahun untuk CV4 dan 4,00 mm
pertahun untuk CV5. Basion tumbuh kebawah dan mundur sejauh 0,9 mm per tahun
dari porion.20
Pada kelompok usia 7-12 tahun, basion tumbuh ke bawah sekitar 0,6 mm per
tahun. Masing-masing tulang vertebra servikalis kedua hingga kelima mengalami
peningkatan sebesar 2,1,2,2, 2,9 dan 3,2 mm. Pada usia 12-18 tahun terjadi
penurunan pertumbuhan. Pertumbuhan rata-rata tulang vertebra servikalis hanya
sebesar 1,9, 1,6, 2,3 dan 2,5 mm. Sedangkan pertumbuhan basion hanya 0,3 mm per
tahun (Gambar 5). Pada beberapa individu dalam kelompok usia tersebut sudah tidak
menunjukkan pertumbuhan.20

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5. Pertumbuhan tulang vertebra servikalis20

2.1.2.1 Dimensi Vertikal Tulang Vertebra Servikalis

Penelitian Karlsen mengenai hubungan perkembangan vertebra servikalis


dalam arah vertikal dengan pola wajah vertikal. Populasi penelitian ialah pasien anak-
anak di Oslo Growth Material departemen ortodonti, University of Oslo, Norwegia.
Karlsen membandingkan perkembangan tulang vertebra servikalis dan pertumbuhan
wajah dalam arah vertikal pada usia 6, 12 dan 15 tahun.11
Karlsen menggunakan titik referensi pada sefalometri lateral untuk mengukur
pertumbuhan vertikal tulang vertebra servikalis pada sefalometri lateral yaitu,tulang
vertebra servikalis kedua hingga keempat (CV2-CV4), Sella (S), Basion (Ba)dan
menggunakan garis referensi untuk mengukur pertumbuhan vertikal tulang vertebra
servikalis yaitu BaCV4 (total dimensi vertebra servikalis atas), SCV2 (posisi vertikal
vertebra servikalis 2 relatif terhadap basis kranial), SCV3 (posisi vertikal vertebra
servikalis 3 relatif terhadap basis kranial) dan SCV4 (posisi vertikal vertebra
servikalis 4 relatif terhadap basis kranial). Garis-garis refrensi tersebut diproyeksikan
tegak lurus terhadap garis FHe (Frankort Horizontal estimated) untuk melihat
perkembangan vertebra servikalis dalam arah vertikal.11

Universitas Sumatera Utara


Gambar 6. Dimensi tulang vertebra servikalis11

2.1.2.2 Dimensi Vertikal Wajah

Dimensi vertikal wajah dapat diukur berdasarkan penilaian proporsi wajah.


Penilaian proporsi wajah dikelompokkan menjadi tinggi wajah anterior bagian atas
dan bagian bawah.7 Berdasarkan Frakas dan Munro penilaian proporsi wajah dibagi
kedalam tiga bagian sejajar dengan garis horizontal dari garis rambut, jembatan
hidung, alanasi dan pangkal dagu (menton). Tinggi wajah anterior bagian atas
merupakan jarak dari dasar hidung (subnasal) ke titik diantara kedua alis (glabella).
Titik wajah anterior bagian bawah merupakan jarak dari pangkal dagu (menton) ke
dasar hidung (subnasal). Tinggi wajah anterior bagian atas dan bawah biasanya
hampir sama (Gambar 6). Dimensi ini dapat diukur dengan penggaris. Apabila tinggi
wajah anterior bagian atas lebih besar dibandingkan bagian bawah akan
menghasilkan deep overbite. Jika tinggi wajah anterior bagian bawah lebih besar 50%
dari total tinggi wajah anterior maka akan menghasilkan openbite anterior.7,1
Pada individu dengan tinggi wajah anterior yang cenderung pendek,
umumnya pertumbuhan kondilus berlangsung keatas dan kedepan sehingga biasanya
memiliki deep overbite dengan sulkus mentolabial yang juga dalam. Pada individu
dengan wajah anterior yang panjang memiliki pola pertumbuhan kondilus

Universitas Sumatera Utara


kebelakang. Hal tersebut menyebabkan dagu semakin kebelakang, tinggi wajah
anterior meningkat serta pada kasus yang berat dapat terjadi openbite anterior.21,22

Gambar 7. Pengukuran dimensi vertikal


wajah berdasarkan penilaian
proporsi wajah7

Dimensi vertikal wajah pada sefalometri lateral diukur berdasarkan sudut MP-
SN. Pada individu yang memiliki sudut MP-SN yang kecil≤25
( o
) cenderung
memiliki wajah yang lebih pendek, sedangkan pada individu yang memiliki sudut
MP-SN yang besar (≥35 o) cenderung memiliki wajah yang lebih panjang.11,23
Penelitian yang dilakukan Karlsen menggunakan sudut MP-SN sebagai
pedoman mengukur pertumbuhan wajah dalam arah vertikal. Sudut MP-SN disebut
besar apabila nilai lebih besar atau sama dengan 35o dan disebut kecil jika nilainya
lebih kecil atau sama dengan 25o. Maka, semakin besar sudut MP-SN semakin besar
pertumbuhan vertikal wajah individu dan semakin kecil sudut MP-SN maka semakin
kecil pertumbuhan vertikal wajah.11
Karlsen menggunakan garis referensi pada sefalometri untuk mengukur
pertumbuhan wajah vertikal yaitu, SGo (total tinggi wajah posterior), SPm (tinggi
wajah posterior bagian atas), PmGo (tinggi wajah posterior bagian bawah), NGn
(total tinggi wajah anterior), NSp (tinggi wajah anterior bagian atas), SpGn (tinggi
wajah anterior bagian bawah), CdGo (tinggi ramus mandibula). Garis-garis referensi
tersebut diproyeksikan tegak lurus terhadap garis FHe (Frankort Horizontal
estimated) untuk mengukur pertumbuhan wajah pada sefalogram lateral.11,23

Universitas Sumatera Utara


Wajah individu yang panjang ditemukan pada kelompok dengan sudut MP-
SN yang besar. Karakteristiknya berupa total tinggi wajah anterior (NGn), tinggi
wajah anterior bawah (SpGn) yang berlebihan dan total tinggi wajah posterior (SGo)
yang kecil. Sebaliknya, karakteristik sudut MP-SN yang kecil yaitu, total tinggi wajah
posterior (SGo), tinggi wajah posterior bawah (PmGo) yang berlebihan dan total
tinggi wajah anterior (NGn) yang kecil (Gambar 8).11

Gambar 8. Garis-garis referensi untuk mengukur


pertumbuhan wajah dalam arah vertikal11

2.1.3 Maturitas Tulang Vertebra Servikalis


Berdasarkan Hassel dan Farman yang mengembangkan indeks maturasi
tulang vertebra servikalis, mereka menggunakan tulang vertebra servikalis kedua
hingga keempat dalam mengamati tahapan maturitas tulang. Berikut ini adalah
tahapan maturitas tulang vertebra servikalis menurut Hassel dan Farman (Gambar 7).2

a. Initiation
Pada tahap ini batas bawah badan tulang CV2, CV3, CV4 datar sedangkan
batas atas ketiga tulang tersebut meruncing dari bagian posterior ke anterior.

Universitas Sumatera Utara


b. Acceleration
Perkembangan konkavitas tulang meningkat pada batas bawah tulang CV2
dan CV3, batas bawah badan tulang CV4 datar serta anatomi tulang CV3 dan CV4
menjadi lebih persegi panjang.
c. Transition
Konkavitas tulang meningkat pada batas bawah CV2 dan CV3. Terjadi
perkembangan konkavitas batas bawah badan tulang CV4. Tulang CV3 dan CV4
menjadi lebih persegi panjang.
d. Deceleration
Meningkatnya konkavitas pada batas bawah tulang CV2,CV3, dan CV4. Pada
tahap ini anatomi dari CV3 dan CV4 hampir menyerupai persegi.
e. Maturation
Konkavitas tulang semakin dalam pada batas bawah badan tulang CV2, CV3,
dan CV4. Tulang CV3 dan CV4 sudah berbentuk persegi pada tahap ini.
f. Completion
Pada tahap ini pertumbuhan sudah selesai. Terlihat konkavitas tulang yang
dalam pada batas bawah badan tulang CV2, CV3 dan CV4, serta tinggi tulang CV3 dan
CV4 lebih besar dibandingkan lebarnya.

Gambar 9. Maturasi tulang vertebra servikalis


menggunakan indikator CV32,3

Universitas Sumatera Utara


2.1.4 Hubungan Dimensi Vertikal Tulang Vertebra Servikalis dengan
Wajah

Beni Solow dan Andrew Sandham melakukan penelitian mengenai postur


kranioservikal yang mempengaruhi perkembangan dan fungsi dari struktur
dentofasial. Postur kranioservikal adalah melihat hubungan postur kepala terhadap
cervical column. Penelitian tersebut menggunakan subjek anak-anak, remaja dan
dewasa dengan tujuan penelitian untuk melihat hubungan postur kranioservikal dalam
mempengaruhi perkembangan dan fungsi dari struktur dentofasial. Hasil penelitian
tersebut pada subjek dewasa menunjukkan bahwa sudut kranioservikal memiliki
hubungandengan pembentukan kraniofasial. Pada individu yang memiliki sudut
kranioservikal yang kecil pada umumnya mempunyai tinggi wajah anterior yang kecil
dan inklinasi mandibular plane yang kecil. Sebaliknya pada individu dengan sudut
kranioservikal yang besar pada umumnya memiliki tinggi wajah anterior yang lebih
besar, inklinasi mandibular plane yang lebih besar.10
Pada subjek anak-anak dan remaja menunjukkan adanya perbedaan postur
kranioservikal yang menghasilkan perbedaan tipe dari perkembangan wajah. Individu
yang memiliki sudut kranioservikal yang kecil diikuti dengan pertumbuhan maksila
dan mandibula yang kedepan (prognathism), sedangkan pada individu dengan sudut
kranioservikal yang besar diikuti dengan pertumbuhan maksila dan mandibula yang
kebelakang (retrognathism).10
Penelitian Bench menemukan pada individu dengan leher panjang jarang
ditemukan tipe wajah pendek, sebaliknya leher pendek pada individu dengan tipe
wajah panjang. Hal tersebut diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Karlsen terhadap kelompok usia 12 – 15 tahun, namun tidak untuk kelompok usia 6 –
12 tahun.11,20
Penelitian Karlsen menggunakan garis referensi pada sefalogram untuk
mengukur hubungan perkembangan vertikal dari tulang vertebra servikalis dan wajah
terhadap berbagai pola wajah yaitu GoCV2 (jarak vertikal antara sudut gonion dan
vertebra servikalis kedua), PmCV2 (jarak vertikal antara titik paling belakang dari

Universitas Sumatera Utara


maksila dan vertebra servikalis kedua). Garis-garis referensi tersebut diproyeksikan
tegak lurus terhadap garis FHe (Frankort Horizontal estimated) untuk mengukur
hubungan antara perkembangan vertikal dari tulang vertebra servikalis dan wajah
terhadap berbagai pola wajah vertikal.11
Tulang vertebra servikalis kedua (axis) merupakan vertebra servikalis yang
paling tinggi dan paling lebar. Karlsen menemukan bahwa individu dengan sudut
MP-SN yang kecil, rata-rata jarak GoCV2 adalah 2,4 mm pada usia 6 tahun, 2,6 mm
pada usia 12 tahun dan 1,4 mm pada usia 15 tahun. Sedangkan, pada individu yang
memiliki sudut MP-SN besar, secara signifikan jaraknya lebih panjang dengan rata-
rata 8,2 mm pada usia 6 tahun, 9,4 mm pada usia 12 tahun dan 7,1 mm pada usia 15
tahun.11
Posisi vertikal Go memegang peranan pada perkembangan wajah dalam arah
vertikal, terutama perkembangan wajah bagian bawah. Hubungan antara Go dan CV2
sangat kuat yaitu hubungan antara pertumbuhan servikalis dan pertumbuhan wajah,
khususnya hubungan antara vertebra servikalis dan pertumbuhan mandibula.
Hubungan pertumbuhan antara Go dengan CV2 terlihat pada usia 12-15 tahun,
dimana pertumbuhan vertikal dari vertebra servikalis dan wajah sangat erat. Individu
dengan sudut MP-SN yang kecil memiliki jarak GoCV2yang lebih pendek.
Sebaliknya, pada sudut MP-SN yang besar terlihat jarak GoCV2 yang lebih panjang
(Gambar 10).11

Universitas Sumatera Utara


Gambar 10. Jarak vertikal Go dan CV211

2.2 Ras Deutro Melayu

Masyarakat Indonesia yang majemuk terdiri atas beberapa suku bangsa (etnis)
yang masing-masing memiliki bahasa, adat istiadat dan budaya yang berbeda.
Penelitian Hilderd Geertz menyatakan Indonesia terdiri atas 300 etnis yang berbeda-
beda. Penelitian MA Jaspan, masyarakat Indonesia terdiri atas 366 etnis. Van
Vollenhoven menyatakan bahwa masyarakat Indonesia terbagi menjadi sembilan
belas lingkaran hukum adat dengan berbagai suku bangsa (etnis) yang ada di
dalamnya.24
Berdasarkan ciri-ciri fisiknya, masyarakat Indonesia dapat dibedakan menjadi
empat kelompok ras, yaitu ras Papua Melanezoid, ras Negroid, ras Weddoid dan ras
Melayu Mongoloid (Paleomongoloid). Sebagian besar dari penduduk Indonesia
termasuk ras Paleomongoloid yang disebut dengan ras Melayu. Ras melayu terdiri
atas Proto Melayu (Melayu tua) dan Deutro Melayu (Melayu muda). Kelompok Proto
Melayu pada 2000 SM datang ke Indonesia sedangkan Deutro Melayu pada 1500
SM.24

Universitas Sumatera Utara


Ras Proto Melayu pada mulanya menempati pantai-pantai Sumatera Utara
(Batak), Kalimantan Barat (Dayak) dan Sulawesi Barat (Toraja), kemudian pindah ke
pedalaman karena terdesak oleh kelompok Deutro Melayu. Suku yang termasuk
kelompok ras Deutro Melayu adalah suku Aceh (kecuali Gayo), Minangkabau,
Lampung, Renjang Lebong, Betawi, Jawa, Sunda, Madura, Bali, Makasar, Bugis,
Melayu dan Manado. Ciri fisik dari kedua kelompok tersebut berbeda bila dilihat dari
bentuk kepala yaitu dolicochepalis pada Proto Melayu dan brachycephalis pada
Deutro Melayu.15

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai