Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No.

1 (2016)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY TERHADAP HASIL


BELAJAR SISWA SD KELAS IV DALAM MATA PELAJARAN IPA PADA
MATERI GAYA

Dewi Fathina1, Regina Lichteria 2. Julia3


123Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang
Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang
1Email : dewi.fathina@student.upi.edu
2Email : lichtregina@yahoo.com
3Email : ju28li@upi.edu

Abstrak
Pembelajaran IPA yang dilakukan selama ini masih menggunakan pembelajaran konvensional,
dan berpusat pada guru sehingga siswa kurang aktif dalam belajar, dan tidak menemukan
sendiri konsep dari materi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model
pembelajaran discovery lebih baik secara signifikan daripada pembelajaran konvensional dalam
meningkatkan hasil belajar siswa. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian
eksperimen yaitu desain kelompok kontrol pretes-postes. Populasi dalam penelitian ini yaitu
seluruh siswa SD se-Kecamatan Sumedang Selatan yang berada pada kelompok unggul.
Sementara, sampelnya adalah siswa kelas IV SDN Sukaraja II sebagai kelas eksperimen dan SDN
Sukaraja I sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan berupa tes hasil belajar siswa,
pedoman observasi kinerja guru dan aktivitas siswa, lembar angket, serta lembar wawancara.
Hasil uji perbedaan rata-rata Mann Whitney kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh P-
value (Sig. 2-tailed) sebesar 0,031 sehingga H1 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran discovery lebih baik secara signifikan daripada pembelajaran konvensional dalam
meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata kunci : Model pembelajaran discovery, hasil belajar siswa, materi gaya.

PENDAHULUAN kegiatan tersebut. Berdasarkan pendapat


Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berasal dari para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kata Natural Sciences yang memiliki arti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan
alamiah, sedangkan science adalah ilmu. Kata ilmu pengetahuan yang mempelajari
Natural Sciences sering disingkat menjadi mengenai segala aktivitas yang terjadi di alam
Science, dan masuk kedalam bahasa baik berupa fenomena-fenomena alam, atau
Indonesia menjadi Sains. Menurut Sujana gejala-gejala yang terjadi di alam dan proses
(2012), IPA merupakan ilmu pegetahuan yang kegiatannya mengkaji mengenai alam yang
mempelajari mengenai alam, fenomena- terjadi di dalam kehidupan sehari-hari
fenomena alam beserta segala isinya. manusia sehingga dapat memecahkan suatu
Menurut Bundu (2006), Sains adalah suatu permasalahan yang terjadi.
proses kegiatan yang dilakukan oleh para
saintis untuk memperoleh suatu Dalam pembelajaran IPA, terdapat prinsip-
pengetahuan dan sikap terhadap suatu prinsip pembelajaran. Menurut Depdiknas

241
Dewi Fathina, Regina Lichteria, Julia

(2012) terdapat prinsip-prinsip pembelajaran hendaknya memberikan pengalaman secara


IPA yang perlu diperhatikan, yaitu prinsip langsung kepada siswa agar mampu
motivasi, prinsip latar, prinsip menemukan, mengembangkan kemampuan yang
prinsip belajar sambil melakukan, prinsip dimilikinya, dan dapat menerapkannya dalam
belajar sambil bermain, serta prinsip sosial. kehidupan sehari-hari, sehingga
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, pembelajaran dapat mencapai tujuan sesuai
pembelajaran IPA yang dilakukan harus dengan standar kompetensi lulusan. Namun,
melibatkan semua prinsip sehingga dapat pembelajaran yang dilakukan selama ini
mencapai tujuan pembelajaran yang telah masih kurang memperhatikan hal-hal
ditetapkan. Salahsatu materi IPA yang tersebut sehingga pembelajaran menjadi
diajarkan kepada siswa sekolah dasar yaitu kurang optimal dan kurang mencakup standar
tentang gaya yang dapat mengubah gerak kompetensi lulusan mata pelajaran. Hal ini
suatu benda dan gaya yang dapat mengubah diperparah dengan keadaan pembelajaran
bentuk suatu benda. Dengan memperhatikan IPA yang lebih berorientasi pada hasil tes
prinsip-prinsip pembelajaran IPA tersebut siswa saja dan pembelajaran IPA kurang
diharapkan siswa menjadi aktif dalam menekankan pada kegiatan proses, sikap
pembelajaran, dan menemukan konsep dari ilmiah, dan produk. Hal ini terbukti dari hasil
materi pelajaran yang dipelajari melalui PISA 2009 (dalam Litbang, 2016), bahwa
kegiatan penemuan yang dilakukan oleh kemampuan sains siswa di Indonesia berada
siswa. pada peringkat 60 dari 65 negara.

Pembelajaran IPA yang dilakukan di sekolah Hasil observasi dan wawancara terhadap
dasar hendaknya dapat mencapai standar beberapa guru di salah satu SD di kecamatan
kompetensi sesuai dengan ketentuan Sumedang Selatan, menyatakan bahwa
pemerintah. Permendiknas No. 22 Tahun pembelajaran lebih berpusat kepada guru
2006 (dalam Sujana, 2014) tentang standar isi atau teacher-centered dan pembelajaran
menyebutkan bahwa standar kompetensi bersifat konvensional. Pembelajaran lebih
lulusan mata pelajaran adalah mengamati sering menggunakan metode ceramah,
gejala alam kemudian menceritakan hasil tanya-jawab, dan penugasan tanpa
pengamatan tersebut dalam bentuk lisan dan menggunakan model pembelajaran. Hal
tulisan. Memahami penggolongan, manfaat, tersebut mengakibatkan pembelajaran
upaya pelestarian hewan dan tumbuhan serta menjadi tidak menyenangkan, kurang
cara makhluk hidup berinteraksi dengan aktifnya siswa dalam belajar, dan siswa tidak
lingkungan. Memahami bagian-bagian dan menemukan sendiri konsep dari materi
fungsi dari tubuh manusia, hewan, dan sehingga berdampak pada hasil belajar siswa.
tumbuhan, serta perubahan yang terjadi pada Dengan melihat kondisi seperti itu, maka
makhluk hidup. Memahami beragam sifat, diperlukan suatu inovasi untuk menciptakan
wujud benda yang berhubungan dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan,
kegunaan dan penyusunnya. Memahami tidak mematikan keaktifan belajar siswa,
berbagai bentuk energi, perubahan dan siswa dapat menemukan konsep secara
manfaatnya. Memahami matahari sebagai mandiri, siswa memiliki kemampuan sains
pusat tata surya, kenampakan dan perubahan yang lebih baik, dan mencapai tujuan
permukaan bumi, dan hubungan peristiwa pembelajaran sehingga dapat berdampak
alam dengan kegiatan manusia. pada hasil belajar siswa.
Menurut Sagala (2003, hlm. 175), bahwa
Melalui paparan di atas, maka dapat “Untuk mengatasi berbagai problematika
disimpulkan bahwa pembelajaran IPA dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu

242
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

diperlukan model-model mengajar yang model pembelajaran discovery siswa akan


dipandang mampu mengatasi kesulitan guru menemukan sendiri konsep dari materi yang
melaksanakan tugas mengajar dan juga akan dipelajari dan siswa akan lebih
kesulitan belajar peserta didik”. Adapun memahami materi serta konsep dari materi
pendapat lain, yakni Huda (2013, hlm. 73), tersebut sehingga dapat dikaitkan dengan
mengemukakan bahwa “...tidak ada satu cara kehidupan sehari-sehari.
terbaik untuk mengajar, yang berarti bahwa
keberagaman strategi menjadi suatu Menurut Bruner (dalam Suyono dan
keniscayaan untuk mencapai tujuan-tujuan Hariyanto, 2011) mengenai tahapan
instruksional yang berbeda. Strategi-strategi perkembangan intelektual terdapat tiga yaitu
pengajaran perspektif yang membantu enaktif, ikonik, dan simbolik. Berdasarkan
mencapai tujuan-tujuan inilah yang dikenal ketiga tahapan perkembangan intelektual
dengan model-model pengajaran”. yang dikemukakan oleh Bruner, diharapkan
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat pembelajaran dapat memperhatikan atau
disimpulkan bahwa pelaksanaan sesuai dengan tahapan tersebut. Guru
pembelajaran harus menggunakan model sebagai pembimbing harus dapat
pembelajaran sehingga mempermudah guru membentuk siswa yang mandiri dalam
untuk mencapai tujuan pembelajaran dan belajar. Siswa belajar bukan hanya karena
mengatasi permasalahan yang terjadi. memori ingatan atau hafalannya saja
melainkan siswa belajar merekontruksi
Model pembelajaran yang dapat dilaksanakan pengetahuan dari pengalamannya.
di dalam pembelajaran yang dapat mengatasi Berdasarkan pernyataan tersebut sehingga
masalah tersebut dan sesuai dengan tahap model pembelajaran discovery merupakan
perkembangan siswa salahsatunya yaitu salahsatu model pembelajaran yang tepat
menggunakan model pembelajaran digunakan agar siswa dapat membangun
discovery. Model pembelajaran discovery pengetahuannya sendiri.
pada mata pelajaran IPA sejalan dengan teori
piaget karena dalam proses pembelajaran, Model pembelajaran discovery atau sering
siswa akan membangun pengetahuannya dikenal sebagai model pembelajaran
sendiri berdasarkan pengalamannya sehingga penemuan adalah suatu proses pembelajaran
dalam proses pembelajaran tidak hanya guru yang lebih menitikberatkan pada aktivitas
yang mentrasfer pengetahuan kepada siswa, siswa baik mental maupun fisik dan proses
melainkan siswa juga terlibat aktif dalam pembelajarannya lebih mengarah pada
kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran penemuan yang dilakukan oleh siswa
discovery diharapkan tepat diterapkan di mengenai materi yang akan dibahas. Hal
dalam mata pelajaran IPA karena sesuai tersebut sejalan dengan pernyataan yang
dengan hakikat pembelajaran IPA, dikemukakan oleh Hamalik (dalam Takdir,
salahsatunya yaitu IPA sebagai cara berpikir, 2012), discovery adalah proses pembelajaran
untuk menyelidiki, serta sebagai batang yang lebih menitikberatkan pada aktivitas
tubuh ilmu pengetahuan. mental intelektual siswa dalam memecahkan
suatu permasalahan yang dihadapi, sehingga
Berdasarkan teori belajar bermakna Ausubel dapat menemukan suatu konsep yang dapat
dan dikaitkan dengan mata pelajaran IPA, diterapkan di lapangan. Kemampuan mental
belajar bukan hanya sebatas menghafal saja intelektual tersebut merupakan salahsatu
namun harus dipahami karena dengan proses faktor yang menunjang keberhasilan siswa
pembelajaran seperti itu belajar akan lebih dalam melakukan penemuan, pemecahan
bermakna bagi siswa. Maka dari itu, melalui terhadap suatu masalah, dan persoalan

243
Dewi Fathina, Regina Lichteria, Julia

belajar siswa yang terkadang semangat


belajarnya tidak stabil. A 0 X 0
A 0 0
Melalui model pembelajaran discovery,
diharapkan siswa dapat terlibat secara Keterangan:
langsung dalam proses kegiatan belajar- A : pemilihan secara acak
mengajar, dan mampu melibatkan aktivitas 0 : pretes dan postes
fisik maupun mentalnya untuk menemukan X : perlakuan pada kelas ekperimen yaitu
suatu konsep dari materi pelajaran yang penggunaan model pembelajaran
sedang dipelajarinya karena siswa dapat lebih Discovery
memahami dan mengingat materi pelajaran
apabila siswa terlibat secara aktif dalam Bentuk desain penelitian di atas menunjukkan
kegiatan proses pembelajaran. Pembelajaran bahwa pemilihan dua sampel dilakukan
yang menekankan pada penemuan dapat secara acak atau random (A) yaitu kelompok
melatih siswa untuk meningkatkan kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol.
kemampuan berpikirnya, karena siswa harus Kedua kelompok kelas tersebut yaitu
berpikir mengenai pemecahan suatu kelompok kelas eksperimen dan kelompok
permasalahan dan dibuktikan dalam kegiatan kelas kontrol diberikan pretes (0) untuk
proses penemuan. mengetahui kemampuan awal dari masing-
masing kelas. Setelah diketahui nilai pretes
Adapun rumusan masalah dalam penelitian dari masing-masing kelas maka langkah
ini adalah sebagai berikut. selanjutnya yaitu pada kelas eksperimen
1. Apakah pembelajaran dengan mendapatkan suatu perlakuan, namun pada
menggunakan model pembelajaran kelas kontrol tidak mendapatkan perlakuan
discovery dapat meningkatkan hasil yang khusus. Pada kelas eksperimen
belajar siswa secara signifikan pada diberikan perlakuan (X) yaitu pembelajaran
materi gaya di kelas IV? yang dilakukan dengan menggunakan model
2. Apakah pembelajaran konvensional pembelajaran discovery, sedangkan pada
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas kontrol menggunakan pembelajaran
secara signifikan pada materi gaya di konvensional. Kemudian, setelah diberikan
kelas IV? suatu perlakuan pada kedua kelas tersebut
3. Apakah pembelajaran dengan langkah selanjutnya yaitu kedua kelas
menggunakan model pembelajaran tersebut diberikan postes (0) untuk
discovery lebih baik secara signifikan mengetahui kemampuan akhir dari siswa
daripada pembelajaran konvensional setelah mengkuti kegiatan pembelajaran.
dalam meningkatkan hasil belajar siswa Dengan demikian, dapat diketahui perbedaan
pada materi gaya di kelas IV? peningkatan hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan
METODE perlakuan yang telah diberikan.
Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah ekperimen murni
atau kelompok kontrol pretes-postes (pretes- Lokasi Penelitian
postes control group design) dan Lokasi penelitian ini bertempat di dua sekolah
pengelompokkannya secara acak atau dasar yaitu SDN Sukaraja I dan SDN Sukaraja II
random. Adapun bentuk desainnya menurut yang berada di Kecamatan Sumedang
Maulana (2009, hlm. 24), adalah sebagai Selatan, Kabupaten Sumedang. Kelas yang
berikut. dijadikan untuk penelitian adalah kelas IV.

244
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

Kelas IV SDN Sukaraja I dijadikan untuk kelas nilai rata-rata pretes siswa kelas eksperimen
kontrol dan SDN Sukaraja II dijadikan untuk yaitu 58,99 sedangkan nilai rata-rata pretes
kelas eksperimen. siswa kelas kontrol yaitu 56,91 namun, hal
tersebut belum cukup untuk mengetahui
Subjek Penelitian signifikansi perbandingan nilai pretes siswa
Populasi dalam penelitian ini diperoleh dari antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
hasil rata-rata nilai Ujian Nasional (UN) pada Oleh karena itu harus dilakukan uji
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) normalitas, uji homogenitas, dan uji
tingkat SD/MI Kecamatan Sumedang Selatan perbedaan rata-rata. Taraf signifikansi yang
Kabupaten Sumedang tahun ajaran digunakan dalam penelitian ini yaitu 5% atau
2014/2015 yang dilakukan secara acak atau sebesar 0,05.
random.
Hasil uji normalitas menunjukan bahwa data
Instrumen Penelitian pretes siswa di kelas eksperimen dan kelas
Instrumen yang digunakan dalam penelitian kontrol memiliki P-value (Sig.) yang sama
ini berupa tes hasil belajar siswa dengan tipe yaitu sebesar 0,200. Hal ini menunjukkan
subjektif bentuk uraian yang berjumlah bahwa P-value (Sig.) pretes siswa kelas
delapan butir soal, lembar observasi kinerja eksperimen dan kelas kontrol < α sehingga H0
guru, lembar observasi aktivitas siswa, diterima. Dengan demikian, dapat
angket, dan wawancara. Instrumen tes hasil disimpulkan bahwa data pretes siswa di kelas
belajar ini diuji validitas, reliabilitas, tingkat eksperimen dan data pretes siswa di kelas
kesukaran, dan daya pembedanya agar kontrol berdistribusi normal. Setelah
diketahui layak atau tidaknya instrumen diketahui data tersebut berdistribusi normal,
tersebut digunakan dalam penelitian. maka langkah selanjutnya yaitu melakukan uji
homogenitas dan uji perbedaan rata-rata.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik pengolahan data yang digunakan Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa P-
dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan value (Sig.) dari data pretes siswa kelas
data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari eksperimen dan kelas kontrol adalah sebesar
hasil pretes dan postes siswa pada kelas 0,203. Hal ini menunjukkan bahwa P-value
eksperimen dan kelas kontrol yang diolah (Sig.) ≥ α yang berarti bahwa H0 diterima.
dengan menggunakan bantuan Microsoft Dengan demikian, tidak terdapat perbedaan
Office Excell 2010 dan Statistical Product and variansi antara kedua kelompok sampel atau
Service Solutions (SPSS) 16.0 for windows. data pretes siswa di kelas eksperimen dan
Sementara, data kualitatif diperoleh dari hasil kelas kontrol homogen.
observasi (kinerja guru dan aktivitas siswa),
angket, dan wawancara. Kemudian, hasil uji perbedaan rata-rata
dengan menggunakan uji-t dua arah
HASIL DAN PEMBAHASAN (Independent Samples t-test) menunjukkan
Penelitian ini diawali dengan memberikan bahwa P-value (Sig. 2-tailed) dari data pretes
pretes kepada siswa di kelas eksperimen dan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan adalah sebesar 0,683. Hal ini menunjukkan
awal hasil belajar siswa dari masing-masing bahwa P-value (Sig. 2-tailed) pretes siswa
kelas. Hasil pretes menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol ≥ α. Oleh
kemampuan awal siswa di kelas eksperimen karena itu, H0 diterima yang berarti bahwa
dan kelas kontrol tidak terdapat perbedaan tidak terdapat perbedaan rata-rata pretes
atau sama. Hal tersebut dapat terlihat dari siswa kelas eksperimen dengan rata-rata

245
Dewi Fathina, Regina Lichteria, Julia

pretes siswa kelas kontrol. Dengan demikian, harus dilakukan uji hipotesis namun,
dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal sebelumnya harus melakukan analisis data
siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol hasil nilai pretes dan nilai postes siswa di kelas
sama atau tidak terdapat perbedaan. eksperimen untuk mengetahui ada atau
tidaknya peningkatan hasil belajar siswa
Untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah dilakukan kegiatan
pada mata pelajaran IPA materi gaya di kelas pembelajaran dengan menggunakan model
IV sekolah dasar maka dilakukan kegiatan pembelajaran discovery.
pembelajaran selama tiga kali pertemuan di
masing-masing kelas. Pada kelas eksperimen Hasil uji normalitas pretes siswa di kelas
pembelajaran IPA yang dilakukan eksperimen menunjukkan bahwa P-value
menggunakan model pembelajaran discovery (Sig.) sebesar 0,200, sementara untuk postes
sedangkan kelas kontrol menggunakan siswa di kelas eksperimen memiliki P-value
pembelajaran konvensional. Setelah (Sig.) sebesar 0,005. Hal ini menunjukkan
dilakukan pembelajaran selama tiga kali bahwa pretes siswa di kelas eksperimen
pertemuan langkah selanjutnya yaitu berdistribusi normal sedangkan postes siswa
melakukan postes untuk mengetahui apakah di kelas eksperimen berdistribusi tidak
terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar normal. Berdasarkan hasil uji normalitas data
siswa setelah melakukan kegiatan pretes dan postes kelas eksperimen,
pembelajaran dengan sebelum melakukan diperoleh kesimpulan bahwa data pretes dan
kegiatan pembelajaran. postes kelas eksperimen berdistribusi tidak
normal karena terdapat salahsatu data yang
Nilai rata-rata postes siswa kelas eksperimen berdistribusi tidak normal. Oleh karena itu,
yaitu 80,41 sedangkan nilai rata-rata postes tidak dilanjutkan melakukan uji homogenitas
siswa kelas kontrol yaitu 69,59. Hal tersebut akan tetapi langsung melakukan uji
menunjukkan bahwa kemampuan akhir siswa perbedaan rata-rata.
di kelas eksperimen dan kelas kontrol
berbeda dengan selisih sebesar 10,82. Uji perbedaan rata-rata nilai pretes dan
Dengan demikian, nilai rata-rata postes siswa postes siswa kelas eksperimen dengan
di kelas eksperimen lebih besar daripada nilai menggunakan uji non parametrik (uji
rata-rata postes siswa di kelas kontrol namun, wilcoxon) karena sampelnya terikat dan
hal tersebut belum cukup untuk mengetahui berdistribusi tidak normal. Adapun hasilnya
signifikansi perbandingan hasil belajar siswa yaitu P-value (Sig. 2-tailed) sebesar 0,000
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol namun, dalam uji hipotesis ini hanya
juga untuk menjawab rumusan masalah 1, 2, mengukur satu arah, sehingga P-value (Sig)
dan 3. Oleh karena itu, dilakukan uji hipotesis nya dibagi dua menjadi 0,000. Oleh karena
dari rumusan masalah tersebut. itu, P-value (Sig.1-tailed) < α, sehingga H0
ditolak yang artinya model pembelajaran
Pembelajaran dengan Menggunakan Model discovery memberikan peningkatan terhadap
Pembelajaran Discovery dapat Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi gaya. Rata-rata
Hasil Belajar Siswa pada Materi Gaya di Kelas nilai pretes sebesar 58,99 sementara rata-
IV Secara Signifikan rata nilai postes sebesar 80,41 sehingga
Untuk menjawab rumusan masalah 1 diperoleh selisih sebesar 21,42. Dengan
mengenai apakah pembelajaran dengan demikian, hipotesis 1 diterima yaitu model
menggunakan model pembelajaran discovery pembelajaran discovery dapat meningkatkan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada hasil belajar siswa pada materi gaya di kelas
materi gaya secara signifikan di kelas IV maka IV secara signifikan.

246
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

Hasil uji normalitas nilai pretes siswa di kelas


Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kontrol memiliki P-value (Sig.) sebesar 0,200,
kelas eksperimen membangkitkan keaktifan sementara untuk nilai postes siswa di kelas
belajar siswa karena siswa melakukan kontrol memiliki P-value (Sig.) sebesar 0,200,
percobaan mengenai suatu permasalahan Hal ini menunjukkan bahwa P-value (Sig.)
yang berkaitan dengan materi gaya di kelas IV pretes dan postes siswa kelas kontrol ≥ α
sehingga siswa dapat menemukan sendiri sehingga H0 diterima, yang artinya kedua
konsep dari materi tersebut. Siswa sampel tersebut berdistribusi normal. Oleh
merasakan secara langsung kegiatan karena itu, dilanjutkan melakukan uji
pembelajaran dan melalui diskusi siswa dapat homogenitas kemudian uji perbedaan rata-
berinteraksi dengan temannya untuk rata dengan menggunakan uji-t (Paired
mendiskusikan permasalahan yang terjadi Samples t-test).
yang berkaitan dengan materi. Hal tersebut
memberikan dampak yang positif bagi siswa Hasil uji homogenitas data pretes dan postes
terhadap hasil belajarnya. Ketika siswa siswa kelas kontrol menunjukkan bahwa P-
melakukan percobaan mengenai materi value (Sig.) sebesar 0,625. Hal ini
pelajaran yang sedang dibahas, siswa menunjukkan bahwa P-value (Sig.) pretes dan
berdiskusi dengan kelompoknya untuk postes siswa kelas kontrol ≥ α yang berarti
mengerjakan LKS dan melakukan percobaan bahwa H0 diterima. Dengan demikian, tidak
sesuai dengan alat dan bahan yang berkaitan terdapat perbedaan variansi antara kedua
dengan materi. Setelah siswa selesai kelompok sampel atau homogen.
mengerjakan LKS dan melakukan percobaan
bersama kelompoknya. Masing-masing Selanjutnya, dilakukan uji perbedaan rata-
perwakilan kelompok maju untuk rata nilai pretes dan postes siswa kelas
mempersentasikan hasil diskusi bersama kontrol dengan menggunakan uji-t (Paired
kelompoknya ke depan. Dengan adanya alat Samples t-test) yang diperoleh P-value (Sig. 2-
dan bahan yang digunakan dalam percobaan, tailed) sebesar 0,000. Hipotesis yang diuji
akan memberikan kemudahan bagi siswa dalam penelitian ini yaitu satu arah, maka P-
untuk memahami materi mengenai gaya. value dibagi dua, hasilnya adalah P-value (Sig.
1-tailed) sebesar 0.000 Hal ini menunjukan
Pembelajaran Konvensional dapat Meningkatkan bahwa P-value < α, sehingga H0 ditolak, yang
Hasil Belajar Siswa pada Materi Gaya di Kelas IV artinya pembelajaran konvensional
Secara Signifikan memberikan peningkatan terhadap hasil
Untuk menjawab rumusan masalah 2 belajar siswa pada materi gaya. Adapun
mengenai apakah pembelajaran peningkatannya terlihat dari rata-rata nilai
konvensional dapat meningkatkan hasil pretes dan postes. Rata-rata nilai pretes
belajar siswa pada materi gaya secara sebesar 56,91 sementara rata-rata nilai
signifikan di kelas IV, maka harus dilakukan uji postes sebesar 69,59 sehingga diperoleh
hipotesis namun, sebelumnya harus selisih sebesar 12,68. Dengan demikian,
melakukan analisis data hasil nilai pretes dan hipotesis 2 diterima yaitu pembelajaran
nilai postes siswa kelas kontrol untuk konvensional dapat meningkatkan
mengetahui ada atau tidaknya peningkatan kemampuan hasil belajar siswa pada materi
hasil belajar siswa sebelum dan sesudah gaya di kelas IV secara signifikan.
dilakukannya kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran konvensional. Selama pembelajaran berlangsung, siswa
memiliki respon yang baik dalam kegiatan
pembelajaran hal tersebut dapat terlihat dari

247
Dewi Fathina, Regina Lichteria, Julia

aktivitas siswa. Siswa merasa senang normalitas, hasil uji perbedaan rata-rata dan
mengikuti kegiatan pembelajaran dan siswa nilai rata-rata postes siswa di kelas
dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan eksperimen dan kelas kontrol.
pembelajaran. Pada pertemuan pertama, Berdasarkan hasil uji normalitas dapat
siswa dapat berpartisipasi, dan antusias diketahui bahwa data postes siswa kelas
mengikuti kegiatan pembelajaran walaupun eksperimen dan kelas kontrol memiliki P-
masih terdapat siswa yang kurang value (Sig.) yang berbeda. Postes siswa kelas
berpartisipasi dan antusias mengikuti eksperimen memiliki P-value (Sig.) sebesar
kegiatan pembelajaran. Pada pertemuan 0,005. Hal ini menunjukkan bahwa P-value
kedua siswa sudah mulai dapat menunjukkan (Sig.) postes kelas eksperimen < α sehingga H0
respon yang lebih baik dari pertemuan ditolak. Dengan demikian, data postes siswa
pertama. Ketika siswa berdiskusi dengan kelas eksperimen berdistribusi tidak normal.
kelompoknya untuk mengerjakan LKS dan
melakukan percobaan yang berhubungan Sementara untuk postes siswa kelas kontrol
dengan alat dan bahan percobaan yang memiliki P-value (Sig.) sebesar 0,200. Hal ini
disukai oleh banyak siswa seperti kelereng. menunjukkan bahwa P-value (Sig.) kelas
Begitupun pada pertemuan ketiga aktivitas kontrol ≥ α sehingga H0 diterima. Dengan
siswa lebih baik lagi dari pertemuan pertama demikian, data postes siswa kelas kontrol
dan kedua siswa dapat mengikuti kegiatan berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji
pembelajaran dengan lebih antusis, dapat normalitas data postes kelas eksperimen dan
berpartisipasi dan bekerjasama dengan kelas kontrol maka diperoleh kesimpulan
kelompoknya. Ketika mengerjakan LKS dan bahwa data postes kelas eksperimen dan
melakukan percobaan siswa sangat antusias kelas kontrol berdistribusi tidak normal
karena siswa dapat membuat berbagai karena terdapat salahsatu data yang
macam benda dari plastisin. Pembelajaran berdistribusi tidak normal. Oleh karena itu,
yang menciptakan siswa senang belajar dan tidak dilanjutkan melakukan uji homogenitas
siswa dapat berpartisipasi aktif dalam akan tetapi langsung melakukan uji
pembelajaran dapat berpengaruh baik perbedaan rata-rata. Uji perbedaan rata-rata
terhadap tercapainya suatu tujuan yang digunakan yaitu uji-U.
pembelajaran.
Hasil uji perbedaan rata-rata dengan
Pembelajaran dengan Menggunakan Model menggunakan uji-U (Mann-Whiteney) pada
Pembelajaran Discovery Lebih Baik Secara nilai postes siswa di kelas eksperimen dan
Signifikan daripada Pembelajaran kelas kontrol dapat diketahui bahwa P-value
Konvensional dalam Meningkatkan Hasil (Sig. 2-tailed) dari data postes siswa kelas
Belajar Siswa pada Materi Gaya di Kelas IV eksperimen dan kelas kontrol adalah sebesar
Secara Signifikan 0,031. Hal ini menunjukkan bahwa P-value
(Sig. 2-tailed) postes siswa kelas eksperimen
Uji hipotesis rumusan masalah 3 dilakukan dan kelas kontrol < α. Oleh karena itu, H0
untuk mengetahui diantara model ditolak yang berarti bahwa terdapat
pembelajaran discovery dan pembelajaran perbedaan rata-rata postes siswa kelas
konvensional yang lebih baik dalam eksperimen dengan rata-rata postes siswa
meningkatkan hasil belajar siswa secara kelas kontrol.
signifikan pada materi gaya di kelas IV.
Kemudian, rata-rata nilai postes siswa di kelas
Analisis yang digunakan untuk menjawab eksperimen yaitu sebesar 80,41 sedangkan
rumusan masalah 3 yaitu melakukan uji rata-rata postes siswa di kelas kontrol yaitu

248
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

sebesar 69,59. Berdasarkan rata-rata nilai terlepas dari kinerja guru saat
postes siswa di kelas eksperimen dan kelas perencanaan dan pelaksanaan yang
kontrol dapat terlihat perbedaan dinilai optimal, dan mengalami
peningkatannya. Selisih rata-rata nilai postes peningkatan pada setiap pertemuannya.
kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu Aktivitas juga merupakan faktor yang
sebesar 10,82 sehingga rata-rata nilai postes mendukung keberhasilan kegiatan
siswa di kelas eksperimen lebih baik daripada pembelajaran dan keberhasilan dalam
rata-rata nilai postes siswa di kelas kontrol. meningkatkan hasil belajar siswa.
Dengan demikian, hipotesis 3 diterima yaitu
model pembelajaran discovery lebih baik 2. Pembelajaran IPA dengan menggunakan
secara signifikan daripada pembelajaran pembelajaran konvensional terbukti
konvensional dalam meningkatkan hasil dapat meningkatkan hasil belajar siswa
belajar siswa pada materi gaya di kelas IV. pada materi gaya di kelas IV secara
signifikan. Hal tersebut dapat terlihat dari
Penggunaan model pembelajaran discovery di hasil perhitungan uji beda rata-rata
kelas eksperimen dapat meningkatkan hasil pretes dan postes siswa di kelas kontrol.
belajar siswa, hal tersebut dapat dipengaruhi Peningkatan tersebut dapat didukung
oleh beberapa faktor yaitu aktivitas siswa, oleh beberapa faktor yaitu kinerja guru
kinerja guru, dan langkah-langkah yang dan aktivitas siswa. Kinerja guru yang
terdapat dalam pembelajaran model optimal mulai dari perencanaan,
discovery. Perbedaan peningkatan hasil persiapan, dan penyajian media
belajar siswa di kelas eksperimen dan kelas pembelajaran yang menarik bagi siswa
kontrol dapat dipengaruhi oleh aktivitas siswa berpengaruh terhadap pemahaman
ketika mengikuti kegiatan pembelajaran, dan materi yang sedang dipelajari oleh siswa.
perlakuan guru yang diberikan ketika kegiatan Aktivitas siswa juga mendukung
pembelajaran. peningkatan hasil belajar siswa yaitu
karena siswa terlibat aktif dan memiliki
SIMPULAN respon yang positif terhadap kegiatan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembelajaran. Keberhasilan belajar
pembahasan, dapat diperoleh kesimpulan berpengaruh dari respon positif siswa
dari penelitian yang telah dilakukan yaitu dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
sebagai berikut. sesuai dengan yang dikemukakan oleh
1. Pembelajaran IPA dengan menggunakan Throndike.
model pembelajaran discovery dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada 3. Pembelajaran IPA dengan menggunakan
materi gaya di kelas IV secara signifikan. model pembelajaran discovery lebih baik
Hal tersebut dapat terlihat dari hasil secara signifikan dalam meningkatkan
perhitungan uji beda rata-rata pretes dan hasil belajar siswa dibandingkan dengan
postes siswa di kelas eksperimen. Model pembelajaran yang menggunakan
pembelajaran discovery merupakan pembelajaran konvensional pada materi
model pembelajaran yang menekankan gaya di kelas IV. Hal tersebut dapat
pada kegiatan penemuan agar siswa terlihat dari hasil uji perbedaan rata-rata
terlibat aktif dalam kegiatan dengan menggunakan uji-U (Mann-
pembelajaran sehingga dapat Whiteney) pada nilai postes siswa di kelas
menemukan suatu konsep dari materi eksperimen dan kelas kontrol.
yang dipelajarinya. Peningkatan hasil Peningkatan tersebut didukung oleh
belajar siswa di kelas eksperimen tidak tahapan kegiatan pembelajaran,

249
Dewi Fathina, Regina Lichteria, Julia

kelebihan, alat dan bahan yang


digunakan untuk percobaan dalam
kegiatan pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran
discovery. Perbedaan peningkatan hasil
belajar siswa di kelas eksperimen dan
kelas kontrol dipengaruhi juga oleh
faktor kinerja guru dan aktivitas siswa.
Walaupun kinerja guru di kedua kelas
tersebut optimal namun kurang
didukung oleh aktivitas siswa maka akan
berpengaruh terhadap peningkatan hasil
belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Bundu, P. (2006). Penilaian keterampilan
proses dan sikap ilmiah dalam
pembelajaran sains sekolah dasar. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Direktorat Ketenagaan.

Djuanda, D. dkk. (2009). Model pembelajaran


di sekolah dasar. Tidak diterbitkan.

Sagala, S. (2003). Konsep dan makna


pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sujana, A. (2012). Konsep dasar IPA. Bandung:


Rizqi Press.

Sujana, A. (2014). Pendidikan IPA teori dan


praktek. Bandung: Rizqi Press.

Suyono dan Hariyanto (2011). Belajar dan


pembelajaran teori dan konsep dasar.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Takdir, M.I. (2012). Pembelajaran discovery


strategy &mental vocational skill tutorial
inspiratif bagi para pembelajar. Jogjakarta:
Diva Press.

250

Anda mungkin juga menyukai