TINJAUAN PUSTAKA
Tulang vertebra servikalis merupakan bagian dari tulang belakang yang terdiri
atas tujuh bagian (CV1-CV7). Tulang vertebra servikalis merupakan tulang pendek
yang berbentuk silindris kecil sebagai badan vertebra yang terletak di depan sumsum
tulang belakang dan bekerja sama dengan otot, sendi, ligamen dan tendon untuk
memberikan dukungan, struktur serta stabilisasi dari leher. Tulang ini merupakan
bagian yang paling kecil dari tulang belakang, kecuali ruas tulang pertama dan kedua.
Mempunyai ciri-ciri yaitu, korpus yang kecil dan persegi panjang, lebih panjang
kesamping dibandingkan kebelakang. Lengkungnya besar mengakibatkan prosesus
spinosus diujungnya memecah menjadi dua atau bifida. Prosesus tranversusnya
berlubang-lubang karena terdapat banyak foramina sebagai jalur lewat arteri
vertebralis.3,6,17-19
Secara anatomis, tulang vertebra servikalis terbagi atas dua bagian yaitu
bagian atas (CV1 dan CV2) dan bagian bawah (CV3-CV7). Ada tiga tulang vertebra
servikalis yang memiliki struktur anatomi yang unik dan memiliki nama khusus.
Vertebra servikalis yang pertama disebut dengan atlas, yang kedua disebut axis dan
yang ketujuh disebut vertebra prominens. Berikut ini adalah ketujuh ruas tulang
vertebra servikalis, yaitu.2,3,17
1.Atlas
Tulang vertebra servikalis yang pertama disebut dengan atlas karena ruas
tulang yang pertama mendukung keseluruhan tengkorak kepala. Atlas tidak memiliki
korpus sehingga bentuknya hampir menyerupai cincin. Atlas juga tidak mempunyai
2. Axis
Tulang vertebra servikalis yang kedua disebut dengan axis atau epistripheus
karena membentuk poros diatasnya dan kepala berputar disekitar tulang axis. Axis
merupakan bagian yang paling besar dari tulang vertebra servikalis. Ciri khas dari
tulang ini adalah prosesus odontoid yang kuat dan tegak lurus dari permukaan atas
korpus (dens), (Gambar 2).
Dimensi vertikal wajah pada sefalometri lateral diukur berdasarkan sudut MP-
SN. Pada individu yang memiliki sudut MP-SN yang kecil≤25
( o
) cenderung
memiliki wajah yang lebih pendek, sedangkan pada individu yang memiliki sudut
MP-SN yang besar (≥35 o) cenderung memiliki wajah yang lebih panjang.11,23
Penelitian yang dilakukan Karlsen menggunakan sudut MP-SN sebagai
pedoman mengukur pertumbuhan wajah dalam arah vertikal. Sudut MP-SN disebut
besar apabila nilai lebih besar atau sama dengan 35o dan disebut kecil jika nilainya
lebih kecil atau sama dengan 25o. Maka, semakin besar sudut MP-SN semakin besar
pertumbuhan vertikal wajah individu dan semakin kecil sudut MP-SN maka semakin
kecil pertumbuhan vertikal wajah.11
Karlsen menggunakan garis referensi pada sefalometri untuk mengukur
pertumbuhan wajah vertikal yaitu, SGo (total tinggi wajah posterior), SPm (tinggi
wajah posterior bagian atas), PmGo (tinggi wajah posterior bagian bawah), NGn
(total tinggi wajah anterior), NSp (tinggi wajah anterior bagian atas), SpGn (tinggi
wajah anterior bagian bawah), CdGo (tinggi ramus mandibula). Garis-garis referensi
tersebut diproyeksikan tegak lurus terhadap garis FHe (Frankort Horizontal
estimated) untuk mengukur pertumbuhan wajah pada sefalogram lateral.11,23
a. Initiation
Pada tahap ini batas bawah badan tulang CV2, CV3, CV4 datar sedangkan
batas atas ketiga tulang tersebut meruncing dari bagian posterior ke anterior.
Masyarakat Indonesia yang majemuk terdiri atas beberapa suku bangsa (etnis)
yang masing-masing memiliki bahasa, adat istiadat dan budaya yang berbeda.
Penelitian Hilderd Geertz menyatakan Indonesia terdiri atas 300 etnis yang berbeda-
beda. Penelitian MA Jaspan, masyarakat Indonesia terdiri atas 366 etnis. Van
Vollenhoven menyatakan bahwa masyarakat Indonesia terbagi menjadi sembilan
belas lingkaran hukum adat dengan berbagai suku bangsa (etnis) yang ada di
dalamnya.24
Berdasarkan ciri-ciri fisiknya, masyarakat Indonesia dapat dibedakan menjadi
empat kelompok ras, yaitu ras Papua Melanezoid, ras Negroid, ras Weddoid dan ras
Melayu Mongoloid (Paleomongoloid). Sebagian besar dari penduduk Indonesia
termasuk ras Paleomongoloid yang disebut dengan ras Melayu. Ras melayu terdiri
atas Proto Melayu (Melayu tua) dan Deutro Melayu (Melayu muda). Kelompok Proto
Melayu pada 2000 SM datang ke Indonesia sedangkan Deutro Melayu pada 1500
SM.24