Hidrokarbon
Manfaat Hidrokarbon
2
3
dalam proses pengolahan minyak bumi dalam kilang, misalnya pada destilasi
minyak mentah dan proses rengkahan (HARDJONO, 2001).
ASTM D2887
ASTM D2887 adalah salah satu metode pemisahan komponen dari sebuah
larutan yang tergantung pada distribusi zat antara fase gas dan cair berdasarkan titik
didih, diterapkan pada kasus dimana semua komponen muncul pada kedua fase.
5
Metode ini tidak menambahkan zat baru ke dalam campuran untuk membentuk fase
kedua, seperti yang terjadi pada absorbsi atau desorpsi gas, fase baru diambil dari
larutan asli dengan cara penguapan atau kondensasi (TREYBAL, 1981).
Metode ASTM D2887 merupakan metode pemisahan yang terjadi
berdasarkan penguapan. Metode pemisahan ini hanya berlaku untuk senyawa-
senyawa hidrokarbon menggunakan kromatografi gas. Senyawa dengan titik didih
terendah akan terpisahkan terlebih dahulu. Pemisahan tersebut terjadi pada kolom
KG.
Kromatografi Gas
Teori Kromatografi
Kromatografi gas pertama kali dikembangkan pada tahun 1952 oleh James
dan Martin yang merupakan modifikasi dari kromatografi cair dengan mengganti
fase gerak dalam bentuk gas. Sejak saat itu kromatografi gas berkembang pesat.
Berbagai jenis fase diam pengisi kolom ditemukan untuk maksud-maksud
pemisahan berbagai jenis senyawa. Jenis fase diam inilah sebenarnya kunci
keberhasilan pemisahan pada metode kromatografi gas, disamping faktor-faktor
lainnya, misalnya suhu, jenis detektor dan sebagainya (ASHBY, 1978).
6
Tangki gas bertekanan tinggi sebagai sumber gas pembawa. Laju alir gas
sebelumnya masuk ke dalam koloni bersama uap sampel diatur oleh sebuah
pengatur tekanan. Gas pembawa berfungsi untuk membawa komponen-komponen
yang berbentuk uap yang akan melalui kolom.
Syarat-syarat gas pembawa haruslah lembam untuk mencegah interaksi
dengan cuplikan atau pelarut (fase diam), dapat meminimumkan difusi gas, mudah
didapat, murni, dan cocok untuk detektor yang digunakan (MC NAIR &
BONELLI, 1998). Gas pembawa yang paling sering digunakan adalah helium,
argon, dan nitrogen. Persyaratan lain dari gas pembawa adalah kemurniannya yang
tingga setidaknya hams 99,95%.
Perbedaan detektor yang digunakan merupakan salah satu alasan bahwa
persyaratan gas pembawa harus dengan kemurnian tinggi sesuai tuntutan detektor.
Persyaratan penting lainnya adalah gas pembawa yang digunakan tidak boleh
mengandung air karena dapat menurunkan stabilitas dari fase diam atau
mengganggu kinerja dari detektor dan selain itu tekanan aliran gas pembawa
bervariasi disesuaikan dengan kondisi kebutuhan analisis (MULYA &
SUHARMAN, 1995).
Detektor
Dapat bekerja pada rentang temperature pada suhu ruang hingga 400˚C
Muda dipasang dan digunakan
Harga terjangkau
Dalam kromatografi gas ada berbagai macam detektor yang umum
digunakan, seperti:
1. TCD (Thermal Conductivity Detector)
Jenis detektor ini banyak dan umum dipakai pada kromatografi gas sebab
sederhana, murah, dan dapat dipakai secara universal. Prinsip kerja TCD
adalah perbedaan hambatan arus listrik pada filamen karena aliran gas dan
aliran gas yang disertai molekul sampel dianalisis. Pemakaian TCD sebagai
detektor harus memperlihatkan pemilihan gas pembawa. Helium merupakan
salah satu pilihan yang tepat dengan alasan sifatnya yang lembam dan sebagai
penghantar panas yang baik (MULYA & SUHARMAN, 1995).
Konduktifitas termal ditentukan berdasarkan temperatur. Komponen
terelusi hingga akhir kolom yang menyebabkan suhu detektor meningkat
dibandingkan saat detektor hanya dialiri gas pembawa. Hal inilah yang
menyebabkan perubahan konduktifitas dan mengubah sinyal yang
diinterpretasikan oleh sistem komputer untuk menghasilkan peak kromatografi
dimana areanya proposional terhadap komposisi komponen (GAS
PROCESSOR SUPPLIER ASSOCIATION 2140, 2004).
2. FID (Flame Ionization Detector)
Flame Ionization Detector (FID) adalah detektor general untuk
mengukur komponen-komponen sampel yang memiliki gugus alkil (C-H).
Komponen sampel masuk ke FID, kemudian akan dibakar dalam nyala
(campuran gas H2 dan udara), komponen akan terionisasi, ion-ion yang
dihasilkan akan dikumpulkan oleh pengumpul ion, arus yang dihasilkan akan
diperkuat, kemudian akan dikonversi menjadi satuan tegangan. Semakin tinggi
konsentrasi komponen, makin banyak pula ion yang dihasilkan sehingga
responnya juga makin besar. Detektor ini mengukur jumlah atom karbon dan
bersifat umum untuk semua senyawa organik (senyawa flour tinggi dan
karbondisulfida tidak terdeteksi). Respon sangat peka dan linier ditinjau dari
segi ukuran cuplikan. Hal yang perlu diperhatikan dalam detektor ini adalah
10
Sinyal listrik yang berasal dari detektor akan diperkuat dengan amplifier dan
diubah menjadi pulsa digital melalui alat yang disebut konvertor. Besarnya
frekuensi pulsa elektronik tersebut sebanding dengan besarnya sinyal dari detektor
yang sesuai dengan banyaknya analit yang terdeteksi. Dengan suatu system
memori dan pengolahan data, maka akan dihasilkan suatu kromatogram berikut
waktu retensi, luas area, tipe puncak dan keterangan pendukung lainnya (DAY &
UNDERWOOD, 2002).
Verifikasi
Linieritas
Presisi
Presisi adalah kedekatan antara suatu hasil uji dengan hasil uji lainnya pada
serangkaian pengujian. Dengan kata lain presisi adalah tingkat kesamaan dari
beberapa hasil uji dari contoh yang sama. Menurut MULJA & SUHARMAN
(1995), ketelitian dinyatakan sebagai simpangan baku atau simpangan relative dari
beberapa kali penentuan kuantitatif terhadap sampel yang dianalisa dengan metode
terpilih yang dilaksanakan dengan normal. %RSD menunjukkan ketelitian dari
metode uji:
%RSD < 1% sangat teliti
1% < %RSD < 2% teliti
2% < %RSD < 5% ketelitian sedang
%RSD > 5% tidak teliti
Uji presisi dilakukan dalam tiga tingkatan yang berbeda yaitu repitibilitas,
presisi antara (intermediate precision), dan reprodusibilitas. Repitibilitas merujuk
pada hasil dari pengoperasian metode dengan perlakuan yang sama (analis dan alat
sama) dalam interval waktu yang singkat. Presisi antara merujuk pada hasil variasi
12
di dalam laboratorium yang disebabkan oleh kesalahan acak yaitu oleh analis yang
berbeda, alat yang berbeda dan waktu yang berbeda. Reprodusibilitas merujuk pada
hasil-hasil studi kolaborasi di antara laboratorium. Pada percobaan yang dilakukan,
tingkat presisi yang digunakan ialah presisi repitibilitas.
Menurut MASSART et al. (1988), kesalahan acak dapat berasal dari
instrumen, yakni penyimpangan pada rangkaian elektronik (noise), fluktuasi arus
listrik, getaran dalam suatu gedung, perubahan-perubahan suhu ruangan,
ketidakmampuan mata mendeteksi perubahan-perubahan kecil ketika melakukan
pengamatan pada instrumen.
Akurasi
Limit deteksi adalah konsentrasi terendah dari analit dalam contoh yang
masih dapat dideteksi oleh alat yang diyakini berasal dari sampel yang diuji
(TAYLOR, 1987). Fungsi dari penetapan limit deteksi instrumen adalah untuk
memperkecil kesalahan pada saat penetapan. Kemampuan dalam analisis kimia
kemungkinan memberikan hasil yang berbeda terhadap limit deteksi sebagai nilai
13
terendah. Beberapa masalah dalam analis kimia yaitu kesulitan dalam mendeteksi
dan menentukan unsur atau senyawa dalam jumlah sangat kecil dalam contoh yang
lebih banyak atau bahkan menentukan konsentrasi yang sangat rendah dalam
contoh yang sedikit (MASSART et al. 1988). Penetapan LDI dapat dilakukan
dengan mengukur blangko. Limit deteksi diperoleh dari nilai standar deviasi (SD),
yaitu sebesar 3SD (MULJA & SUHARMAN, 1995).