Anda di halaman 1dari 2

Putra Cilacap itu Jatuh Cinta Pada Indonesia!

Gila! Kata apa lagi yang pas untuk menyebut orang yang sedang mabuk
cinta? Para sufi yang sedang terkena fana, akan merasakan kenikmatan bersatu
dengan Tuhan, sekalipun orang lain menyebutnya gila. Sama halnya dengan
Watimin, putra Cilacap, Jawa Tengah. Watimin karena kecintaannya yang sangat
terhadap tanah air Indonesia, ia rela berjalan dari Sabang sampai Merauke.
Baginya ini adalah bukti cinta terhadap Indonesia, meskipun oranglain akan
menyebutnya gila dan sia-sia.

“Saya berjalan dari Sabang sampai Merauke karena saya mempunyai visi.
Visi saya cinta tanah air. NKRI Harga Mati, Pancasila, dan Merah Putih! Kalo ada
orang berkata saya stress dan gila, saya akui, saya gila! Gila NKRI Harga mati!”
tegas Watimin ketika penulis wawancarai di Jl. Soekarno Hatta, Kec. Gede Bage,
Bandung (12/08/2019). Dengan bukti cintanya ini, Watimin ingin mempersatukan
bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Watimin tidak ingin bangsa
Indonesia ini terus saja ribut. Menurutnya, sudah seharusnya bangsa Indonesia ini
cinta perdamaian.

Putra Cilacap yang merupakan lulusan SMP itu mengaku sudah berkeliling
Indonesia sejak tahun 2017 akhir. Ia memulai start perjalanan dari Aceh menuju
Surabaya untuk kemudian nantinya sampai di finish perjalanan, Merauke. Untuk
menempuh perjalanan sejauh itu, ia menjadikan Koramil, TNI, Polsek, dan Polres,
sebagai tempat peristirahatan. Di sela-sela perjalanannya itu, ia selalu mengabari
orangtuanya tentang keadaan dan kesehatannya.

Dalam raut wajahnya, penulis melihat semangat Watimin dalam


menghadapi Dirgahayu Indonesia yang ke-74. Watimin berharap Indonesia bisa
lebih maju lagi. Ia memiliki harapan tersendiri untuk generasi muda dan
Pemerintah “Saya harus katakan pada generasi muda, sudah seharusnya kita ini
cinta damai. Dan untuk Pemerintah, harapan saya Pemerintah bisa memperhatikan
rakyat kecil. Pemerintah harus lebih mecintai orang lemah dan orang miskin.”
Tutup Watimin sembari bersiap meneruskan perjalanannya.

Bandung, 12/08/2019

Ditulis Oleh Neng Nuraeni (Mahasiswi Studi Agama-Agama UIN Sunan Gunung
Djati Bandung) .

Anda mungkin juga menyukai