Anda di halaman 1dari 6

CANDI PENINGGALAN MASA HINDU-BUDHA

Pengaruh yang kuat masa Hindu-Budha, memberikan dampak yang tidak sedikit dalam
berbagai bidang, khususnya dalan seni bangunan. Banyak peninggalan-peninggalan zaman
Hindu-Budha yang masih bisa kita saksikan sampai sekarang ini, diantaranya Candi. Berikut
adalah candi-candi penginggalan masa Hindu-Budha.
Candi Prambanan
Candi Prambanan atau Candi Rara Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar di
Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti,
tiga dewa utama Hindu yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa
pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah.
Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha (bahasa
Sanskerta yang bermakna ‘Rumah Siwa’), dan memang di garbagriha (ruang utama) candi ini
bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang menujukkan bahwa di candi ini
dewa Siwa lebih diutamakan.
Candi ini terletak di desa Prambanan, pulau Jawa, kurang lebih 20 kilometer timur
Yogyakarta, 40 kilometer barat Surakarta dan 120 kilometer selatan Semarang, persis di
perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Rara
Jonggrang terletak di desa Prambanan yang wilayahnya dibagi antara kabupaten Sleman dan
Klaten.
Candi ini adalah termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu terbesar di Indonesia,
sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara. Arsitektur bangunan ini berbentuk
tinggi dan ramping sesuai dengan arsitektur Hindu pada umumnya dengan candi Siwa
sebagai candi utama memiliki ketinggian mencapai 47 meter menjulang di tengah kompleks
gugusan candi-candi yang lebih kecil. Sebagai salah satu candi termegah di Asia Tenggara,
candi Prambanan menjadi daya tarik kunjungan wisatawan dari seluruh dunia.
Menurut prasasti Siwagrha, candi ini mulai dibangun pada sekitar tahun 850 masehi oleh
Rakai Pikatan, dan terus dikembangkan dan diperluas oleh Balitung Maha Sambu, di masa
kerajaan Medang Mataram.
Candi Gedong songo

Candi Gedong Sono


Candi Gedong Songo adalah nama sebuah komplek bangunan candi peninggalan budaya
Hindu yang terletak di desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa
Tengah, Indonesia tepatnya di lereng Gunung Ungaran. Di kompleks candi ini terdapat
sembilan buah candi.
Candi ini diketemukan oleh Raffles pada tahun 1804 dan merupakan peninggalan budaya
Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9 (tahun 927 masehi).
Candi ini memiliki persamaan dengan kompleks Candi Dieng di Wonosobo. Candi ini terletak
pada ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan laut sehingga suhu udara disini cukup
dingin (berkisar antara 19-27 °C)
Lokasi 9 candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran ini memiliki pemandangan alam
yang indah. Selain itu, obyek wisata ini juga dilengkapi dengan pemandian air panas dari
mata air yang mengandung belerang, area perkemahan, dan wisata berkuda.
Candi Cangkuang

Candi Cangkuang
Candi Cangkuang adalah sebuah candi Hindu yang terdapat di Kampung Pulo, wilayah
Cangkuang, Kecamatan Leles, Garut, Jawa Barat. Candi inilah juga yang pertama kali
ditemukan di Tatar Sunda serta merupakan satu-satunya candi Hindu di Tatar Sunda. Candi
ini terletak bersebelahan dengan makam Embah Dalem Arief Muhammad, sebuah makam
kuno pemuka agama Islam yang dipercaya sebagai leluhur penduduk Desa Cangkuang.
Candi Dieng

Candi Dieng
Candi Dieng, Warisan Maha Karya Abad ke 7 Dari Dinasti Sanjaya ini masih bisa anda nikmati
kemegahannya di Dataran Tinggi Dieng. Dulu, hampir sebanyak 400 candi pernah berdiri di
tempat yang dijuluki negeri para Dewa ini sehingga Dieng kumpulan Candi Di Dieng di sebut
juga sebagai Kompleks Candi Hindu Jawa.
Berdasarkan Prasasti yang ditemukan di situs Dieng, Candi-candi tersebut diperkirakan
didirikan pada abad ke VIII- abad ke XIII masehi, sebagai wujud kebaktian kepada Dewa
Syiwa dan Sakti Syiwa(istri Syiwa).
Dilihat dari 21 Bangunan, Candi Dieng terbagi menjadi 5 Kelompok. 4 Kelompok bangunan
ceremonial site( tempat pemujaan) yaitu :
Kelompok Candi Arjuna (pendawa 5)
Kelompok Candi Gatut Kaca
Kelompok Candi Bhima
Kelompok Chandi Dwarawati/Parikesit.
Kelompok Candi Magersari.
Dan Kelompok Kelima adalah bangunan tempat tinggal (setlement site) yang sisa-sisa
puingnya masih bisa anda lihat disekitaran komplek candi Arjuna.
Baru-baru ini, Komplek candi yang lain juga ditemukan, yaitu Candi Setyaki.
Candi Panataran

Candi Panataran
Candi Penataran atau Candi Panataran atau nama aslinya adalah Candi Palah adalah sebuah
gugusan candi bersifat keagamaan Hindu Siwaitis yang terletak di Desa Penataran,
Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Candi termegah dan terluas di Jawa
Timur ini terletak di lereng barat daya Gunung Kelud, di sebelah utara Blitar, pada ketinggian
450 meter di atas permukaan laut. Dari prasasti yang tersimpan di bagian candi diperkirakan
candi ini dibangun pada masa Raja Srengga dari Kerajaan Kadiri sekitar tahun 1200 Masehi
dan berlanjut digunakan sampai masa pemerintahan Wikramawardhana, Raja Kerajaan
Majapahit sekitar tahun 1415.
Dalam kitab Desawarnana atau Nagarakretagama yang ditulis pada tahun 1365, Candi ini
disebut sebagai bangunan suci “Palah” yang dikunjungi Raja Hayam Wuruk dalam
perjalanan kerajaan bertamasya keliling Jawa Timur.
Pada tahun 1995 candi ini diajukan sebagai calon Situs Warisan Dunia UNESCO dalam daftar
tentatifnya
Candi Borobudur

Candi Borobudur
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa
Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya
Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta.
Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar
tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Monumen ini terdiri atas
enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada
dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha. Stupa
utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga
barisan melingkar 72 stupa berlubang yang didalamnya terdapat arca buddha tengah duduk
bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra
(memutar roda dharma).
Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk
memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat
manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai
ajaran Buddha. Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan
berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan
berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu
adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu
(ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong
dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada
dinding dan pagar langkan.
Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya
pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam. Dunia
mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford
Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu
Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek
pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik
Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan
Dunia.
Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat
Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur
untuk memperingati Trisuci Waisak. Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah obyek
wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan.
Candi Sewu

Candi Sewu
Candi Sewu adalah candi Buddha yang dibangun pada abad ke-8 yang berjarak hanya
delapan ratus meter di sebelah utara Candi Prambanan. Candi Sewu merupakan kompleks
candi Buddha terbesar kedua setelah Candi Borobudur di Jawa Tengah. Candi Sewu berusia
lebih tua daripada Candi Prambanan. Meskipun aslinya terdapat 249 candi, oleh masyarakat
setempat candi ini dinamakan “Sewu” yang berarti seribu dalam bahasa Jawa. Penamaan ini
berdasarkan kisah legenda Loro Jonggrang.
Secara administratif, kompleks Candi Sewu terletak di Dukuh Bener, Desa Bugisan,
Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah.
Candi Mendut

Candi Mendut
Candi Mendut adalah sebuah candi bercorak Buddha. Candi yang terletak di Jalan Mayor
Kusen Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah ini, letaknya berada sekitar 3
kilometer dari candi Borobudur
Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam
prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah
membangun bangunan suci bernama wenuwana yang artinya adalah hutan bambu. Oleh
seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi
Mendut.
Candi Sanggrahan

Candi Sanggrahan
Candi Sanggrahan atau Candi Cungkup adalah candi pemujaan budha, letak di Desa
Sanggrahan, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Candi berbentuk
bujursangkar dan terdiri dari bangunan kaki, tubuh dan atap. Candi ini peninggalan Kerajaan
Majapahit, dibangun sekitar tahun 1350, dulunya merupakan candi tempat penyimpanan
abu kerabat raja Majapahit.
Bagian kaki candi sangat luas, tinggi dua meter, terdapat dinding relief harimau. Di bagian
tangga ada reruntuhan batu bekas gapura. Dulu ada enam buah patung budha namun
karena ditakutkan ada penjarahan maka patung disimpan dirumah juru kunci sebelah
selatan candi.
disekitar candi kita dapat menemui banyak peninggalan sejarah yang berserakan di
sekitarnya ada sebuah tugu pemujaan sebelah utara candi juga sebuah umpak di utara tugu
dan jika anda menggali tanah disekitar candi maka akan banyak ditemukan gerabah kuno
peninggalan masa lalu.
Candi Jajaghu (Candi Jago)

Candi Jago
Candi Jago berasal dari kata “Jajaghu”, didirikan pada masa Kerajaan Singhasari pada abad
ke-13. Berlokasi di Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, atau sekitar 22 km dari Kota
Malang.
Candi ini cukup unik, karena bagian atasnya hanya tersisa sebagian dan menurut cerita
setempat karena tersambar petir. Relief-relief Kunjarakarna dan Pancatantra dapat ditemui
di candi ini. Sengan keseluruhan bangunan candi ini tersusun atas bahan batu andesit.
Pada candi inilah Adityawarman kemudian menempatkan Arca Manjusri seperti yang
disebut pada Prasasti Manjusri.
Candi Jawi

Candi Jawi
Candi Jawi (nama asli: Jajawa) adalah candi yang dibangun sekitar abad ke-13 dan
merupakan peninggalan bersejarah Hindu-Buddha Kerajaan Singhasari yang terletak di
terletak di kaki Gunung Welirang, tepatnya di Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen,
Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia, sekitar 31 kilometer dari kota Pasuruan. Candi ini terletak
di pertengahan jalan raya antara Kecamatan Pandaan – Kecamatan Prigen dan Pringebukan.
Candi Jawi banyak dikira sebagai tempat pemujaan atau tempat peribadatan Buddha,
namun sebenarnya merupakan tempat pedharmaan atau penyimpanan abu dari raja
terakhir Singhasari, Kertanegara. Sebagian dari abu tersebut juga disimpan pada Candi
Singhasari. Kedua candi ini ada hubungannya dengan Candi Jago yang merupakan tempat
peribadatan Raja Kertanegara.

Anda mungkin juga menyukai