Anda di halaman 1dari 9

EM 4 (2) (2015)

Educational Management

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eduman

PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) PARTISIPATIF


INTEGRATIF KOLABORATIF (PIKOLA) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI
PROFESIONAL GURU FISIKA SMA

Kasir Santoso Widodo , Joko Widodo, Masrukan

Prodi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Kompetensi profesional guru Fisika SMA dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah (KTI) masih sangat
Diterima Juni 2015 rendah, sehingga pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) guru dalam bidang KTI harus
Disetujui Juli 2015 ditingkatkan, dikembangkan dan didampingi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Dipublikasikan Agustus efektivitas model diklat partisipatif dengan pendekatan kolaboratif-integratif untuk
2015 meningkatkan kompetensi profesional guru Fisika SMA dalam pembuatan KTI sebagai upaya
________________ pendampingan Pengawas Sekolah dalam PKB Guru. Desain penelitian yang digunakan adalah
Keywords: Research and Development (R&D). Hasil penelitian secara kuantitatif diperoleh dari hasil tahap
Training PIKOLA pengembangan dan ujicoba terbatas. Penilaian kevalidan model PIKOLA oleh ahli dan praktisi
Professional Competence mendapat skor 39,67 dengan kategori baik. Kefektifan model PIKOLA dibuktikan dengan kualitas
____________________ penyelenggaraan pelatihan dengan skor 114 kategori sangat baik. Keefektifan model PIKOLA
dibuktikan dengan nilai rata-rata tes akhir 28,125 lebih besar dari nilai rata-rata tes awal 12,3.
Selain itu, keefektifan model PIKOLA juga dibuktikan peserta untuk membuat KTI dengan nilai
rata-rata 50 dengan kategori baik.

Abstract
___________________________________________________________________
Professional competence of high school physics teacher in the manufacture Scientific Writing
(KTI) is still very low, so that continuous professional development (PKB) teachers in the field of
KTI should be improved, developed and accompanied. This study aims to determine the
effectiveness of a participatory model training with integrative collaborative approach to improve
the professional competence of high school physics teacher in the manufacture of KTI as
assistance efforts of Supervisor in the PKB. The study design used is a Research and Development
(R & D). Quantitative research results obtained from the stage of development and limited testing.
The validity of the PIKOLA model assessment by experts and practitioners scored 39.67 with both
categories. The effectiveness of the model PIKOLA evidenced by the quality of training with a
score of 114 category very well. The effectiveness of the model PIKOLA evidenced by the average
value of 28.125 final test is greater than the average value of the initial test of 12.3. In addition, the
effectiveness of the model PIKOLA also evidenced the participants to make KTI with an average
value of 50 with either category.

© 2015 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-7001
Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233
E-mail: katsirwidodo@yahoo.co.id

116
Kasir Santoso dkk. / Educational Management 4 (2) (2015)

PENDAHULUAN pembimbingan tentang materi dan aspek-aspek


yang belum dikuasai atau dilaksanakan guru.
Kompetensi guru mempunyai peran yang Sayangnya, sebagai kegiatan pengawasan
sangat penting dalam peningkatan mutu yang mengacu pada unsur pembinaan untuk
pendidikan, karena di tangan seorang guru, mengembangkan kompetensi profesional guru
kurikulum, sumber belajar, sarana dan pada karya tulis ilmiah saat ini belum sesuai
prasarana, dan iklim pembelajaran menjadi dengan harapan yang diinginkan. Hasil
sesuatu yang berarti bagi kehidupan peserta penelitian yang telah dilakukan Gunawan
didik. Guru dituntut memiliki kemampuan (2012) juga mengungkap bahwa persepsi guru
dalam segala hal yang berkenaan dengan terhadap supervisi akademik yang dilakukan
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, pengawas sekolah dalam meningkatkan
terlebih lagi sebagai guru Fisika, yang harus kompetensi profesional guru yaitu 23,94 %
memadukan konsep dan aplikasinya berupa menyatakan pengawas sekolah melakukan
praktik. Peluang untuk mengembangkan pengembangan keprofesionalan secara
kompetensi profesional dengan menghasilkan berkelanjutan dengan melakukan tindakan
karya ilmiah pun memerlukan kompetensi reflektif dirasakan kurang membantu guru.
tersendiri dari guru Fisika. Pengembangan Aspek ini mendapat persentase terendah dari
kompetensi profesional guru Fisika bukanlah aspek-aspek lain yang dilakukan pengawas
proses yang singkat bagi seorang guru, tetapi sekolah dalam melaksanakan supervisi
membutuhkan proses yang sangat panjang yaitu akademik untuk pengembangan profesi guru.
dimulai dari persiapan menjadi guru sampai Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007
ketika menduduki jabatan sebagai seorang guru tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
berlanjut sampai guru pensiun. Kompetensi Guru. Dilanjutkan dalam
Pengawas sekolah sebagai penjamin Permenpan dan RB Nomor 16 Tahun 2009
mutu pendidikan di sekolah merupakan salah tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
satu pihak yang bertanggungjawab terhadap kreditnya disebutkan bahwa unsur dan sub
pengembangan profesi guru. Pengawas unsur kegiatan guru yang dinilai angka
berupaya melakukan pengembangan profesi di kreditnya, salah satunya adalah pengembangan
kalangan tenaga kependidikan yang menjadi keprofesian berkelanjutan (PKB). Untuk
tanggung jawabnya. Pengembangan profesi ini kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi
disadari oleh pengawas sebagai bagian dari dari Guru Pertama, pangkat Penata Muda,
peningkatan mutu pendidikan (Rivai, 2012). golongan ruang III/a sampai dengan Guru
Permasalahan-permasalahan yang Utama, pangkat Pembina Utama, golongan
dialami oleh guru yang mampu menghambat ruang IV/e wajib melakukan kegiatan
terlaksananya kegiatan pengembangan pengembangan keprofesian berkelanjutan yang
profesionalisme mereka harus segera salah satunya adalah publikasi ilmiah. Untuk
ditindaklanjuti oleh pengawas sekolah. Hal ini dapat melakukan kegiatan publikasi ilmiah,
berkaitan dengan tugas pokoknya yaitu guru terlebih dahulu harus melaksanakan
memberikan bantuan profesional kepada guru penelitian.
yang disebut dengan pengawasan atau supervisi Berdasarkan pada studi pendahuluan
akademik (Sudjana, 2011: 16). Selanjutnya, dari yang dilakukan penulis, ditemukan data tentang
hasil pengawasan akademik terhadap guru, kompetensi professional guru dalam
pengawas sekolah dapat melakukan pembinaan melaksanakan karya tulis ilmiah, baik berupa
terhadap guru sesuai dengan kebutuhan dan pembuatan artikel ilmiah, Penelitian Tindakan
permasalahan yang dialami guru. Kegiatan Kelas (PTK), Penelitian Tindakan Sekolah (PTS),
pembinaan dapat dilakukan melalui berbagai buku, diktat, modul, makalah masih sangat
cara seperti diskusi, pelatihan profesional atau rendah. Dari interview dan wawancara yang

117
Kasir Santoso dkk. / Educational Management 4 (2) (2015)

dilakukan terhadap guru Fisika di Kabupaten dibimbing, dibina, dan didampingi oleh
Kendal sebanyak 15 responden, hanya dua guru pengawas sekolah.
saja yang telah mampu membuat karya tulis Hasil wawancara terhadap pengawas
ilmiah berupa Penelitan Tindakan Kelas (PTK). sekolah SMA di Kabupaten Kendal pada
Artinya, 90% guru-guru Fisika belum mampu kegiatan studi pendahuluan oleh penulis
membuat karya tulis ilmiah. didapatkan informasi bahwa pengawas sekolah
Beberapa alasan yang mempengaruhi di Kabupaten Kendal tidak mempunyai data
rendahnya jumlah guru dalam membuat karya tentang kompetensi profesional guru fisika
tulis imiah tersebut antara lain, motivasi dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan
pengembangan profesi guru rendah, beban guru (diklat) karya tulis ilmiah di sekolah yang
di bidang administrasi dan jam mengajar dibinanya. Kalaupun sudah dilaksanakan,
semakin padat, tidak ada waktu luang untuk hasilnya belum efektif. Pelatihan yang
membuat karya tulis ilmiah, tidak ada biaya, dilaksanakan pengawas sekolah masih sebatas
model diklat yang kurang menarik dan pada meningkatkan pengetahuan guru,
mengikat guru, dan sebagainya. sedangkan peningkatan keterampilan guru
Berdasarkan permasalahan tersebut, untuk melaksanakan pembuatan karya ilmiah
perlu adanya tindakan nyata dari pengawas baik berupa artikel ilmiah, penelitian tindakan
sekolah sebagai salah satu pihak yang turut kelas, buku, diktat, makalah, maupun penelitian
berperan dalam pengembangan profesi guru tindakan sekolah masih belum maksimal.
fisika untuk meningkatkan mutu pendidikan Pendidikan dan pelatihan (diklat) untuk
melalui pembuatan karya tulis ilmiah. Peran meningkatkan kompetensi profesional guru
pengawas sekolah perlu mengkaji penyebab fisika di Kabupaten Kendal khusunya di bidang
rendahnya minat pada guru-guru, khususnya di pembuatan karya tulis ilmiah, sebenarnya tidak
sekolah binaannya. Pengawas sekolah dapat hanya diselenggarakan oleh pengawas sekolah
melakukan bimbingan atau pun pelatihan saja, tetapi juga telah dilaksanakan oleh MGMP
profesional sebagai wujud pembinaan terhadap Fisika Kabupaten Kendal, LPMP Jawa Tengah,
guru-guru tersebut. Hal ini sesuai dengan dan Universitas Negeri Semarang (UNNES)
pernyataan dari Sudjana (2012) bahwa salah melalui Program Pengabdian pada Masyarakat.
satu kegiatan dalam tugas pokok pengawas Diklat yang sudah dilaksanakan tersebut,
yaitu melaksanakan pembimbingan dan memang terbukti berhasil dalam meningkatkan
pelatihan profesional guru berdasarkan hasil pemahaman guru berkaitan dengan pembuatan
evaluasi pelaksanaan pengawasan akademik karya tulis ilmiah, tetapi belum ditindakanjuti
atau disebut dengan pembinaa. Dalam pada hasilnya berupa produk KTI.
Permenpan dan RB Nomor 21 Tahun 2010 juga Dari beberapa diklat yang sudah
disebutkan bahwa salah satu aspek yang dinilai dilaksanakan masih dijumpai beberapa kendala,
dalam penilaian kinerja pengawas sekolah seperti pelatihan yang dilakukan oleh Santoso
adalah melakukan pembimbingan dan pelatihan (2010) dan Basikin (2010). Kendala-kendala
profesional pada guru dan atau kepala sekolah. tersebut meliputi: (a) belum adanya analisis
Rendahnya kompetensi professional guru kebutuhan sebelum merancang program, (b)
fisika di bidang pembuatan karya tulis ilmiah rancangan program pelatihan perlu
menjadikan pendidikan dan pelatihan (diklat) memperhatikan kesiapan peserta (c) belum
yang menarik dan mengikat penting untuk dilakukannya seleksi peserta untuk mengetahui
dilaksanakan. Peluang dan kesempatan bagi permasalahan, minat, motivasi, dan komitmen
guru pada diklat dapat memperkaya terhadap tujuan dari diklat sehingga
keilmuannya untuk mengembangkan diri dalam penerimaan terhadap apa yang diharapkan
meningkatkan keprofesionalannya, dan perlu kurang mengena sasaran (d) selama ini dalam
pelaksanaan kegiatan pelatihan karya tulis

118
Kasir Santoso dkk. / Educational Management 4 (2) (2015)

ilmiah, peserta pelatihan masih individu menentukan jenis sajian, koordinasi lingkungan
sehingga ketika ada penugasan, guru merasa pelatihan antara lain fasilitas, alat dan media
kesulitan, (e) waktu pelatihan kurang efektif komunikasi, dan (d) melaksanakan dan
karena dianggap terlalu singkat untuk dapat mengevaluasi hasil pelatihan.
memenuhi target yang telah direncanakan, (f) Otto dan Glaser (1970) dalam Sudjana
belum adanya evaluasi pelaksanaan kegiatan (2007: 482) mengemukakan model lima
(g) belum ada pendampingan dan tindaklanjut langkah sebagai strategi pelatihan. Dalam
yang efektif. bukunya The Management of Training: A
Darwangsa (2013) menemukan bahwa Handbook for Training and Development
sekitar 70% guru tidak dilibatkan dalam Personnel. Langkah-langkahnya adalah: (a)
perencanaan program diklat, 20% dilibatkan menganalisis masalah pelatihan, (b)
dalam bentuk mengisi angket/kuesioner, merumuskan tujuan pelatihan, (c) memilih
sekitar 10% guru kadang terlibat kadang tidak. bahan, metode, teknik, dan media pelatihan, (d)
Lebih lanjut hasil studi tersebut menunjukkan menyusun dan melaksanakan kurikulum, dan
sekitar 73.7% menyatakan setuju kalau para (e) menilai hasil pelatihan.
peserta diklat terlibat/dikutsertakan sejak Model pelatihan lain dikembangkan oleh
perencanaan program diklat, sekitar 21 % Treadway C. Parker dalam Sudjana (2007: 482)
menyatakan sangat setuju dan 5.3 % yang dimuat dalam buku Training and
menyatakan tidak setuju. Hasil survey tersebut Development Handbook: A Guide to Human
juga menunjukkan sekitar 60.9% adanya Resources Development (1976: 19). Model
kesedian guru untuk terlibat dalam penyusunan pelatihan ini terdiri dari tujuh langkah yang
perencaan program diklat. meliputi: (a) menganalisis kebutuhan pelatihan,
Berdasarkan hal tersebut, sebuah (b) mengembangkan tujuan pelatihan, (c)
konsep desain diklat dapat dikemukakan dalam merancang kurikulum pelatihan, (d) memilih
bentuk model. Sebuah model menggambarkan dan merancang metode pelatihan, (e)
suatu prosedur atau kesatuan konsep dengan merancang pendekatan dan penilaian, (f)
komponen-komponen yang memiliki melaksanakan program pelatihan, (g)
keterkaitan satu sama lain. Model desain mengukur hasil pelatihan. Secara garis besar
pelatihan merupakan sarana konseptual untuk langkah pelatihan tujuh langkah terdiri dari
menganalisis, merancang, memproduksi, kegiatan perencanaan (a-e), pelaksanaan (f),
menerapkan, dan mengevaluasi sebuah dan penilaian (g).
aktivitas atau program pelatihan. Model yang Menurut Kamil (2012: 17) menyatakan
digunakan berkaitan dengan langkah-langkah bahwa Sudjana (1996) telah mengembangkan
yang harus dilakukan dalam sebuah sepuluh langkah pengelolaan pelatihan. Model
perencanaan pelatihan. ini dikenal dengan model pelatihan partisipatif,
Model pelatihan yang dikembangkan oleh yang uraiannya sebagai berikut; (a) rekrutmen
Louis Genci (1966) dalam Sudjana (2007: 482) peserta latihan, (b) identifikasi kebutuhan,
mengenalkan model empat langkah sumber, dan kemungkinan hambatan, (c)
penyelenggaraan pelatihan. Langkah- menentukan dan merumuskan tujuan pelatihan,
langkahnya sebagai berikut : (a) mengkaji dasar (d) menyusun alat evaluasi awal dan evaluasi
dan alasan penyelenggaraan pelatihan yang akhir peserta, (e) menyusun urutan kegiatan
meliputi telaah kebijakan, landasan teoritis, pelatihan, menentukan bahan belajar, dan
kajian empirik, identifikasi kebutuhan, memilih metode dan teknik pelatihan, (f)
penentuan tujuan pelatihan, analisis dan latihan untuk pelatih, (g) melaksanakan
pengorganisasian program pelatihan, (b) evaluasi terhadap peserta pelatihan, (h)
merancang kegiatan pelaksanaan pelatihan, (c) mengimplementasikan proses latihan, (i)
memilih dan menetapkan sajian meliputi

119
Kasir Santoso dkk. / Educational Management 4 (2) (2015)

melaksanakan evaluasi akhir kegiatan, (j) produk tertentu, dan menguji keefektifan
melaksanakan evaluasi program pelatihan. produk tersebut”.
Atas dasar permasalahan dan kendala- Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten
kendala dari model diklat yang telah Kendal, subyeknya adalah guru-guru Fisika Se-
dilaksanakan, perlu dikembangkan model diklat Kabupaten Kendal yang tergabung dalam Forum
yang efektif agar guru tidak hanya sekedar Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
mengetahui secara konsep, tetapi juga Fisika yang tersebar di instansi SMA Negeri dan
praktiknya. Perlu kiranya pengembangan model Swasta se-Kabupaten Kendal sebanyak 6
diklar yang menonjolkan partisipasi peserta sekolah.
dengan strategi pendekatan kolaborasi antar Pada tahap studi pendahuluan
sesama peserta, fasilitator pelatihan, dan dilakukan pengumpulan data dengan teknik
strategi pendekatan kedua, dilakukan secara wawancara kepada pengawas sekolah dan
terpadu, dari awal sampai akhir, antar peserta, pengisian angket baik terbuka maupun tertutup
fasilitator, nara sumber, dan materinya. oleh guru-guru yang tergabung dalam forum
Mengingat strategi ini belum pernah MGMP Fisika SMA di Kabupaten Fisika. Kegiatan
dilaksanakan dalam diklat karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk mengungkap kondisi faktual
pada guru Fisika. tentang penyelenggaraan diklat KTI.
Model pendidikan dan pelatihan ini Tahap pengembangan, dilakukan
sangat mungkin untuk diujicobakan pada guru kegiatan merencanakan dan mendesain model
Fisika. Karakteristik model ini adalah adanya baru yang diduga lebih efektif daripada model
kegiatan pembelajaran partisipatif yang terdiri yang selama ini dilaksanakan. Dalam
atas kegiatan membelajarkan dan kegiatan pengembangan model pelatihan dilakukan
belajar dengan mengikutsertakan peserta didik kegiatan validasi model oleh ahli dan praktisi.
dalam merencakan, melaksanakan dan menilai Instrumen yang digunakan dalam validasi
kegiatan pembelajaran. Lebih lanjut bahwa produk oleh validator ahli mencakup; lembar
model ini memiliki prinsip-prinsip validasi kelayakan model dan lembar validasi
pembelajaran yang berdasarkan kebutuhan materi/modul yang digunakan.
belajar (learning need), berorirentasi pada Tahap ujicoba dilakukan untuk menguji
tujuan pmbelajaran (learning objectives keefektifan model melalui pendekatan
oriented), belajar berdasarkan pengalaman kuantitatif. Efektivitas penyelenggaraan
(experiental learning) dan berpusat pada pelatihan dengan model PIKOLA menggunakan
peserta didik (participant centred) (Sudjana, angket evaluasi kegiatan pelatihan yang
2007). dibagikan kepada peserta diklat. Efektivitas
model juga dilakukan dengan mengukur
METODE perubahan kemampuan peserta diklat dengan
melihat angket kemampuan sebelum dan
Desain penelitian yang digunakan pada sesudah mengikuti kegiatan diklat dengan
penelitian ini adalah penelitian dan pretes dan postes. Selain itu, pengukuran
pengembangan (Research and Development). efektivitas model juga dilakukan dengan
Menurut Borg and Gall (1983:772) yang pengumpulan hasil kerja peserta diklat berupa
dimaksud dengan model penelitian dan produk hasil karya.
pengembangan adalah” a process used develop Tehnik analisis data yang digunakan
and validate educational product “. Sugiyono adalah analisis statistik non parametrik melalui
(2013: 297) menyatakan “metode penelitian uji wilcoxon, uji gain score, serta analisis
dan pengembangan atau dalam bahasa Ingris deskriptif kuantitatif dan kualitatif, sehingga
Research and Development adalah metode menghasilkan model yang efektif.
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan

120
Kasir Santoso dkk. / Educational Management 4 (2) (2015)

HASIL DAN PEMBAHASAN prasarana diklat (7) penetapan strategi dan


tujuan diklat (8) kompetensi yang dicapai
Model diklat guru Fisika SMA di peserta (9) rekruitmen peserta (10)
Kabupaten Kendal yang dilaksanakan selama ini pengorganisasian diklat (11) pengawasan hasil
tidak maksimal, tidak sesuai dengan harapan diklat dan (10) tindak lanjut diklat.
peserta. Hal ini dibuktikan dari hasil pengisian
angket oleh responden, hasil wawancara dalam Pengembangan Model
penelitian studi pendahuluan bahwa ada
beberapa aspek dalam diklat yang dinilai Dari hasil model faktual yang ditemukan,
kurang baik antara lain; (1) kompetensi kemudian dianalisis dan dikembangkan model
narasumber (2) kompetensi instruktur dalam konseptual yang akan dikembangkan. Analisis
pengelolaan kelas (3) sistematika materi diklat yang dilakukan sebagaimana tabel 1.
(4) metode diklat (5) media yang digunakan (6)

Tabel 1. Kelemahan dan Rancangan Pengembangan Model Diklat

No Tahap Kelemahan Rancangan Pengembangan


1 Perencanaan -Analisis kebutuhan terhadap -Perlu dilakukan analisis
diklat belum dilaksanakan kebutuhan terhadap diklat,
secara optimal sehingga akan diketahui apa yang
-Rancangan pelatihan belum sesungguhnya dibutuhkan
dilakukan secara optimal peserta dalam diklat
-Dalam rancangan diklat perlu
disusun terlebih dahulu
perangkat pelatihan berupa
modul dan panduan, evaluasi
kegiatan, dan rekruitmen peserta.
2. Pelaksanaan -Diklat yang dilaksanakan -Diklat akan lebih
belum mengarah pada mengedepankan produk
hasil/produk -Perlu ada pendampingan dari
-Belum ada pendampingan pelatih dengan pendekatan yang
narasumber/pelatih kepada integratif
peserta -Perlu ada TOT, Pelatihan untuk
-Belum ada TOT (Training of pelatih
Trainer) -Perlu dilakukan partisipasi
-Belum ada partisipasi penuh peserta
antar peserta -Metode digunakan lebih variatif
-Metode yang digunakan belum disesuaikan dengan kondisi
variatif peserta
3. Evaluasi -Belum dilakukan evaluasi -Akan dilakukan evaluasi untuk
untuk mengukur keefektifan mengukur keefektifan diklat yang
diklat yang telah akan diselenggarakan
diselenggarakan
4. Kompetensi -90% guru belum mampu -Perlu pendampingan dari
Profesional membuat KTI fasilitator untuk melakukan
guru falisitasi secara maksimal sampai
peserta menghasilkan produk KTI

121
Kasir Santoso dkk. / Educational Management 4 (2) (2015)

Model yang dikembangkan adalah model pelatih, partisipasi aktif, fokus pada materi
diklat Partisipatif Integratif Kolaboratif tertentu, adanya diagnosis dan koreksi,
(PIKOLA) yang terbagi dalam tiga tahap yaitu pembagian waktu, keseriusan, kerjasama,
yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, dan metode pelatihan, dan hubungan pelatihan
evaluasi diklat. Dalam tahap perencanaan dengan kehidupan nyata akan dipertimbangkan
terbagi menjadi 3 kegiatan, yaitu: (1) dalam sebuah pengembangan model pelatihan
identifikasi kebutuhan diklat, (2) perumusan yang efektif.
tujuan diklat, dan (3) merancang desain diklat. Model PIKOLA sangat memperhatikan
Dalam tahap pelaksanaan terbagi menjadi 3 prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa
kegiatan, yaitu: (1) kegiatan prapelatihan, (2) dengan melihat perbedaan karakter individu
kegiatan inti pelatihan, dan (3) kegiatan sehingga perlu dilakukan seleksi peserta
penutup. Tahap yang ketiga evaluasi terbagi pelatihan agar terpilih peserta yang benar-
menjadi 3 tahapan, yaitu: (1) evaluasi reaksi, benar memiliki minat, motivasi, dan komitmen
(2) evaluasi pembelajaran, dan (3) evaluasi yang tinggi untuk mencapai tujuan yang
hasil. Hasil penilaian dari validasi ahli dan diharapkan dalam sebuah diklat; pemilihan
praktisi berkaitan dengan model konseptual pelatih dengan Traininf Of Trainer (TOT)
yang dikembangkan mendapat skor rata-rata dilakukan agar pelatih/narasumber benar-
39,67 dengan kategori baik. Dan hasil validasi benar kompeten dalam manajemen diklat
empirik oleh praktisi dan pengurus MGMP dengan metode partisipatif; partisipasi aktif
Fisika Kabupaten Kendal dalam focus group antara peserta pelatihan dengan teman sejawat
discussion (FGD) memberikan evaluasi dan dan juga dengan fasilitator dalam bentuk
masukan terhadap model konseptual diklat pendampingan sangat diperlukan dalam diklat
PIKOLA sebelum diimplementasikan di ini; kerjasama diwujudkan dalam bentuk
lapangan. kolaborasi antara peserta dengan teman
sejawat dan fasilitator; dan juga metode
Hasil Ujicoba penyampaian yang variatif. Hal ini, akan
Desain model hipotetik diklat PIKOLA mendukung dan mempermudah tercapainya
terbagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap tujuan diklat yang diharapkan.
perencanaan pelatihan, pelaksanaan pelatihan, Diklat yang efektif adalah diklat yang
dan evaluasi pelatihan. Dalam tahap mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
perencanaan terbagi menjadi 3 kegiatan, yaitu: Diklat yang efektif harus mempertimbangkan
(1) identifikasi kebutuhan pelatihan, (2) prinsip-prinsip yang menjadikan keberhasilan
perumusan tujuan pelatihan, dan (3) dalam sebuah diklat, khususnya untuk
merancang desain pelatihan. Dalam tahap meningkatkan kompetensi profesional guru
pelaksanaan terbagi menjadi 3 kegiatan, yaitu: Fisika dalam pembuatan KTI. Prinsip-prinsip
(1) kegiatan prapelatihan, (2) kegiatan inti seperti perbedaan individu, motivasi, pemilihan
pelatihan, dan (3) kegiatan penutup. Sedangkan pelatih, partisipasi aktif, fokus pada materi
dalam tahap evaluasi terbagi menjadi 3 tahap, tertentu, adanya diagnosis dan koreksi,
yaitu: (1) evaluasi reaksi, (2) evaluasi pembagian waktu, keseriusan, kerjasama,
pembelajaran, dan (3) evaluasi hasil. metode pelatihan, dan hubungan pelatihan
Diklat yang efektif adalah diklat yang dengan kehidupan nyata akan dipertimbangkan
mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. dalam sebuah pengembangan model diklat yang
Diklat yang efektif harus mempertimbangkan efektif.
prinsip-prinsip yang menjadikan keberhasilan Hasil ujicoba terbatas penyelenggaraan
dalam sebuah diklat, khususnya untuk model diklat PIKOLA berdasarkan tanggapan
meningkatkan kompetensi profesional guru dari responden mendapat penilaian 114 dengan
Fisika dalam pembuatan KTI. Prinsip-prinsip kategori sangat baik Keefektifan model
seperti perbedaan individu, motivasi, pemilihan

122
Kasir Santoso dkk. / Educational Management 4 (2) (2015)

dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata tes 12,3.


akhir 28,125 lebih besar daripada tes awal yaitu

100

50 Pretes
Postes
0
P1 P2 Pretes
P3 P4 P5 P6 P7 P8

Gambar 1. Hasil Ujicoba Model Diklat PIKOLA

Hasil uji efektifitas model dengan dapat dilihat dari hasil pretest dan posttest
menggunakan analisis statistik non parametrik seluruh peserta pelatihan memiliki kriteria
melalui uji wilcoxon diuji tingkat efektivitasnya tingkat gain yang Sedang (Medium-g)
dengan menggunakan rumus Gain score. sebagaimana tabel 2. Hasil uji wilcoxon dengan
tingkat signifikansi α 0,05, nilai asymp sig
yang didapat adalah 0,012. Nilai asymp sig < α
=0,05. Hal ini berarti ada perbedaan yang
signifikan skor tes sebelum dan sesudah diklat.
Hasil penilaian tingkat keefektifan diklat
PIKOLA bagi guru Fisika SMA di Kabupaten
Kendal menunjukkan hasil yang baik. Hal ini

Tabel 2. Hasil penilaian tingkat efektivitas Peserta Pelatihan dengan N-gain


Jumlah Jumlah Jumlah beda
No. Gain Kriteria
Peserta Skor Skor pretest dan
Urut Score (kategori)
Pretes Postes posttest
1. R.1 10 27 17 0.65 sedang (Medium-g)
2. R.2 9 30 21 0.78 Tinggi (High-g)
3. R.3 15 38 13 0.62 sedang (Medium-g)
4. R.4 14 26 12 0.55 sedang (Medium-g)
5. R.5 13 27 14 0.61 sedang (Medium-g)
6. R.6 14 27 13 0.59 sedang (Medium-g)
7. R.7 10 27 17 0.65 sedang (Medium-g)
8. R.8 13 33 20 0.87 Tinggi (High-g)
Skor maks 36 36
Rerata 0.67 Sedang (Medium-g)

Keefektifan model diklat PIKOLA SIMPULAN


dibuktikan dengan ketercapaian tujuan yaitu
peserta diklat mampu membuat KTI dengan Penerapan model diklat PIKOLA
nilai rata-rata 50 kategori baik. menuntut dilakukannya pelatihan secara
terstruktur dan tearah sesuai dengan tujuan

123
Kasir Santoso dkk. / Educational Management 4 (2) (2015)

penggunaan model tersebut dalam Darmawangsa, H. 2013. Pengembangan Model Diklat


mengembangkan kompetensi profesional guru. Partisipatif Kolaboratif (PARKOL) untuk
Model diklat PIKOLA dapat dijadikan salah satu meningkatkan Konpetensi guru Biologi SMA.
Disertasi. Bandung:Pasca Sarjana UPI.
alternatif bagi pengawas sekolah untuk
Daryanto, B. 2014. Manajemen Diklat. Yogyakarta: PT.
melaksanakannya.
Gava Media.
Secara umum, guru dan pengawas dapat Kamil, M. 2007. “Teori Andragogi” dalam Ilmu dan
memeperoleh manfaat dari diklat PIKOLA, Aplikasi Pendidikan. Jakarta: PT. IMTIMA. Hal,
diantaranya yaitu fleksibelitas kegiatan 287-322.
pelatihan, baik dalam arti interaksi guru dengan Kamil, M. 2012. Model Pendidikan dan Pelatihan:
materi/bahan pelatihan, maupun interaksi guru Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.
dengan pengawas, serta interaksi antara sesama Permendiknas No.12 tahun 2007 tentang Standar
guru untuk mengimplementasikan partisipasi Pengawas Sekolah/Madrasah. 2007. Jakarta:
Badan Standar Nasional Pendidikan.
penuh dari peserta, pererta dapat berkolaborasi
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang
secara integratif dengan fasilitator/pelatih.
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Diklat PIKOLA dapat memberikan Guru. 2007. Jakarta:Kemdikbud..
motivasi yang lebih tinggi kepada peserta, Permenpan dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang
sehingga tujuan diklat akan tercapai dengan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
mudah. Selain itu juga dapat memberikan Kreditnya. 2009. Jakarta: Kemdikbud.
kesempatan kepada guru maupun pengawas Rivai, V., Murni, S. 2012. Education Management:
untuk mendapatkan materi diklat yang otentik Analisis Teori dan Praktik. Jakarta: Rajawali
dari peserta dan dapat berinteraksi secara lebih Press.
Samsudi. 2009. Desain Penelitian Pendidikan.
luas dengan partisipasi penuh dari peserta.
Semarang : Unnes Press.
Santoso, D. 2010. Pelatihan PTK bagi Guru SMK
UCAPAN TERIMAKASIH Muhammadiyah Patuk Gunung Kidul. Laporan
Kegiatan PPM. Laporan Kegiatan PPM.
Terima kasih kepada Direktorat Jenderal Yogyakarta: FT UNY.
Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan Sudjana, D. 2007. “Pendidikan dan Pelatihan” dalam
dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang telah Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta: PT.
mendanai penelitian ini kepada peneliti dengan IMTIMA. Hal, 463-487.
SK Nomor : 0646/D5.1/KP/2014. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kualitatif
Kuantitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA.
DAFTAR PUSTAKA Velada, R. 2007. “The effects of training design,
individual characteristics and work
Basikin. 2010. Pelatihan Peningkatan Kemampuan environment on transfer of training”. USA
Guru dalam Melaksanakan PTK. Laporan International Journal of Training and
Kegiatan PPM. Yogyakarta: FBS UNY. Development, Vol. 11 No. 4. Hal. 282-294
Borg, R. W. Dan Gall, D.M. 1983. Education Research:
An Introduction. New York dan London.:
Logman.

124

Anda mungkin juga menyukai